You are on page 1of 11

STATUS PASIEN

I. IDENTITAS PASIEN
Nama Pasien
Umur
Jenis Kelamin
Agama
Pendidikan
Pekerjaan
Alamat
Tanggal pemeriksaan
: Nn. R
: 17 tahun
: Perempuan
: Islam
: SMA
: Pelajar
: Jln. Bunga Rampai, Duren Sawit
: 11 November 2011

II. ANAMNESIS
Keluhan utama:
Pasien mengeluh mata kiri merah, penglihatan kabur dan seperti ada pasir.

Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien datang ke poli mata RSIJ Pondok Kopi dengan keluhan mata merah,
penglihatan kabur dan terasa seperti ada pasir di mata bagian kiri sejak 2 minggu
yang lalu. Mata kiri terasa nyeri dan memerah setelah pasien cuci muka
menggunakan sabun muka. Apabila melihat cahaya, penglihatan pasien silau. Pasien
juga mengeluh mata kirinya sering berair namun tidak terdapat kotoran pada mata.
Riwayat demam serta pusing disangkal oleh pasien.

Riwayat Penyakit Dahulu:
Pasien tidak pernah mengalami keluhan seperti ini sebelumnya.

Riwayat Pengobatan :
Pasien tidak pernah melakukan pengobatan pada mata sebelumnya, pasien juga
tidak pernah mengkonsumsi obat-obatan yang lain dalam jangka waktu yang lama.




Riwayat Alergi :
Pasien tidak mempunyai riwayat alergi.

Riwayat Trauma :
Pasien tidak menggunakan kaca mata, lensa kontak maupun terpapar radiasi

III. PEMERIKSAAN FISIK :
Tanggal pemeriksaan : 11 November 2011
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos Mentis
Status lokalis :
OD OS
6/6 Visus 6/ 30
Orthoforia Kedudukan Bola
Mata
Orthoforia
Baik kesegala arah Pergerakan Bola
Mata
Baik ke segala arah
Udem (-), nyeri(-),
blefarospasme (-),
Palpebra Superior Udem (-), nyeri(-),
blefarospasme (+),
Udem (-), nyeri(-), Palpebra Inferior Udem (-), nyeri(-),
Hiperemis (-), papil (-),
folikel (-)
Konjungtiva Tarsalis
Superior
Hiperemis (-), papil (-),
folikel (-)
Injeksi siliar (-),injeksi
konjungtiva (-),udem (-)
Konjungtiva Bulbi Injeksi siliar (+),injeksi
konjungtiva (-),udem (- )
Hiperemis (-),
papil(-),folikel (-)
Konjungtiva Tarsalis
Inferior
Hiperemis (-),
Papil(-), folikel(-)
Infiltrat (-), jernih Kornea Infiltrat (+)
Dalam, hipopion (-),
hifema (-), fler (-)
COA Dalam, hipopion (-),
hifema (-), fler (-)
Warna coklat, kripte
jelas ,sinekia (-)
Iris Warna coklat, kripte jelas,
sinekia (-)


Bulat isokor, reflex (+) Pupil Bulat isokor, reflex (+)
Jernih Lensa Jernih
Tidak dapat di evaluasi Vitreous Humor Tidak dapat di evaluasi
Tidak dilakukan Funduskopi Tidak dilakukan

Gambar :
OD OS









IV. RESUME
Seorang perempuan berusia 16 tahun, datang dengan keluhan penglihatan
mata kiri merah, penglihatan kabur dan terasa mengganjal sejak 2 minggu yang
lalu. Mata terasa nyeri, silau jika melihat cahaya, serta berair. Pasien mengeluh
gejala tersebut timbul setelah pasien mencuci muka dengan sabun muka
Pemeriksaan Fisik Mata (Status Ophthalmologi) :
Visus OD : 6/6
Visus OS : 6/30
Palpebra Superior OS : blefarospasme (+)
Konjungtiva Bulbi OS : injeksi siliar (+)
Kornea OS : infiltrat (+)

V. DIAGNOSIS
Keratitis Punctata Superfisisalis Okuli Sinistra

Infiltrat
Injeksi silier


VI. DIAGNOSIS BANDING
Keratitis Subepithelial

VII. PENATALAKSANAAN
Terapi : Pemberian antibiotic (Xitrol), air mata buatan, dan sikloplegik (Tropin).
KIE : menggunakan pelindung mata (kaca mata hitam) untuk melindungi dari
exposure dari luar seperti debu dan sinar ultraviolet.


TINJAUAN PUSTAKA

KORNEA
1. Fisiologi
Kornea berfungsi sebagai membran pelindung dan jendela yang dilalui berkas
cahaya menuju retina. Sifat tembus cahayanya disebabkan strukturnya yang uniform,
avaskuler dan deturgenes. Deturgenes, atau keadaan dehidrasi relative jaringan
kornea dipertahankan oleh pompa bikarbonat aktif pada endotel dan oleh fungsi
sawar epitel dan endotel. Endotel lebih penting daripada epitel dalam mekanisme
dehidrasi dan cidera kimiawi atau fisik pada endotel jauh lebih berat daripada cedera
pada epitel. Kerusakan sel-sel endotel menyebabkan edema kornea dan hilangnya
sifat transparan. Sebaliknya cedera pada epitel hanya menyebabkan edema lokal
sesaat stroma kornea yang akan menghilang bila sel-sel epitel itu telah beregenerasi.
Penguapan air dari film air mata prakornea akan mengkibatkan film air mata akan
menjadi hipertonik; proses itu dan penguapan langsung adalah faktor-faktor yang
yang menarik air dari stroma kornea superfisialis untuk mempertahankan keadaan
dehidrasi
(1)
.
Penetrasi kornea utuh oleh obat bersifat bifasik. Substansi larut lemak dapat
melalui epitel utuh, dan substansi larut air dapat melalui stroma yang utuh.
Karenanya agar dapat melalui kornea, obat harus larut lemak dan larut air
sekaligus
(1)
.
2. Resistensi Kornea Terhadap Infeksi
Epitel adalah sawar yang efisien terhadap masuknya mikroorganisme ke dalam
kornea. Namun sekali ini cedera, stroma yang avaskuler dan membrane bowman
mudah terkena infeksi oleh berbagai macam mikroorganisme, seperti bakteri, amuba,
dan jamur. Streptococcus pneumonia (pneumokokkus) adalah bakteri pathogen
kornea sejati; pathogen lain memerlukan inokulum yang berat atau hospes yang
lemah (mis; defisiensi imun) agar dapat menimbulkan infeksi
(1)
.
Moraxella liquefacies, yang terutama terdapat pada peminum alcohol (sebagai
akibat kehabisan piridoxin), adalah contoh klasik oportunismen bakteri, dan dalam
tahun-tahun belakangan ini sejumlah oportunis kornea baru telah ditemukan.


Diantaranya adalah serratia marcens, kompleks mycobacterium fortuitum-chelonei,
streptococcus viridians, staphylococcus epidermidis, dan berbagai organism coliform
dan proteus, selain virus dan jamur
(1)
.
Kortikosteroid local atau sistemik akan mengubah reaksi imun hospes dengan
berbagai cara dan memungkinkan organisme oportunistik masuk dan tumbuh dengan
subur
(1)
.
3. Fisiologi Gejala
Karena kornea memiliki banyak serabut nyeri, kebanyakan lesi kornea,
superfisisalis maupun dalam (benda asing kornea, abrasi kornea, phlyctenule,
keratitis interstisisal), menimbulkan rasa sakit dan fotofobia. Rasa sakit ini
diperhebat oleh gesekan palpebra (terutama palpebra superior) pada kornea dan
menetap sampai sembuh. Karena kornea berfungsi sebagai jendela bagi mata dan
membiaskan cahaya, lesi kornea umunya agak mengaburkan penglihatan, terutama
kalau letaknya di pusat
(1)
.
Fotofobia pada penyakit kornea adalah akibat kontraksi iris beradang yang sakit.
Dilatasi pembuluh iris adalah fenomena reflex yang disebabkan iritasi pada ujung
saraf kornea. Fotofobia, yang berat pada kebanyakan penyakit kornea, minimal pada
keratitis herpes karena hipestasi terjadi pada penyakit ini, yang juga merupakan
tanda diagnostik berharga. Meskipun berair mata dan fotofobia umunya menyertai
penyakit kornea, umumnya tidak ada tahi mata kecuali pada ulkus bakteri purulen
(1)
.
4. Investigasi Penyakit Kornea
Gejala dan tanda
Dokter memeriksa di bawah cahaya yang memadai. Pemeriksaan sering lebih
mudah dengan meneteskan anestesi lokal. Pemulusan flurescein dapat memperjelas
lesi epitel superfisialis yang tidak mungkin tidak telihat bila tidak dipulas.
Pemakaian biomikroskop (slitlamp) penting untuk pemeriksaan kornea dengan
benar; jika tidak tersedia, dapat dipakai kaca pembesar dan pencahayaan terang.
Harus diperhatikan perjalanan pantulan cahaya saat menggerakkan cahaya di atas
kornea. Daerah kasar yang menandakan defek pada epitel terlihat dengan cara ini
(1)
.
Anamnesis pasien penting pada penyakit kornea. Sering dapat diungkapkan
adanya riwayat trauma---kenyataannya, benda asing dan abrasi merupakan abrasi
merupakan dua lesi yang umum pada kornea. Adanya riwayat penyakit kornea juga


bermanfaat. Keratitis akibat infeksi herpes simpleks sering kambuh, namun karena
erosi kambuh sangat sakit dan keratitis herpetik tidak, penyakit-penyakit ini dapat
dibedakan dari gejalanya. Hendaknya pula ditanyakan pemakaian obat local oleh
pasien, karena mungkin telah memakai kortikosteroid, yang dapat merupakan
predisposisi bagi penyakit bakteri, fungi, atau oleh virus, terutama keratitis herpes
simpleks. Juga mungkin terjadi imunosupresi akibat penyakit-penyakit sistemik,
seperti diabetes, AIDS, dan penyakit ganas, selain oleh terapi imunosupresi
khusus
(1)
.

KERATITIS
Keratitis adalah infeksi pada kornea yang biasanya diklasifikasikan menurut
lapisan kornea yang terkena; yaitu keratitis superfisialis apabila mengenal lapisan
epitel atau bowman dan keratitis profunda atau interstisialis (atau disebut juga
keratitis parenkimatosa) yang mengenai lapisan stroma
(2)
.
Keratitis superfisialis
Bentuk-bentuk klinik keratitis superfisialis antara lain adalah:
1. Keratitis punctata superfisialis
Berupa bintik-bintik putih pada permukaan kornea yang dapat disebabkan
oleh berbagai penyakit infeksi virus antara lain virus herpes simpleks, herpes
zoster dan vaksinia
(2)
.
2. Keratitis flikten
Benjolan putih yang yang bermula di limbus tetapi mempunyai
kecenderungan untuk menyerang kornea
(2)
.
3. Keratitis sika
Suatu bentuk keratitis yang disebabkan oleh kurangnya sekresi kelenjar
lakrimale atau sel goblet yang berada di konjungtiva
(2)
.
4. Keratitis lepra
Suatu bentuk keratitis yang diakibatkan oleh gangguan trofik saraf, disebut
juga keratitis neuroparalitik
(2)
.
5. Keratitis nummularis
Bercak putih berbentuk bulat pada permukaan kornea biasanya multiple dan
banyak didapatkan pada petani
(2)
.


6. Keratitis profunda
Bentuk-bentuk klinik keratitis profunda antara lain:
- Keratitis interstisialis luetik atau keratitis sifilis congenital
- Keratitis sklerotikans.

KERATITIS PUNCTATA SUPERFISISALIS THYGESON

Keratitis punctata superfisialis adalah penyakit bilateral recurens menahun yang
jarang ditemukan, tanpa pandang jenis kelamin maupun umur. Penyakit ini ditandai
kekerutan epitel yang meninggi berbentuk lonjong dan jelas, yang menampakkan
bintik-bintik pada pemulasan dengan flurescien, terutama di daerah pupil. Kekeruhan
ini tidak tampak dengan mata telanjang, namun mudah dilihat dengan slit-lamp atau
kaca pembesar. Kekeruhan subepitelial dibawah lesi epitel (lesi hantu) sering terlihat
semasa penyembuhan penyakit epitel ini
(1,4)
.
Etiologi
Belum ditemukan organisme penyebabnya, namun dicurigai virus. Pada satu
kasus berhasil diisolasi virus varicella-zoster dari kerokan kornea
(1,3)
. Penyebab
lainnya dapat terjadi pada moluskulum kontangiosum, acne roasea, blefaritis
neuroparalitik, trachoma, trauma radiasi, lagoftalmos, keracunan obat seperti
neomisin, tobramisin dan bahan pengawet lainnya
(2)
.
Manifestasi klinis
Iritasi ringan, mata berair, penglihatan yang sedikit kabur, dan fotofobia adalah
gejala satu-satunya. Konjungtiva tidak terkena
(1,4)
.


Keratitis epithelial sekunder terhadap blefarokonjungtivitis stafilokokus dapat
dibedakan dari keratitis punctata superfisialis karena mengenai sepertiga kornea
bagian bawah. Keratitis epithelial pada trachoma dapat disingkirkan karena
lokasinya dibagian sepertiga kornea bagian atas dan ada pannus. Banyak diantara
keratitis yang mengenai kornea bagian superfisialis bersifat unilateral atau dapat
disingkirkan berdasarkan riwayatnya
(1)
.
Terapi
Pasien diberi air mata buatan, tobramisin tetes mata, dan sikloplegik
(2)
.
Pemberian tetes kortikosteroid untuk jangka pendek sering kali dapat menghilangkan
kekeruhan dan keluhan subjektif, namun pada umunya kambuh. Prognosis akhirnya
baik karena tidak terjadi parut atau vaskularisasi pada kornea. Bila tidak diobati,
penyakit ini berlangsung 1-3 tahun. Pemberian kortikosteroid topical untuk waktu
lama memperpanjang perjalanan penyakit hingga bertahun-tahun dan berakibat
timbulnya katarak teriduksi steroid dan glaukoma. Lensa kontak sebagai terapi telah
dipakai untuk mengendalikan gejala, khususnya pada kasus yang mengganggu
(1)
.
Gambar:





PEMBAHASAN
Pada kasus diatas, dari anamnesis didapatkan seorang perempuan berusia 16
tahun, datang dengan keluhan penglihatan mata kiri merah, penglihatan kabur dan
terasa ada pasir sejak 2 minggu yang lalu. Mata terasa nyeri, silau jika melihat
cahaya, serta berair. Pasien mengeluh gejala tersebut timbul setelah pasien mencuci
muka dengan sabun muka. Riwayat mata merah, terdapat kotoran pada mata dan
demam disangkal oleh pasien. Dari anamnesis menunjukkan bahwa pasien
mengalami suatu infeksi didaerah mata bagian kiri dengan keluhan mata merah, silau
(fotofobia), berair dan penurunan visus (kabur). Dari gejala yang timbul tersebut
menunjukkan diagnosis sementara mengarah ke diagnosis keratitis.
Pada pemeriksaan visus didapatkan VOD = 6/6, VOS = 6/30, pemeriksaan
mata sebelah kiri ditemukan injeksi silier pada perikorneal, pemeriksaan segmen
anterior ditemukan COA agak keruh dan ditemukan bercak infiltrate di permukaan
kornea bagian tengah. Dari hasil pemeriksaan status lokalis ini menunjukkan bahwa
infeksi kornea dapat diklasifikasikan sesuai dengan lapisan kornea yang terkena
yaitu bagian superfisialis dan terbentuk infiltrate. Diagnosis kerja yang ditegakkan
pada pasien tersebut adalah keratitis punctata superfisisalis.
Terapi yang diberikan yaitu pemberian antibiotik, air mata buatan, dan
sikloplegik. Pasien juga dianjurkan menggunakan pelindung mata (kaca mata hitam)
untuk melindungi dari exposure dari luar seperti debu dan sinar ultraviolet.








DAFTAR PUSTAKA

1. Vaughan, Daniel G et al. 2002. Oftalmologi Umum edisi-14. Jakarta: Widya
Medika. Hal: 129 152
2. Ilyas, Sidarta. 2002. I lmu Penyakit Mata edisi2. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.
Hal: 113 116
3. Mansjoer, Arif M. 2001. Kapita Selekta edisi-3 jilid-1. Jakarta: Media Aesculapius
FKUI. Hal: 56
4. Thygeson, Phillips. 1950. "Superficial Punctate Keratitis". J ournal of the
American Medical Association; 144:1544-1549. Available at : http://webeye.
ophth.uiowa.edu/ dept/service/cornea/cornea.htm (accessed: december 2008)
5. Reed, Kimberly K. 2007. Thygeson's SPK photos. Nova Southeastern University
College of Optometry 3200 South University Drive Ft. Lauderdale, Florida.
Available at: http://www.fechter.com/Thygesons.htm. (accessed: december 2008)

You might also like