You are on page 1of 12

RETINOPATI HIPERTENSI

Ilmu Kesehatan Mata Page 1



BAGIAN 6: RETINA DAN VITREOUS
SEKSI 5: KELAINAN VASKULER
RETINOPATI HIPERTENSI
Adam H. Rogers
Retinopati hipertensi kronis
Definisi: perubahan vaskuler pada retina yang terjadi karena peningkatan tekanan darah arteri
yang kronis
Tanda-tanda kunci:
Penyempitan dan perubahan bentuk arteri retina menjadi tidak teratur
Hiperkonstriksi arteriovena
Blot retinal hemmoraghes
Cotton-wool spot
Temuan yang behubungan:
Obstruksi vena retina
Neovaskularisasi retina
Emboli arteri retina
Retinopati hipertensi malignan akut
Definisi: perubahan pada saraf retina, khoroid, dan optik yang disebabkan oleh peningkatan
tekanan darah arteri sistemik akut
Tanda-tanda kunci:
Spasme arteriol retina
Pendarahan retina superfisial
Cotton-wool spot
Lepasnya cairan serous retina
Edema diskus optikus

RETINOPATI HIPERTENSI

Ilmu Kesehatan Mata Page 2

Temuan yang berhubungan:
Iskemia korhoidal
Perubahan epitel pigmen retina
Optic neuropathy
Kebutaan cortical
Proteinuria, stroke, gagal ginjal, ensepalopati

PENDAHULUAN
Retinopati hipertensi adalah suatu keadaan dimana ditemukannya kerusakan ujung-
ujung organ yang disebabkan oleh hipertensi arteri sistemik. Walaupun dari istilahnya
menyiratkan yang terlibat hanya retina saja, perubahan pada saraf choroid dan saraf optikus
juga harus diperiksa, tergantung dari kronisitas dan tingkat keparahan penyakit. Perubahan
okuler pada hipertensi malignan bisa berarti jelek dengan adanya optic neurophaty,
choroidopathy, dan retinopahty. Perubahan pada hipertensi esensial lebih sedikit dengan
hanya mempengaruhi vaskularisasi retina. Karena hipertensi sangat umum ditemukan di
daerah-daerah industri, neuropati hipertensi adalah kondisi yang umum dijumpai bagi semua
opthalmologist dan praktisi kesehatan profesional.

EPIDEMIOLOGI DAN PATOGENESIS
Hipertensi arterial sistemik adalah salah satu penyakit yang umum diderita orang
dewasa pada daerah-daerah industri. Walaupun literatur kedokteran membagi-bagi hipertensi
kedalam beberapa kelompok, tapi hanya hipertensi esensial dan malignan yang berhubungan
dengan retinopati hipertensi. Hipertensi esensial tidak diketahui penyebabnya dan didiagnosa
jika tekanan darah sistolik >140 mmHg atau tekanan diastolik >90 mmHg pada sekurang-
kurangnya dua kali pemeriksaan pada dua kunjungan yang berbeda. Di amerika serikat saja,
diperkirakan lebih dari 25% dari semua dewasa dan 60% lanjut usia dengan umur >60 tahun
menderita penyakit ini. Orang ras kulit hitam mempunyai kemungkinan lebih tinggi dari pada
ras kulit putih untuk menderita hipertensi dan jumlah penderita laki-laki lebih banyak
daripada wanita. Namun wanita dengan umur >50 tahun mempunyai kemungkinan lebih
RETINOPATI HIPERTENSI

Ilmu Kesehatan Mata Page 3

tinggi daripada laki-laki. Tekanan darah yang meningkat jarang ditemukan pada daerah-
daerah pertanian dan seseorang yang bergerak aktif.
Karena hipertensi gejalanya asimptomatik, kebanyakan pasien tidak terdiagnosis atau tidak
diterapi dengan benar walaupun penegakan diagnosisnya relatif mudah. Pada penelitian oleh
National Health and Nutritition (NHANES III) pada penderita hipertensi dengan umur 18-74
tahun menemukan bahwa 64,8% mengetahui keadaan penyakit yang dideritanya, 53,6%
sedang menjalani terapi dan hanya 27,4% dengan hipertensi terkontrol. Penderita hipertensi
yang tidak menerima terapi atau tidak menerima terapi yang sesuai meningkatkan risiko
kematian oleh gangguan jantung. Pada pasien dengan hipertensi borderline, risiko penyakit
kardiovaskular dan penyakit ginjal tahap akhir meningkat dua kali lipat dibandingkan dengan
pasien dengan tekanan darah optimal.
Angka kejadian terjadinya perubahan pada retina dikarenakan hipertensi tidak pasti
dan seringkali disertai dengan penyakit vaskuler lainnya seperti diabetes. Pada penelitian
mata oleh Beaver Dam, yang meneliti pasien dengan hipertensi tanpa adanya kondisi lain
yang menyertai, menunjukkan bahwa angka kejadian retinotpati hipertensi sekitar 15%;
secara spesifik, 8% menunjukkan retinopati, 13% menunjukkan adanya penyempitan
arteriola, dan 2% menunjukkan adanya hiperkontriksi arteriovena. Nilai prediktif penegakan
diagnosis hipertensi sistemik dari temuan dengan pemeriksaan secara opthalmologis hanya
berkisar antara 47-53%. Pemeriksaan tekanan darah dengan spygmomanometer lebih akurat
untuk menegakkan diagnosis hipertensi. Frekuensi terbesar penderita retinopati hipertensi
pada populasi penelitian merupakan pasien dengan kontrol tekanan darah yang buruk.
Hipertensi malignan adalah sindrom yang jarang yang terdiri dari peningkatan
tekanan darah yang cepat dan berat, dengan tekanan sistolik diatas 200 mmHg atau tekanan
diastolik lebih dari 140 mmHg. Walaupun pengukuran tekanan darah absolut dinilai penting,
adanya temuan sistemik menunjukkan adanya hipertensi malignan yaitu adanya gangguan
pada mata, jantung, ginjal dan otak. Peningkatan tekanan darah malignan yang persisten
dapat menyebabkan keadaan pasien menjadi lebih buruk seperti gagal jantung, infark
miokard, stroke, dan gagal ginjal.
Hampir 1% pasien hipertensi berlanjut ke hipertensi malignan. Dan sangatlah jarang
dijumpai pasien dengan keadaan ini pada penegakan diagnosis hipertensi yang pertama kali.
Kebanyakan pasien sudah didiagnosis sebelumnya dengan hipertensi primer atau sekunder.
RETINOPATI HIPERTENSI

Ilmu Kesehatan Mata Page 4

Hipertensi malignan jarang muncul pada pasien dengan kontrol tekanan darah yang baik.
Rata-rata penderita didiagnosa dengan hipertensi pada umur 40 tahun, dengan jumlah laki-
laki lebih banyak dari wanita. Dengan kemajuan terapi hipertensi, hampir 50% pasien
mempunyai harapan hidup 5 tahun lebih lama.
Hereditas dan faktor lingkungan mempunyai pengaruh besar dalam patogenesis
hipertensi esensial. Pada orang tua, peningkatan tonus otot polos basal menunjukkan adanya
aktifitas simpatis berlebihan dengan peningkatan pada sistem renin-angiotensin. Faktor lain
yaitu sensitivitas terhadap garam, kadar kalsium sistemik rendah, dan resistensi insulin
dengan hiperinsulinemia. Hipertensi sekunder disebabkan oleh hal yang tidak dapat
ditentukan, biasanya berhubungan dengan perubahan pada sekresi hormon atau fungsi renal.
Dengan mengkoreksi penyebab yang mendasarinya, bentuk hipertensi seperti ini dapat
disembuhkan. Patogenesis hipertensi malignan mirip dengan hipertensi esensial yaitu tidak
diketahui. Penelitian telah difokuskan pada aktifitas berlebihan dari sistem renin-angiotensin-
aldosteron, dengan kadar plasma renin-angiotensin yang tinggi sebagai penyebabnya.

MANIFESTASI OKULER
A. Retinopati Hipertensi Kronik
Pasien dengan retinopati hipertensi biasanya asimptomatik. Temuan klinis yang dapat
dijumpai adalah kontriksi fokal dan dialatasi arteriol retina, berbelok-beloknya arteriol retina,
peningkatan reflek cahaya arteriolar, dan berkurangnya transparansi kolumna intra arterial
[fig. 6-15-1]. Hiperkonstriksi arteriovena merupakan temuan paling spesifik dan pertanda
adanya retinopati hipertensi kronik. Pada persambungan arteriovena pada retina, pembuluh-
pembuluh ini memiliki lapisan adventisial yang sama. Hiperkontriksi arteriovena didiagnosa
ketika persambungan vena retina menjadi kurang tampak atau bahkan menghilang pada
kedua sisi arteri [fig. 6-15-2]. Arah dari vena mungkin juga berubah menjadi lebih tegak
lurus. Jika ada tahanan pada aliran darah, segmen distal vena tampak lebih besar, gelap, dan
berliku-liku. Tanda-tanda lain adanya tahanan adalah retinal hemmorhage (pendarahan
retina), edema makular, dan cotton-woll spot [fig. 6-15-3]. Komplikasi sekundeer dari
hipertensi arterial sistemik adalah retinal vascular occlusive disease (tersumbatnya
vaskulariasasi , pembentukan makroaneurisma, dan neuropati optik iskemia anterior non
arteritik. Untuk differensial diagnosa lihat kotak 6-15-1.
RETINOPATI HIPERTENSI

Ilmu Kesehatan Mata Page 5

Tampilan fundus okuli pada pasien dengan hipertensi berhubungan langsung dengan
keadaan arteri retina dan tingkat peningkatan tekanan darah sistemik. Usia pasien mungkin
dapat mengurangi keakuratan pemeriksaan funduskopi. Walaupun sklerosis arteriol
merupakan hasil dari hipertensi yang berlangsung lama, perubahan ini, dikategorikan sebagai
sklerosis involunsional, juga dapat muncul pada orang-orang yang menua dengan normal.
Cukup dengan atherosklerosis saja, penebalan ringan pada dinding arteriol bisa terjadi.
Secara klinis, penyempitan arteriol retina diketahui dengan tidak adanya perubahan pada
perpotongana arteriovena. Karena efek kronis dari peningkatan tekanan darah sistemik terjadi
beriringan dengan penebalan oleh karena adanya arteriosklerosis pada dinding pembuluh
darah, hal ini dapat mempersulit pengelompokan perubahan fundus hanya berdasarkan
peningkatan tekanan darah.
B. Retinopati Hipertensi Malignan
Gangguan penglihatan umum dijumpai pada hipertensi maligna. Gejalanya antara lain
sakit kepala, skotoma, diplopia, penglihatan gelap, dan photopsia. Temuan okuler pada
hipertensi maligna dibagi dalam beberapa kategori: retinopati hipertensi, khoroidopati
hipertensi, dan neuropati optik hipertensi. Penyebab dari berbagai temuan klinis ini adalah
kontriksi pembuluh darah yang disebabkan oleh katekolamin yang ada dalam darah, obstruksi
arteriol, dan luluhnya barrier (pelindung/pembatas) antara retina dan pembuluh darah.
Temuan klinis lain pada keadaan ini seperti penyempitan arteriol, cotton-wool spot,
intraretinal resudat, edema makular, dan pendarahan. Pendarahan retina tampak sebagai garis
lurus yang terjadi pada lapisan serabut syaraf pada daerah papiler. Edema makular cystoid,
deposit lemak, dan perubahan arteriol merupakan tanda klinis retinopati hipertensi yang lebih
kronis.penyempitan arteriol pada pemeriksaan opthalmoskopi telah di teliti oleh Hayreh, yang
menyebut temuannya sebagai pseudonarrowing atau penyempitan palsu yang disebabkan
oleh edema retina yang memberikan tampilan seperti penyempitan arteriol retina.
Pemeriksaan angiografi fluorescent yang dilakukan pada monyet rhesus dengan hiperensi
malignan akut menunjukkan ukuran ruang arteriol retina yang normal, menyingkirkan
pemikiran lama bahwa spasme arteriol dapat terjadi. Cotton-wool spot merupakan area pada
retina dengan tampilan seperti berbulu, meninggi, dan berwarna coklat-putih yang muncul
didalam saraf optikus yang disebabkan oleh macetnya aliran arteriol terminalis retina.
Kapiler yang kehilangan fungsi perfusi tampak pada pemeriksaan angiografi [fig. 6-15-].
Cotton-wool spot biasanya sembuh dalam 3-6 minggu dan dihubungkan dengan
RETINOPATI HIPERTENSI

Ilmu Kesehatan Mata Page 6

berkurangnya lapisan syaraf optikus disekitar lesi. Transudat intraretinal muncul disebabkan
karena adanya kebocoran arteriol yang tampak pada angiografi dan sembuh dengan sempurna
dalam 2-3 minggu. Edema makular dan cairan suretinal merupakan temuan klinis yang
berhubungan dengan perubahan choroidal yang disebabkan oleh hipertensi yang
mempengaruhi retinal pigmen ephitellium (RPE), dengan disertai perubahan pada barrier
(pembatas/pelindung) antara retina dengan darah.
Perubahan klinis dari choroidopati hipertensi berhubungan langsung dengan
dilepaskannya agen vasokonstriktor endogen (seperti angiotensin II, epinephrin, vasopressin)
ketika terjadinya hipertensi sistemik. Dipandang memalui pemeriksaan angiografi, terdapat
pengisian choroid yang tertunda. Gitter dkk mendomenstrasikan melalui angiografi
fluorescent bahwa pengisian choroid yang tertunda ini juga diikuti dengan kebocoran pada
pembuluh choroid kedalam ruangan sub retina. Kebocoran ini diperparah dengan infark dan
kerusakan pada sel RPE atau transudasi cairan (transudansi: masuknya cairan melalui sebuah
membran yang disebabkan oleh perbedaan tekanan hidrostatik) kedalam ruang subretinal
sebagai respon terhadap peningkatan tekanan pada pembuluh choroid. Oklusi (tersumbatnya)
pembuluh kapiler choroid menyebabkan RPE menjadi nekrosis dan atrofi yang akhirnya
membentuk titik Elschnig (fig. 6-15-5).
Pada keadaan akut, titik Elschnig tampak sebagai sebuah lesi berupa titik berwarna
coklat-putih yang bisa dilewati agen fluorescent dan indocyanin hijau pada pemeriksaan
angiografi dari kerusakan pada barrier antara darah dan retina. Akumulasi cairan subretina
terjadi, seiiring dengan pembentukan edema makular, merupakan temuan klinis yang umum
dijumpai pada choroidopaty hipertensi (fig 6-15-6). Seiiring waktu, lesi RPE menjadi lebih
berat. Perubahan pigmen yang difus dengan atrofi memberikan gambaran berupa titik-titik
pada pemeriksaan ophtalmoskopi. Konfigurasi lurus pigmentasi sepanjang arteri choroid
dikenal dengan nama Siegrists streak.
Neuropati optik hipertensi muncul secara klinis sebagai edema diskus (fig. 6-16-7).
Hal ini muncul dari vasokonstriksi pada arteri siliar posterior yang mendukung kepala nervus
optikus, yang diakibatkan oleh pelepasan angiotensin II dan agen vasokonstriktor lain.
Iskemia terjadi pada syaraf optikus, yang menyebabkan aliran axoplasmic (aliran axoplasmic
merupakan aliran dari protein, enzim, dan neurotransmitter sepanjang serabut syaraf) menjadi
terhenti, hal ini merupakan salah satu bentuk neuropati optik iskemik anterior. Untuk
diagnosis differensial liat box 6-15-2.
RETINOPATI HIPERTENSI

Ilmu Kesehatan Mata Page 7

DIAGNOSIS DAN PEMERIKSAAN PENUNJANG
Retinopati hipertensi merupakan diagnosis klinis yang dibuat ketika temuan pada
fundus yang khas dijumpai dengan pemeriksaan slit-lamp biomikroskopi pada pasien dengan
hipertensi arteri sistemik. Angiografi fluorescein dapat dilakukan, tapi tidak terlalu penting
untuk mendukung diagnosis. Temuan pada pemeriksaan angiografi sebagai mana dijelaskan
sebelumnya lebih sering ditemukan pada hipertensi maligna. Pengukuran tekanan darah
sistemik diperlukan untuk menyingkirkan kemungkinan lain yang mempunyai gambran klinis
sama.
Beberapa sistem klasifikasi telah digunakan untuk mengelompokkan berbagai
perubahan yang terjadi pada retina. Dua sistem yang paling banyak diterima adalah
klasifikasi Keith-Wagener-Baker dan klasifikasi Scheie. Sistem klasifikasi Keith-Wagener-
Barker (tabel 6-15-1) mengkombinasikan temuan klinis dari hipertensi dan atherosklerosis.
Sistem kalsifikasi Scheie (tabel 6-15-2) menganggap hipertensi dan atherosklerosis sebagai
dua proses berbeda. Sayangnya, tidak ada sistem klasifikasi yang memuaskan karena
beragamnya temuan klinis yang dijumpai. Sistem-sistem klasifikasi tersebut hanya digunakan
untuk mengetahui riwayat pasien dan tidak digunakan secara klinis; temuan klinis yang
didapatkan langsung pada pemeriksaan mata yang akurat lebih berharga daripada sistem
klasifikasi manapun.
Walaupun sudah terdapat berbagai teknologi pemeriksaan mata yang lebih canggih,
seperti opthalmoskopi dengan proses scanning menggunakan laser, dapat menghitung
ketebalan kapiler retina dan kecepatan aliran darah pada pasien dengan hipertensi esensial,
hasil pemeriksaan ini masih merupakan tahap awal dari penerapannya untuk tindakan
pencegahan berbagai penyakit yang menyerang retina untuk jangka panjang. Tomografi
optik dapat digunakan untuk mengambil gambaran potongan melintang dari retina dan
pengumpulan cairan subretina.

ASOSIASI SISTEMIK
Hipertensi esensial merupakan penyebab naiknya tekanan darah yang paling umum
dan biasanya penyebabnya tidak diketahui. biasanya penyebab sekunder hipertensi tidak
ditelusuri lebih jauh dan dilakukan hanya bila pasien mengeluhkan gejala-gejala lain atau
RETINOPATI HIPERTENSI

Ilmu Kesehatan Mata Page 8

terapi antihipertensi tidak berhasil. Penyebab dari hipertensi sekunder yaitu
pheochromacytoma, stenosis renovascular, dan hiperaldosteronisme primer.
Hampir disemua kasus hipertensi maligna, penyebab sistemik dapat diketahui melalui
evaluasi sistemik. Penyebab potensial termasuk penyakit ginjal, seperti penyakit ginjal
polikistik atau stenosis renovascular; pheochromocytoma; dan kehamilan. Hipertensi esensial
yang tidak dikontrol jarang menyebabkan krisis hipertensi akut. Kelainan sistemik yang
disertai kenaikan tekanan darah yang cepat dan disertai bukti adanya kerusakan organ,
termasuk gagal ventrikel kiri, infark myokardial, oedem pulmonal, diseksi aneurysma aorta,
stroke, ensepalophaty, dan pendarahan intrakranial.

PATOLOGI
Secara mikroskopik, perubahan awal yang disebabkan oleh hipertensi adalah
sklerosis dan penebalan dinding arteri disertai penyempitan lumen. Temuan ini menjadi lebih
menonjol pada pasien dengan hipertensi yang telah berlangsung lama. Penebalan arteriol
pada pembuluh choroid biasanya lebih berat daripada arteriol retina dan hal ini menunjukkan
adanya perubahan arteri sistemik. Pada hipertensi malignan, arteriol juga menjadi tebal, tapi
disertai deposit fibrin dan jaringan nekrosis pada dinding pembuluh darah. Pemeriksaan
mikrografi elektron pada arteriol retina pada hipertensi maligna menunjukkan adanya dilatasi
pada lumen, dengan robekan pada endotelelium yang dilingkupi oleh lipid dan fibrin seiiring
dengan dilampauinya mekanisme autoregulasi arteriol. Temuan patologis lain yaitu oedem
syaraf optikus, cotton-wool spot, mikroaneurysma, dan infark focal.

PENATALAKSANAAN DAN PROGNOSIS
Retinopati hipertensi kronik sendiri jarang menyebabkan hilangnya fungsi penglihatan
yang signifikan. Dengan mengatasi kondisi sistemik yang mendasarinya bisa menahan
perubahan yang terjadi pada retina, tetapi penyempitan arteriol dan kontriksi lokal pada
arteriovena biasanya permanen.
Penatalaksaanaan retinopati hipertensi maligna, choroidopathy, neuropathy optik
terdiri dari pengontrollan tekanan darah hingga pada level dimana kerusakan organ dapat
RETINOPATI HIPERTENSI

Ilmu Kesehatan Mata Page 9

diminimalisir. Tekanan darah yang sesungguhnya tidak begitu penting dimana telah terjadi
kerusakan organ. Pada pasien hipertensi, mekanisme autoregulasi yang menjaga aliran darah
ke jaringan meningkat lebih tinggi. Hal ini dapat memberikan toleransi tekanan darah yang
lebih tinggi, dan menurunkan tekanan darah dibawah batas regulasi dapat mencegah aliran
darah yang cukup untuk mencapai organ vital. Maka, tekanan darah harus diturunkan secara
perlahan, pelan, dan terkontrol untuk mencegah kerusakan organ akhir. Penurunan yang
terlalu cepat bisa menyebabkan iskemia pada ujung syaraf optik, otak, dan organ vital yang
lain yang menyebabkan kerusakan permanen . obat-obatan yang digunakan untuk terapi
hipertensi emergency adalah sodium nitroprusside, nitroglycerin, calcium channel blocker,
beta blocker, dan ACE inhibitor. Terapi harus dimulai secara terkontrol dan termonitor
dibawah pengawasan dokter yang ahli dalam pemberian terapi antihipertensi.
Dari sudut pandang sistemik, adanya kiris hipertensi maligna dipandang sebagai suatu
keadaan emergency. Jika tidak diobati, tingkat kematian 50% pada 2 bulan dan 90% pada
satu tahun setelah serangan. Kebanyakan pasien mendapatkan kembali fungsi penglihatannya
menjadi normal. Jarang sekali ketika pasien kehilangan fungsi penglihatan, hal ini bisa
terjadi sebagai akibat dari perubahan pigmen retina yang disebabkan terlepasnya retina atau
atrofi optik yang disebabkan oleh oedema pada papil yang berlangsung lama.

KETERANGAN GAMBAR DAN KOTAK
Fig. 6-15-1: retinopati hipertensi kronik ringan hingga sedang. Perhatikan perubahan
warna pada arteriol retina dan perubahan awal pada perpotongan arteriovena
Fig. 6-15-2: pada tampilan dengan kemiringan 15
o
ini. Tampak pembuluh-pembuluh
kolateral dan dilatasi kapiler
Fig. 6-15-3: tampilan dengan kemiringan 60
o
pada pasien yang sama dengan fig. 6-
15-2. Perhatikan adanya telangiektasi pembuluh pada ujung syaraf optikus dan
pendarahan intraretina dengan posisi temporal terhadap macula.
Box 6-15-1: diagnosis differensial retinopati hipertensi kronik: retinopati diabetik,
obstruksi vena retina, sindrom hiperviskositas, congenital hereditary retinal
tortuosity, sindrom iskemik okuler, retinopati radiasi
Fig. 6-15-4. Mata kanan pasien yang sama pada fig. 6-15-2 dan fig. 6-15-3. (A)
cotton-wool spot yang jelas tampak pada serabut papilomakular, dengan pendarahan
RETINOPATI HIPERTENSI

Ilmu Kesehatan Mata Page 10

intraretina yang tampak didekatnya. (B) angiografi flurescein menunjukkan kapiler
yang kehilangan fungsi perfusi pada daerah yang berhubungan dengan cotton-wool
spot; perhatikan pendarahan intraretina yang tampak hipofluoresen yang disebabkan
adanya obstruksi.
Fig. 6-15-5: titik Elschnig
Fig. 6-15-6: lepasnya serum retina pada pasien berumur 27 tahun yang menderita
hipertensi gestasional, 3 hari hari setelah melahirkan. Tekanan darah 158/100 mmHg.
Perhatikan fibrin subretina dan lipatan-lipatan pada retina
Fig. 6-15-7: oedema syaraf optikus bilateral. Cairan subretina, pendarahan yang
tampak seperti nyala api dan eksudasi lipid pada konifugrasi bintang makular
merupakan bukti adanya oedema syaraf optikus bilateral pada pasien dengan
retinopati hipertensi maligna.
Box 6-15-2: diagnosis differensial retinopati hipertensi akut: bilateral bullous central
serous chorioretinopathy, obstruksi vena retina sentral bilateral, penyakit vaskuler
kolagen, retinopati diabetik (terutama pada keadaan papillopahty diabetik)

Tabel 6-15-1: klasifikasi Keith-Wagener-Barker
Grup 1
Penyempitan ringan-sedang atau
sklerosis pada arteriole
Grup 2
Penyempitan sedang pada arteriol
Penyempitan arteriol lokal atau
menyeluruh
Refleks cahaya yang meningkat
Perubahan pada perpotongan
arteriovena
Grup 3
Penyempitan arteriol retina dan
konstriksi fokal
Oedema retina
Cotton-wool spot
Pendarahan
Grup 4 Grup 3 + papilledema

RETINOPATI HIPERTENSI

Ilmu Kesehatan Mata Page 11

Klasifikasi Scheie
Hipertensi
Grade 0 Tidak ada perubahan
Grade 1 Penyempitan arteriol yang samar
Grade 2 Penyempitan arteriol yang jelas disertai
irregularitas fokal
Grade 3 Grade 2 + pendarahan retina dan/atau
adanya eksudat
Grade 4 Grade 3 + papilledema
Sklerosis arteriol
Grade 0 Normal
Grade 1 Perubahan reflek cahaya yang samar
Grade 2 Peningkatan reflek cahaya yang jelas
Grade 3 Tampilan arteriol seperti kabel tembaga
(copper wire)
Grade 4 Tampilan arteriol seperti kabel perak
(silver wire)

END.









RETINOPATI HIPERTENSI

Ilmu Kesehatan Mata Page 12

You might also like