You are on page 1of 4

Nama : Agita Rachmawati Setiati

NPM : 190110110097
Tema : Kenakalan remaja dari perspektif kriminologi
Jumlah kata : 804
Fenonema Remaja di Bawah Umur yang Mengendarai Motor di Jalanan
Di pagi hari kita sering melihat banyak remaja menggunakan pakaian putih abu-
mengendarai motor di jalanan. Mereka yang masih bersekolah di SMA itu rata-rata berusia di
bawah 17 tahun. Seperti dilansir koran elektronik Galamedia tanggal 5 Desember 2012,
pelanggaran lalu lintas di Soreang didominasi remaja atau yang berusia antara 16 sampai 20
tahun. Tercatat 293 orang remaja dari total 2.490 pelanggaran lalu lintas yang dilakukan
pengguna jalan.
Motor yang digunakan remajapun tidak jarang didapatkan dari orang tua mereka sendiri.
Orang tuapun dengan mudahnya membelikan anaknya motor untuk digunakan sebagai alat
tranportasi. Apa alasannya? Dari koran elektronik Kompasiana tanggal 19 September 2013,
alasannya adalah untuk pamer, irit ongkos, cepat sampai di sekolah, dan hadiah karena anaknya
juara. Ada juga orang tua yang merasa bangga jika anaknya yang masih di bawah umur sudah
bisa mengendarai motor di jalanan.
Berdasarkan obervasi penulis, ,mereka dengan bebasnya berjalanan di jalanan melewati
polisi. Polisi juga jarang menilang remaja berpakaian seragam sekolah yang mengendarai motor
di jalanan. Padahal mereka lewat di depan polisi dan polisi melihatnya.
Pada dasarnya, pengendara sepeda motor hanya ditujukan kepada seseorang yang telah
memiliki Surat Izin Mengemudi C (SIM C). Berdasarkan pasal 81 Undang-Undang Nomor 22
Tahun 2009, seseorang berhak memiliki SIM C saat ia berusia 17 tahun. Artinya, pelajar-pelajar
sekolah ini telah melanggar peraturan.
Menurut E.H. Sutherland kejahatan adalah suatu perbuatan yang melanggar undang-
undang. Sehingga perbuatan remaja yang melanggar undang-undang tersebut dapat digolongkan
sebagai perilaku kejahatan atau kriminal.
Untuk membahas fenomena di atas, penulis akan membahasnya dari perspektif
kriminologi. Tepatnya menggunakan teori Differential Association dari Sutherland. Menurut
teori ini, perilaku kriminal merupakan perilaku yang dipelajari di dalam lingkungan sosial.
Kriminal adalah apa dan bagaimana sesuatu dipelajari.
Terdapat empat point dari sembilan point yang dikemukakan oleh Sutherland dalam teori
Differential Association yang akan dibahas. Pertama, perilaku kejahatan itu dipelajari. Dari
fenomena di atas, remaja mula-mulanya diajarkan untuk mengendarai motor saat usianya belum
17 tahun di lingkungan rumah. Ketika remaja sudah bisa mengendarai motor, orang tua
melepaskan anaknya untuk mengendarai motor di jalanan. Lalu remaja mulai memiliki keinginan
untuk bisa pergi ke sekolah dengan mengendarai motor. Pada awalnya mungkin remaja tidak
berani. Namun, remaja melihat teman sekolahnya mengendarai motor ke sekolah dengan selamat
dan aman. Ditambah, teman sekolahnya itu tidak ditilang oleh polisi. Sehingga remaja mulai
berani mengendarai motor ke sekolah. Orang tuapun membelikannya motor dan mengijinkannya.
Remaja yang bisa mengendarai motor, mempunyai motor, dan mendapat ijin dari orang tua yang
akhirnya melanggar undang-undang pengendara motor. Mereka mempelajari perilaku kejahatan
ini dari temannya dan juga mereka memiliki kemampuan dan terfasilitasi untuk melakukannya.
Kedua, perilaku kejahatan dipelajari dalam interaksi dengan orang lain dan komunikasi.
Orang tua membelikan anaknya motor dan membolehkan anaknya untuk menggunakannya
sebagai alat transportasi ke sekolah. Orang tua juga mengatakan dengan mengendraai motor bisa
mengirit uang ongkos dan juga bisa lebih cepat sampai ke sekolah. Hal ini merupakan bentuk
interaksinya di rumah. Bentuk interaksi dan komunikasi di sekolah adalah antara anak dengan
teman sekolahnya. Di kalangan pelajar mulai ada anggapan bahwa anak yang mengendarai
motor itu keren. Kedua interaksi inilah yang bisa memicu remaja melakukan kejahatan karena
anak juga menyutujuinya dan sepaham dengan hal-hal tersebut.
Ketiga, arah khusus dari motif dan dorongan dipelajari dari definisi aturan hukum yang
menguntungkan atau tidak menguntungkan. Peraturan undang-undang mengenai umur
pengendara motor tidak menguntungkan bagi remaja sekolah yang berusia di bawah 17 tahun.
Karena remaja menjadi tidak bisa pergi ke sekolah dengan mengendarai motor. Sehingga mereka
beranggapan bahwa mereka tidak keren. Selain itu, mereka tidak bisa datang ke sekolah dengan
tepat waktu. Orang tuapun harus mengeluarkan uang lebih untuk ongkos anaknya. Karena
peraturan undang-undang ini tidak meguntungkan bagi remaja, maka remaja melanggar
peraturan tersebut.
Keempat, seseorang menjad delinkuen disebabkan pemahaman terhadap definisi-definisi
yang menguntungkan dari pelanggaran terhadap hukum melebihi definisi-definisi yang tidak
menguntungkan untuk melanggar hukum. Dalam kasus ini, remaja lebih berpikir hal-hal yang
menguntungkan dari mengendarai motor ke sekolah, seperti terlihat keren, irit uang ongkos, dan
dapat datang ke sekolah dengan tepat waktu. Mereka kurang berpikir bahwa mengendarai motor
sebelum usia 17 tahun adalah pelanggaran dan ada sanksi terhadap pelanggaran tersebut. Padahal
untuk terlihat keren, tidak harus mengendarai motor, bisa dengan berprestasi di sekolah atau
bahkan dengan tidak melanggar peraturan. Remaja juga hanya berpikir kalau untuk datang
dengan tepat waktu ke sekolah adalah dengan mengendarai motor sendiri ke sekolah. Padahal
masih ada cara lain, yaitu misalnya dengan naik angkutan umum. Jika takut terlambat karena
dengan naik angkutan umum akan terjebak kemacetan, maka seharusnya remaja bangun lebih
pagi. Hal ini kurang ada di pikiran remaja, sehingga hal-hal yang menguntungkan itu dan cara-
caranya itu membuat remaja melanggar aturan hukum.
Penjelasan empat point dari teori Differential Association dari Sutherland ini
membuktikan bahwa ada hal yang dipelajari oleh remaja yang membuatnya melakukan
kejahatan, yaitu melanggar peraturan undang-undang. Hal-hal yang dipelajarinya adalah
bagaimana perilaku mengendarai motor itu, interaksinya dengan lingkungan sosial, perilaku
melanggar hukum itu menguntungkan, dan lebih berpikir hal-hal yang menguntungkan dari
pelanggaran.

Sumber :
Adang, Yesmil Anwar. 2010. Kriminologi. Bandung : PT Refika Aditama.
http://www.klik-galamedia.com/pelanggaran-lalin-didominasi-remaja (diunduh pada 28
April 2013 pukul 11.30 WIB)
http://sosbud.kompasiana.com/2013/09/19/sikap-permissive-orangtua-pemicu-anak-
berkendara-dijalanan-591336.html (diunduh pada 28 April 2013 pukul 11.42 WIB)

You might also like