You are on page 1of 16

MAKALAH INDIVIDU

PRODUKTIVITAS DAN KESUBURAN PERAIRAN





PENGAPURAN DAN PEMUPUKAN


















NAMA : YUNI MAHARANI
NIM : L221 12 269













PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN
JURUSAN PERIKANAN
FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2014
BAB I
PENDAHULUAN


1. Latar Belakang
Kolam yang sering dijadikan kegiatan budidaya tidak dapat lepas dari
keberadaan air sebagai media dan juga tanah, dimana di dalamnya terdapat
unsur-unsur hara makro dan mikro. Karena unsur-unsur tersebut dipengaruhi
oleh berbagai faktor lingkungan, sehingga mengakibatkan nilai-nilai unsur mikro
dan makro di perairan tidak konstan dan stabil. Oleh karena itu perlu adanya
pengelolaan kolam. Pengelolaan kolam merupakan faktor penting setelah
penentuan kesesuaian lahan budidaya kolam dalam rangka pengembangan ilmu
pengetahuan dan budidaya kolam berkelanjutan.
Pada suatu siklus budidaya cukup banyak cara dan tahapan-tahapan
yang dapat ditempuh guna mendapatkan hasil yang maksimal, contoh
pembersihan kolam budidaya, pengeringan, pengapuran, pemupukan hinga akhir
budidaya berlangsung harus memperhatikan tahapan-tahapan tersebut.
Pemupukan adalah usaha pemberin nutrient ke dalam tanah untuk
memelihara atau memperbaiki kesuburan tanah dan air dengan memberikan
unsur atau zat hara kedalam tanah yang secaralangsung atau tidak
langsung dapat menyumbang bahan makanan pada alga. Disamping itu
pemupukan juga akan memperbaiki pH tanah atau air dan memperbaiki
lingkungan air bagi tempat hidup dan tumbuh alga. Sedangkan pengapuran
adalah persiapan kolam yang digunakan untuk mematikan hama dan parasit
ikan, stabilisator pH tanah dan air, menaikkan alkalinitas, kesadahan dan
ketersediaan unsur P.
Pengapuran dan pemupukan itu penting. Untuk itu penulis ingin
membahas bagaimana eratnya hubungan pengapuran dan pemupukan dalam
mempersiapkan media budidaya.

2. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan pengapuran?
2. Apa fungsi dari pengapuran ?
3. Bagaimana cara pengapuran ditambak ?
4. Jenis kapur apa saja yang digunakan pada tambak ?
5. Apa yang dimaksud dengan pemupukan ?
6. Jenis pupuk apa saja yang digunakan pada kolam budidaya ?
BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengapuran
a. Pengertian Pengapuran
Pengapuran adalah pemberian kapur ke dalam tanah pada umumnya
bukan karena tanah kekurangan unsur Ca tetapi karena tanah terlalu masam.
Oleh karena itu pH tanah perlu dinaikkan agar unsur-unur hara seperti P mudah
diserap tanaman dan keracunan Al dapat dihindarkan (Hardjowigeno, 1992).
Menurut Ratnawati (2008), Pengapuran adalah salah satu bentuk dari remediasi
selain pengoksidasian dan pemblasan tanah Untuk mengatasi Permasalahan
utama pada tambak tanah sulfat masam antara lain: pH rendah (S 3,5); kurang
tersedia fosfor (P), kalsium (Ca), dan magnesium kandungan unsur molibdium
(Mo) dan besi (Fe) serng berlbihan sehingga dapat meracuni organisme; serta
kelarutan aluminium (Al) sering tinggi sehingga merupakan penghambat
ketersediaan P. Penambahan pupuk, terutama yang mengandung P sering tidak
bermanfaat pada tanah masam ini bila unsur-unsur toksk sepert AI, Fe, dan Mn
tidak diatasi (Hardjowigeno, 1992).

b. Fungsi Pengapuran
Pengapuran berguna untuk memperbaiki keasaman (pH) dasar tambak.
dasar tambak yang ber-pH rendah dapat menyebabkan rendahnya pH air
tambak. oleh karena itu, perbaikan pH air tambak harus dimulai dari perbaikan
pH tanah dasar tambak. selain untuk memperbaiki keasaman dasar tambak,
kapur juga berfungsi sebagai desinfektan dan penyedia unsur hara (fosfor) yang
dibutuhkan plankton. tanah dasar tambak yang mengandung pirit harus
direklamasi terlabih dahulu selama kurang lebih 4 bulan sebelum diberi kapur
sejumlah 2-2,5 ton/ha (Suyanto et.al 2009).
Kapur yang digunakan di tambak berfungsi untuk meningkatkan
kesadahan dan alkalinitas air membentuk sistem penyangga (buffer) yang kuat,
meningkatkan pH, desinfektan, mempercepat dekomposisi bahan organik,
mengendapkan besi, menambah ketersediaan unsur P, dan merangsang
pertumbuhan plankton serta benthos (Suyanto et.al 2009).
Menurut kordi et al (2010), fungsi pengapuran antara lain:
1) Meningkatkan pH tanah dan air
2) Membakar jasad jasad renik penyebab penyakit dan hewan liar
3) Mengikat dan mengendapkan butiran lumpur halus
4) Memperbaiki kualitas tanah
5) Kapur yang berlebihan dapat mengikat fosfat yang sangat dibutuhkan untuk
pertumbuhan plankton
Manfaat pengapuran menurut murtidjo (1988) diantaranya:
1) menormalkan asam-asam bebas dalam air, sehingga pH meningkat
2) mencegah kemungkinan terjadinya perubahan pH air atau tanah yang
mencolok
3) mendukung kegiatan bakteri pengurai bahan organik sehingga garam dan
zat hara akan terbebas.
4) mengendapkan koloid yang melayang layang dalam air tambak

c. Teknik-teknik pengapuran
Menurut Mahyudin (2008), Pemberian kapur dilakukan dengan cara
disebar merata di permukaan tanah dasar kolam. setelah pengapuran selesai,
tanah dasar kolam dibalik dengan cangkul sehingga kapur bisa lebih masuk ke
dalam lapisan tanah dasar. pengapuran untuk kolam semen dan terpal dilakukan
dengan cara dinding kolam dan dasar terpal dikuas dengan kapur yang telah
dicampuri air .
Menurut kordi et al (2010). Sebelum mengapurnya, kita harus
mengeringkan tambak terlebih dahulu. Tebarkan kapur secara merata di
permukaan tambak dengan jumlah yang disesuaikan dengan luas tambak dan
tekstur tanah. Kapur yang diperlukan adalah kapur pertanian atau kapur lain
dengan takaran disesuaikan dengan pH tanah.

d. Jenis kapur yang digunakan dalam pengapuran tambak
Menurut Ratnawati (2008), jenis kapur yang digunakan pada kegiatan
budidaya udang tradisional plus ini adalah kapur dolomite (Ca Mg(CO
3
)
2
, karena
kapur ini memiliki pengaruh yang lebih lama, mudah diperoleh, meninggalkan
residu dan kecepatan reaksnya lebih lambat, sertajuga mengandung Mg selan
Ca.
Menurut Kholis (2010), Jenis kapur yang biasa digunakan untuk
pengapuran kolam adalah kapur aktif atau kapur tohor (CaO) dan kapur
pertanian (CaCO
3
) atau CaMg(CO
3
)
2
. Kapur tohor atau kapur sirih adalah kapur
yang pembuatannya melaluin proses pembakaran. bahan penyusunnya berupa
batuan tohor gunung dan kulit kerang. Kapur pertanian adalah kapur karbonat
yang bahan penyusunnya berupa batuan kapur tanpa melaluin proses
pembakaran, tetapi langsung digiling. terdapat dua macam kapur pertanian, yaitu
kalit dan dolomit. kalsit bahan bakunya didominasi oleh kandungan karbonat dan
sedikit magnesium (CaCO
3
), sementara dolomit bahan bakunya didominaso oleh
kalsium karbonat dan magnesium karbonat (CaMg(CO
3
)
2
).
Jenis kapur yang dapat diaplikasikan di tambak TSM menurut Sammut
et.al. (2011) yaitu kapur karbonat, kapur oksida dan kapur hidrat.
Kapur karbonat : kapur karbonat diperoleh dengan menggiling batu kapur tanpa
pemanasan. yang tergolong kapur karbonat adalah:Kalsit (CaCO
3
) dan dolomit
(CaMg(CO
3
)
2
)
Kapur oksida : kapur ini diproduksi setelah pemanasan kapur karbonat. kapur
oksida dikenal pula sebagai kapur bakar atau kapur tohor (CaO)
Kapur hidrat : kapur ini diperoleh dengan menambahkan air pada kapur oksida.
kapur hidrat dikenal pula dengan nama kapur bangunan atau kapur tembok
Ca(OH)
2


e. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam pengapuran tambak
Kolam hendaknya dicangkul terlebih dahulu agar proses pengapuran
menjadi lebih sempurna. yanah yang dicangkul kurang lebih mencapai
kedalaman 20cm dan diberi air sehingga menjadi macak-macak (becek).
selanjutnya kapur ditebarkan secara merata (Afrianto 1992).
Menurut Murtidjo (2002), agar dapat diperoleh manfaat pengapuran yang
sempurna, perlakuan yang diperlukan adalah sebagai berikut
Tanah dasar tambak digali sedalam kurang lebih 0,10m, kemudian
dicampur dengan kapur dan diaduk
Pengadukan harus dilakukan secara merata, sehingga didapat adonan
yang homogen dan sempurna
Adonan yang sudah sempurna dapat dikembalikan dan diratakan pada
pelataran tambak

Untuk tambak yang bertanah asam, pengapuran tambak harus dilakukan
setiap musim tanam. dengan demikian, produktivitas tambak tetap terjamin
Beberapa hal yang perlu diperhatikan menurut Soemarno 2012 :
1. Idealnya paling lambat pengapuran dilakukan 2 minggu sebelum tanam,
karena bahan kapur termasuk bahan yang lambat bereaksi dengan tanah.
2. Setelah pengapuran sebaiknya tanah dicangkul (dibajak) agar kapur bisa
merata masuk dekat zona perakaran.
3. Pengairan setelah pengapuran sangat diperlukan.
4. Peningkatan pH tidak bisa terjadi seketika, melainkan pelan dan
bertahap.
5. Dosis kapur disesuaikan pH tanahnya, tetapi sebagai pedoman praktis
dosis berkisar 500 kg/Ha 2 ton/Ha.

2. Pemupukan
Pupuk didefinisikan sebagai material yang ditambahkan ketanah atau
tajuk tanaman dengan tujuan untuk melengkapi katersediaan unsur hara. Bahan
pupuk yang paling awal adalah kotoran hewan, sisa pelapukan tanaman dan
arang kayu. Pemakaian pupuk kimia kemudian berkembang seiring dengan
ditemukannya deposit garam kalsium di Jerman pada tahun 1839 (Sugiono,
2011).
Dalam pemilihan pupuk perlu diketahui terlebih dahulu jumlah dan jenis
unsur hara yang dikandungnya, serta manfaat dari berbagai unsur hara
pembentuk pupuk tersebut. Setiap kemasan pupuk yang diberi label yang
menunjukkan jenis dan unsur hara yang dikandungnya. Kadangkala petunjuk
pemakaiannya juga dicantumkan pada kemasan.karena itu, sangat penting untuk
membaca label kandungan pupuk sebelum memutuskan untuk membelinya.
Selain menentukan jenis pupuk yang tepat, perlu diketahui juga cara aplikasinya
yang benar, sehingga takaran pupuk yang diberikan dapat lebih efisien.
Kesalahan dalam aplikasi pupuk akan berakibat pada terganggunya
pertumbuhan tanaman. Bahkan unsur hara yang dikandung oleh pupuk tidak
dapat dimanfaatkan tanaman (Sugiono, 2011).

a. Penggolongan pupuk
Pupuk digolongkan menjadi dua, yakni pupuk organik dan pupuk
anorganik. Pupuk organik adalah pupuk yang terbuat dari sisa-sisa makhluk
hidup yang diolah melalui proses pembusukan (dekomposisi) oleh bakteri
pengurai. Contohnya adalah pupuk kompos dan pupuk kandang. Pupuk kompos
berasal dari sisa-sisa tanaman, dan pupuk kandang berasal dari kotoran ternak.
Pupuk organik mempunyai komposisi kandungan unsur hara yang lengkap,
tetapi jumlah tiap jenis unsur hara tersebut rendah. Sesuai dengan namanya,
kandungan bahan organik pupuk ini termasuk tinggi Sugiono, 2011).
Pupuk anorganik atau pupuk buatan adalah jenis pupuk yang
dibuat oleh pabrik dengan cara meramu berbagai bahan kimia sehingga memiliki
prosentase kandungan hara yang tinggi. Menurut jenis unsur hara yang
dikandungnya, pupuk anorganik dapat dibagi menjadi dua yakni pupuk tunggal
dan pupuk majemuk. Pada pupuk tunggal, jenis unsur hara yang dikandungnya
hanya satu macam. Biasanya berupa unsur hara makro primer, misalnya urea
hanya mengandung unsur nitrogen Sugiono, 2011).
Pupuk majemuk adalah pupuk yang mengandung lebih dari satu
jenis unsur hara. Penggunaan pupuk ini lebih praktis karena hanya dengan satu
kali penebaran, beberapa jenis unsur hara dapat diberikan. Namun, dari sisi
harga pupuk ini lebih mahal. Contoh pupuk majemuk antara lain diamonium
phospat yang mengandung unsur nitrogen dan fosfor Sugiono, 2011).
Menurut cara aplikasinya, pupuk buatan dibedakan menjadi dua
yaitu pupuk daun dan pupuk akar. Pupuk daun diberikan lewat penyemprotan
pada daun tanaman. Contoh pupuk daun adalah Gandasil B dan D, Grow More,
dan Vitabloom. Pupuk akar diserap tanaman lewat akar dengan cara penebaran
di tanah. Contoh pupuk akar adalah urea, NPK, dan Dolomit Sugiono, 2011).
Menurut cara melepaskan unsur hara, pupuk akar dibedakan
menjadi dua yakni pupuk fast release dan pupuk slow release. Jika pupuk fast
release ditebarkan ke tanah dalam waktu singkat unsur hara yang ada atau
terkandung langsung dapat dimanfaatkan oleh tanaman. Kelemahan pupuk ini
adalah terlalu cepat habis, bukan hanya karena diserap oleh tanaman tetapi juga
menguap atau tercuci oleh air. Yang termasuk pupukfast release antara lain
urea, ZA dan KCL Sugiono, 2011).
Pupuk slow release atau yang sering disebut dengan pupuk lepas
terkendali (controlled release) akan melepaskan unsur hara yang dikandungnya
sedikit demi sedikit sesuai dengan kebutuhan tanaman. Dengan demikian,
manfaat yang dirasakan dari satu kali aplikasi lebih lama bila dibandingkan
dengan pupuk fast release. Mekanisme ini dapat terjadi karena unsur hara yang
dikandung pupuk slow release dilindungi secara kimiawi dan mekanis.
Perlindungan secara mekanis berupa pembungkus bahan pupuk dengan
selaput polimer atau selaput yang mirip dengan bahan pembungkus kapsul.
Contohnya, polimer coated urea dan sulfur coated urea. Perlindungan secara
kimiawi dilakukan dengan cara mencampur bahan pupuk menggunakan zat
kimia, sehingga bahan tersebut lepas secara terkendali. Contohnya Methylin
urea, Urea Formaldehide dan Isobutilidern Diurea. Pupuk jenis ini harganya
sangat mahal sehingga hanya digunakan untuk tanaman-tanaman yang bernilai
ekonomis tinggi (Handayani, 2009).

b. Jenis-jenis pupuk
1. Pupuk Sumber Nitrogen
Hampir seluruh tanaman dapat menyerap nitrogen dalam bentuk nitrat
atau amonium yang disediakan oleh pupuk. Nitrogen dalam bentuk nitrat lebih
cepat tersedia bagi tanaman. Amonium juga akan diubah menjadi nitrat oleh
mikroorganisme tanah, kecuali pada tembakau dan padi. Tembakau tidak dapat
mentoleransi jumlah amonium yang tinggi. Untuk menyediakan nitrogen pada
tembakau, gunakan pupuk berbentuk nitrat (NO
3
-
) dengan kandungan nitrogen
minimal 50%. Pada padi sawah, lebih baik gunakan pupuk berbentuk amonium
(NH
4
+
) karena pada tanah yang tergenang, nitrogen mudah berubah menjadi gas
N
2
. umumnya pupuk dengan kadar N yang tinggi dapat membakar daun tanaman
sehingga pemakaiannya perlu lebih hati-hati.
a. Amonium Nitrat
Kandungan nitratnya membuat pupuk ini cocok untuk daerah dingin dan
daerah panas. Pupuk ini dapat membakar tanaman jika diberikan terlalu dekat
dengan akara atau langsung kontak dengan daun. Ketersediaan bagi tanaman
sangat cepat sehingga frekuensi pemberiannya harus lebih sering. Amonium
nitrat bersifat higroskopis sehingga tidak dapat disimpan terlalu lama.
b. Amonium Sulfat (NH
4
)
2
SO
4

Pupuk ini dikenal dengan nama pupuk ZA. Mengandung 21% nitrogen (N)
dan 26% sulfur (S), berbentuk kristal dan kurang higroskopis. Reaksi kerjanya
agak lambat sehingga cocok untuk pupuk dasar. Sifat reksinya asam, sehingga
tidak disarankan untuk tanah ber-pH rendah. Selain itu, pupuk ini sangat baik
untuk sumber sulfur. Lebih disarankan dipakai didaerah panas.
c. Kalsium Nitrat
Pupuk ini berbentuk butiran, berwarna putih, sangat cepat larut didalam
air, dan sebagai sumber kalsium yang sangat baik karena mengandung 19%
kalsium Ca. sifat lainnya adalah bereaksi basa dan higroskopis.
d. Urea (CO(NH
2
)
2
)
Pupuk urea mengandung 46% nitrogen (N). Karena kandungan N yang
tinggi menyebabkan pupuk ini sangat higroskopis. Urea sangat mudah larut
dalam air dan bereaksi cepat, juga menguap dalam bentuk amonia.

2. Pupuk Sumber Fosfor
a. SP36
Mengandung 36% fosfor dalam bentuk P
2
O
5
.pupuk ini terbuat dari fosfat
alam dan sulfat. Berbentuk butiran dan berwarna abu-abu. Sifatnya agak sulit
larut dalam air dan bereaksi lambat sehingga selalu digunakan sebagai pupuk
dasar. Reaksi kimianya tergolong netral, tidak higroskopis dan bersifat
membakar.

b. Amonium Phospat
Monoamonium Phospat (MAP) memiliki analisis 11.52.0. Diamonium
Phospat memiliki (DAP) analisis 16.48.0 atau 18.46.0. pupuk ini umumnya
digunakan untuk merangsang pertumbuhan awal tanaman (styarter fertillizer).
Bentuknya berupa butiran berwarna cokelat kekuningan. Reaksinya termasuk
alkalis dan mudah larut di dalam air. Sifat lainnya adalah tidak higroskopis
sehingga tahan disimpan lebih lama dan tidak bersifat membakar karena indeks
garamnya rendah.

3. Pupuk Sumber Kalium
a. Kalium Chlorida (KCl)
Mengandung 45% K
2
O dan khlor, bereaksi agak asam, dan bersifat
higroskopis. Khlor berpengaruh negatif terhadap tanaman yang
membutuhkannya, misalnya kentang, wortel dan tembakau.
b. Kalium Sulfat (K
2
SO
4
)
Pupuk ini lebih dikenal dengan nama ZK. Kadar K
2
O-nya sekitar 48-52%.
Bentuknya berupa tepung putih yang larut didalam air, sifatnya agak
mengasamkan tanah. Dapat digunakan untuk pupuk dasar sesudah tanam.
Tanaman yang peka terhadap keracunan unsur Cl, seperti tembakau disarankan
untuk menggunakan pupuk ini.


c. Kalium Nitrat (KNO
3

Mengandung 13% N dan 44% K
2
O. berbentuk butiran berwarna putih
yang tidak bersifat higroskopis dengan reaksi yang netral.

4. Pupuk Sumber Unsur Hara Sekunder
a. Kapur Dolomit
Berbentuk bubuk berwarna putih kekuningan. Dikenal sebagai bahan
untuk menaikkan pH tanah. Dolomit adalah sumber Ca (30%) dan Mg (19%)
yang cukup baik. Kelarutannya agak rendah dan kualitasnya sangat ditentukan
oleh ukuran butiran. Semakin halus butirannya akan semakin baik kualitasnya.
b. Kapur Kalsit
Berfungsi untuk meningkatkan pH tanah. Dikenal sebagai kapur pertanian
yang berbentuk bubuk. Warnanya putih dan butirannya halus. Pupuk ini
mengandung 90-99% Ca. Bersifat lebih cepat larut dalam air.
c. Paten Kali (Kalium Magnesium Sulfat)
Berbentuk butiran berwarna kuning. Mengandung 30% K
2
O, 12% S, dan
12% MgO. Sifatnya agak sukar larut dalam air. Selain untuk memperbaiki
defisiensi Mg, pupuk ini juga bermanfaat untuk memperbaiki kejenuhan basa
pada tanah asam.
d. Kapur Gypsum
Berbentuk bubuk dan berwarna putih. Mengandung 39% Ca, 53% S dan
sedikit Mg. Ditebarkan dalam sekali aplikasi. Jika terkena air, gypsum yang
ditebarkan akan menggumpal dan mengeras seperti tanah liat (cake). Gypsum
digunakan untuk menetralisir tanah yang terganggu karena kadar garam yang
tinggi, misalnya pada tanah di daerah pantai. Aplikasi gypsum tidak banyak
berpengaruh pada perubahan pH tanah.
e. Bubuk Belerang (Elemental Sulfur)
Umumnya, sulfor disuplai dalam bentuk sulfat yang terdapat pada
berbagai jenis pupuk. Kandungan sulfat tersebut tidak berpengaruh dalam
penurunan pH tanah. Selain terdapat dalam berbagai jenis pupuk, bubuk
belerang adalah sumber sulfur yang terbesar, kandungannya dapat mencapai
909%. Namun, bubuk ini tidak lazim digunakan untuk mengatasi masalah
defisiensi sulfur, tetapi tidak lebih banyak digunakan untuk menurunkan pH
tanah. Penggunaannya tidak boleh melebihi 25 gram/m
2
, karena bubuk sulfur
dapat mengakibatkan gejala terbakarnya daun tanaman (burning effect).
5. Pupuk Sumber Unsur Hara Mikro
Pupuk sebagai unsur hara mikro tersedia dalam dua bentuk, yakni bentuk
garam anorganik dan bentuk organik sintesis. Kedua bentuk ini mudah larut
dalam air. Contoh pupuk mikro yang berbentuk garam organik adalah Cu, Fe, Zn
dan Mn yang seluruhnya bergabung dengan sulfat. Sebagai sumber boron,
umumnya digunakan sodium tetra borat yang banyak digunakan sebagai pupuk
daun. Sumber Mo umumnya menggunakan sodium atau amonium molibdat.
Bentuk organik sintesis ditandai dengan adanya agen pengikat unsur
logam yang disebut chelat. Chelat adalah bahan kimia organik yang dapat
mengikat ion logam seperti yang dilakukan oleh koloid tanah. Unsur hara mikro
yang tersedia dalam bentuk chelatadalah Fe, Mn, Cu, dan Zn.
Selain disediakan oleh kedua jenis pupuk diatas, unsur hara mikro juga
disediakan oleh pupuk majemuk yang beredar di pasaran. Pupuk slow
release dan pupuk daun biasanya dilengkapi dengan satu atau lebih unsur mikro.
a. Pupuk Majemuk
Pemakaian pupuk majemuk saat ini sudah sangat luas. Berbagai merk,
kualitas dan analisis telah tersedia di pasaran.kendati harganya relatif lebih
mahal, pupuk majemuk tetap dipilih karena kandungan haranya lebih lengkap.
Pupuk majemuk berkualitas prima memiliki besaran butiran yang seragam dan
tidak terlalu higroskopis, sehingga tahan disimpan dan tidak cepat menggumpal.
Hampir semua pupuk majemuk bereaksi asam, kecuali yang telah mendapatkan
perlakuan khusus, seperti penambahan Ca dan Mg.
Variasi analisis pupuk mejemuk sangat banyak. Meskipun demikian,
perbedaan variasinya bisa jadi sangat kecil, misalnya antara NPK 15.15.15 dan
NPK 16.16.16. Variasi analisis pupuk, seperti 15.15.15, 16.16.16, dan 20.20.20
menunjukkan ketersediaaan unsur hara yang seimbang. Fungsi pupuk majemuk
dengan variasi analisis seperti ini antara lain untuk mempercepat perkembangan
bibit; sebagai pupuk pada awal peneneman; dan sebagai puk susulan saat
tanaman memasuki fase generatif, seperti saat mulai berbunga.
Dalam memilih pupuk majemuk perlu dipertimbangkan beberapa faktor,
antara lain kandungan unsur hara yang tinggi, kandungan unsur hara mikro dan
harga perkilogramnya.contoh cara mempertimbangkan pemilihan pupuk
majemuk, variasi analisis pupuk NPK 20.20.20 memiliki kandungan hara yang
lebih tinggi daripada NPK 15.15.15, tetapi sifatnya sangat higroskopis sehingga
mudah sekali menggumpal. Karena itu, variasi analisis pupuk ini sebaiknya tidak
dipilih karena bagian yang menggumpal tidak dapat digunakan.
b. Pupuk Daun
Daun memiliki mulut yang dukenal dengan nama stomata. Sebagian
besar stomata terletak di bagian bawah daun. Mulut daun ini berfungsi untuk
mengatur penguapan air dari tanaman sehingga air dari akar dapat sampai daun.
Saat suhu udara terlalu panas, stomata akan menutup sehingga tanaman tidak
akan mengalami kekeringan. Sebaliknya, jika udara tidak terlalu panas, stomata
akan membuka sehingga air yang ada di permukaan daun dapat masuk dalam
jaringan daun. Dengan sendirinya unsur hara yang disemprotkan ke permukaan
daun juga masuk ke dalam jaringan daun.
Sebenarnya, kandungan unsur hara pada pupuk daun identik dengan
kandungan unsur hara pada pupuk majemuk. Bahkan pupuk daun sering lebih
lengkap karena ditambah oleh beberapa unsur mikro. Pemilihan analisis yang
tepat pada pupuk daun perlu mempertimbangkan beberapa faktor yang sama
dengan analisis pada pupuk majemuk. Hanya saja, faktor sifat fisik dan kimia
tanah tidak dijadikan sebagai faktor utama. Sebagai faktor utamanya adalah
manfaat tiap unsur hara yang dikandung oleh pupuk daun bagi perkembangan
tanaman dan peningkatan hasil panen.
Pupuk daun berbentuk serbuk dan cair. Kualitasnya dianggap baik jika
mudah larut di dalam air tanpa menyisakan endapan. Karena mudah larut dalam
air, sifat pupuk daun menjadi sangat higroskopis. Akibatnya tidak dapat disimpan
terlalu lama jika kemasannya telah dibuka.
Kentungan menggunakan pupuk daun antara lain respon terhadap
tanaman sangat cepat karena langsung dimanfaatkan oleh tanaman. Selain itu,
tidak menimbulkan kerusakan sedikitpun pada tanaman, dengan catatan
aplikasinya dilakukan secara benar. Dalam pemakaian pupuk daun dikenal istilah
konsentrasi pupuk atau kepekatan larutan pupuk. Besarnya konsentrasi pupuk
daun dinyatakan dalam bobot pupuk daun yang harus dilarutkan kedalam satuan
volume air. Penentuan volume air dapat diketahui dengan membaca skala pada
alat semprot. Angka konsentrasi ini sering dicantumkan p[ada kemasan pupuk.
Jika konsentrasi pupuk yang digunakan melebihi konsentrasi yang disarankan,
daun akan terbakar.
Penyemprotan pupuk daun idealnya dilakukan pada pagi atau pada sore
hari karena bertepatan pada saat membukanya stomata. Prioritaskan
penyemprotan pada bagian bawah daun karena paling banyak terdapat stomata.
Faktor cuaca termasuk kunci sukses dalam penyemprotan pupuk daun. Dua jam
setelah penyemprotan jangan sampai terkena hujan karena akan mengurangi
efektifitas penyerapan pupuk. Tidak disarankan menyemprotkan pupuk daun
pada saat suhu udara sedang panas karena konsentrasi larutan pupuk yang
sampai ke daun cepat meningkat sehingga daun dapat terbakar. Contoh pupuk
daun yang beredar di pasaran yaitu Gandasil Daun 14.12.14 dilengkapi dengan
Mn, Mg, B, Cu dan Zn.
c. Pupuk Organik
Kandungan unsur hara yang terdapat di dalam pupuk organik jauh lebih
kecil daripada yang sempat di dalam pupuk buatan. Cara aplikasinya juga lebih
sulit karena pupuk organik dibutuhkan dalam jumlah yang lebih besar daripada
pupuk kimia dan tenaga kerja yang diperlukan juga lebih banyak. Namun, hingga
sekarang pupuk organik tetap digunakan karena fungsinya belum tergantikan
oleh pupuk buatan. Berikut ini beberapa manfaat dari pupuk organik.
Mampu menyediakan unsur hara makro dan mikro meskipun dalam
jumlah yang jauh lebih kecil.
Memperbaiki granulasi tanah berpasir dan tanah padat sehingga dapat
meningkatkan kualitas aerasi, memperbaiki drainase tanah, dan
meningkatkan kemampuan tanah dalam menyimpan air.
Mengandung asam humat (humus) yang mampu meningkatkan kapasitas
tukar kation tanah.
Penambahan pupuk organik dapat meningkatkan aktivitas
mikroorganisme tanah.
Pada tanah asam, penambahan pupuk organik dapat membantu
meningkatkan pH tanah.
Penggunaan pupuk organik tidak menyebabkan polusi tanah dan air.
Jenis pupuk organik yang banyak dikenal sebagai berikut
o Pupuk Kandang
Pupuk kandang adalah pupuk organik yang berasal dari kotoran ternak.
Kualitas pupuk kandang sangat tergantung pada jenis ternak, kualitas pakan
ternak, dan cara penampungan pupuk kandang. Pupuk kandang dari ayam atau
unggas memiliki unsur hara yang lebih besar daripada jenis ternak lain.
Penyebabnya adalah kotoran padat pada unggas tercampur dengan kotoran
cairnya. Umumnya, kandungan unsur hara pada urine selalu lebih tinggi daripada
kotoran padat.seperti kompos, sebelum digunakan, pupuk kandang perlu
mengalami proses penguraian. Dengan demikian kualitas pupuk kandang juga
turut ditentukan oleh C/N rasio.
Dalam dunia pupuk kandang, dikenal istilah pupuk panas dan pupuk
dingin. Pupuk panas adalah pupuk kandang yang proses penguraiannya
berlangsung cepat sehingga terbentuk panas. Pupuk dingin terjadi sebaliknya,
C/N yang tinggi menyebabkan pupuk kandang terurai lebih lama dan tidak
menimbulkan panas.
Ciri-ciri pupuk kandang yang baik dapat dilihat secara fisik atau kimiawi.
Ciri fisiknya yaitu berwarna cokelat kehitaman, cukup kering, tidak menggumpal,
dan tidak berbau menyengat. Ciri kimiawinya adalah C/N rasio kecil (bahan
pembentuknya sudah tidak terlihat) dan temperaturnya relatif stabil.
o Kompos
Kompos adalah kasil pembusukan sisa-sisa tanaman yang disebabkan
oleh aktivitas mikroorganisme pengurai. Kualitas kompos ditentukan oleh
besarnya perbandingan antara jumlah karbon dan nitrogen (C/N ratio).
Jika C/N rasio tinggi, berarti bahan penyusun kompos belum terurai
secara sempurna. Bahan kompos dengan C/N rasio tinggi akan terurai atau
membusuk lebih lama dibanding dengan C/N rasio rendah. Kualitas kompos
dianggap baik jika memiliki C/N rasio antara 12-15.
Bahan kompos seperti sekam, jerami padi, batang jagung dan serbuk
gergaji memiliki C/N rasio antara 50-100. daun segar memiliki C/N rasio sekitar
10-20. Proses pembuatan kompos akan menurunkan C/N rasio hingga 12-15.
sampai dengan proses penguraian sempurna, tanaman akan bersaing dengan
mikroorganisme tanah untuk memperebutkan unsur hara. Karena itu disarankan
untuk menambah pupuk buatan apabila bahan kompos yang belum terurai
sempurna terpaksa digunakan.
Kandungan unsur hara dalam kompos sangat bervariasi. Tergantung dari
jenis bahan asal yang digunakan dan cara pembuatan kompos. Kandungan
unsur hara kompos sebagai berikut.
Nitrogen 0,1 0,6%
Fosfor 0,1 0,4%
Kalium 0,8 1,5%
Kalsium 0,8 1,5%
Ciri fisik kompos yang baik adalah berwarna cokelat kehitaman, agak
lembab, gembur dan bahan pembentuknya sudah tidak tampak lagi.
Penggunaan dosis tertentu pada pupuk kompos lebih berorientasi untuk
memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah daripada untuk menyediakan unsur hara.
o Mikroba Penyubur Tanah
Kemajuan ilmu mikrobiologi tanah berhasil memperbanyak mikroba tanah
yang bermanfaat dan mengemasnya sebagai pupuk cair. Mikroba yang telah
dikemas ini kemudian disemprotkan ke tanah hingga berkembang biak dan
memberi dampak positif bagi kesuburan tanah.
Jenis bakteri dan jamur yang biasa digunakan diantaranya Rhizobium,
Lactobacillus, Streptomyces, Micoriza, dan Aspergillus. Jenis dan fungsi mikroba
sangat beragam, cara penggunaanpun berbeda-beda. Karena itu sebaiknya
baca petunjuk pada label atau brosur dengan seksamasebelum
menggunakannya.
Mikroba juga membutuhkan waktu untuk berkembang biak sehingga hasil
aplikasi mikroba penyubur tanah tidak langsung terlihat pada tanaman. Jumlah
mikroba yang telah disemprotkan pun sangat mungkin akan berkurang karena
faktor cuaca. Aplikasi mikroba sebaiknya dilaksanakan secara rutin setiap dua
minggu sekali. Alat semprot yang digunakan sebaiknya bukan yang biasa dipakai
untuk menyemprot pestisida, karena pestisida akan mematikan mikroba. Selain
itu, tidak disarankan menyemprotkan pestisida terutama fungisida pada tanah
yang telah diaplikasi mikroba.













DAFTAR PUSTAKA
Afrianto E. Ir. dan Evi L. Ir. (1992). Pemeliharaan Kepiting. Penerbit
Kanisius.Yogyakarta

Handayani, Mutia. 2009. Pengaruh Dosis Pupuk NPK dan Kompos Terhadap
Pertumbuhan Bibit Salam, sebuah skripsi. Dalam IPB Repository diakses
pada 30 Mei 2014

Hardjowigeno, S. 1992. Ilmu Tanah. Mediyatama Sarana Perkasa. Jakarta

Kholis M, S.Pi, MM 2010. Agribisnis Patin. Penebar Swadaya. Jakarta

Kordi K, M. Ghufran H. 2010. Nikmat Rasanya, Nikmat Untungnya - Pintar
Budidaya Ikan di Tambak Secara intensif. Lily publisher. Yogyakarta

Murtidjo B. A. 2002. Budi Daya Dan Pembenihan Bandeng. Penerbit
Kanisius.Yogyakarta

Ratnawati E. (2008). Budidaya Udang Windu (Penaeus Monodon) Sistem Seml-
Intenslf Pada Tambak Tanah Sulfat Masam. Peneliti pada Balai Riset
Perikanan Budidaya Air Payau. Maros. Diakses pada 30 Mei 2014 pukul
01.07 WITA

Sugiono, M.C. Laporan praktikum teknologi pupuk dan pemupukan. Fakultas
pertanian universitas brawijaya. Malang

You might also like