You are on page 1of 3

A.

Pithencanthropus erectus




Pada tahun 1890 di Desa Trinil, tepatnya di daerah Ngawi, telah ditemukan fosil
berupa tulang rahang, tulang geraham, dan bagian tulang rahang kiri, serta tengkorak
bagian atas. Fosil yang diperkirakan sebagai manusia purba Indonesia ini ditemukan
oleh Dr. Eugene Dubois. Temuan fosil tersebut diberi nama pithecanthropus erectus.
Pithecanthropus erectus sendiri berasal dari kat pitheca : kera, anthropus : manusia,
erectus : berdiri. Sehingga pithecanthropus erectus berarti manusia kera yang berdiri
atau berjalan tegak.

Secara umum pithecanthropus erectus memiliki cirri-ciri sebagia berikut :
1) Tinggi berkisar 165-180 cm.
2) Berat badan antara 30-150 kg.
3) Anggota badan tegap.
4) Dahi miring ke belakang.
5) Tonjolan kening sangat nyata.
6) Alat kunya besar.


B. Meganthropus palaeojavanicus



Pada tahun 1963 dan 1941, di sebuah tepian Bengawan Solo, tepatnya di Desa Sangiran
(Solo), Von Koeningswald juga meneukan fosil yang diperkirakan sebagai fosil manusia
purba. Fosil yang ditemukan berupa tulang rahang atas, dan tulang rahang bawah.
Dilihat dari bentuk dan ukuran, fosil ini diperkirakan lebih besar dan kuat dibandingkan
fosil yang ditemukan di Trinil. Karenanya, fosil ini diberi nama Meganthropus
palaeojavanicus. Mega berarti besar, palaeo berarti tua, sedangkan javanicus berajawa.
Sehingga Meganthropus palaeojavanicus
berarti manusia besar tertua di dari Jawa.
Adapun cirri-ciri dari Meganthropus palaeojavanicus adalah sebagai berikut :
1) Rahanya menunjukan tanda-tanda bahwa fosil ini memiliki alat-alat kunyah yang
sangat kokoh.
2) Tulang pipinya tebal.
3) Tonjolan keningnaya tajam dan mencolok.
4) Otot tengkuk kuat.
5) Tubuhnya tegap tetapi tidak begitu tinggi.
6) Makanan meganthropus doperkirakan tumbuh-tumbuhan.

C. Homo
Jenis-jenis fosil homo yang pernah ditemukan di Indonesia, di antaranya :
1) Homo wajakensis



Penemu dari fosil ini adalah Dr. Eugene Dubois, pada tahun 1889 di Desa Wajak
Tulung Agung. Karena ditemukan di Wajak inilah, fosil manusia purba ini bernama
Homo wajakensis. Dilihat dari cirri-cirinya, Homo wajakensis menampakkan cirri yang
tidak sama dengan fosil manusia purba di Indonesia oada umumnya. Bahkan ia lebih
mendekati cirri bangsa Uustroid., ang menurunkan Bangsa Australia.
Adapun ciri-ciri dari Homo wajakensis adalah sebagai berikut :
a) Cara berjalan dengan berdiri tegak, sudah lebih sempurna jika dibandingkan dengan
Pithecanthropus erectus.
b) Muka tidak begitu menonjol ke depan (tetapi jika dibandingkan dengan manusia
sekarang, ia lebih menonjol).
c) Tulang dahi dan bagian belakang tengkorak sudah membulat dan tinggi.
d) Alat pengunyah rahang, gigi dan otot tengkuk sudah sudah mengecil.

2) Homo soloensis



Di Ngandong Solo, pada tahun 1931-1934, Ter Haar dan Ir. Opennorth, menemukan
fosil manusia purba berupa manusia tengkorak. Hasil oenemuan tersebut diteliti oleh
Von Koeningswald dan Weidenreich. Dari analisa yang dilakukan, disimpulkan bahwa
manusia purba jenis ini tingkatannya lebih tinggi dibandingkan pitethecanthropus.
Adapun cirri-ciri Homo Soloensis (manusia solo) adalah sebagai berikut :
a) Tubuhnya sedikit lebih tinggi dan lebih tegak dibandingkan denag Pithecanthropus
erectus.
b) Isi tengkorak lebih besar.
c) Tonjolan kening tidak begitu besar.



3) Homo mojokertensis


Selain di Wajak dan di Solo, Mojokerto juga menyumbangkan fosil manusia
purbabagi perkembangan ilmu pengetahuan. Berbeda dengan di tempat lain, fosil yang
ditemukan di Perning Mojokerto ini berupa tegkorak anak-anak.
Penemunya adalah Cokro Handoyo dengan Duyfies (Belanda).
Adapun cirri-ciri Homo mojokertensis adalah sebagai berikut :
a) Berbadan tegap.
b) Otot tengkuk sangat kuat.

You might also like