You are on page 1of 11

BAB I

1.1 Anatomi Retina


Retina merupakan lapisan bagian dalam yang sangat halus dan sangat
sensitif terhadap cahaya. Pada retina terdapat reseptor (fotoreseptor).
Fotoreseptor berhubungan dengan badan sel-sel saraf yang serabutnya
membentuk urat saraf optik yang memanjang sampai ke otot. Bagian lapisan
retina yang dilewati berkas urat saraf yang menuju ke otot tidak memiliki
reseptor dan tidak peka terhadap sinar. Apabila sinar mencapai bagian ini kita
tidak dapat mengenali cahaya. Oleh karena itu, daerah ini disebut bintik buta.
Pada bagian retina, terdapat sel batang berjumlah sekitar 125 juta buah dalam
setiap mata. Sel batang sangat peka terhadap intensitas cahaya rendah, tetapi
tidak mampu membedakan warna. Oleh karena itu kita mampu melihat
dimalam hari tetapi yang terlihat hanya warna hitam dan putih saja. Bayangan
yang dihasilkan dari sel ini tidak tajam. Sel kerucut jumlahnya sekitar 5 juta
pada setiap mata. Sel kerucut sangat peka terhadap intensitas cahaya tinggi
sehingga berperan untuk penglihatan siang hari dan untuk membedakan
warna.


1.2 Fisiologi Retina
Retina adalah bagian dari anatomi fisiologi mata dan merupakan lapisan
saraf pada bagian belakang mata yang terdiri atas sejumlah serabut yaitu sel-sel
saraf, sel batang (sel basilus), dan sel kerucut (sel konus).sel batang peka
terhadap cahaya rendah sehingga kita dapat melihat di malam hari, tetapi tidak
bisa membedakan warna sehingga hanya hitam saja yang terlihat.
Sirkulasi retina menunjukkan adanya blood retinal barrier pada tight
junction antara sel endotel pembuluh darah. Pembuluh darah koriokapiler
sangat permeabel terhadap makromolekul, memungkinkan terjadinya
transudasi sebagian besar makromolekul plasma ke ruang ekstravaskular dari
koroid dan koriokapiler. Tight junction antar sel RPE menyediakan barier
fisiologis antara koroid dan retina. Pembuluh limfe tidak didapatkan pada
retina dan koroid, namun APC ditemukan dalam konsentrasi yang tinggi.
Mikroglia (derifat monosit) pada retina memiliki peran dalam menerima
stimulus antigenik, dapat mengadakan perubahan fisik dan bermigrasi sebagai
respon terhadap berbagai stimuli.
RPE dapat diinduksi untuk mengekspresikan molekul MHC kelas
II, yang menunjukkan bahwa RPE juga dapat berinteraksi dengan sel T.
Namun pada keadaan normal, segmen posterior tidak mengandung sel limfosit.
Perisit yang berada pada pembuluh darah retina dapat mensintesis berbagai
sitokin yang berbeda (seperti TGF-)yang dapat mengubah respon imun yang
terjadi setelahnya. Proses imun yang terlokaliser juga tidak terjadi pada segmen
posterior ini.















BAB II

2.1 Morfologi
Toxoplasma gondii merupakan protozoa obligat intraseluler, terdapat dalam
tiga bentuk yaitu takizoit (bentuk proliferatif), kista (berisi bradizoit) dan ookista
(berisi sporozoit). Bentuk takizoit menyerupai bulan sabit dengan ujung yang
runcing dan ujung lain agak membulat. Ukuran panjang 4-8 mikron, lebar 2-4
mikron dan mempunyai selaput sel, satu inti yang terletak di tengah bulan sabit
dan beberapa organel lain seperti mitokondria dan badan golgi. Tidak mempunyai
kinetoplas dan sentrosom serta tidak berpigmen. Bentuk ini terdapat di dalam
tubuh hospes perantara seperti burung dan mamalia termasuk manusia dan kucing
sebagal hospes definitif. Takizoit ditemukan pada infeksi akut dalam berbagai
jaringan tubuh. Takizoit dapat memasuki tiap sel yang berinti. Kista dibentuk di
dalam sel hospes bila takizoit yang membelah telah membentuk dinding. Ukuran
kista berbeda-beda, ada yang berukuran kecil hanya berisi beberapa bradizoit dan
ada yang berukuran 200 mikron berisi kira-kira 3000 bradizoit. Kista dalam tubuh
hospes dapat ditemukan seumur hidup.
Toxoplasma gondii dalam klasifikasi termasuk kelas Sporozoasida, karena
berkembang biak secara seksual dan aseksual yang terjadi secara bergantian.
Klasifikasi parasit sebagai berikut :
Dunia : Animalia
Sub Dunia : Protozoa
Filum : Apicomplexa
Kelas : Sporozoasida
Sub Kelas : coccidiasina
Bangsa : Eucoccidiorida
Sub Bangsa : Eimeriorina
Suku : Sarcocystidae

Marga : Toxoplasma
Jenis : Toxoplasma gondii

2.2 Daur Hidup Toxoplasma gondii
Kucing dan hewan sejenisnya merupakan hospes definitif dari T. gondii. Di
dalam usus kecil kucing sporozoit menembus sel epitel dan tumbuh menjadi
trofozoit. Inti trofozoit membelah menjadi banyak sehingga terbentuk skizon.
Skizon matang pecah dan menghasilkan banyak merozoit (skizogoni). Daur
aseksual ini dilanjutkan dengan daur seksual. Merozoit masuk ke dalam sel epitel
dan membentuk makrogametosit dan mikrogametosit yang menjadi makrogamet
dan mikrogamet (gametogoni). Setelah terjadi pembuahan terbentuk ookista, yang
akan dikeluarkan bersama tinja kucing. Di luar tubuh kucing, ookista tersebut
akan berkembang membentuk dua sporokista yang masing-masing berisi empat
sporozoit (sporogoni). Bila ookista tertelan oleh mamalia seperti domba, babi,
sapi dan tikus serta ayam atau burung, maka di dalam tubuh hospes perantara akan
terjadi daur aseksual yang menghasilkan takizoit. Takizoit akan membelah,
kecepatan membelah takizoit ini berkurang secara berangsur kemudian terbentuk
kista yang mengandung bradizoit. Bradizoit dalam kista biasanya ditemukan pada
infeksi menahun (infeksi laten). Bila kucing sebagai hospes definitif makan
hospes perantara yang terinfeksi maka berbagai stadium seksual di dalam sel
epitel usus muda akan terbentuk lagi. Jika hospes perantara yang dimakan kucing
mengandung kista T. gondii, maka masa prepatennya 2 -3 hari. Tetapi bila ookista
tertelan langsung oleh kucing, maka masa prepatennya 20 -24 hari. Dengan
demikian kucing lebih mudah terinfeksi oleh kista dari pada oleh ookista.


Gambar 1. Daur hidup Toxoplasma gondii, sumber infeksi pada manusia

2.3 Cara Infeksi Toxoplasma gondii
Manusia dapat terinfeksi oleh T. gondii dengan berbagai cara yaitu makan
daging mentah atau kurang rnasak yang mengandung kista T. gondii, termakan
atau tertelan bentuk ookista dari tinja kucing, rnisalnya bersarna buah-buahan dan
sayursayuran yang terkontaminasi. Juga mungkin terinfeksi melalui transplantasi
organ tubuh dari donor penderita toksoplasmosis laten kepada resipien yang
belum pernah terinfeksi T. gondii. Kecelakaan laboratorium dapat terjadi melalui
jarum suntik dan alat laboratoriurn lain yang terkontaminasi oleh T. gondii.
Infeksi kongenital. Terjadi intra uterin melalui plasenta.
Kista cacing yang termakan menuju dinding usus, cacing ini kemudian
berjalan melalui aliran darah ke mata, di mana ia dapat menetap di retina. Dalam
retina, Toxoplasma gondii mulai menghancurkan jaringan dan menyebabkan
respon inflamasi, yang disebut uveitis. Uveitis bermanifestasi klinis penglihatan

kabur dan bintik-bintik di bidang visi. Dapat juga menyebabkan retinopati
hipertensi, glaukoma , dan mungkin bisa membentuk jaringan parut dan
menyebabkan katarak (kekeruhan dari lensa mata).
Toxoplasma dapat menginfeksi manusia dalam dua cara.
1. Infeksi secara langsung setelah tertelan kista cacing.
Penyakit mata tampaknya terjadi pada sebagian kecil infeksi ini. Infeksi
tersebut mungkin tampak sebagai flu like syndrom dengan demam dan
pembengkakan kelenjar getah bening .
2. Transmisi intrauterin
seorang wanita hamil dapat terinfeksi dan menularkan infeksi tersebut
kepada anaknya yang belum lahir. Tergantung pada waktu kehamilan,
infeksi ini dapat menebabkan kecacatan pada janin , bahkan menyebabkan
keguguran , atau hanya sedikit kerusakan. Kista jaringan yang mengandung
organisme yang ada pada bayi baru lahir dan dapat mengaktifkan infeksi
setiap saat di kemudian hari . Ketika toksoplasmosis diperoleh dengan cara
ini, ia disebut kongenital . Penyakit mata dalam bentuk kongenital sering
menghasilkan luka berpigmen besar di retina. Saat infeksi teraktivasi, retina
menjadi putih dan meradang, lokasinya berdekatan dengan bekas luka serta
humor vitreous menjadi keruh dengan serbukan sel-sel darah putih.

TANDA +GEJALA



BAB III

DDX rosyid
PMX Penunjang Bisma
Algoritma Dilla






BAB IV

4.1 Penatalaksanaan Koriorentinitis Toksoplasma
Hal terpenting dalam pencegahan toksoplasmosis adalah menjaga
kebersihan. Wanita hamil trimester pertama sebaiknya diperiksa secara berkala
akan kemungkinan infeksi Toxoplasma gondii.
Sebaiknya bila wanita merencanakan kehamilan maka konsultasikan ke
dokter untuk melakukan pemeriksaan test Toxoplasmosis sebelum
kehamilan, tujuannya jika positif terinfeksi, maka dapat dilakukan
pengobatan yang optimal sebelum memasuki kehamilan.
Hindari makan makanan yang dimasak mentah atau setengah matang.
Bersih dan cuci dengan baik buah-buahan atau sayuran sebelum dimakan.
Bersihkan tangan, alat-alat dapur ( seperti: papan atau alas untuk
memotong) yang dipakai untuk mengelola daging mentah, hal ini untuk
mencegah kontaminasi dengan makanan lainnya.
Bila membersihkan sampah atau tempat sampah, jangan lupa
menggunakan sarung tangan, dan cucilah tangan atau sebaiknya serahkan
tugas ini kepada anggota keluarga lainnya, bila sedang hamil.
Pakailah sarung tangan bila ingin mengerjakan pekerjaan kebun atau
perkarangan, untuk menghindari kontak langsung dari kotoran hewan yang
terinfeksi.
Untuk wanita yang memelihara kucing :

o Bila memelihara kucing, maka saat mencoba untuk hamil atau
sedang hamil, serahkanlah tugas membersihkan kotoran kucing
kepada anggota yang lainnya.
o Bersihkanlah kotoran kucing setiap hari dan ingat untuk
menggunakan sarung tangan dan mencuci tangan setiap selesai
membersihkan.
o Mencuci tangan setiap selesai bermain dengan kucing.
o Membuang kotoran kucing dalam plastik ke tempat sampah,
jangan menanam atau meletakanya di dekat kebun atau taman.
o Jangan memberi makan daging mentah untuk kucing.
o Memeriksakan ke dokter hewan bila terdapat tanda-tanda sakit
pada kucing.
o Kucing yang dipelihara di dalam rumah, yang tidak diberi daging
mentah, dan tidak menangkap burung atau tikus, biasanya tidak
terinfeksi.
Pengobatan retinokoroiditis toksoplasmik dapat dimulai serentak dengan
memberikan pirimetamin 25 mg per oral per hari, dan sulfadiazin 0,5 1g per oral
empat kali sehari selama 4 minggu. Selain ini, pasien diberi 3 mg kalsium
leukovorin per oral dua kali seminggu dan urin harus tetap dijaga agar tetap
alkalis dengan minum 1 sendok teh natrium bikarbonat setiap hari. Karena
pirimetamin dapat menimbulkan depresi sum-sum tulang.
Alternatif lain adalah clindamicin 300 mg per oral empat kali sehari
dengan trisulfapyramidine 0,5 1 g per oral empat kali sehari


4.2 Prognosis
Pada prinsipnya, prognosis pada chorioretinitis ini tergantung dari etiologi
dan keberhasilan pengobatan. Dan juga menghindari agar tidak terjadi komplikasi
yang dapat memperparah dari chorioretinitis.

You might also like