You are on page 1of 14

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

(RPP)


Nama Sekolah : SMA N 2 Tanjung Raja
Mata Pelajaran : Sejarah
Kelas/Semester : XI IPS 3/1
Alokasi Waktu : 2x45 menit (2 jam pelajaran)
Standar Kompetensi : 1. Menganalisis perjalanan bangsa Indonesia pada masa
negara-negara tradisional.
Kompetensi Dasar : 1.5 Menganalisis proses interaksi antara tradisi lokal,
Hindu-Buddha, dan Islam di Indonesia.
Indikator : 1. Menjelaskan pengertian akulturasi budaya
2. Menjelaskan akulturasi melalui budaya Istana
3. Menjelaskan akulturasi melalui kesenian Istana
4. Menyebutkan cirri-ciri dari masjid tradisional,
masjid makam, dan masjid modern.

I. Tujuan Pembelajaran:
Setelah mempelajari materi ini, siswa diharapkan mampu untuk:
1. Menjelaskan perngertian akulturasi budaya dengan benar.
2. Menjelaskan akulturasi melalui budaya Istana dengan baik.
3. Menjelaskan akulturasi melalui kesenian Istana dengan baik.
4. Menyebutkan cirri-ciri dari masjid tradisional, masjid makam, dan
masjid modern dengan baik.

II. Materi Ajar:

1. Pengertian Akulturasi Budaya
Akulturasi budaya adalah perpaduan antara kebudayaan yang berbeda
yang langsung bertemu secara damai dan serasi. Dalam perpaduan
budaya Islam ini dengan budaya lokal setempat terjadi tanpa
meninggalkan budaya lokal tersebut.

2. Akulturasi Budaya Islam Dengan Budaya Lokal Masyarakat Indonesia
Perpaduan kebudayaan Islam dengan budaya Lokal masyarakat Indonesia
dapat terlihat jelas pada beberapa aspek yaitu:
Budaya Istana
Terbagi menjadi beberapa aspek yang dapat dilihat perpaduannya,
yaitu:
a. Tata pemerintahan
Dalam perkembangan Islam dikenal adanya sistem Khalifah,
dimana seorang khalifah adalah kepala negara dan sekaligus
sebagai kepala agama. Dalam perkembangan Islam di Indonesia
raja-raja yang terdapat di Indonesia mendapat gelar Sultan setelah
mendapat persetujuan dari khalifah yang memerintah di Timur
Tengah. Sehingga dalam hal tata pemerintahan ini berubah dimana
pada awalnya raja-raja di Indonesia tidak memiliki gelar tetapi
setelah masuknya budaya Islam kita mengenal adanya gelar untuk
raja yaitu Sultan.
b. Bangunan Istana
Pada masa Hindu-Buddha pembangunan istana menggunakan
bahan-bahan yang mudah hancur seperti kayu dan bambu namun
stelah masuknya Islam pembangunan istana di bangun dengan
menggunakan bata atau bahan semacam perekat semen dan telah
terjadi akulturasi juga dengan budaya-budaya barat.
c. Masjid Agung
Sultan sebagai kepala negara dan juga pemimpin keagamaan
mempunyai kewajiban untuk membangun sebuah masjid Agung
untuk tempat shalat berjamaah bagi warganya serta sekaligus
sebagai kebanggaannya.

d. Istana sebagai Pusat Budaya
Dengan kekuasaan dari harta yang dimilikinya seorang Sultan
dapat berbuat banyak untuk perkembangan kebudayaan untuk
negaranya. Misalnya, ada batik-batik tertentu untuk golongan
Istana dan tidak dibenarkan dipakai oleh warga biasa dan beberapa
kesenian yang hanya boleh diselenggarakan didalam Istana.
Setelah masuknya Islam terjadi perubahan didalam lingkungan
Istana antara lain; pakaian sultan yang semula terbuka dibagian
tubuhnya (telanjang dada), kemudian diubah menjadi pakaian
yang menutup dadanya. Demikian pula wanita Istana yang semula
banyak memakai kemben (penutup sampai dada), secara
berangsur-angsur semakin banyak memakai baju tertutup sesuai
dengan ajaran agama Islam.

Kesenian Istana
Dalam bidang kesenian ada beberapa bentuk kesenian yang
mengalami akulturasi dengan kebuadayaan Islam yaitu:
a. Seni tari dan musik
Dalam pelaksanaan seri tari ini biasanya diselenggarakan didalam
Istana yaitu di bagian pendopo Istana. Seni tari ini diiringi dengan
alat musik tradisional yaitu seperangkat Gamelan. Dalam
perkembangan agama Islam seni tari dan musik ini berfungsi
untuk memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad Saw yang
disebut dengan Gamelan Sekaten.
b. Seni wayang
Dalam pertunjukan seni wayang mengambil dari kisah Mahabrata
dan Ramayana yang pada masa Islam dilakukan perubahan sedikit
yaitu nama dan tokoh serta alurnya diganti dengan cerita-cerita
tentang tokoh-tokoh Islam serta dilatarbelakangi adanya kerajaan
yang harus melaksanakan peperangan untuk kelestarian kerajaan.

c. Seni sastra
Dalam perkembangan seni sastra, Istana memiliki pujangga-
pujangga Istana yang berfungsi untuk menciptakan seni sastra
yang tinggi dan sekaligus melestarikan posisi raja. Seperti contoh
karya sastra yang berjudul Joko Lodang dan Jayabaya yang
merupakan karya dari R. Ng. Ronggowarsito seorang sastrawan
dari Istana Kasunanan Surakarta.

Masjid
Kata Masjid berasal dari bahasa Arab yaitu sajada yang berarti
tempat persujudan atau sebagai tempat umat Islam melakukan shalat
(sembahyang). Masjid termasuk dalam seni bangunan yang terjadi
akulturasi dengan budaya masyarakat Indonesia sebelum mengenal
Islam, yang dalam perkembangannya dibagi dalam 3 aspek sebagai
berikut:
a. Masjid tradisional
Ada beberapa cirri dari masjid tradisional ini yaitu:
- Bentuknya bersumber dari meru yaitu bagian atapnya seperti
tumpang namun berjumlah ganjil dimana pada bagian paling
bawah diperluas agar umat Islam dapat melakukan shalat
didalamnya.
- Bahan bangunan berasal dari alam sekitar. Seperti atap masjid
ini berasal dari bahan ijuk dan rumbia.
- Atap dibuat dengan kemiringan yang cukup tinggi, dengan
tujuan agar air hujan tidak mudah meresap kedalam masjid,
diantara atap satu dengan yang lain terdapat jarak dengan
fungsinya sebagai ventilasi.
- Puncak atap diberi makuta (mahkota) yang berfungsi untuk
menghindari kebocoran.
- Adanya pendopo, yang berfungsi sebagai tempat bagi anak-
anak membaca Al-Quran.
b. Masjid makam
Masjid makam adalah perpaduan masjid dengan makam. Masjid
makam yang terkenal hingga sekarang adalah masjid makam
banten, demak, kudus, dan sendang duwur.
c. Masjid modern
Ada beberapa cirri dari masjid modern, yaitu:
- Dibangun dengan bahan-bahan seperti genting untuk atap,
dinding dari tembok bata merah, dan lantainya dari tegel atau
keramik.
- Pada bagian atap banyak memakai kubah.
- Adanya menara yang berfungsi sebagai tempat para muazin
mengumandangkan azan.
- Tidak dikaitkan dengan makam sehingga tidak timbul rasa
angker.

III. Model dan Metode Pembelajaran
a. Metode Pengajaran: Ceramah bervasiasi, tanya jawab.
b. Model Pembelajaran: Talking Stick kombinasi dengan Lempar
Dadu.

IV. Langkah-Langkah Pembelajaran:
a. Kegiatan Awal
1. Mengucapkan salam.
2. Mengecek kehadiran siswa.
3. Apersepsi
Tahukah kalian, apa yang dimaksud dengan akulturasi
budaya itu?
4. Guru mengaitkan jawaban-jawaban siswa dengan tujuan
pembelajaran berikutnya.
5. Siswa diminta memperhatikan penjelasan guru tentang
tujuan pembelajaran dan rencana kegiatan yang akan
dilakukan.

b. Kegiatan Inti
a. Eksplorasi
1. Guru menyiapkan sebuah tongkat, musik, dadu, dan papan
pertanyaan.
2. Guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari,
kemudian memberikan kesempatan kepada peserta didik
untuk membaca dan mempelajari materi.
3. Setelah selesai membaca materi atau buku pelajaran,
peserta didik menutup bukunya.
4. Guru memberikan penjelasan kepada peserta didik terhadap
langkah-langkah pelajaran selanjutnya.

b. Elaborasi
1. Guru mengambil tongkat dan memberikannya kepada salah
satu peserta didik dan tongkat tersebut digilirkan ke peserta
didik lainnya.
2. Guru memainkan musik sembari tongkat tersebut bergilir
kemudian guru mematikan musik tersebut.
3. Setelah musik dimatikan, peserta didik yang terakhir
memegang tongkat, dipersilahkan untuk maju ke depan dan
melemparkan dadu
4. Nomor dadu yang muncul itulah yang harus dijawab pada
papan pertanyaan yang sesuai dengan angka tersebut.
5. Bagi siswa yang benar menjawab akan mendaptkan reward
dari guru.
6. Demikian seterusnya sampai rata-rata semua peserta didik
mendapatkan pertanyaan.
c. Kegiatan Akhir (20 Menit)
1. Guru bersama-sama dengan siswa menyimpulkan materi
pembelajaran.
2. Guru memberikan soal evaluasi.
3. Guru memberitahukan kepada siswa tentang materi yang
akan dipelajari pada pertemuan selanjutnya.
4. Guru menutup pelajaran dengan salam.

V. Media, Alat, dan Sumber/Bahan Ajar:
1. Media:
1. Kartor Bergambar
2. Papan Pertanyaan
2. Alat:
1. Papan tulis
2. Tongkat
3. Musik/handphone
4. Speaker
3. Sumber/bahan ajar:
Buku:
Mustopo, Habib dkk. 2007. Sejarah SMA Kelas XI Program IPS.
Jakarta : Yudhistira. Halaman 88-90.
Supriyatna, Nana. 2006 . Sejarah untuk SMA Kelas XI Program
IPS. Bandung: Grafindo Media Pratama. Halaman 72-77.
Badrika, I Wayan. 2006. Sejarah untuk SMA Kelas XI. Jakarta :
Erlangga.

VI. Penilaian
a. Prosedur penilaian: Penilaian akhir
b. Teknik penilaian: Teknik tes
c. Bentuk penilaian: Tes tertulis

d. Daftar pertanyaan:
1. Jelaskan yang dimaksud dengan akulturasi budaya!
2. Jelaskan akulturasi melalui budaya Istana!
3. Jelaskan akulturasi melalui kesenian Istana!
4. Sebutkan cirri-ciri dari masjid tradisional, masjid makam, dan
masjid modern!

e. Kunci Jawaban dan Teknik Penskoran

No Jawaban Skor
1.








2.











3.










Akulturasi Budaya adalah perpaduan antara
kebudayaan yang berbeda yang langsung bertemu
secara damai dan serasi. Dalam perpaduan budaya
Islam ini dengan budaya lokal setempat terjadi
tanpa meninggalkan budaya lokal tersebut.

Akulturasi melalui budaya Istana terbagi menjadi
beberapa aspek yang dpaat dilihat perpaduannya,
yaitu:
a. Tata pemerintahan
b. Bungunan Istana
c. Masjid agung
d. Istana sebagai pusat budaya.

Akulturasi melalui kesenian Istana ini terdapat
beberapa bentuk kesenian yang mengalami
akulturasi dengan budaya Islam yaitu:
a. Seni tari dan musik
b. Seni wayang
c. Seni sastra

20








20











20










4. Ciri masjid tradisional:
- Bentuknya bersumber dari meru yaitu bagian
atapnya seperti tumpang namun berjumlah
ganjil dimana pada bagian paling bawah
diperluas agar umat Islam dapat melakukan
shalat didalamnya.
- Bahan bangunan berasal dari alam sekitar.
Seperti atap masjid ini berasal dari bahan ijuk
dan rumbia.
- Atap dibuat dengan kemiringan yang cukup
tinggi, dengan tujuan agar air hujan tidak
mudah meresap kedalam masjid, diantara
atap satu dengan yang lain terdapat jarak
dengan fungsinya sebagai ventilasi.
- Puncak atap diberi makuta (mahkota) yang
berfungsi untuk menghindari kebocoran.
- Adanya pendopo, yang berfungsi sebagai
tempat bagi anak-anak membaca Al-Quran.

Masjid makam merupakan perpaduan masjid
dengan makam.

Cirri dari masjid modern, yaitu:
a. Dibangun dengan bahan-bahan seperti
genting untuk atap, dinding dari tembok
bata merah, dan lantainya dari tegel atau
keramik.
b. Pada bagian atap banyak memakai kubah.
c. Adanya menara yang berfungsi sebagai
tempat para muazin mengumandangkan
40
azan.
d. Tidak dikaitkan dengan makam sehingga
tidak timbul rasa angker.

Jumlah Skor 100




Tanjung Raja, 27 November 2013
Guru PPL,
Guru Pamong Mata Pelajaran,






Yusnoni Komala Dewi, S.Pd. Dewi Handayani
NIP: 197707152006042018 NIM: 06101004027

Mengetahui,
Kepala SMA N 2 Tanjung Raja


Ismail Mayuza, M.Pd.
NIP: 196210051984111001










LAMPIRAN

1. Tongkat Materi



2. Lagu Halo-Hallo Bandung
Halo-halo Bandung

Halo-halo Bandung
Ibukota Periangan
Halo-halo Bandung
Kota kenang-kenangan

Sudah lama Beta
Tidak berjumpa dengan Kau
Sekarang telah menjadi Lautan Api
Mari Bung
Rebut kembali


3. Gambar Dadu yang digunakan

4. Papan Pertanyaan
1.


2.


3.

4.

5.

6.

7.

8.





Apa yang dimaksud dengan Akulturasi Budaya?
Sebutkan dua aspek perpaduan budaya Islam dengan
budaya Istana
Jelaskan akulturasi melalui kesenian wayang?
Apa yang dimaksud dengan masjid?
Sebutkan 2 bentuk kesenian yang mengalami
akulturasi dengan budaya Islam!






Jelaskan apa yang dimaksud dengan masjid makam?
Sebutkan 2 cirri-ciri dari masjid modern!
Jelaskan bangunan Istana pada masa pra-Islam dan
sesudah masukny Islam di Indonesia?
5. Media Gambar
1. Kesenian Gamelan


2. Istana







3. Masjid tradisional



4. Masjid Modern

You might also like