Anamnesis adalah kegiatan wawancara untuk mendapatkan informasi
mengenai masalah yang menyebabkan pasien mendatangi dokter atau tempat pelayanan kesehatan. Anamnesis secara garis besar meminta informasi kepada pasien tentang maksud kunjungan, identifikasi sumber informasi, keluhan utama, riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit terdahulu, riwayat sosial dan riwayat penyakit keluarga. Pemeriksaan Fisik 1. Keadaan Umum Keadaan umum dilakukan dengan memperhatikan ekspresi wajah pasien, gaya berjalannya dan tanda-tanda spesifik lain. Keadaan umum pasien dapat dibagi atas tampak sakit ringan atau sakit sedang atau sakit berat. Keadaan umum dapat menilai apakah status pasien dalam keadaan darurat medik atau tidak. 2. Tanda Vital a. Kesadaran Kesadaran pasien diperksa secara inspeksi dengan melihat reaksi pasien terhadap stimulus visual, auditor maupun taktil. Derajat kesadaran biasanya dinyatakan sebagai : Kompos mentis : sadar sepenuhnya, dapat menjawab semua pertanyaan tentang keadaan di sekelilingnya. Apatis : keadaan kesadaran pasien yang segan untuk berhubungan dengan keadaan sekitarnya, sikap acuh tak acuh. Letargi : keadaan keadaran pasien yang tampaknya lesu dan mengantuk. Somnolen : keadaan kesadaran pasien yang selalu mau tidur saja, dapat dibangunkan dengan rasa nyeri atau untuk makan/minum, namun jatuh tertidur kembali. Sopor : keadaan kesadaran pasien yang mirip koma, berbaring dengan mata tertutup, tidak menunjukan reaksi jika dibangunkan, kecuali dengan rangsang nyeri. Reflex kornea meski lunak masih bias dibangkitkan; reaksi pupil utuh. Istilah lain : stupor. Koma : keadaan kesadaan yang hilang sama sekali, dengan rangsang apapun reaksi atas rangsang tak akan timbul. Reflex apapun tidak didapatkan lagi, bahkan batuk atau muntah tidak ada.
b. Tekanan Darah Tekanan darah, adalah kekuatan yang mendorong darah terhadap dinding arteri, Tekanan ditentukan oleh kekuatan dan jumlah darah yang dipompa, dan ukuran serta fleksibilitas dari arteri, diukur dengan alat pengukur tekanan darah (sfigmomanometer) dan stetoskop. Tekanan darah terus-menerus berubah tergantung pada aktivitas, suhu, makanan, keadaan emosi, sikap, keadaan fisik, dan obat-obatan. Dua angka dicatat ketika mengukur tekanan darah. Angka yang lebih tinggi, adalah tekanan sistolik, mengacu pada tekanan di dalam arteri ketika jantung berkontraksi dan memompa darah ke seluruh tubuh. Angka yang lebih rendah, adalah tekanan diastolik, mengacu pada tekanan di dalam arteri ketika jantung beristirahat dan pengisian darah. Baik tekanan sistolik dan diastolik dicatat sebagai mm Hg (milimeter air raksa). Rekaman ini merepresentasikan seberapa tinggi kolom air raksa diangkat oleh tekanan darah. Sebagai rujukan nilai normal digunakan klasifikasi JNC sebagai berikut: Kategori Tekanan Darah Sistolik Diastolik Normal <120 <80 Pre-hipertensi 120-139 80-89 Hipertensi tingkat 1 140-159 90-99 Hipertensi tingkat 2 160 100
c. Frekuensi Nafas Frekuensi nafas atau respirasi rate adalah jumlah seseorang mengambil nafas per menit. Frekuensi nafas biasanya diukur ketika seseorang dalam posisi diam dan hanya melibatkan menghitung jumlah nafas selama satu menit dengan menghitung berapa kali dada meningkat. Respirasi dapat meningkat pada saat demam, berolahraga, emosi. Ketika memeriksa pernapasan, adalah penting untuk juga diperhatikan apakah seseorang memiliki kesulitan bernafas. Respirasi normal untuk orang dewasa di kisaran sisa 12-20 kali per menit. d. Tinggi Badan
e. Berat Badan f. Nadi Denyut nadi adalah jumlah denyut jantung, atau berapa kali jantung berdetak per menit. Mengkaji denyut nadi tidak hanya mengukur frekuensi denyut jantung, tetapi juga mengkaji : irama jantung kekuatan denyut jantung Nadi normal untuk orang dewasa yang sehat berkisar 60-100 denyut per menit. Denyut nadi dapat berfluktuasi dan meningkat pada saat berolahraga, menderita suatu penyakit, cedera, dan emosi. g. Suhu Suhu tubuh normal seseorang bervariasi, tergantung pada jenis kelamin, aktivitas, lingkungan, makanan yang dikonsumsi, gangguan organ, waktu. Suhu tubuh normal, menurut American Medical Association, dapat berkisar antara 97,8 derajat Fahrenheit, atau setara dengan 36,5 derajat Celsius sampai 99 derajat Fahrenheit atau 37,2 derajat Celcius.
h. Status Gizi 3. Kepala Pemeriksaan kepala dan leher dimulai dengan inspeksi kepala. Penemuan-penemuan dipastikan dengan palpasi. Harus diperharikan ciri berikut ini: Inspeksi: Konfigurasi dan simetri, penonjolan tulang, ciri-ciri rambut dan kulit, kontak mata dan ekspresi muka. Palpasi: Tekstur rambut dan turgor kulit, semua kelainan yang terlihat, dan bila ada indikasi, arteri temporalis, kelenjar parotis dan submandibularis, sinus-sinus. 4. Mata Pada mata, dapat diperhatikan warna sklera, apakah terdapat ikterus atau tidak. Pada pemeriksaan refleks pupil, digunakan penlight. Caranya, sinarilah mata dengan cepat dan langsung ke dalam salah satu mata dan perhatikanlah kontraksi yang normal. Lalu peganglah penlight 15 cm dari orbita dan di bagian lateralnya, kemudian gerakkan dengan cepat di depan mata. Biasanya terjadi reaksi berlebihan untuk waktu singkat yang diikuti dengan dilatasi ringan. Kemudian, sinarilah salah satu mata dan perhatikan reaksi pada mata lainnya, refleks konsensual. Untuk konjungtiva, perhatikanlah keadaan-keadaan berikut ini: a. Pinguekula : bercak putih kekuningan, terdiri atas jaringan ikat, berjalan dikedua sisi kornea. Biasanya akibat hyperlipidemia b. Flikten : nodul kecil, banyak satu atau lebih, warna abu-abu agak kuning , pada beberapa bagian konjunctiva dan kornea. c. Bercak Bitot : bercak segitiga pada kedua sisi kornea, wana pucat keabu- abuan, berisi epitel yang kasar dan kering kadang-kadang juga mikroorganisme. d. Radang : ditandai dengan adanya warna merah, mengeluarkan air mata dan kadang secret mukopurulen. Anemia : warna pucat, kadang-kadang amat pucat pada anemia berat. 5. Telinga Discharge telinga adalah pengeringan darah, serumen telinga, pus atau cairan dari telinga dengan menggunakan otoskop. Perhatikan sekret otore apakah jernih, mukoid atau berbau. Pada discharge otore dengan darah, harus dicurigai adanya infeksi akut yang berat atau tumor. Selain itu, penggunaan otoskop juga diperlukan untuk melihat membran timpani, apakah terdapat ruptur atau kelainan bentuk pada membran timpani yang dimiliki oleh pasien. 6. Hidung Discharge hidung adalah material seperti mukus yang keluar dari hidung. Pemeriksaan discharge hidung dilakukan dengan menggunakan pen light untuk melihat bagian anterior hidung. 7. Mulut Pemeriksaan bibir untuk melihat adanya fisura, tremor, pigmentasi, dan problem setempat, bahkan dapat pula melihat tanda sianosis dengan melihat warnanya, apakah ada perubahan warna menjadi kebiruan atau agak kehitaman. Eversikan pula bibir untuk melihat forniks di sekitar mandibula dan maksila. 8. Tenggorokan Pemeriksaan tenggorokan meliputi inspeksi faring dan tonsil. Untuk melihat palatum dan orofaring secara memadai, pemeriksa biasanya harus menekan lidah dengan spatula lidah. Pasien diminta untuk membuka mulutnya lebar-lebar, menjulurkan lidahnya, dan bernafas perlahan-lahan melalui mulutnya. Untuk menentukan apakah tonsil membesar atau tidak, terdapat grading untuk menentukannya. Grading pembesaran ini bisa menggunakan grading yang dibuat oleh Brodsky: Grade 0 : Tonsil berada di fossa palatina Grade 1 : Tonsil menempati orofaring kurang dari 25% Grade 2 : Tonsil menempati 25-50% orofaring Grade 3 : Tonsil menempati 50-75% orofaring Grade 4 : Tonsil menempati orofaring lebih dari 75% 9. Leher Leher yang panjang terdapat pada orang orang dengan bentuk badan ektomorf, kahektis, atau pasien tuberkulosis paru yang lama. Leher yang pendek dan gemuk terdapat pada orang - orang dengan bentuk badan endomorf, obesitas, sindrom cushing, miksedema, kreatinisme. Leher bersayap terlihat pada pasien sindrom turner. o Otot otot leher Dengan menyuruh pasien menoleh ke kanan dan ke kiri kita dapat memeriksa m. Sternokledomastoideus. Bila pasien tidak dapat menengok mungkin terdapat kelumpuhan pada otot ini. Otot lain yang di periksa adalah otot m. Trapezius. Perhatikan posisi bahu apakah sama tinggi, kontraksi otot yang berlebihan akan mengakibatkan kepala dan leher berdeviasi keadaan ini di sebut tortikolis. o Kelenjar getah bening leher Hampir semua bentuk radang dan keganasan kepala dan leher mengakibatkan pembesaran kelenjar getah bening leher. Kelenjar getah bening leher di bagi menjadi 5 daerah penyebaran yaitu : - Kelenjar yang terletak di segitiga submentale dan submandibula - Kelenjar yang teletak di 1/3 atas dan termasuk kelenjar getah bening jugularis superior, kelenjar digastrik dan kelenjar servikal posterior - Kelenjar getah bening jugularis diantara bifurcasiokarotis dan persilangan m omohioid dengan m. Sternokleidomastoideus dan batas posterior m. Sternokleidomastoideus - Grup kelenjar getah bening di daerah jugularis inferior dan supraklavikula - Kelenjar getah bening yang berada di segitiga posterior servikal. o Kelenjar tiroid Palpasi tiroid dilakukan dari belakan pasien kemudian pasien disuruh menelan, bila teraba tiroid maka benjolan itu akan ikut bergerak sesuai dengan gerak menelan. Pembesaran tiroid di sebut struma. Kemudia lakukan auskultasi, bila terdengar bunyi bruit maka menunjukkan banyak vaskularisasinya. o Tekanan vena jugularis Di periksa pada posisi pasien terlentang dengan kepala membentuk 30 derajat dengan bidang datar. Aturlah posisi kepala sedemikian rupa sehingga aliran vena jugularis tampak jelas. Tekanlah bagian distal vena jugularis (dibawah mandibula) tandai batas vena yang kolaps, bila jaraknya 2 cm maka hal ini menunjukkan tekana n vena jugularis 5-2 cmH2O yang merupakan tekanan normal vena jugularis, bidang datar melalui angulus ludovici, merupakan bidang yang berjarak 5 cm diatas atrium kanan dan dianggap titik 5+2 cmH2O. Pada pasien gagal jantung atau efusi perikardial maka tekanan vena jugularis akan meningkat 5- 2cmH2O. o Arteri karotis Denyut nadi karotis dapat diraba dengan menggunakan ibu jari tangan kiri yang diletakkan di samping laring dekat m.sternokliedo-mastoideus. Denyut arteri karotis kanan dapat di raba dengan menggunakan ibu jari tangan kiri yang dilakkan disamping laring dekat m. Sternokleido- masteoideus. Selain itu juga dapat di raba dari belakang dengan menggunakan empat jari pemeriksa pada tempat yang sama. Pada stenosis aorta, denyut arteri karotis akan teraba lebih lemah dari pada keadaan normal, sedangkan pada insufisiensi aorta denyut arteri karotis akan teraba kuat dan keras. o Trakea Perhatikan letak trake apakah di tengah atau bergesar atau tertarik ke samping. Untuk melakukan palpasi trakea letakkan jari tengah kanan pemeriksa pada supra sternal notch kemudian secara hati-hati geser jari tersebut keatas dan agak kebelakang sampai trakea teraba. Bila trakea bergeser ke salah satu sisi maka ruang di sisi kontralateral akan lebih luas di bandingkan dengan ruang yang searah dengan pergeseran trakea, pada anurisma aorta akan tampak tracheal tug, yaitu tarikan - tarikan yang sesuai sistole jantung dengan sedikit dorongan ke atas pada os. Krikoid tampak jelas pada posisi duduk atau berdiri dengan sedikit menengadah.