You are on page 1of 21

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Genetika disebut juga ilmu keturunan, berasal dari kata genos (bahasa
latin), artinya suku bangsa-bangsa atau asal-usul. Secara Etimologikata
genetika berasal dari kata genos dalam bahasa latin, yang berarti asal mula
kejadian. Namun, genetika bukanlah ilmu tentang asal mula kejadian
meskipun pada batas-batas tertentu memang ada kaitannya dengan hal itu
juga. Genitika adalah ilmu yang mempelajari seluk beluk alih informasi hayati
dari generasi kegenerasi. Oleh karena cara berlangsungnya alih informasi
hayati tersebut mendasari adanya perbedaan dan persamaan sifat diantara
individu organisme, maka dengan singkat dapat pula dikatakan bahwa
genetika adalah ilmu tentang pewarisan sifat .Dalam ilmu ini dipelajari
bagaimana sifat keturunan (hereditas) itu diwariskan kepada anak cucu, serta
variasi yang mungkin timbul didalamnya.
Ilmu ini tidak cocok diterjemah dengan ilmu kebakaran, karena
sebagaimana tampak nanti, bahan sifat keturunan itu tidaklah bersifat baka.
Selalu mengalami perubahan, berangsur atau mendadak. Seluruh makluk bumi
mengalami evolusi termasuk manusia. Evolusi itu terjadi karena perubahan
bahan sifat keturunan, dan dilaksanakan oleh seleksi alam.
2
Genitika perlu dipelajari, agar kita dapat mengetahui sifat-sifat
keturunan kita sendiri serta setiap makhuk hidup yang berada dilingkungan
kita. kita sebagai manusia tidak hidup autonom dan terinsolir dari makhuk lain
sekitar kita tapi kita menjalin ekosistem dengan mereka. karena itu selain kita
harus mengetahui sifat-sifat menurun dalam tubuh kita, juga pada tumbuhan
dan hewan. Lagi pula prinsip-prinsep genetika itu dapat disebut sama saja bagi
seluruh makluk.
Karena manusia sulit dipakai sebagai objek atau bahan percobaan
genetis, kita mempelajari hukum-hukumnya lewat sifat menurun yang
terkandung dalam tubuh-tumbuhan dan hewan sekitar. Genetika bisa sebagai
ilmu pengetahuan murni, bisa pula sebagai ilmu pengetahuan terapan. Sebagai
ilmu pengetahuan murni ia harus ditunjang oleh ilmu pengetahuan dasar lain
seperti kimia, fisika dan metematika juga ilmu pengetahuan dasar dalam
bidang biologi sendiri seperti bioselluler, histologi, biokimia, fiosiologi,
anatomi, embriologi, taksonomi dan evolusi. Sebagai ilmu pengetahuan
terapan ia menunjang banyak bidang kegiatan ilmiah dan pelayanan kebutuhan
masyarakat.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan rekayasa genetik?
2. Bagaimana perkembangan rekayasa genetika?
3. Apa itu kapitalisme dan rekayasa?
4. Bagaimana dampaknya bagi kemanusiaan?
5. Apa kaitan rekayasa genetik dengan nilai dan etika?
3
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian rekayasa genetik
2. Untuk mengetahui perkembangan rekayasa genetika
3. Untuk mengetahui kapitalisme dan rekayasa
4. Untuk mengetahui dampaknya bagi kemanusiaan
5. Untuk mengetahui kaitan rekayasa genetik dengan nilai dan etika


4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Rekayasa Genetika
Genetika adalah kata yang dipinjam dari bahasa Belanda:genetica,
adaptasi dari bahasa Inggris: genetics, dibentuk dari kata bahasa Yunani
, genno, yang berarti "melahirkan". Genetika merupakan cabang biologi
yang mempelajari pewarisan sifat pada organisme maupun suborganisme
(seperti virus dan prion). Maka, dapat juga dikatakan bahwa genetika adalah
ilmu tentang gen dan segala aspeknya.
Sedangkan bidang kajian genetika dimulai dari wilayah subselular
(molekular) hingga populasi. Dan secara lebih rinci, genetika berusaha
menjelaskan tentang :
Material pembawa informasi untuk diwariskan (bahan genetik),
Bagaimana informasi itu diekspresikan (ekspresi genetik), dan
Bagaimana informasi itu dipindahkan dari satu individu ke individu yang
lain (pewarisan genetik).
Rekayasa atau biasa juga disebut dengan teknik adalah penerapan ilmu
dan teknologi untuk menyelesaikan permasalahan manusia. Hal ini
diselesaikan lewat pengetahuan, ataupun pengalaman dari trial dan error. Dan
rekayasa juga mengalami perkembangan layaknya lomba lari estapet yang
meneruskan teknologi generasi sebelumnya.
5
Maka, Rekayasa genetika dalam arti luas adalah teknologi dalam
penerapan genetika untuk membantu masalah dan kepentingan apapun dari
manusia. Dengan segala pengetahuan dan pengalaman dari trial dan error
tersebut manusia dapat mengembangkan produk-produk yang bermanfaat bagi
manusia itu sendiri.

B. Perkembangan Rekayasa Genetika
Perkembangan genetika terus terjadi baik itu dalam bidang genetika
murni ataupun genetika terapan. Dan perkembangan dilakukan pertama kali
oleh Gregor Mendel dengan menyilangkan tanaman pada 1985 yang biasa
dikenal dengan "hukum pewarisan Mendel". Sebuah hukum yang
mengenalkan konsep gen (Mendel menyebutnya 'faktor') sebagai pembawa
sifat. Yang menyatakan bahwa setiap gen memiliki alel yang menjadi ekspresi
alternatif dari gen dalam kaitan dengan suatu sifat. Setiap individu disomik
selalu memiliki sepasang alel, yang berkaitan dengan suatu sifat yang khas,
masing-masing berasal dari tetuanya. Status dari pasangan alel ini dinamakan
genotipe. Dan apabila suatu individu memiliki pasangan alel sama, genotipe
individu itu bergenotipe homozigot, apabila pasangannya berbeda, genotipe
individu yang bersangkutan dalam keadaan heterozigot. Genotipe terkait
dengan sifat yang teramati. Sifat yang terkait dengan suatu genotipe disebut
fenotipe.
6
Setelah penemuan karya Mendel tersebut, genetika berkembang sangat
pesat. Perkembangan genetika sering kali menjadi contoh klasik mengenai
penggunaan metode ilmiah dalam ilmu pengetahuan atau sains. Dan
perkembangan tersebut terjadi dalam bidang genetika murni maupun terapan.
Tapi sayangnya, dewasa ini penerapan rekayasa genetika terkesan
mengesampingkan etika bahkan agama. Perkembangan yang hanya
mengedepankan akal yang berbasis Intellectual Quotient yang tidak diimbangi
dengan berkembangnya emosi dan perasaan yang berbasis emosional quotient
atau bahkan etika mukallaf yang berbasis Spiritual Quotient. Dan semua itu
semakin menyeret manusia sendiri pada runtuhnya nilai-nilai peradaban.
Perkembangan rekayasa genetika yang juga mewakili perkembangan
teknologi ini pun tidak akan dapat dihentikan. Sebab, di samping
perkembangan sains juga begitu pesat, teknologi itu sendiri menjadi
kebutuhan manusia karena hasil-hasil yang dicapai sangat bermanfaat bagi
peningkatan mutu hidup manusia.
Berbagai macam manfaat yang telah diperoleh misalnya kloning pada
tanaman dan hewan adalah untuk memperbaiki kualitas tanaman dan hewan,
meningkatkan produktivitas, dan mencari obat alami bagi penyakit-penyakit
kronis, menggantikan obat-obatan kimiawi yang dapat menimbulkan efek
samping terhadap kesehatan manusia. Tetapi, dampak buruk yang terjadi juga
tidak bisa dinafikan, karena memang keduanya terbukti nyata.
7
Maka dari itu, agar teknologi rekayasa genetika yang memiliki dua sisi
ini tidak menjadi liar, yang berimplikasi pada pelecehan martabat
kemanusiaan dan nilia-nilai Ilahiyah, maka perlu penjagaan dengan etika.
Etika di sini bisa berarti kesadaran moral manusia untuk senantiasa mendasari
setiap tindakan teknologinya dengan nilai-nilai atau kesadaran filter dalam
setiap gagasan yang dicoba akan dikembangkan.

C. Kapitalisme dan Rekayasa Genetik
Kesan kapitalisme dengan adanya perkembangan teknologi yang
diwujudkan dalam rekayasa genetik sangat terasa pengaruhnya. Teknologi
rekayasa genetika tidak dapat dilepaskan begitu saja dari pengaruh ekonomi.
Hasil dari rekayasa genetik pada umumnya dipatenkan oleh lembaga-lembaga
yang berwenang terhadap berhasilnya rekayasa genetik yang dilakukan
sehingga produk dari rekayasa genetika itu terkesan mahal.
Sebagai contoh dalam kasus penggunaan hormon pertubuhan sapi yang
naik sebesar 20%, bagi peternak-peternak tradisional produk ini sangat
merugikan. Tentu saja produk ini hanya dapat dibeli oleh perusahaan
peternakan yang bermodal besar. Pengaruh kapitalisme ini tentu saja
mengakibatkan kesenjangan ekonomi.
Bakat unggul yang diperoleh dari rekayasa genetik selain
menguntungkan lembaga-lembaga tertentu juga menguntungkan dari segi
ekonomis bagi individu dan lingkungan. Jika teknologi ini berhasil maka akan
8
dihasilkan individu yang lebih sehat dan sempurna sesuai yang diharapkan
oleh ilmuwan sehingga ilmuwan memperoleh insentif/kepercayaan dari
negara. Hasil maksimal yang ingin dicapai dari teknologi rekayasa genetik
adalah kemampuan menghasilkan bakat unggul yang dapat digunakan untuk
memompa perekonomian negara sekaligus dapat digunakan sebagai sarana
intervensi di bidang kedokteran, pertanian, peternakan, dan bidang-bidang lain
yang berpengaruh dalam rekayasa genetik.
Teknologi yang semakin maju mengakibatkan rekayasa genetika
mengalami perkembangan. Ilmu terapan ini dapat dianggap sebagai cabang
biologi maupun sebagai ilmu-ilmu rekayasa (keteknikan). Dapat dianggap,
awal mulanya adalah dari usaha-usaha yang dilakukan untuk menyingkap
material yang diwariskan dari satu generasi ke generasi yang lain. Ketika
orang mengetahui bahwa kromosom adalah material yang membawa bahan
terwariskan itu (disebut gen) maka itulah awal mula ilmu ini. Tentu saja,
penemuan struktur DNA menjadi titik yang paling pokok karena dari sinilah
orang kemudian dapat menentukan bagaimana sifat dapat diubah dengan
mengubah komposisi DNA, yang adalah suatu polimer bervariasi.
Tahap-tahap penting berikutnya adalah serangkaian penemuan enzim restriksi
(pemotong) DNA, regulasi (pengaturan ekspresi) DNA (diawali dari
penemuan operon laktosa pada prokariota), perakitan teknik PCR,
transformasi genetik, teknik peredaman gen (termasuk interferensi RNA), dan
teknik mutasi terarah (seperti Tilling). Sejalan dengan penemuan-penemuan
9
penting itu, perkembangan di bidang biostatistika, bioinformatika dan
robotika/automasi memainkan peranan penting dalam kemajuan dan efisiensi
kerja bidang ini.
Sistem kapitalisme memang hanya bisa hidup jika melakukan revolusi
secara terus menerus pada alat-alat produksi. Segala macam bentuk teknologi
termasuk teknologi rekayasa genetika bukan diciptakan untuk teknologi itu
sendiri tetapi untuk penumpukan modal. Kloning sebagai aplikasi dari
teknologi rekayasa genetika diklaim memiliki unsur alasan komersial. Alasan
komersial ini tentu merupakan pengaruh dari produk kapitalisme. Salah satu
sumber mengatakan bahwa Ilmu kloning sendiri sebenarnya masih dalam
tahap awal. Apa yang dilakukan ilmuwan ACT (Advanced Cell Technology
[perusahaan bioteknologi AS]), menurut Dr. Ian Wilmut, ilmuwan pemrakarsa
kloning Dolly, masih belum apa-apa. Namun potensi komersial dari proyek
kloning ini sudah membentang di depan mata. Sejumlah perusahaan
bioteknologi bahkan sudah menyandarkan periuk nasinya pada bisnis ini. Dan
sejumlah perusahaan tersebut berbasis di AS dan Inggris. Menurut PPL
Therapeutics, perusahaan Inggris yang meluncurkan domba Dolly, perlu
waktu beberapa tahun lagi untuk membuat kloning sebagai bisnis
menguntungkan dalam skala besar. Namun ACT mengatakan bahwa jalan
pembuatan uang bagi kloning binatang sudah terbuka lebar. Ia menawarkan
kloning kontrak untuk binatang unggulan, dimana setiap binatang unggulan
yang dikloning tersebut dihargai sekitar US$ 100 ribu.
10
Penemuan kloning erat dengan kapitalisme sebagai ajang untuk
berbisnis di samping untuk mengembangkan ilmu. Dengan kata lain terdapat
pengaruh-pengaruh dan dampak yang besar terhadap jalannya suatu ilmu dan
teknologi.

D. Dampaknya Bagi Kemanusiaan
Menurunkan bakat tanpa perkawinan merupakan tujuan awal dari
terciptanya teknologi rekayasa genetika. Pada mulanya ilmuwan mengabaikan
berbagai konsekuensi yang muncul akibat teknologi rekayasa genetika namun
demi perkembangan ilmu, yang terjadi adalah para ilmuwan bioteknologi tetap
melanjutkan peranannya sebagai ilmuwan profesional. Organisme hasil
rekayasa genetika pada umumnya mempunyai bakat-bakat yang baik, seperti
kloning yang kini mulai kuat eksistensinya diduga dapat menghasilkan replika
genetik yang sama persis dengan induk biologisnya.
Berbicara mengenai dampak dari rekayasa genetika tentu tidak sedikit.
Berdasarkan sumber dari drh. Mangku Sitepoe rekayasa genetika
menimbulkan kekhawatiran tehadap adanya biodiversity (gangguan
keragaman hayati) yang kuat dan mengakibatkan terganggunya perkembangan
organisme yang berkaitan dengan lingkungan. Dampak lingkungan yang
terasa akibat adanya teknologi ini adalah perubahan yang terjadi pada tekstur
dan struktur tanah di mana transgenik mikroorganisme menghasilkan
perkembangbiakan generasi yang singkat serta mudah mengalami mutasi,
11
akan muncul tumbuhan liar (polusi gen) karena adanya gen (sifat baka) yang
dipindahkan dari satu organisme dan ditempatkan pada gen organisme lainnya
yang kemudian menghasilkan gen baru bagi organisme resipien, selain itu
akan berdampak munculnya organisme yang resisten terhadap virus,
munculnya tanaman transgenik yang rentan penyakit, dan muncul tanaman
yang resisten terhadap insektisida.
Selain berdampak pada lingkungan flora, lingkungan fauna juga
mengalami hal yang serupa di mana dengan adanya rekayasa genetika maka
akan memunculkan organisme atau tanaman transgenik yang membunuh
organisme lain. Rekayasa genetik yang dilakukan pada lebah juga berdampak
mengganggu ekosistem lebah madu. Tanaman transgenik yang menghasilkan
zat tertentu dalam sari bunga dimakan oleh lebah sehingga lebah tidak dapat
membedakan bau dari berbagai sari bunga.
Kloning sebagai aplikasi teknologi rekayasa genetika yang paling
tersorot di masyarakat juga mengakibatkan dampak pada lingkungan di mana
sedikit masyarakat yang pro dibanding masyarakat yang kontra. Hak makhluk
hidup untuk lahir secara natural terasa diabaikan oleh adanya kloning. Di
samping itu resiko kesehatan individu yang dikloning masih dipertanyakan
karena teknik kloning yang masih bersifat coba-coba sehingga resiko besar
dapat saja terjadi.

12
Menurut drh. Mangku Sitepoe, rekayasa genetika juga berpengaruh
pada keadaan sosial ekonomi. Dampak tersebut terkait dengan kemanfaatan
pangan hasil rekayasa genetika apakah sudah layak dan aman dikonsumsi oleh
masyarakat. Di bidang sosial, tahun 1996 Inggris mengadakan survei tentang
pandangan masyarakat terhadap pangan yang diproduksi dengan rekayasa
genetika. Sebanyak 90% responden menolak menggunakan bahan pangan
hasil rekayasa genetika karena adanya kekhawatiran bahwa bahan baru yang
dibentuk dari gen hasil rekayasa genetika dapat mengganggu kesehatan. Selain
itu juga karena adanya bahan yang bertentangan dengan agama, etika, dan
estetis. Kasus Ajinomoto di Indonesia tahun 2001 juga merupakan kasus
bidang sosial dari rekayasa genetika di mana pada saat itu produk Ajinomoto
dicap tidak halal. Ketidakhalalannya tersebut dikarenakan pada saat proses
pembuatannya menggunakan unsur enzim pankreas babi yang padahal
sebenarnya tidak ada unsur gen babi dalam pembuatannya sehingga dapat
dikatakan produk Ajinomoto bukan hasil rekayasa genetika. Peranan sosial
masyarakat dalam hal ini terlihat dalam kekhawatirannya terhadap hal yang
berbau religius suatu agama.
Di bidang ekonomi, produk rekayasa genetika memberi kesejahteraan
manusia serta memberi keuntungan ekonomi. Namun ternyata ada beberapa
dampak negatifnya seperti kurang efisiennya penggunaan tanaman transgenik.
Hal tersebut terlihat pada beberapa produksi yang masih disubsidi oleh
pengusaha supplier, adanya ketidakseimbangan antara peningkatan produksi
13
dengan biaya penggunaan hormon dan pemberian pakan, juga terdapat
monopoli terhadap beberapa komoditi. Di India, ribuan petani mengadakan
demonstrasi menentang penggunaan bibit hasil rekayasa genetika akibat
adanya monopoli terhadap bibit yang digunakan sehingga bibit lokal tidak
digunakan. Dengan menghasilkan tanaman transgenik tanpa biji maka akan
memperkuat posisi produsen bibit tanaman transgenik sebagai monopoli sebab
tanaman transgenik tanpa bii tidak dapat dikembangbiakkan melalui biji.
Selain itu, hasil rekayasa genetika akan memupus habis beberapa komoditi
bersaing.
Terkait dengan dampak kloning di bidang sosial, kloning dapat
menimbulkan ketidakadilan sosial. Kloning akan semakin menegaskan dan
memperlebar jurang perbedaan antara kaya dan miskin. Dengan biaya yang
begitu besar maka hanya orang kaya yang bisa membuat kloning. Sedangkan
di bidang ekonomi, dengan majunya kloning, bidang usaha kloning tentu
menjanjikan laba yang sangat besar bagi perusahaan yang menawarkan
jasanya untuk kloning.

E. Kaitan Rekayasa Genetik Dengan Nilai dan Etika
Berbicara tentang nilai maka berhubungan pula dengan tanggung
jawab dari para ilmuwan mengenai rekayasa genetika. James Gustafson
mengusulkan beberapa model terkait dengan tanggung jawab ilmuwan ini.
Pertama, para ilmuwan berhak untuk melakukan apa saja yang mungkin
14
dilakukan. Keingintahuan intelektual merupakan suatu nilai khusus dan juga
naluri yang melekat pada manusia untuk memecahkan persoalan. Dalam
model ini, batas terletak pada tidak adanya kemampuan teknis.
Kedua, para ilmuwan tidak berhak untuk mencampuri dalam alam. Larangan
yang tegas itu didasarkan atas keyakinan bahwa alam itu suci atau anggapan
bahwa setiap penelitian melanggar setiap sebuah batas yang ditetapkan oleh
alam. Karena banyak orang yang tidak menggunakan prinsip ini secara absolut
maka prinsip ini dipahami sebagai dorongan kuat untuk mempraktekkan
tanggung jawab yang sudah ada sebelumnya.
Ketiga, ilmuwan tidak berhak mengubah ciri-ciri manusia yang khas.
Model tanggung jawab ini menganggap intervensi dalam alam dibatasi oleh
suatu faktor yang khusus, yaitu ciri-ciri manusia. Dengan demikian,
bertentangan dengan model kedua, di sini orang dapat mencampuri alam tetapi
yang menjadi batasnya adalah kodrat manusia bukan ketidaksanggupan teknis
seperti dalam model pertama.
Teknologi rekayasa genetika sebagai teknologi yang taut nilai di mana
ada pihak-pihak tertentu yang mengintervensi perkembangan teknologi ini.
Model-model tersebut di atas sebagai contoh merupakan tanggung jawab dari
ilmuwan yang seharusnya dipahami dalam profesinya. Bukan untuk
mengintervensi namun model-model tersebut dapat dijadikan acuan untuk
memahami alam dan makhluk hidup yang terdapat di dalamnya sehingga
ilmuwan dapat mengerti apa yang harus diperbuat dan bagaimana masyarakat
umum menanggapinya.
15
Nilai-nilai sosial, budaya, dan agama yang berlaku di suatu masyarakat
akan selalu mempengaruhi kemanfaatan suatu teknologi oleh masyarakat
tersebut. Sebaliknya, teknologi tersebut juga dapat mempengaruhi terjadinya
perubahan pandangan dan nilai, serta sampai batas tertentu juga budaya
masyarakat pemakainya. Saling keterpengaruhan itu akan selalu terjadi.
Adakalanya saling menunjang dan adakalanya saling berbenturan. Apalagi
jika sudah menyangkut masalah diri manusia itu sendiri.
Dalam kasus kloning misalnya, individu yang dikloning mungkin saja
tidak mengerti bagaimana gen alamiah yang terdapat dalam tubuhnya
digunakan sebagai uji coba pengklonan dirinya. Padahal dia sudah terikat
dengan nilai bahwa dia menjadi sarana penguasaan teknologi yang dilakukan
oleh tangan ilmuwan. Ilmuwan sendiri menyadari bahwa tindakan yang
dilakukannya akan mempunyai dampak besar terutama berkaitan dengan nilai
agama, sosial, ekonomi, lingkungan, dan budaya.
Dalam kajian lain yaitu pada kajian etika. Rekayasa genetika dapat
dianggap sebagai hasil kerja keras para ilmuwan tetapi titik etisnya adalah
sejauh mana kuasa itu dapat digunakan oleh ilmuwan. Oleh sebab itu
terdapatlah beberapa kriteria sebagai batasan ilmuwan dalam pekerjaannya
yaitu batasan dari segi tingkah laku, sosial, medis, politis, dan ekonomis. Hal
ini berkaitan dengan nilai yaitu intervensi semacam ini apakah mengisyaratkan
apa yang dianggap penting oleh suatu masyarakat dan apa yang ingin mereka
lakukan untuk mencapai suatu tujuan juga berkaitan dengan standar etis
16
manusia yaitu strategi-strategi apa saja yang digunakan untuk mencapai
tujuan-tujuan ini. Yang menentukan kriteria-kriteria standar itu tentu bukanlah
dari kalangan ilmuwan saja tetapi di sini dibutuhkan pula peranan beberapa
ahli seperti politisi, dokter, warga negara, pasien, atau komisi tertentu. Dengan
keterlibatan mereka maka dalam mengambil keputusan akan terlihat jelas.
Resiko dari intervensi ini dapat dilihat pada skala individual dan sosial,
maupun lingkungan. Yang pasti rekayasa genetik tetap memiliki manfaat bagi
kehidupan hanya saja perlu ditinjau lebih dalam lagi terutama terkait dengan
etika rekayasa genetik supaya manfaat bagi satu orang tidak menjadi beban
bagi orang lain.
Prinsip etika yang bermain dalam kloning pada manusia berkaitan
dengan martabat kehidupan manusia di mana manusia memiliki tanggung
jawab secara moral bagi kehidupan. Oleh karena itu dibutuhkan suatu
konsensus mengenai DNA yang diambil antara orang yang bersangkutan
dengan ilmuwan. Dimensi etika yang bermain di sini tentu saja selain
berkaitan dengan martabat manusia, berkaitan pula dengan kebebasannya,
status hukumnya, hubungan kekeluargaan, dan mengenai nasib masa depan
umat manusia seluruhnya.

17
BAB III
KESIMPULAN

Genetika adalah kata yang dipinjam dari bahasa Belanda:genetica, adaptasi
dari bahasa Inggris: genetics, dibentuk dari kata bahasa Yunani , genno,
yang berarti "melahirkan". Genetika merupakan cabang biologi yang mempelajari
pewarisan sifat pada organisme maupun suborganisme (seperti virus dan prion).
Maka, dapat juga dikatakan bahwa genetika adalah ilmu tentang gen dan segala
aspeknya.
Perkembangan genetika terus terjadi baik itu dalam bidang genetika murni
ataupun genetika terapan. Dan perkembangan dilakukan pertama kali oleh Gregor
Mendel dengan menyilangkan tanaman pada 1985 yang biasa dikenal dengan
"hukum pewarisan Mendel". Sebuah hukum yang mengenalkan konsep gen
(Mendel menyebutnya 'faktor') sebagai pembawa sifat. Yang menyatakan bahwa
setiap gen memiliki alel yang menjadi ekspresi alternatif dari gen dalam kaitan
dengan suatu sifat. Setiap individu disomik selalu memiliki sepasang alel, yang
berkaitan dengan suatu sifat yang khas, masing-masing berasal dari tetuanya.
Organisme hasil rekayasa genetika pada umumnya mempunyai bakat-
bakat yang baik, seperti kloning yang kini mulai kuat eksistensinya diduga dapat
menghasilkan replika genetik yang sama persis dengan induk biologisnya.

18
Berbicara mengenai dampak dari rekayasa genetika tentu tidak sedikit.
Berdasarkan sumber dari drh. Mangku Sitepoe rekayasa genetika menimbulkan
kekhawatiran tehadap adanya biodiversity (gangguan keragaman hayati) yang
kuat dan mengakibatkan terganggunya perkembangan organisme yang berkaitan
dengan lingkungan.
Dampak lingkungan yang terasa akibat adanya teknologi ini adalah
perubahan yang terjadi pada tekstur dan struktur tanah di mana transgenik
mikroorganisme menghasilkan perkembangbiakan generasi yang singkat serta
mudah mengalami mutasi, akan muncul tumbuhan liar (polusi gen) karena adanya
gen (sifat baka) yang dipindahkan dari satu organisme dan ditempatkan pada gen
organisme lainnya yang kemudian menghasilkan gen baru bagi organisme
resipien, selain itu akan berdampak munculnya organisme yang resisten terhadap
virus, munculnya tanaman transgenik yang rentan penyakit, dan muncul tanaman
yang resisten terhadap insektisida.



19
DAFTAR PUSTAKA

Kusmaryanto, C.B. 2001. Problem Etis Kloning Manusia. Jakarta: Grasindo
Mohamad, Kartono. 1992. Teknologi Kedokteran dan Tantangannya terhadap
Bioetika. Jakarta: Gramedia
Shannon, Thomas A. 1995. Pengantar Bioetika. Jakarta: Gramedia
Sitepoe, Mangku. 2001. Rekayasa Genetika. Jakarta: Grasindo
Referensi Internet:
Adhyzalkandar. Rekayasa Genetika. http://id.shvoong.com/exact-
sciences/1999578-rekayasa-genetika/. Diakses tanggal 7 Mei 2010
Anonim. Dampak Bioteknologi. http://www.biokita.co.cc/dampak%20biotek.htm
Anonim. Rekayasa Genetika.
http://id.wikipedia.org/wiki/Rekayasa_genetika. Diakses tanggal 12 September
2010

i
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT, karena atas rahmat dan karunia-Nya saya
dapat melaksanakan pembuatan dan penyelesaian makalah dengan judul
REKAYASA GENETIKA dengan lancar. Makalah ini disusun untuk
memenuhi salah satu tugas mata kuliah Ilmu Alamiah Dasar (IAD).
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini dapat
terselesaikan atas kerja sama dari berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu
persatu. Oleh karena itu tiada kata yang pantas bagi mereka yang telah berjasa
selain ucapan terima kasih. Dan penghargaan yang setinggi-tingginya disertai
harapan semoga mendapatkan pahala dari Allah SWT.
Dalam penulisan makalah ini masih sangat jauh dri ketentuan yang
diharapkan, hal ini diakibatkan keterbatasannya kemampuan penyusun dalam
pengumpulan bahan dan ilmu pengetahuan yang dimiliki. Maka dari itu, kritikan
dan saran serta gagasan demi perbaikan sangat penyusun harapkan.
Akhirnya penyusun memohon maaf yang sebesar-besarnya, semoga
makalah ini bermanfaat bagi pembaca.

Ciamis, Maret 2011
Penyusun


ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ 1
A. Latar Belakang ........................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ................................................................... 2
C. Tujuan ..................................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN ......................................................................... 4
A. Pengertian Rekayasa Genetika ............................................... 4
B. Perkembangan Rekayasa Genetika ........................................ 5
C. Kapitalisme dan Rekayasa Genetik ........................................ 7
D. Dampaknya Bagi Kemanusiaan ............................................. 10
E. Kaitan Rekayasa Genetik Dengan Nilai dan Etika ................. 13
BAB III KESIMPULAN ........................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 19

You might also like

  • Cilacap
    Cilacap
    Document2 pages
    Cilacap
    Onix Radempthus ObinaYonk
    No ratings yet
  • Bab 1
    Bab 1
    Document15 pages
    Bab 1
    Onix Radempthus ObinaYonk
    No ratings yet
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Document2 pages
    Daftar Pustaka
    Onix Radempthus ObinaYonk
    No ratings yet
  • Finishing Batu Alam
    Finishing Batu Alam
    Document14 pages
    Finishing Batu Alam
    Onix Radempthus ObinaYonk
    No ratings yet
  • Dedeh 1
    Dedeh 1
    Document24 pages
    Dedeh 1
    Onix Radempthus ObinaYonk
    No ratings yet
  • Dinding
    Dinding
    Document22 pages
    Dinding
    Onix Radempthus ObinaYonk
    No ratings yet
  • Bab Iii
    Bab Iii
    Document6 pages
    Bab Iii
    Onix Radempthus ObinaYonk
    No ratings yet
  • Proposal Ta
    Proposal Ta
    Document12 pages
    Proposal Ta
    Onix Radempthus ObinaYonk
    No ratings yet
  • Tabel Bab 1
    Tabel Bab 1
    Document1 page
    Tabel Bab 1
    Onix Radempthus ObinaYonk
    No ratings yet
  • Bab Iv
    Bab Iv
    Document28 pages
    Bab Iv
    Onix Radempthus ObinaYonk
    No ratings yet
  • Trans
    Trans
    Document4 pages
    Trans
    Onix Radempthus ObinaYonk
    No ratings yet
  • Proposal Ta
    Proposal Ta
    Document12 pages
    Proposal Ta
    Onix Radempthus ObinaYonk
    No ratings yet
  • Trans
    Trans
    Document4 pages
    Trans
    Onix Radempthus ObinaYonk
    No ratings yet
  • Cover, Lempeng, Katpeng, Dafis
    Cover, Lempeng, Katpeng, Dafis
    Document5 pages
    Cover, Lempeng, Katpeng, Dafis
    Onix Radempthus ObinaYonk
    No ratings yet
  • BAB IV Edit
    BAB IV Edit
    Document34 pages
    BAB IV Edit
    Onix Radempthus ObinaYonk
    No ratings yet
  • Pemerintah Kabupaten Ciamis
    Pemerintah Kabupaten Ciamis
    Document3 pages
    Pemerintah Kabupaten Ciamis
    Onix Radempthus ObinaYonk
    No ratings yet
  • Bab I
    Bab I
    Document39 pages
    Bab I
    Onix Radempthus ObinaYonk
    No ratings yet
  • Ren. Angket Rev
    Ren. Angket Rev
    Document4 pages
    Ren. Angket Rev
    Onix Radempthus ObinaYonk
    No ratings yet
  • JURNAL ANYAR - Kamaludin
    JURNAL ANYAR - Kamaludin
    Document11 pages
    JURNAL ANYAR - Kamaludin
    Onix Radempthus ObinaYonk
    No ratings yet
  • Bab V
    Bab V
    Document3 pages
    Bab V
    Onix Radempthus ObinaYonk
    No ratings yet
  • Bab I
    Bab I
    Document77 pages
    Bab I
    Onix Radempthus ObinaYonk
    No ratings yet
  • Adam Anggara Saputra
    Adam Anggara Saputra
    Document2 pages
    Adam Anggara Saputra
    Onix Radempthus ObinaYonk
    No ratings yet
  • Cover, Lempeng, Katpeng, Dafis
    Cover, Lempeng, Katpeng, Dafis
    Document4 pages
    Cover, Lempeng, Katpeng, Dafis
    Onix Radempthus ObinaYonk
    No ratings yet
  • Upaya Pemberdayaan Wanita Tuna Susila (WTS)
    Upaya Pemberdayaan Wanita Tuna Susila (WTS)
    Document25 pages
    Upaya Pemberdayaan Wanita Tuna Susila (WTS)
    Onix Radempthus ObinaYonk
    No ratings yet
  • Abstrak 2007
    Abstrak 2007
    Document1 page
    Abstrak 2007
    Onix Radempthus ObinaYonk
    No ratings yet
  • Bab I
    Bab I
    Document39 pages
    Bab I
    Onix Radempthus ObinaYonk
    No ratings yet
  • Abstrak 2007
    Abstrak 2007
    Document1 page
    Abstrak 2007
    Onix Radempthus ObinaYonk
    No ratings yet
  • Sofwan Hakim
    Sofwan Hakim
    Document7 pages
    Sofwan Hakim
    Onix Radempthus ObinaYonk
    No ratings yet
  • Ketentuan Tgas
    Ketentuan Tgas
    Document1 page
    Ketentuan Tgas
    Onix Radempthus ObinaYonk
    No ratings yet