You are on page 1of 21

Agus K Larobu

Riza Agustian
Puspa
Dikenal
batuk 100 hari
batuk rejan
whooping cough
tussis quinta
violent cough

infeksi akut
serang saluran napas
sangat menular
batuk khas, sifat spasmodik / paroksismal
diakhiri tarikan napas panjang dan bunyi melengking
(whoop)
Epidemiologi
penyebaran diseluruh dunia, berpenduduk padat
terutama di negara berkembang
ditularkan melalui udara secara kontak langsung
(droplet infection)
menyerang semua umur, terbanyak usia 1 5 thn
ingkat ketularan pada anak non imunisasi 70 -100%,
sedang yang di imunisasi 15 - 50%

Etiologi
Bordetella pertussis atau Haemoephilus pertusis,
merupakan cocobasilus gram negatif aerob dengan
masa inkubasi 6 20 hari dengan rata-rata 7 10 hari
Genus Bordetella punya 6 spesies
Bordetella pertussis
Bordetella parapertussis
Bordetella bronkiseptika
Bordetella avium
B. holmesii
B. trematum

Patogenesis
Secara umum patogenesis infeksi Bordetella pertusis
terjadi melalui 4 tingkatan :
perlekatan pada cilia dan multiplikasi
perlawanan terhadap mekanisme pejamu
kerusakan lokal
timbul penyakit sistemik

Bordetella pertussis yang terhirup melalui udara
pernapasan melekat pada cilia epithel saluran
napas
Setelah melekat terjadi multiplikasi dan menyebar
keseluruh permukaan epithel saluran napas.

Bordetella
pertussis
Multiplikasi
Menyebar di
seluruh
permukaan
epitel
menghambat migrasi
limfosit dan makrofag
ke daerah infeksi
Hipoksia
Melekat
disilia epitel
sal.nafas
Filamentous
Hemaglutini
n (FHA)
Lymphositho
sis
Promoting
Factor (LPF)
adenosine
diphosphate
(ADP)
Fungsi silia
terganggu
>> jumlah
lendir/menumpuk
kolaps paru,
sumbatan
jalan nafas
Batuk
Gangguan
oksigenasi
Sianosis
Infeksi
sekund
er
Meningkatkan aktivitas
insulin shg kadar gula <<
Perubahan fungsi
fisiologis sel target
termasuk limfosit
(lemah dan mati)
Gejala Klinis

Secara umum gambaran klinik terdiri dari :
stadium kataralis
stadium paroksismal (spasmodik)
stadium konvalesen

stadium kataralis
Mulai terjadi secara bertahap dalam waktu 7-10 hari
setelah terinfeksi
menyerupai gejala infeksi saluran napas
atas :
pilek (rhinorreha)
injeksi konjungtiva
Lakrimasi
panas tidak terlalu tinggi
batuk ringan malam hari
Sukar dibedakan dengan common cold

Stadium spasmodik / paroksismal
batuk memberat
khas :
batuk spasmodik / paroksismal
panjang batuk (5 -15x)
diakhiri tarikan napas panjang dan
bunyi melengking (whooping)
Batuk atau lendir yang kental sering merangsang
terjadinya muntah
Hipersalivasi
berat badan menurun

Stadium Konvalesen
Mulai terjadi dalam waktu 4-6 minggu setelah gejala
awal
Batuk semakin berkurang, muntah juga berkurang,
anak tampak merasa lebih baik
napsu makan mulai membaik
Diagnosis

Anamnesis
riwayat kontak
serangan khas batuk paroksismal
bunyi whoop yang jelas
riwayat imunisasi
Pemeriksaan fisik
Gejala klinis yang didapat pada pemeriksaan fisik
tergantung dari stadium saat pasien diperiksa
Pemeriksaan laboratorium
Pada pemeriksaan labratorium didapatkan leukositosis
20,000-50,000 / UI
isolasi kuman Bordetella pertussis :
std kataralis 95 100%
std paroksismal 94% pada minggu ke-3 dan menurun
sampai 20% untuk waktu berikutnya
tes serologis berguna pada std lanjut pe- nyakit
cara Elisa untuk tentukan serum Ig M,Ig G dan Ig A
terhadap FHA (filamentous hemaglutinin) dan PT
(pertusis toxin)

Penatalaksanaan
Umum
Isolasi
bersihkan / isap lendir
pantau secara berkala tanda vital
hindari makanan / minuman yg merangsang batuk
bila tidak dapat makan / minum cairan parenteral
Bila perlu O
2

Antimikroba
Eritromisin, 40-50 mg/kg/hari(maksimum 2 g/hari)
Ampicillin : 100 mg / kg bb / hari / 3 - 4 dosis

Pencegahan
Imunisasi aktif
Kontak dengan penderita pertusis
Orang-orang yang kontak dengan penderita pertusis
yang belum mendapat imunisasi sebelumnya,
diberikan eritromisin selama 14 hari sesudah kontak
diputuskan. Jika kontak tidak dapat diputuskan,
eritromisin diberikan sampai batuk penderita berhenti
atau mendapat eritromisin selama 7 hari
Komplikasi
Bronkopneumonia
Bronkitis
otitis media yang sering disebabkan oleh S.pneumonia
Atelektasis
emfisema pulmonum
Bronkiektasi
aktivasi tuberkulosis
Pneumotoraks
Pneumonia merupakan penyulit paling sering
sebabkan kematian 90% pada anak < 3 tahun
Pneumonia dapat disebabkan Bordetella pertussis
sendiri, tapi lebih sering disebab-kan bakteri
sekunder Haemophylus influen-zae, Streptokokus
pnemumoniae, Stafilo-kokus aureus, Stafilokokus
pyogenes

hipoksia dan anoksia (batu berkepanjangan dan
sumbatan lendir)
perdarahan subaraknoid masif (tekanan intrakranial
akibat batuk)
gangguan elektrolit

You might also like