You are on page 1of 2

Konsep Dasar Trauma Kepala (Trauma Kapitis) by Aprisal Darwis | Saturday, February 22, 2014

A. Pengertian Trauma kepala adalah cedera pada kepala yang mengenai kulit kepala, tulang
tengkorak dan otak (Brunner dan Suddarth, 2002 : 65). Trauma kepala dikenal juga sebagai cedera
otak adalah gangguan fungsi otak normal karena trauma (trauma tumpul atau trauma tusuk) (Sandra
M. Mettin, 2002 : 72) B. Etiologi Sebahagian besar cedera kepala merupakan peristiwa yang
sering terjadi dan mengakibatkan kelainan neurologik yang serius serta telah mencapai proporsi
epidemik, terjatuh dan kecelakaaan lain. Trauma pada kepala dapat menyebabkan fraktur pada
tengkorak dan trauma jaringan lunak/otak laserasi, dengan derajat yang bervariasi tergantung pada
luas daerah trauma. Trauma kapitis dapat terjadi secara langsung atau tidak langsung. Akibat-akibat
dari suatu rudapaksa pada kepala yang sangat dipengaruhi oleh: 1. Jenis (benda tajam/tumpul)
yang mengakibatkan trauma kapitis. 2. Kecepatan benda tersebut. 3. Arah benturan, apakah
dari arah depan belakang atau dari samping. 4. Lokasi dan jaringan yang terkena, apakah
daerah yang dilalui oleh udara pembuluh darah besar/saraf/jaringan otak. 5. Apakah kepala
dalam keadaan diam atau bergerak. C. Patofisiologi Mekanisme cedera memegang peranan yang
sangat besar dalam menentukan berat ringannya konsekuensi patofisiologi dari trauma kapitis. Otak
dapat berfungsi dengan baik bila kebutuhan oksigen dan glukosa dapat terpenuhi. Energi yang
dihasilkan dalam sel-sel saraf hampir seluruhnya melalui proses oksidasi. Otak tidak mempunyai
cadangan oksigen, jika kekurangan aliran udara ke otak walaupun sebentar akan menyebabkan
gangguan fungsi. Demikian pula dengan kebutuhan glukosa sebagai bahan bakar metabolisme
otak, tidak boleh kurang dari 20 mg% karena menimbulkan koma. Pada saat otak mengalami
hipoksia, tubuh berusaha memenuhi kebutuhan oksigen melalui proses metabolisme anaerob, yang
dapat menyebabkan dilatasi pembuluh darah. Pada kontusio berat, hipoksia atau kerusakan otak
akan terjadi penimbunan asam laktat akibat metabolisme anaerob. Pada saat klien dengan trauma
kepala kontusio cerebri, pembuluh darah kapiler robek, cairan traumatik mengandung protein
eksudat dan berisi albumin dan cairan intestinal. Edema jaringan otak akan menimbulkan tekanan
intrakranial yang dapat menyebabkan herniasi dan penekanan pada batang otak. D. Manifestasi
Klinik Gejala klinis dari trauma kapitis ditentukan oleh derajat cedera dan lokasinya. Derajat cedera
otak kurang lebih sesuai dengan tingkat gangguan kesadaran penderita. Tingkat yang paling ringan
ialah pada penderita gegar otak, dengan gangguan kesadaran yang berlangsung hanya beberapa
menit saja, atas dasar ini trauma kepala dapat di golongkan menjadi : Cedera kepala ringan
(kelompok risiko rendah) a. Skor skala koma Glasgow 15 (sadar penuh, alternatif, dan orientatif)
b. Tidak ada kehilangan kesadaran (misalnya konkusi) c. Tidak ada intoksikasi alkohol atau
obat terlarang d. Klien dapat mengeluh nyeri kepala dan pusing e. Pasien dapat mengeluh
abrasi, laserasi atau hematoma kulit kepala f. Tidak adanya kriteria cedera, sedang berat
Cedera kepala sedang (kelompok risiko sedang) a. Skor skala koma glasglow 9 14 (kontusi,
latergi, atau stupor) b. Konfusi c. Amnesia pasca trauma d. Muntah e. Tanda
kemungkinan fraktur kranium (tanda battel, mata rabun, hemotimpanum, otore atau rinore cairan
cerebrospinal f. Kejang Cedera kepala berat (kelompok risiko berat) a. Skor skala koma
Glasglow 3 -8 (koma) b. Penurunan derajat kesadaran secara progersif c. Tanda neurologis
fokal d. Cedera kepala penetrasi atau teraba fraktur depresi kranium E. Pemeriksaan
Diagnostik Pemeriksaan diagnostik yang dilakukan dalam menegakkan diagnosa medis adalah : X
ray tengkorak Ct scan Angiografi F. Penatalaksanaan Medis Pada Trauma Kepala 1.
Dexamethason / kalmetason sebagai pengobatan anti edema serebral, dosis sesuai dengan berat
ringannya trauma. 2. Terapi hiperventilasi (trauma kepala berat) untuk mengurangi vasodilatasi
3. Pemberian analgetik 4. Pengobatan anti edema dengan larutan hipertonis yaitu manitol 20
% atau glukosa 40 % gliserol 10 % 5. Antibiotika yang mengandung barrier darah otak (penisillin)
atau untuk infeksi anaerob di berikan metronidazole 6. Makanan atau cairan pada trauma ringan
bila muntah-muntah tidak di berikan apa-apa, hanya cairan untuk resusitasi yaitu larutan garam
fisiologis atau ringers laktat. 7. Pembedahan 8. Pada trauma berat, karena hari-hari pertama
didapat penderita mengalami penurunan kesadaran dan cenderung terjadi refensi natrium dan
elektrolit, berikan infus ringers laktat, bila kesadaran rendah, makanan di berikan melalui
nasogastrik tube (2500 3000 TKTP). Referensi Brunner dan Suddart. 2002. Keperawatan Medikal
Bedah, Jakarta: EGC. Doenges E . Marilynn. 2001. Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3.
Jakarta: EGC. Effendy, Nasrul. 1995. Pengantar Proses Keperawatan. Jakarta: EGC. Read more:
http://www.abcmedika.com/2014/02/konsep-dasar-trauma-kepala-trauma.html#ixzz2uXVJ3VeF

Copyright 2013 ABC Medika | availabel at: http://www.abcmedika.com/2014/02/konsep-dasar-
trauma-kepala-trauma.html
follow @abcmedika on twitter

You might also like