You are on page 1of 3

Pelukis terkenal

Affandi Koesoema adalah seorang pelukis yang dikenal sebagai Maestro Seni
Lukis Indonesia, mungkin pelukis Indonesia yang paling terkenal di dunia internasional,
berkat gaya ekspresionisnya yang khas. Pada tahun 1950-an ia banyak mengadakan
pameran tunggal di India, Inggris, Eropa, dan Amerika Sarikat. Sebagai pelukis yang
produktif, Affandi telah melukis lebih dari dua ribu lukisan.
Semasa hidupnya, ia telah menghasilkan lebih dari 2.000 karya lukis. Karya-
karyanya yang dipamerkan ke berbagai negara di dunia, baik di Asia, Eropa, Amerika
maupun Australia selalu memukau pecinta seni lukis dunia. Pelukis yang meraih gelar
Doktor Honoris Causa dari University of Singapore tahun 1974 ini dalam mengerjakan
lukisannya, lebih sering menumpahkan langsung cairan cat dari tube-nya kemudian
menyapu cat itu dengan jari-jarinya, bermain dan mengolah warna untuk
mengekspresikan apa yang ia lihat dan rasakan tentang sesuatu.
Dalam perjalanannya berkarya, pemegang gelar Doctor Honoris Causa dari
University of Singapore tahun 1974, ini dikenal sebagai seorang pelukis yang menganut
aliran ekspresionisme atau abstrak. Sehingga seringkali lukisannya sangat sulit
dimengerti oleh orang lain terutama oleh orang yang awam tentang dunia seni lukis jika
tanpa penjelasannya. Namun bagi pecinta lukisan hal demikianlah yang menambah daya
tariknya.
Kesederhanaan cara berpikirnya terlihat saat suatu kali, Affandi merasa bingung
sendiri ketika kritisi Barat menanyakan konsep dan teori lukisannya. Oleh para kritisi
Barat, lukisan Affandi dianggap memberikan corak baru aliran ekspresionisme. Tapi
ketika itu justru Affandi balik bertanya, Aliran apa itu?.
Bahkan hingga saat tuanya, Affandi membutakan diri dengan teori-teori. Bahkan
ia dikenal sebagai pelukis yang tidak suka membaca. Baginya, huruf-huruf yang kecil dan
renik dianggapnya momok besar.
Bahkan, dalam keseharian, ia sering mengatakan bahwa dirinya adalah pelukis
kerbau, julukan yang diakunya karena dia merasa sebagai pelukis bodoh. Mungkin
karena kerbau adalah binatang yang dianggap dungu dan bodoh. Sikap sang maestro
yang tidak gemar berteori dan lebih suka bekerja secara nyata ini dibuktikan dengan
kesungguhan dirinya menjalankan profesi sebagai pelukis yang tidak cuma musiman
pameran. Bahkan terhadap bidang yang dipilihnya, dia tidak overacting.
Misalnya jawaban Affandi setiap kali ditanya kenapa dia melukis. Dengan enteng,
dia menjawab, Saya melukis karena saya tidak bisa mengarang, saya tidak pandai
omong. Bahasa yang saya gunakan adalah bahasa lukisan. Bagi Affandi, melukis adalah
bekerja. Dia melukis seperti orang lapar. Sampai pada kesan elitis soal sebutan pelukis,
dia hanya ingin disebut sebagai tukang gambar.
Lebih jauh ia berdalih bahwa dirinya tidak cukup punya kepribadian besar untuk
disebut seniman, dan ia tidak meletakkan kesenian di atas kepentingan keluarga. Kalau
anak saya sakit, saya pun akan berhenti melukis, ucapnya.
Sampai ajal menjemputnya pada Mei 1990, ia tetap menggeluti profesi sebagai
pelukis. Kegiatan yang telah menjadi bagian dari hidupnya. Ia dimakamkan tidak jauh
dari museum yang didirikannya itu.
Museum Affandi dirasmikan oleh Fuad Hassan, Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan ketika itu dalam sejarahnya telah pernah dikunjungi oleh Mantan Presiden
Soeharto dan Mantan Perdana Menteri Malaysia Dr. Mahathir Mohammad pada Juni
1988 kala keduanya masih berkuasa. Museum ini didirikan tahun 1973 di atas tanah
yang menjadi tempat tinggalnya.
Saat ini, terdapat sekitar 1.000-an lebih lukisan di Museum Affandi, dan 300-an
di antaranya adalah karya Affandi. Lukisan-lukisan Affandi yang dipajang di galeri I
adalah karya restropektif yang punya nilai kesejarahan mulai dari awal kariernya hingga
selesai, sehingga tidak dijual. Sedangkan galeri II adalah lukisan teman-teman Affandi,
baik yang masih hidup maupun yang sudah meninggal seperti Basuki Abdullah, Popo
Iskandar, Hendra, Rusli, Fajar Sidik, dan lain-lain. Adapun galeri III berisi lukisan-lukisan
keluarga Affandi.
Di dalam galeri III yang selesai dibangun tahun 1997, saat ini terpajang lukisan-
lukisan terbaru Kartika Affandi yang dibuat pada tahun 1999. Lukisan itu antara lain
"Apa yang Harus Kuperbuat" (Januari 99), "Apa Salahku? Mengapa ini Harus Terjadi"
(Februari 99), "Tidak Adil" (Juni 99), "Kembali Pada Realita Kehidupan, Semuanya
Kuserahkan KepadaNya" (Juli 99), dan lain-lain. Ada pula lukisan Maryati, Rukmini Yusuf,
serta Juki Affandi.
Affandi memang hanyalah salah satu pelukis besar Indonesia bersama pelukis
besar lainnya seperti Raden Saleh, Basuki Abdullah dan lain-lain. Namun karena
berbagai kelebihan dan keistimewaan karya-karyanya, para pengagumnya sampai
menganugerahinya berbagai sebutan dan julukan membanggakan antara lain seperti
julukan Pelukis Ekspressionis Baru Indonesia bahkan julukan Maestro. Adalah Koran
International Herald Tribune yang menjulukinya sebagai Pelukis Ekspressionis Baru
Indonesia, sementara di Florence, Italia dia telah diberi gelar Grand Maestro.
Berbagai penghargaan dan hadiah bagaikan membanjiri perjalanan hidup dari
pria yang hampir seluruh hidupnya tercurah pada dunia seni lukis ini. Di antaranya, pada
tahun 1977 ia mendapat Hadiah Perdamaian dari International Dag Hammershjoeld.
Bahkan Komite Pusat Diplomatic Academy of Peace PAX MUNDI di Castelo San Marzano,
Florence, Italia pun mengangkatnya menjadi anggota Akademi Hak-Hak Azasi Manusia.
Dari dalam negeri sendiri, tidak kalah banyak penghargaan yang telah
diterimanya, di antaranya, penghargaan "Bintang Jasa Utama" yang dianugrahkan
Pemerintah Republik Indonesia pada tahun 1978. Dan sejak 1986 ia juga diangkat
menjadi Anggota Dewan Penyantun ISI (Institut Seni Indonesia) di Yogyakarta. Bahkan
seorang Penyair Angkatan 45 sebesar Chairil Anwar pun pernah menghadiahkannya
sebuah sajak yang khusus untuknya yang berjudul "Kepada Pelukis Affandi".
Untuk mendekatkan dan memperkenalkan karya-karyanya kepada para pecinta
seni lukis, Affandi sering mengadakan pameran di berbagai tempat. Di negara India, dia
telah mengadakan pameran keliling ke berbagai kota. Demikian juga di berbagai negara
di Eropa, Amerika serta Australia. Di Eropa, ia telah mengadakan pameran antara lain di
London, Amsterdam, Brussels, Paris, dan Roma. Begitu juga di negara-negara benua
Amerika seperti di Brasil, Venezia, San Paulo, dan Amerika Serikat. Hal demikian jugalah
yang membuat namanya dikenal di berbagai belahan dunia. Bahkan kurator terkenal
asal Magelang, Oei Hong Djien, pernah memburu lukisan Affandi sampai ke Rio de
Janeiro.

You might also like