You are on page 1of 12

vol 6 oo 1 1b 2010 kotoktetlstlk Joo leoqetobooo losleo

hLLp://[urnal.unlmus.ac.ld

99
KARAKTERISTIK DAN PENGETAHUAN PASIEN DENGAN MOTIVASI
MELAKUKAN KONTROL TEKANAN DARAH DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS SRAGI I PEKALONGAN
Mubin,MF.
1
, Samiasih,A.
2
Hermawanti T
3

1,2,3
Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Semarang
Abstract
Hypertension is high blood pressure is settled where the systolic pressure above 140 mmHg and
dastolic pressure above 90 mmHg. The elderly, hypertension defined as systolic pressure of 160
mmHg and diastolic above 90 mmHg. Not many people who know the dangers of this disease.
Purpose of this study to correlate the characteristics and knowledge of hypertensive patient with
blood pressure control motivation on regular basis in the working area of the district healt center
seragi I Pekalongan. Descriptive analytic study using croos sectional approach. Sample 88
respondents with total sampling technique. Results showed patients with hypertension most often
occurs at the age of 60 years, female sex, elementary Education, as a laborer / farmer and
knowledgeable being. Three is no significant relationship between the characterstics of patien with
hypertension with blood pressure control motivation ( > 0,05 ). Three is significant relationship
between knowledge and motivation of regular blood pressure control ( < 0.05 ).
Key word : the characteristics, knowlegde, motivation blood pressure control.

Abstrak
Hipertensi adalah tingginya tekanan darah secara menetap dimana tekanan sistolik diatas 140
mmhg dan tekanan diastolik diatas 90 mmhg. Pada lansia hipertensi ditetapkan sebagai tekanan
sistolik 160 mmhg dan diastolik diatas 90 mmhg. Belum banyak masyarakat yang mengetahui
bahaya penyakit ini. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan karakteristik dan
pengetahuan pasien dengan motivasi kontrol tekanan darah diwilayah kerja Puskesmas Sragi I
Pekalongan. Jenis penelitian deskriptif analitik disain cross sectional. Sampel 88 responden,
teknik total sampling. Hasil penelitian menunjukkan penderita hipertensi paling sering terjadi
pada usia 60 tahun, perempuan, pendidikan SD, bekerja sebagai buruh / petani dan
berpengetahuan sedang. Tidak ada hubungan yang signifikan antara karakteristik pasien dengan
motivasi kontrol tekanan darah ( > 0,05 ). Ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan
dengan motivasi kontrol tekanan darah ( < 0,05 ).
Kata kunci : karakteristik, pengetahuan, motivasi kontrol tekanan darah .

1. Latar Belakang
Hipertensi menjadi penyebab kematian nomor tiga setelah stroke
dan tuberculosis. Hipertensi adalah tekanan darah dimana tekanan sistolik
lebih dari 140 mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 90 mmHg. Tekanan
darah tinggi menjadi bermasalah hanya bila tekanan darah tersebut
Mubin,MF., Samiasih,A. I kesebot Mosy loJooes

hLLp://[urnal.unlmus.ac.ld

100
persisten karena membuat sistem sirkulasi dan organ yang mendapat
suplai darah (termasuk jantung dan otak) menjadi tegang. (Palmer &
William, 2007) Kejadian hipertensi di Indonesia mencapai 31,7% dari
penduduk dewasa. Prevalensi berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan
7,2%. Dari jumlah itu hanya sekitar 0,4% kasus yang meminum obat
hipertensi untuk pengobatan. (Riskesdas, 2007) Kejadian hipertensi di
Jawa Tengah mencapai 7,6% untuk kasus hipertensi yang berdasarkan
diagnosis tenaga kesehatan, 7,9% kasus berdasarkan minum obat dan
37,0% kasus oleh tenaga kesehatan berdasarkan hasil pengukuran tekanan
darah. (Riskesdas, 2007) Kejadian hipertensi untuk daerah Kabupaten
Pekalongan yaitu 20,6% dari jumlah masing-masing Kabupaten sebanyak
2000 responden. (Sugiarto, 2007)
Survey awal di Puskesmas Perawatan Sragi I Kecamatan Sragi
Kabupaten Pekalongan didapatkan jumlah kunjungan pasien dari bulan
Januari sampai Juli 2010 adalah 838 orang dimana 412 adalah pasien
yang baru menderita hipertensi dan 427 orang adalah pasien lama dan dari
10 orang pasien hipertensi di desa Sragi yang tidak pernah kontrol ke
Puskesmas Sragi I, diperoleh 8 orang mengatakan tahu tentang hipertensi,
9 orang mengatakan hipertensi dianggap penyakit tidak berbahaya, 9 orang
mengatakan kontrol hanya bila mengalami sakit batuk, diare, sesak nafas
dan lain-lain.
Penyakit hipertensi mungkin belum banyak diketahui sebagai
penyakit yang berbahaya, padahal hipertensi termasuk penyakit pembunuh
diam-diam, karena penderita hipertensi merasa sehat dan tanpa keluhan
berarti sehingga menganggap ringan penyakitnya. Sehingga pemeriksaan
hipertensi ditemukan ketika dilakukan pemeriksaan rutin/saat pasien
datang dengan keluhan lain. Dampak gawatnya hipertensi ketika telah
terjadi komplikasi, jadi baru disadari ketika telah menyebabkan gangguan
organ seperti gangguan fungsi jantung koroner, fungsi ginjal, gangguan
fungsi kognitif/stroke. Hipertensi pada dasarnya mengurangi harapan
hidup para penderitanya. Penyakit ini menjadi muara beragam penyakit
vol 6 oo 1 1b 2010 kotoktetlstlk Joo leoqetobooo losleo


hLLp://[urnal.unlmus.ac.ld

101
degeneratif yang bisa mengakibatkan kematian. Hipertensi selain
mengakibatkan angka kematian yang tinggi juga berdampak kepada
mahalnya pengobatan dan perawatan yang harus ditanggung para
penderitanya. Perlu pula diingat hipertensi berdampak pula bagi penurunan
kualitas hidup. Bila seseorang mengalami tekanan darah tinggi dan tidak
mendapatkan pengobatan secara rutin dan pengontrolan secara teratur,
maka hal ini akan membawa penderita ke dalam kasus-kasus serius bahkan
kematian. Tekanan darah tinggi yang terus menerus mengakibatkan kerja
jantung ekstra keras, akhirnya kondisi ini berakibat terjadi kerusakan
pembuluh darah jantung, ginjal, otak dan mata. ( Wolff, 2006 )
Motivasi adalah suatu set atau kumpulan perilaku yang
memberikan landasan bagi seseorang untuk bertindak dalam suatu cara
yang diarahkan kepada tujuan spesifik tertentu. Motivasi muncul dalam
dua bentuk dasar, yaitu motivasi ekstrinsik dan motivasi intrinsik
(Soeroso,2003).
2. Tujuan
Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan karakteristik dan pengetahuan pasien
hipertensi dengan motivasi melakukan kontrol tekanan darah secara rutin
di wilayah kerja Puskesmas Perawatan Sragi I.
Tujuan khusus
a. Mendeskripsikan tentang umur pasien hipertensi yang di willayah
kerja Puskesmas Perawatan Sragi I Kabupaten Pekalongan.
b. Mendeskripsikan tentang jenis kelamin pasien hipertensi di wilayah
kerja Puskesmas Perawatan Sragi I Kabupaten Pekalongan.
c. Mendeskripsikan tentang pendidikan pasien hipertensi di wilayah kerja
Puskesmas Perawatan sragi I Kabupaten Pekalongan.
d. Mendeskripsikan tentang pekerjaan pasien hipertensi di wilayah
Puskesmas Perawatan Sragi I Kabupaten Pekalongan.
e. Mendeskripsikan tentang pengetahuan pasien hipertensi di wilayah
kerja Puskesmas Perawatan sragi I Kabupaten Pekalongan.
Mubin,MF., Samiasih,A. I kesebot Mosy loJooes

hLLp://[urnal.unlmus.ac.ld

102
f. Mendeskripsikan motivasi pasien hipertensi di wilayah kerja
Puskesmas Perawatan Sragi I Kabupaten Pekalongan.
g. Menganalisis hubungan antara karakteristik (umur, jenis kelamin,
pengetahuan, pendidikan, pekerjaan) pasien hipertensi dengan motivasi
melakukan kontrol tekanan darah secara rutin di wilayah kerja
Puskesmas Perawatan Sragi I Kabupaten Pekalongan.

3. Metode
Jenis penelitian deskriptif analitik dengan tujuan untuk mengetahui
hubungan karakteristik dan pengetahuan pasien hipertensi terhadap
motivasi melakukan kontrol tekanan darah secara rutin di Puskesmas,
disain cross sectional,sampel yang digunakan adalah penderita hipertensi
88 orang (total sampling),penelitian dilakukan di Wilayah kerja
Puskesmas Perawatan Sragi I Kabupaten Pekalongan. Alat pengumpul
data dengan menggunakan kuesioner. Analisis univariat menggunakan
distribusi frekwensi, analisis bivariat Chi square.

4. Hasil
Hasil penelitian didapatkan usia penderita hipertensi di Puskesmas
Perawatan Sragi I min 33 tahun, max 75 tahun, mean 60 tahun. Perempuan
lebih sering terjadi dari pada laki-laki dengan prosentase perempuan 55,7
% yang menderita hipertensi dan laki- laki 44,3 % dengan tingkat
pendidikan rendah yaitu tidak tamat SD (37,5 %) dan Tamat SD/ SMP
(54,5 %). Lebih sering terjadi bagi mereka yang bekerja sebagai
buruh/petani (39,8 %), berpengetahuan sedang ( 45,5 %), memiliki
motivasi sedang (55,7%). Seperti yang terlihat pada table berikut:
Tabel 4.1
karakteristik penderita Hipertensi Berdasarkan Usia di wilayah Kerja Puskesmas
perawatan Sragi I Kabupaten Pekalongan, Tahun 2010
Umur responden Frequency Percent
kurang sama dengan 50
33 37.5
lebih 50
55 62.5
vol 6 oo 1 1b 2010 kotoktetlstlk Joo leoqetobooo losleo


hLLp://[urnal.unlmus.ac.ld

103
Total
88 100.0

Tabel. 4.2
Karakteristik penderita Hipertensi Berdasarkan Jenis Kelamin di wilayah kerja
Puskesmas Perawatan Sragi I Kabupaten Pekalongan , Tahun 2010
Jenis Kelamin penderita Hipertensi Jumlah Prosentase
Laki- laki
Perempuan
39
49

44,3 %
55,7 %

Total 88 100 %

Tabel.4.3
Karakteristik penderita Hipertensi Berdasarkan Tingkat Pendidikan di wilayah
kerja Puskesmas Perawatan Sragi I Kabupaten Pekalongan tahun 2010
Pendidikan responden jumlah Prosentase
dasar
81 92.0
menengah
7 8.0
Total
88 100.0

Tabel.4.4
Karakteristik penderita hipertensi berdasarkan pekerjaan di Wilayah Kerja
Puskesmas Perawatan Sragi I kabupaten Pekalongan Tahun 2010
Pekerjaan responden jumlah Prosentase
bekerja
58 65.9
tidak bekerja
30 34.1
Total
88 100.0

Tabel. 4.5
Tingkat Pengetahuan Penderita Hipertensi Tentang hipertensi di Wilayah Kerja
Puskesmas Perawatan Sragi I Kabupaten Pekalongan Tahun 2010

Pengetahuan responden jumlah Prosentase
baik
32 36.4
kurang
56 63.6
Total
88 100.0
Tabel.4.6
Motivasi Penderita hipertensi dalam Melakukan Kontrol Tekanan Darah Secara Rutin di
Wilayah kerja Puskesmas Perawatan Sragi I tahun 2010
Motivasi jumlah Prosentase
baik
29 33.0
kurang
59 67.0
Total
88 100.0

Mubin,MF., Samiasih,A. I kesebot Mosy loJooes

hLLp://[urnal.unlmus.ac.ld

104
Hasil analisis korelasi Chi square diperoleh hasil tidak ada
hubungan antara karakteristik pasien( umur, jenis kelamin, dan pekerjaan)
dengan motivasi kontrol tekanan darah secara rutin seperti terlihat pada
table berikut:
Tabel.4.7
Hubungan umur penderita hipertensi dengan motivasi melakukan kontrol tekanan darah
secara rutin di wilayah kerja Puskesmas perawatan Sragi I Kabupaten Pekalongan Tahun
2010
Umur Motivasi Melakukan kontrol Tekanan
Dartah secara Rutin
Total P Value
Baik Kurang
Kurang dari
50 tahun
Lebih 50
tahun
8
(24,2%)
21
(38,2%)
25
(75,8%)
34
(61,8%)
33
(100%)
55
(100%)


0,178

Tabel.4.8
Hubungan Jenis kelamin penderita hipertensi dengan motivasi melakukan kontrol
tekanan darah secara rutin di wilayah kerja Puskesmas perawatan Sragi I Kabupaten
Pekalongan Tahun2010
Jenis
kelamin
Motivasi Melakukan kontrol Tekanan
Dartah secara Rutin
Total P Value
Baik Kurang
Laki-laki

Perempuan
16
(41%)
13
(26,5%)
23
(59%)
36
(32,9%)
39
(100%)
49
(100%)


0,151


Tabel.4.10
Hubungan Pekerjaan penderita hipertensi dengan motivasi melakukan kontrol
tekanan darah secara rutin di wilayah kerja Puskesmas perawatan Sragi I Kabupaten
Pekalongan Tahun2010

Pekerjaan Motivasi Melakukan kontrol Tekanan
Dartah secara Rutin
Total P Value
Baik Kurang
Bekerja

Tidak
bekerja
18
(31%)
11
(36,7%)
40
(69%)
19
(63,3%)
58
(100%)
30
(100%)


0,178

Ada hubungan antara karakteristik pasien( pekerjaan ) dengan motivasi
kontrol tekanan darah secara rutin seperti terlihat pada table berikut:




0.178
0.131
0.178
vol 6 oo 1 1b 2010 kotoktetlstlk Joo leoqetobooo losleo


hLLp://[urnal.unlmus.ac.ld

103



Tabel. 4.9
Hubungan Pendidikan penderita hipertensi dengan motivasi melakukan kontrol
tekanan darah secara rutin di wilayah kerja Puskesmas perawatan Sragi I Kabupaten
Pekalongan Tahun2010

Pendidikan Motivasi Melakukan kontrol Tekanan
Dartah secara Rutin
Total P Value
Baik Kurang
Dasar

Menengah
23
(28,4%)
6
(85,7%)%)
58
(71,6%)
1
(14,3%)

81
(100%)
7
(100%)


0,005


Ada hubungan antara pengetahuan pasien hipertensi dengan motivasi
kontrol tekanan darah secara rutin seperti yang terlihat pada tabel berikut
Tabel 4.11
Hubungan Pengetahuan penderita hipertensi dengan motivasi melakukan
kontrol tekanan darah secara rutin di wilayah kerja Puskesmas Perawatan
Sragi I Kabupaten Pekalongan Tahun 2010
Pengetahuan Motivasi Melakukan kontrol Tekanan
Dartah secara Rutin
Total P Value
Baik Kurang
Baik

kurang
22
(68,8%)
7
(12,5%)
10
(31,3%)
49
(87,5%)
32
(100%)
56
(100%)


0,000


4. Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian terhadap umur penderita hipertensi
diketahui paling banyak terjadi pada usia 55- 64 tahun (30,7 %) dan usia lebih
64 tahun (30,7 %). Hal ini terjadi karena insiden hipertensi meningkat dengan
bertambahnya usia yang disebabkan oleh perubahan alamiah dalam tubuh
yang mempengaruhi jantung, pembuluh darah dan hormon. Perubahan
struktural dan fungsional pada sistem pembuluh darah perifer bertanggung
jawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada lanjut usia. Perubahan
tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat, dan
0.003
Mubin,MF., Samiasih,A. I kesebot Mosy loJooes

hLLp://[urnal.unlmus.ac.ld

106
penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya
menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah.
Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam
mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung (volume
sekuncup), mengakibatkan penurunan curah jantung dan peningkatan tahanan
perifer (Smeltzer, Bare, 2002).
Berdasarkan penelitian terhadap jenis kelamin maka didapatkan bahwa
perempuan lebih banyak yang menderita hipertensi (49 %) daripada laki-laki
(39 %).Sistem Hormonal pada wanita bekerja sering mengalami masa masa
tidak stabil misalnya saat haid (mengalami ketegangan emosi sehingga dapat
meningkatkan tekanan darah karena adanya pelepasan adrenalin dan
noradrenalin yang bersifat vasokontriksi) ketika hamil dan melahirkan karena
ketika mulai hamil dalam tubuh terjadi peningkatan hormon- hormon tertentu
secara dratis dan ketika melahirkan peningkatan itu menjadi penurunan yang
sangat dratis. Kontrasepsi hormonal,obesitas.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap pendidikan diketahui
bahwa sebagian besar (54,5 %) penderita hipertensi tamat SD/ tamat SMP,
rendahnya tingkat pendidikan penderita hipertensi mengakibatkan mereka sulit
menerima informasi tentang hipertensi sehingga semakin sedikit pula
pengetahuan tentang hipertensi yang mereka miliki.

Berdasarkan penelitian terhadap pekerjaan penderita hipertensi
kebanyakan terjadi pada mereka yang bekerja sebagai buruh/petani/nelayan
(39,5 %). Hipertensi lebih banyak terjadi pada pekerja sebagai buruh / petani
karena salah satu faktor resikonya adalah berkaitan erat dengan cara hidup
kita seperti cara kita dalam menghadapi permasalahan dan dipengaruhi juga
oleh berat ringannya pekerjaan seseorang seperti para buruh / petani maka
kejadian hipertensi paling banyakk terjadi pada golongan pekerja seperti
mereka.
Hasil penelitian terhadap pengetahuan tentang hipertensi diperoleh
45,5 % berpengetahuan sedang. Pengetahuan yang sedang tentang hipertensi
vol 6 oo 1 1b 2010 kotoktetlstlk Joo leoqetobooo losleo


hLLp://[urnal.unlmus.ac.ld

107
mengakibatkan kurangnya pemahaman mereka tentang penyakit hipertensi.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui 55,7% penderita hipertensi mempunyai
motivasi sedang. Motivasi dibutuhkan oleh penderita hipertensi untuk selalu
kontrol tekanan darah secara rutin, karena hipertensi merupakan penyakit yang
tidak dapat hilang dengan sendirinya dan diperlukan kedisiplinan penderita
untuk menjaga pola makan dan gaya hidup yang lebih sehat agar terhindar dari
serangan stroke yang dapat menimbulkan kecacatan dan kematian.
Tidak adanya hubungan antara umur dengan motivasi kontrol tekanan
darah diPuskesmas Perawatan sragi I dikarenakan umur penderita terbanyak
adalah 60 tahun, dimana pada usia tersebut kekuatan tubuh dalam menempuh
ke Puskesmas atau poliklinik desa dengan jarak yang tidak begitu dekat
sehingga memerlukan kendaraan atau sepeda untuk menempuhnya, dan
kondisi jalan yang rusak dibeberapa desa untuk menuju ketempat pelayanan
kesehatan walaupun sebenarnya desa yang letaknya jauh dari Puskesmas
Induk sudah dibangun poliklinik poliklinik desa tetapi poliklinik desa
tersebut tidak buka tiap hari semua.hanya satu poloklinik desa yang buka tiap
hari namun dari penderita hipertensinya ada yang hanya suka diperiksa oleh
tenaga kesehatan tertentu.
Tidak ada hubungan yang bermakna antara jenis kelamin penderita
hipertensi dengan motivasi kontrol tekanan darah secara rutin di Wilayah
Kerja Puskesmas Perawatan Sragi I. motivasi timbul karena adanya kebutuhan
dan tidak dipengaruhi oleh jenis kelamin.
Tidak ada hubungan yang bermakna antara Pekerjaan pasien hipertensi
dengan motivasi kontrol Tekanan Darah secara Rutin di Wilayah Puskesmas
Perawatan Sragi I. Hasil penelitian pada 88 responden diketahui 19 orang
(54,3 %) memiliki motivasi sedang bagi penderita yang bekerja sebagai buruh
/petani.Tidak adanya hubungan yang bermakna antara pekerjaan dan motivasi
kontrol tekanan darah di Puskesmas Perawatan Sragi dikarenakan sebagian
besar penderita bekerja sebagai buruh atau petani . Sedangkan Puskesmas
maupun poliklinik desa buka dari jam 7.30 sampai jam 12.00, dimana jam
jam tersebut para penderita lebih memilih bekerja disawah untuk mencukupi
Mubin,MF., Samiasih,A. I kesebot Mosy loJooes

hLLp://[urnal.unlmus.ac.ld

108
kebutuhan mereka dibandingkan kontrol tekanan darah diPuskesmas yang
dirasakan mereka kurang penting karena tidak ada keluhan yang mereka
rasakan.
Ada hubungan yang bermakna antara tingkat pendidikan dengan
motivasi kontrol tekanan darah secara rutin di wilayah kerja Puskesmas
Perawatan Sragi I. Sampel yang digunakan dalam penelitian sebagian besar
adalah berpendidikan SD, dan tidak tamat SD dan hanya sebagian kecil yang
tamat SMA/SMK dan sampel tersebut tidak diambil dalam porsi yang
seimbang.
Hasil Penelitian terhadap pengetahuan yaitu ada hubungan yang
bermakna antara tingkat pengetahuan dengan motivasi kontrol tekanan darah
secara rutin di wilayah kerja Puskesmas Perawatan Sragi I. Adanya hubungan
yang bermakna antara pengetahuan dan motivasi kontrol tekanan darah secara
rutin dikarenakan jika seseorang memiliki pengetahuan tentang penyakit
hipertensi seperti akibat dari penyakit tersebut jika tidak minum obat / kontrol
tekanan darah secara rutin maka penderita berusaha untuk mencegah agar
tidak terjadi komplikasi atau akibat yang lebih buruk sehingga mereka
meluangkan waktunya untuk kontrol tekanan darah. Sebaliknya mereka yang
memiliki pengetahuan rendah tentang penyakit hipertensi maka mereka tidak
merasa takut akan komplikasinya karena mereka tidak tahu sehingga kontrol
tekanan darah bagi mereka bukanlah suatu kebutuhan jika tidak ada keluhan
yang dialami.

5. Kesimpulan
a. Tidak ada hunbungan yang signifikan antara karakteristik ( umur, jenis
kelamin dan pekerjaan ) pasien hipertensi dengan motivasi melakukan
kontrol tekanan darah secara rutin di wilayah kerja Puskesmas
Perawatan Sragi I dengan value umur 1.178, jenis kelamin 1.151, dan
pekerkaan 1.178 .
b. Ada hubungan antara karakteristik (pendidikan) pasien hipertensi
dengan motivasi melakukan kontrol tekanan darah secara rutin di
vol 6 oo 1 1b 2010 kotoktetlstlk Joo leoqetobooo losleo


hLLp://[urnal.unlmus.ac.ld

109
wilayah kerja Puskesmas Perawatan Sragi I dengan value 0,005 ( <
0,05).
c. Ada hubungan yang significan antara tingkat pengetahuan dengan
motivasi kontrol tekanan darah secara rutin di wilayah kerja Puskesmas
Perawatan Sragi I dengan value 0,000 ( < 0,05).

6. Kepustakaan
Asrori,M.(2007). Psikologi pembelajaran. Bandung : CV. Wacana Prima.
Baugman & Diane, C. (2000). Keperawatan Medikal Bedah: Buku saku untuk
Burnner & Sudarth. Jakarta : EGC.
Cahyanto, A. (2008). Hubungan tingkat pendidikan & pengetahuan tentang
hipertensi terhadap motivasi kontrol tekanan darah. Pekalongan :
STIKES Pekajangan.
Dahlan, M.S. (2006). Besar Sampel Dalam Penelitian Kedokteran dan Kesehatan.
Jakarta: Arkans
Hastono,S.P. (2001) . analisa data. Jakarta : FKM UI.
Idaparida. Hormon pada Wanita. http://
www.oocities.com/idaparida/sehat/hormon.html. Diunduh tanggal 14
Maret 2011
Notoatmojo, S. (2003). Pendidikan & Perilaku Kesehatan. Jakarta : PT Rineka
Cipta.
___________ (2005). Metodologi Penelitian Kesehatan. Edisi Revisi. Jakarta : PT
Rineka Cipta.
____________. (2007). Promosi Kesehatan & Ilmu Perilaku. Jakarta : PT Rineka
Cipta.
Nursalam. (2008). Konsep & Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan. Edisi 2. Jakarta : Salemba.
Mansjoer, A. (2000). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta ; Medra Ausculapius.
Palmer, A. & William. (2007). Tekanan Darah Tinggi. Jakarta : Erlangga.
Mubin,MF., Samiasih,A. I kesebot Mosy loJooes

hLLp://[urnal.unlmus.ac.ld

110
Page, Alins. (2009). Patofisiologi Hipertensi. http://alin-
malaindo.blogspot.com/2009/01/patofisiologi.html. Diunduh tanggal 14
Maret 2011.
Priyanto & Santoso. (1995). Kamus Lengkap Bahasa Indonesia
Potter, P. A. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan, Konsep, proses, dan
Praktik. Edisi VI. Alih bahasa : Asih, Y. Jakarta : EGC.
Riskedas (2007). Laporan hasil riset kesehatan dasar. http://
www.docstoc.com/docs/19707850.Diunduh tanggal 11 Agustus 2010
Saifuddin, A.B ( 2003). Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi.Edisi I.
Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Sanif E ( 2009 ). Hipertensi pada Wanita.http://www.jantung
hipertensi.com/hipertensi/78html
Sugiarto, A ( 2007 ). Faktor-faktor Resiko Hipertensi Grade II pada
Masyarakat.http://www.Eprints.Undip.ac.id/165523/1/arif
sugiarto.pdf..Diunduh tanggal 19 Agustus 2010.
Sugiyono. (2009). Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta
Suroso, Santoso. (2003). Manajemen Sumber Daya Manusia di Rumah Sakit :
Suatu pendekatan Sistem. Jakarta : EGC.
Sustrani, L. Alam, S. & Hadibroto, I. (2004). Hipertensi. Jakarta : PT Gramedia
Pustaka Utama.
Suharso & Retnoningsih, A. (2005). Kamus Besar bahasa Indonesia. Semarang :
CV. Widya Karya.
Tjay, H & Kirana, R . (2003). Obat- obat penting, Khasiat, Penggunaan dan efek
efek sampingnya. Jakarta : PT Gramedia.
Utomo.P. (2005). Apresiasi Penyakit Pengobatan secara Tradisional dan
Modern. Jakarta ; PT. Rineka cipta.
Wolff, H. (2006) cara Mendeteksi & Mencegah Tekanan Darah Tinggi Sejak Dini
. Jakarta : PT Gramedia.

You might also like