A. IDENTITAS PONDOK PESANTREN NSPP : 512351712083 Nama Lembaga : Astri X(Hurun In) Darul Ulum Alamat : Rejoso, Peterongan, Jombang, Jawa Timur Nama Pendiri :Drs. H. M. Zaimuddin Wijaya Asad. SU Nama Pengasuh :Drs. H. M. Zaimuddin Wijaya Asad. SU B. SEJARAH BERDIRINYA PESANTREN Asrama putri X Hurun In merupakan lembaga yang berada dibawah naungan Pondok Pesantern Darul Ulum yang mana didirikan serta diasuh oleh putera KH. Asad Umar yakni Drs. H. M. Zaimuddin Wijaya Asad. SUhingga sekarang. Sistem pengajian dan jadwal terkait kesantrian berbeda di masing-masing asrama, namun secara umum pengajian pokok di Pondok Pesantren Darul Ulum sama. Berdirinya Pondok Pesantren (Ponpes) Darul Ulum bermula dari kedatangan KH. Tamim Irsyad yang berasal dari Bangkalan Madura ke Rejoso. Beliau adalah murid KH. Cholil Bangkalan. Ketika Beliau datang ke Jombang demi memperbaiki keadaan ekonomi keluarga KH. Tamim yang memiliki hikmah besar dalam meneruskan tradisi pengajaran yang pernah ia terima, ditemukan desa Rejoso, tempat secara naluriah keagamaan keagamaan KH. Tamim yang amat representatif sebagai lahan perjuangan menegakkan Islam. KH. Tamim Irsyad adalah ahli dalam Syariat Islam disamping memiliki Ilmu Kanuragan kelas tinggi. Demikian pula KH. Cholil merupakan pengamal ilmu tasawuf disamping memiliki bekal ilmu Syariat Islam pada umumnya. Beliau waktu itu telah dipercaya oleh gurunya untuk mewariskan ilmutharekat qodiriyah wannaqsyahbandiyah-nya kepada yang berhak menerimanya, dengan kata lain Beliau berhak sebagai Al-Mursyid (guru petunjuk dalam dunia tharekat). Pada periode ini sistem pengajaran ilmu pengetahuan dilaksanakan oleh kedua Beliau dengan sistem ceramah dan praktikum langsung melalui saluran sarana yang ada pada masyarakat. KH. Tamim Irsyad memberikan pengajian ilmu Al-Quran dan ilmu Fiqih atau hukum syariat Islam, sedangkan KH. Cholil memberikan pengajian ilmu tasawuf dalam bentuk pengamalan tharekat qodiriyah wannaqsyahbandiyah disamping tuntunan ilmu tauhid. Oleh KH. Tamim ara murid diberikan syariatnya dan oleh KH. Cholil dilatih mencintai yang punya syariat Islam. Adapun sarana untuk kegiatan tersebut ada dua yang masing-masing dibangun tahun 1898 dan tahun 1911, surau itu sendiri sampai sekarang masih terawat baik, dipakai balai pertemuan dan pengajian.siswa yang tercatat pada periode ini antara lain berasal dari Jawa Timur dan Jawa Tengah, terutama dari Jombang, Mojokerto, Surabaya serta Madura. Jumlahnya sekitar 200 siswa yang tinggal di pondok. Pada akhir abad sembilan belas, ketika Ponpes ini berkembang cukup meyakinkan didatangkanlah KH. Syafawi adik KH. Cholil dari Demak untuk membantu kelancaran pengajian, terutamabidang studi ilmu tafsir dan ilmu alat. Namun sayang KH. Syafawi tidak bertahan lama, karena pada tahun 1904 M Beliau meninggal dunia. 20 tahun berikutnya (1930) KH. Tamim Irsyad menyusul. Innalillahi wa Inna Ilaihi Roojiun. Namun sebelum Beliau wafat, telah mengkader puteranya yang kedua yaitu KH. Romli Tamim, sebagai figur pimpinan Darul Ulum periode kedua. Sepeninggal kedua Beliau diatas, KH. Cholil tinggal sendiri mengemban amanat kelangsungan hidup sarana pendidikan yang dibina. Dalam kesendiriannya inilah KH. Cholil mengalami Jadzab (menurut istilah ponpes), atau barangkali terserang depresi psikis (menurut istilah psikologi). KH. Romli Tamim pulang ke Rejoso dibekali oleh gurunya, yaitu KH. Akhmad Jufri (Karengkates Kediri) dan KH. Zaid Buntet (Cirebon). Tongkat estafet kepemimpinan tersebut akhirnya dapat diselesaikan KH Cholil dengan bukti munculnya tokoh-tokoh baru Pondok Pesantren peninggalan Beliau tahun 1937 M. (wafat 1937 M). Tokoh tersebut antara lain KH. Romli putra KH. Tamim Irsyad dan KH. Dahlan Cholil putra KH. Cholil. Sepeninggal tokoh-tokoh tua, muncul Kyai Romli Tamim dan Kyai Dahlan Cholil sebagai tokoh muda yang baru saja menyelesaikan studinya di Pondok Pesantren Tebuireng Jombang yang diasuh oleh KH. Hasyim Asyari serta mengembangkan ilmu pengetahuan yang diperolehnya dari studi Beliau di Mekkah Saudi Arabia. KH. Cholil Dahlan pulang ke Rejoso tahun 1932 dan kemudian disusul oleh adiknya yang bernama KH. Masum Cholil tahun 1937 M. Pada periode inilah Pondok Pesantren ini menunjukkan identitas yang sebenarnya. Hal ini dapat dilihat dari nama Pondok Pesantren yang diberikan oleh Beliau yaitu DARUL ULUM (Gudang Ilmu) pada tahun 1933 M. Pembagian tugas antara tokoh- tokoh semakin jelas. Kyai Romli Tamim memegang kebijakan umum Pondok Pesantren serta ilmu tasawufdan tharekat qodiriyah wannaqsyahbandiyahnya, Kyai Dahlan Cholil memegang kebijaksanaan khusus siyasah (manajemen) dan pengajian Syariat plus Al- Quran. Sedang Kyai Masum Cholil mengemban organisasi sekolah dan manajemennya. Sementara itu Kyai Umar Tamim adik Kyai Romli Tamim sebagai pembantu aktif dibidang ketharekatan. Semua tugas tersebut dibantu oleh para santri senior, seperti KH. Umar Al Isyaqi yang berasal dari Surabaya dalam praktikum qodiriyah wannaqsyahbandiyah. Pada tahun 1938 didirikanlah sekolah klasikal yang pertama di Darul Ulum yang diberi nama Madrasah Ibtidaiyah Darul Ulum. Sebagai tindak lanjut sekolah tersebut, pada tahun 1949 M didirikanlah arena belajar untuk para calon pendidik dan dakwah dengan nama Madrasah Muallimin (untuk siswa putera) dan pada tahun 1964 M berdirilah sekolah yang sama untuk kaum Puteri. Sekolah tersebut dihuni sekitar 3000 siswa. Pada bagian lain, keluarga besar Darul Ulum yaitu Jamiyah tharekat qodiriyah wannaqsyahbandiyah. Anggota latihnya meliputi Jombang dan menembus daerah-daerah kabupaten lainnya di Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Jawa Barat bahkan ada Sulawesi Selatan. Jumlah anggotanya puluhan ribu, dapat disaksikan di pusat latihan Rejoso jika Jamiyah ini mengadakan perayaan khusus bagi warganya.yang lazim ada tiga kali dalam setahun, yaitu pada bulan Syaban, Muharrom, dan Robiual Akhir. Pada periode ini ditutup pada tahun 1958, yang ditandai dengan meninggalnya dua orang tokoh yaitu KH. Dahlan Cholil pada bulan Syaban dan KH. Romli Tamim pada bulan Ramadhan. KH. Romli mempunyai reputasi pasca sarjana dalam kehidupan tharekat di daerah Jombang maupun kalangan Nasional, demikian pula halnya dengan KH. Dahlan, reputasi dalam bidang Al-Qurannya cukup dikenal Ulama semasanya. Ia terkenal sebagai Ulama beraliran keras, karena itu kadang tampak kaku tetapi konsisten dengan ilmunya. KH. Masum selama kepemimpinannya Darul Ulum cukup memuaskan berkat ditemukannya tokoh yang sebelumnya terpendam, Kyai Masum sendiri belum sempat menikmati upaya tersebut telah wafat pada tahun 1961 M. Tokoh baru yang dimaksud adalah lahirnya Kyai Bishri Cholil dan KH. Mustain Romly sebagai pemimpin utama pada ketokohan periode baru fase pertama ini. Masa ketokohan KH. Mustain dan KH. Bishri. Antara tahun 1962 sampai tahun 1985 Darul Ulum banyak mengalami pembaharuan dalam bidang struktur organisasi. Sementara itu kepemimpinannya juga terjadi tambal sulam.seperti yang terjadi pada tahun 1969 sepeninggalan KH. Bishri yang wafat, kedudukan beliau diambil alih oleh adiknya yaitu KH. Sofyan Cholil sebagai partner utama KH. Mustain Romly. Pada tahun 1978 KH. Sofyan Cholil wafat, kedudukannya diambil oleh KH. Muh. Asad Umar. Kemudian setelah KH. Muh. Asad Umar wafat sekarang kedudukannya diambil oleh KH. A. Dimyathi Romly, SH.Selanjutnya kelembagaan lebih rinci dan disesuaikan dengan profesi perseorangan yang duduk di personalia lembaga. Ada Yayasan Darul Ulum, Yayasan Universitas Darul Ulum, dan ada Yayasan Tharekat qodiriyah wannaqsyahbandiyahyang berpusat di Darul Ulum. Masing-masing yayasan atau lembaga terikat oleh nilai dan norma misi kelembagaan Darul ;Ulum yang termuat garis besar Khitthah Trisula, yaitu suatu rangkuman nilai dan norma menjadi misi pendidikan Darul Ulum. Nilai tersebut bersumber dari nilai-nilai yang berada di lembaga pendidikan Ponpes Darul Ulum dan tharekat qodiriyah wannaqsyahbandiyah. Pada tahun 1986 dibangun gedung perkuliahan fak. Hukum dan teknik di Jombang. Pada tahun 1987gedung fak. Tarbiyah di Jl. Rejoso Peterongan. Pada tahun 1990 gedung pertemuan UNDAR berdiri dengan kapasitas 2000 orang. Sementara di Pondok Pesantren Darul Ulum selama berturut-turut dibangun gedung SMA Darul Ulum tahun 1986 bersamaan dengan gedung asrama Ibnu Sina. Pada tahun 1987 dibangun SMA puteri bersamaan dengan asrama Raden Rahmat. Pada tahun 1989 dibangun gedung MAN Rejoso 7 lokal dan MTsN 5 lokal bersamaan dengan asrama Tamim dan Al-Ghazali. Dan terakhir pada tahun 1992 dibangun gedung akademi perawatan Darul Ulum. Semua pembangunan sarana tersebut adalah upaya konkrit Darul Ulum memberikan layanan pendidikan. C. KONDISI LINGKUNGAN PESANTREN 1. Kondisi Sosial Budaya Masyarakat Sosial budaya masyarakat di sekitar pesantren memilki hampir sama dengan santri, baik dari segi budaya dalam keagamaan maupun sosial dalam kehidupan bermasyarakat. 2. Kondisi Ekonomi Masyarakat Status ekonomi masyarakat di sekitar pesantren dari kalangan menengah kebawah, sehingga banyak penduduk yang membuka usaha disekitar pesantren seperti berdagang, membuka warnet atau bahka fotokopian. D. PROFIL PESANTREN 1. Pimpinan/Kyai : KH. Zaimuddin Asad 2. Santri : Terdiri dari santri putri saja 3. Musholla/Masjid : Terdapat satu masjid di dalam asrama 4. Asrama : terdapat datu asrama 5. Pengajian Kitab Kuning : a. Tafsir Jalalain, Ibnu Katsir, Qurtubi dan Tafsir Khamami b. Hadits: Buchori Muslim, Tajridusshoreh, Bulugul Maram, Riyadus Sholihin, Jawahirul Buchori, Arbain Nawawi c. Alat: Jurumiyah, Imriti, Alfiah Ibnu Malik, Milhatul I'rob dan Qowaidul Lughoh d. Fiqih: Mabadi' Fiqiyyah, Safinatun Najah, Sulam Taufiq, Fathul Qorib, Fathul Mu'in, Kifayatul Akhyar e. Ahlaq: Akhlaqul Banat, Akhlaqul banin, Uqudul Jain, Ta'lim Muta'lim, Durotunnasihin, Bidayatul Hidayah, Nashoihul Ibad,Khikam, dan Ihya Ulumuddin f. Lain Lain :Kitab - kitab yang dikaji khusus oleh Kyai dan santri senior.
E. Aktivitas Pendidikan :
F. Aktivitas Ekonomi : Satu koperasi asrama Satu Pusat Koperasi Dua Unit Usaha Kesehatan Pondok (UKP) G. Aktivitas Lain : - H. POTENSI PENGEMBANGAN Pesantren ini berpotensi untuk berkembang di bidang kesehatan, mengingat adanya poskentren yang sudah ada, namun masih belum ada tenaga kesehatan yang menetap. Selain itu lahan untuk pertanian dan penghijauan ada dan sangat bermanfaat apabila dimanfaatkan. Dari segi pendidikan, terbuka peluang yang besar dikarenakan adanya beberapa sekolah formal dan non formal (mengaji kitab) yang tersebar di dalam pondok pesantren, sehingga membutuhkan tenaga pengajar yang banyak pula. I. LAMPIRAN FOTO
Aktivitas pendidikan secara umum mengikuti lembaga pendidikan formal yang dibentuk di Darul Ulum, dimana jadwal sekolah formal dimulai dari jam 07.00-16.00 WIB