You are on page 1of 64

ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN RIPARIAN WADUK

CIRATA SERTA PENGARUHNYA TERHADAP KUALITAS AIR


DENGAN METODE PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI
GEOGRAFI

LAPORAN KERJA PRAKTEK





Disusun Oleh :
ILYAS NURSAMSI
140410100104



UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PROGRAM STUDI BIOLOGI
SUMEDANG
2013


LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN KERJA PRAKTEK

Judul : ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN
RIPARIAN WADUK CIRATA SERTA
PENGARUHNYA TERHADAP KUALITAS AIR
DENGAN METODE PENGINDERAAN JAUH DAN
SISTEM INFORMASI GEOGRAFI
Bidang Kajian : Ekologi Perairan
Nama : Ilyas Nursamsi
NPM : 140410100104



Telah Diperiksa dan Disahkan
Jatinangor, Juni 2014


Menyetujui
Dosen Pembimbing


Sunardi, M.S, Ph.D.
NIP. 19690530 199702 1 001


iii

ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN RIPARIAN WADUK
CIRATA SERTA PENGARUHNYA TERHADAP KUALITAS AIR
DENGAN METODE PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI
GEOGRAFI
Oleh : Ilyas Nursamsi
Pembimbing : Sunardi, M.S, Ph.D.

Universitas Padjadjaran
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Program Studi Biologi
Sumedang, 2014

Abstrak
Analisis perubahan penggunaan lahan dilakukan dengan metode penginderaan
jauh (inderaja) dan Sistem Informasi Geografi (SIG). Identifikasi peta perubahan
lahan menggunakan metode fotomorfik serta menggunakan proses tumpang susun
peta penggunaan lahan tahun 2006 (skala 1:110.000) dan peta penggunaan lahan
tahun 2013 citra DigitalGlobe dan ArfiGIS dengan koordinat UTM (Universal
Transverse Mercator). Interpretasi serta deliniasi peta dilakukan setelah citra
diolah dengan metode fotomorfik, Wilayah yang dikaji adalah area Greenbelt
Cirata dan pengukuran luasnya menggunakan fitur Polygon dari Google earth.
Analisis pengaruh perubahan penggunaan lahan terhadap kualitas air dilakukan
dengan membandingkan penggunaan lahan tahun 2006 dan 2013 beserta kualitas
airnya masing-masing berdasarkan nilai BOD (Biological Oxygen Demand), COD
(Chemical Oxygen Demand), pH (Potential of Hydrogen), DO (Dissolved
Oxygen), Nitrat (

-N) dan Nitrit (

) . Hasil analisis memperlihatkan


penggunaan lahan dibagi menjadi 3 kelas (Pemukiman, Pertanian, dan Vegetasi).
Perubahan penggunaan lahan pada tahun 2006-2013 yakni pertanian bertambah
24.48%, pemukiman bertambah 6.25% dan luas vegetasi berkurang berkurang
10.43%. Perubahan penggunaan lahan berpengaruh negatif terhadap kualitas air,
yang ditandai dengan Penurunan nilai DO dan kenaikan nilai pH, BOD, COD
serta DO dan kenaikan kadar Nitrit (

-N) serta Nitrat (

). Pengukuran
kualitas air dilakukan di Muara Cisokan dan Muara Citarum.
Kata Kunci : Penggunaan Lahan, Kualitas air, Sistem Informasi Geografi






iv

LAND USING CHANGES ANALYSIS ON CIRATA RESERVOIR
RIPARIAN AREA AND THE EFFECT TO WATER QUALITY USING
REMOTE SENSING AND GEOGRAPHIC INFORMATION SYSTEM
By : Ilyas Nursamsi
Supervisors : Sunardi, M.S, Ph.D.

Padjadjaran University
Faculty of Mathematic and Science
Departement of Biology
Sumedang, 2014

Abstract
Land using difference Analysis has been done using remote sensing and
Geographic Information System (GIS) methods. Identification of land using maps
was conducted using Photomorphic method and map overlaying process of 2006
land using map (scale 1:1100.000) and 2013 land using map by DigitalGlobe and
ArfiGis with UTM (Universal Transverse Mercator) coordinate. Map
Interpretation and delineation conducted after image processed by photomorphic
method. The area studied is Cirata Greenbelt area and breadth measurements
using Polygon features of Google earth. The effect land using difference to water
quality conducted by comparing land using on 2006 and 2013 maps and its water
quality based on BOD (Biological Oxygen Demand), COD (Chemical Oxygen
Demand), pH (Potential of Hydrogen), DO (Dissolved Oxygen), nitrite (

-N)
and nitrate (

) level. The result shows that Land using classification, divided


into 3 classes (settlement, agricultural and Vegetation) and there were changes on
land using from 2006 until 2013 that agricultural increased by 24.48% , settlement
increased by 6.25% and vegetation decrased by 10.43%. Changes in land use
negatively affect the water quality, which is characterized by decreased in DO and
increase in pH, BOD, COD, nitrite and nitrate. Water quality measurements
carried out in Cisokan estuary and Citarum estuary.
Keywords : Land using, Water quality, Geographic Information System








v

KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb.
Alhamdulillah, Segala Puji dan Syukur kita panjatkan ke hadirat Alloh
SWT karena dengan berkat, rahmat, dan ridha-Nyalah saya akhirnya dapat
menyelesaikan laporan Kerja Praktek ini tepat pada waktunya. Shalawat serta
salam semoga tetap senantiasa tercurah kepada suri tauladan kita yang cahayanya
tidak akan pernah pudar hingga akhir zaman, Nabi Muhammad SAW dan semoga
kita termasuk kedalam golongan orang orang yang selalu istiqomah di jalan-Nya
hingga akhir hayat nanti. Aamiin.
Kerja Praktek merupakan salah satu mata kuliah wajib yang harus diambil
oleh mahasiswa semester VII Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Padjadjaran. Mata kuliah ini sebagai latihan awal
lanjutan bagi mahasiswa dalam melakukan penelitian untuk menyelesaikan tugas
akhir nanti.
Laporan Kerja Praktek ini berjudul Analisis Perubahan Penggunaan
Lahan Riparian Waduk Cirata Serta Pengaruhnya Terhadap Kualitas Air
Dengan Metode Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografi.
Laporan ini disusun berdasarkan hasil penelitian di Waduk Cirata, yang Berada di
perbatasan tiga kabupaten yaitu Kabupaten Bandung, Kabupaten Cianjur dan
Kabupaten Purwakarta untuk memenuhi syarat tugas akhir mata kuliah kerja
praktek.
Penyusun menyadari bahwa laporan ini jauh dari kata sempurna, oleh
karena itu penyusun sangat terbuka dalam menerima kritik dan saran untuk
perbaikan kedepannya. Akhir kata penyusun berharap semoga laporan ini dapat
bermanfaat, bagi penyusun khususnya dan bagi pembaca umumnya.
Sumedang, Juni 2014
Penyusun


vi

UCAPAN TERIMA KASIH

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan rasa terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada pihak pihak yang telah banyak membantu hingga
laporan ini dapat diselesaikan tepat waktu :
1. Bapak Dr. Teguh Husodo, M.Si, selaku Ketua Jurusan Biologi FMIPA
Unpad.
2. Sunardi, M.S, Ph.D. selaku dosen pembimbing laporan dan lapangan atas
inspirasi, ilmu dan masukannya selama bimbingan maupun selama di
lapangan. Semoga Alloh SWT membalas kebaikan bapak dengan berlipat
ganda.
3. Ibu Eem st Humaeroh dan Ayah Adis Herdiansyah atas cinta, doa dan
dukungan kepada penulis. Semoga Alloh menempatkan kita di tempat
yang terbaik di akhirat nanti.
4. Dosen Wali, Ibu Nurullia F., S.Si., MT, atas motivasi serta dukungannya.
5. Teman teman se-Dosen pembimbing (Tika, Reva, Silmi, Mutia, Niko,
Unay, Fuji, Yayas, Ule) terima kasih atas kerjasamanya serta dukungan
dibalik candaan kalian.
6. Teman teman Biologi angkatan 2010 BARBIDUS atas persahabatan,
kekompakan dan kerjasama yang kita bina selama ini. Semoga Alloh
memudahkan jalan kita mencapai cita cita.
7. Teman teman kosan Cirangkong (Irpan, Kang Deden, Kang Roso) dan
tamu abadi (Adhy dan Randi) atas segala bantuan moril maupun materil.
8. Kepada yang Alloh SWT karuniakan senyum terindah dan hati yang baik
serta tulus.


vii

9. Pihak pihak lain yang belum bisa saya sebutkan satu persatu atas
bantuannya. Semoga Alloh SWT membalas kebaikan anda semua dengan
berlipat ganda.
10. Kepada anda yang sedang meluangkan waktu untuk membaca laporan ini.
Semoga Alloh SWT memberikan balasan kebaikan yang berlipat ganda
atas segala bantuan yang diberikan. Semoga apa yang telah dilakukan menjadi
berkah dan bernilai ibadah. Aamiin.




















viii

DAFTAR ISI

ABSTRAK ............................................................................................................ iii
ABSTRACT ........................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR ........................................................................................... v
UCAPAN TERIMA KASIH ............................................................................... vi
DAFTAR ISI ....................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ................................................................................................. x
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xi
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1. 1 Latar Belakang ............................................................................................. 1
1. 2 Identifikasi Masalah .................................................................................... 2
1. 3 Maksud dan Tujuan Penelitian ..................................................................... 2
1. 4 Kegunaan Penelitian ..................................................................................... 2
1. 5 Metodologi Penelitian .................................................................................. 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 2
2.1 Waduk ........................................................................................................... 2
2.1.1 Karakteristik Waduk ............................................................................... 2
2.1.2 Permasalahan-permasalahan Pada Waduk .............................................. 5
2.2 Peta dan Sistem Informasi Geografi ............................................................. 5
2.2.1 Peta.......................................................................................................... 5
2.2.2 Sistem Informasi Geografi ...................................................................... 6
2.3 Pemanfaatan Google earth ............................................................................ 9
BAB III METODE PENELITIAN .................................................................... 12
3.1 Alat ............................................................................................................. 12
3. 2 Bahan ......................................................................................................... 12
3.3 Metode Penelitian ........................................................................................ 12
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................ 17
4.1. Hasil ............................................................................................................ 17


ix

4.2 Pembahasan ................................................................................................. 33
4.2.1. Proses .................................................................................................. 33
4.2.2. Perubahan Penggunaan lahan .............................................................. 35
4.2.3. Pengaruh Perubahan Penggunaan Lahan Terhadap Kualitas Air ........ 37
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 45
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 46
LAMPIRAN ......................................................................................................... 47





















x



DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Jenis dan Sumber Data Peta ................................................................. 11
Tabel 4.1 Luasan Penggunaan Lahan .................................................................. 18
Tabel 4.2 Satuan Unit dalam Citra Zona 1 .......................................................... 19
Tabel 4.3 Satuan Unit dalam Citra Zona 2 ........................................................... 20
Tabel 4.4 Satuan Unit dalam Citra Zona 3 ............................................................ 22
Tabel 4.5 Satuan Unit dalam Citra Zona 4 ........................................................... 23
Tabel 4.6 Satuan Unit dalam Citra Zona 5 .......................................................... 24
Tabel 4.7 Satuan Unit dalam Citra Zona 6 .......................................................... 25
Tabel 4.8 Satuan Unit dalam Citra Zona 7 .......................................................... 26
Tabel 4.9 Satuan Unit dalam Citra Zona 8 ........................................................... 27
Tabel 4.10 Satuan Unit dalam Citra Zona 9 ........................................................ 28
Tabel 4.11 Satuan Unit dalam Citra Zona 10 ....................................................... 29
Tabel 4.12 Satuan Unit dalam Citra Zona 11 ....................................................... 30
Tabel 4.13 Satuan Unit dalam Citra Zona 12 ....................................................... 31
Tabel 4.14 Satuan Unit dalam Citra Zona 13 ....................................................... 32
Tabel 4.15 Perbandingan Kondisi Vegetasi Muara Cisokan ............................... 37
Tabel 4.16 Perbandingan Kondisi Vegetasi Muara Citarum ................................ 40











xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Karakteristik waduk .......................................................................... 4
Gambar 3.1 Tahapan Penelitian........................................................................... 15
Gambar 4.1 Peta Citra Tahun 2013 ..................................................................... 16
Gambar 4.2 Peta Citra Tahun 2006 ..................................................................... 17
Diagram 4.1 Perbandingan Kualitas Air Muara Cisokan .................................... 39
Diagram 4.1 Perbandingan Kualitas Air Muara Citarum .................................... 42



















xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Data Kualitas Air Muara Cisokan .................................................... 47
Lampiran 2 Data Kualitas Air Muara Citarum .................................................... 49
Lampiran 3 Foto Lokasi Penelitian ..................................................................... 51






















1

BAB I
PENDAHULUAN
1. 1 Latar Belakang
Waduk menurut pengertian umum adalah tempat pada permukaan tanah
yang digunakan untuk menampung air saat terjadi kelebihan air pada musim
penghujan sehingga air itu dapat dimanfaatkan pada musim kering. Waduk
memiliki peranan yang sangat penting bagi kehidupan masyarakat dalam berbagai
pemanfaatannya.
Peningkatan berbagai aktivitas di wilayah Cirata yang tidak
memperhatikan penataan wilayah akan mengakibatkan dampak terhadap kualitas
air danau. Perubahan penggunaan lahan mempengaruhi keseimbangan lingkungan
yang dapat memberi pengaruh positif maupun negatif, terutama pengaruh
terhadap limpasan permukaan, erosi dan pencemaran. Analisa Perubahan
Penggunaan Lahan di Wilayah riparian Cirata merupakan salah satu langkah awal
untuk mengetahui seberapa jauh dampak yang ditimbulkan oleh perubahan
penggunaan lahan terhadap dinamika kualitas air yang terjadi. Penghitungan
luasan lahan yang diubah penggunaannya berguna agar dapat digunakan sebagai
alat pengambil kebijakan untuk mengontrol seberapa besar lahan riparian yang
dapat digunakan oleh masyarakat. Lahan riparian di sekitar Waduk Cirata di
musim kemarau saat tinggi muka air turun sering digunakan untuk kegiatan
perkebunan masyarakat.
Analisis dilakukan dengan menggunakan metoda Inderaja (Penginderaan
Jauh) (Sustanto, 1994) dan model monitoring kualitas air melalui SIG (Sistem
Informasi Geografis) (Burrough, 1986) untuk mengevaluasi dan memonitor
penataan dan pengelolaan lingkungan, Hasil analisis tersebut diharapkan dapat
digunakan dalam pengendalian pemanfaatan lahan di wilayah Cirata.
Identifikasi penutupan lahan yang berkaitan dengan penggunaan lahan
riparian waduk merupakan kunci dalam program monitoring, yaitu dalam upaya
menghimpun informasi yang dibutuhkan untuk tujuan evaluasi untuk menjamin
tercapainya tujuan dan sasaran pengelolaan. Pengumpulan data perlu dilakukan
2



secara berkala dengan memanfaatkan perkembangan teknologi instrumentasi,
informasi dan komunikasi yang ada. Untuk pengolahan dan analisis data serta
penyajian hasil monitoring dan evalusi kinerja DAS maka teknologi Penginderaan
Jauh (PJ) dan Sistem Informasi Geografis (SIG) dapat dimanfaatkan untuk
keperluan ini (Harjadi, 2009). Analisis tersebut nantinya akan dikaitkan kepada
perubahan kualitas air yang terjadi sebagai akibat dari penggunaan lahan di sekitar
Greenbelt Cirata.
1. 2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang, maka permasalahan yang akan
diidentifikasi adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana perubahan penggunaan lahan yang terjadi di area Greenbelt
Cirata.
2. Apa pengaruh dari perubahan penggunaan lahan tersebut terhadap kondisi
perairan.
1. 3 Maksud dan Tujuan Penelitian
Maksud dan tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan
penerapan metode metode pengindraan jarak jauh dan Sistem Informasi Geografi
(SIG) sebagai alat pengelolaan dalam memonitoring dan mengevaluasi keadaan
waduk Cirata.
1. 4 Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran umum mengenai
kondisi lahan di area Greenbelt Cirata. Hasil penelitian dapat menjadi data dasar
sebagai bahan masukan yang bermanfaat bagi upaya pengelolaan dan monitoring
waduk Cirata. Diharapkan, hasil penelitian dapat menjadi bahan acuan untuk
penelitian lebih lanjut di masa mendatang.




3



1. 5 Metodologi Penelitian
Metode yang akan dilakukan dalam penelitian ini ialah dengan metode
survei. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan teknik pengumpulan data dengan
analisis manual menggunakan teknik analisa fotomorfik. Penelitian ini dilakukan
melalui 4 tahap yakni tahap persiapan, interpretasi citra, pengecekan lapangan dan
analisis data yang dibantu dengan software SIG.
1.6 Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan pada bulan Oktober-Desember 2013 di wilayah
Waduk Cirata.















4

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Waduk
Waduk menurut pengertian umum adalah tempat pada permukaan tanah
yang digunakan untuk menampung air saat terjadi kelebihan air / musim
penghujan sehingga air itu dapat dimanfaatkan pada musim kering. Sumber air
waduk terutama berasal dari aliran permukaan dtambah dengan air hujan
langsung.
2.1.1 Karakteristik Waduk
Karakteristik suatu waduk merupakan bagian pokok dari waduk yaitu
volume hidup (live storage), volume mati (dead storage), tinggi muka air (TMA)
maksimum, TMA minimum, tinggi mercu bangunan pelimpah berdasarkan debit
rencana. Dari karakteristik fisik waduk tersebut didapatkan hubungan antara
elevasi dan volume tampungan yang disebut juga liku kapasitas waduk. Liku
kapasitas tampungan waduk merupakan data yang menggambarkan volume
tampungan air di dalam waduk pada setiap ketinggian muka air.






Gambar 2.1 Karakteristik Waduk
5



2.1.2 Permasalahan-permasalahan Pada Waduk
Waduk Cirata seperti halnya waduk waduk lain di Indonesia tentunya
memiliki berbagai permasalahan permasalahan yang berasal dari berbagai
sumber dan memilki dampak yang luas bagi berbagai sektor di waduk tersebut.
Terdapat lima permasalahan utama yang membebani operasional waduk Cirata.
Permasalahan tersebut meliputi hipertrofikasi atau eutrofikasi yang merupakan
pengkayaan unsur hara dalam perairan yang berasal dari faktor luar seperti
limbah-limbah pertanian dan industri, laju sedimentasi yang sangat cepat yaitu
sekitar 7,30 juta

per tahun yang melebihi asumsi awal laju sedimentasi yaitu


sebesar 5,67 juta

, rusaknya lingkungan DAS Citarum akibat kegiatan industri


dan penebangan hutan dengan tujuan pembangunan pabrik dan perluasan lahan
pertanian, peningkatan jumlah penggunaan lahan surut di kawasan danau Cirata
serta selisih yang besar pada debit air saat musim kemarau dan musim penghujan.
Permasalahan-permasalahan tersebut merupakan permasalahan yang saling
terkait satu sama lain, eutrofikasi terjadi akibat meluasnya area pertanian rakyat
yang mengunakan teknologi tidak ramah lingkungan serta menurunnya luasan
vegetasi yang memiliki fungsi ekologis salah satunya adalah sebagai penyaring air
di sekitar DAS. Sedimentasi disebabkan oleh banyaknya keramba jaring apung
yang melebihi batas yang sudah ditentukan oleh Gubernur Jawa Barat yaitu
sekitar 12.000 jaring apung sementara yang berada di Cirata adalah sebanyak
56.000 jaring apung. Keberadaan jaring apung yang berlebih ini juga yang
menyebabkan terjadinya eutrofikasi karena sisa-sisa pakan ikan.
2.2 Peta dan Sistem Informasi Geografi
2.2.1 Peta
Peta adalah gambaran permukaan bumi pada bidang datar dengan skala
tertentu melalui suatu sistem proyeksi. Ilmu yang membahas mengenai peta
adalah kartografi. Secara umum fungsi peta dapat disimpulkan sebagai berikut:
Menunjukkan posisi atau lokasi suatu tempat di permukaan bumi,
Memperlihatkan ukuran (luas, jarak) dan arah suatu tempat di permukaan bumi.
Menggambarkan bentuk-bentuk di permukaan bumi, seperti benua, negara,
gunung, sungai dan bentuk-bentuk lainnya. Membantu peneliti sebelum
6



melakukan survei untuk mengetahui kondisi daerah yang akan diteliti.
Menyajikan data tentang potensi suatu wilayah. Alat analisis untuk mendapatkan
suatu kesimpulan. Alat untuk menjelaskan rencana-rencana yang diajukan. Alat
untuk mempelajari hubungan timbal-balik antara fenomena-fenomena (gejala-
gejala) geografi di permukaan bumi.
2.2.2 Sistem Informasi Geografi
Sistem Informasi Georafis atau Geographic Information System (GIS)
merupakan suatu sistem informasi yang berbasis komputer, dirancang untuk
bekerja dengan menggunakan data yang memiliki informasi spasial (bereferensi
keruangan). Sistem ini menangkap,mengecek, mengintegrasikan, memanipulasi,
menganalisa,dan menampilkan data yang secara spasial mereferensikan kepada
kondisi bumi. Teknologi SIG mengintegrasikan operasi-operasi umum database,
seperti query dan analisa statistik, dengan kemampuan visualisasi dan analisa
yang unik yang dimiliki oleh pemetaan.
2.2.2.1 Tahapan Kerja SIG
Tahapan kerja SIG meliputi tiga hal yaitu masukan (input), proses, dan
keluaran (output). Secara sederhana dapat digambarkan sebagai berikut :
Masukan Proses Keluaran

1. Masukan input
Masukan akan membentuk database di dalam computer yang digunakan
untuk pengolahan selanjutnya. Ada dua macam data yang dimasukan yaitu :
a. Data atribut adalah data yang terdapat pada ruang atau tempat.
b. Data keruangan adalah data yang menunjukan ruang lokasi atau tempat-
tempat di permukaan bumi
2. Proses
Proses SIG meliputi memanggil, memanipulasi, dan menganalisis data yang
telah tersimpan dalam computer.
3. Keluaran
7



Adalah penyajian semua atau sebagian data dalam bentuk table, peta file
elektronik, atau grafik.Dalam SIG ada dua jenis perangkat yang digunakan
yaitu perangkat keras dan perangkat lunak.Perangkat keras meliputi satu
unit computer yang terdiri atas digitizer, printer, plotter, CPU, VDU, Disk
Drive, dan Tape Drive.
2.2.2.2 Alasan Menggunakan SIG
SIG memiliki sejumlah keunggulan yang tidak dimiliki oleh pemetaan
secara konvensional. Efisiensi dan efektivitas dalam menyelesaikan dan
memecahkan persoalan terkait dengan lokasi atau ruang, sehingga menjadi pilihan
yang tepat kenapa banyak orang menggunakan SIG.Perkembangan kebutuhan
akan data dan informasi berkenaan dengan ruang juga terus meningkat seiring
dengan meningkatnya aktivitas pembangunan. Sulit kiranya kebutuhan-kebutuhan
tersebut akan mampu terpenuhi dengan cepat menggunakan cara-cara pemetan
konvensional.
2.2.2.3 Komponen-komponen GIS
Pada dasarnya SIG mempunyai 4 komponen penting sebagai berikut (Yousman,
2004):
1. Hardware(perangkat keras)
Hardware atau perangkat keras yang akan digunakan untuk menjalankan
aplikasi SIG seperti harddisk, processor, keyboard, mouse, RAM dan
VGA. Komputer yang digunakan dapat berupa stand-alone maupun
berbentuk jaringan yang tentu saja membutuhkan spesifikasi yang lebih
tinggi. Perangkat lain yang digunakan seperti misalnya Digitizer, Plotter,
Printer, serta Scanner.
2. Software(perangkat lunak)
Perangkat lunak tersusun secara modular dimana basis data memegang
peranan kunci. Perangkat lunak terdiri dari:
a. Sistem operasi, yaitu program yang berfungsi mengatur semua
sumber daya dan tata kerja komputer, menyediakan fasilitas-
8



fasilitas dasar yang dapat digunakan program aplikasi untuk dapat
menggunakan perangkat keras yang terpasang pada komputer, dan
menyediakan interface yang memungkinkan pengguna untuk
mengatur setting sistem operasi.
b. Software aplikasi seperti MapInfo, ArcInfo, ArcGis, MapServer,
dan sebagainya
c. Sistem utilitas dan program-program pendukung yang terdiri dari
bahasa pemrograman termasuk compiler bahasa pemrograman
seperti MapBasic, Bahasa C, dan C++
3. User (pengguna)
Pengguna berfungsi untuk memilih informasi yang diperlukan, membuat
standar, mambuat jadwal updating yang efisien, menganalisis hasil yang
dikeluarkan untuk kegunaan yang diinginkan dan merencanakan aplikasi.
4. Data
Data merupakan komponen terpenting dalam SIG. Dua macam data dalam
SIG yakni data spasial (data peta) dan data non spasialatauatribut (data
tabel).Data spasial berintegrasi dengan non spasial pada setiap fiturnya.
Pembangunan dan pengolahan basis data yang lebih besar maka data
tabular tersebut dapat direlasikan ke sumber data lain yang berada di luar
tools SIG melalui Database Management System (DBMS).

2.2.2.4 Fungsi Sistem Informasi Geografi
Berdasarkan desain awalnya, fungsi utama SIG adalah untuk melakukan analisis
data spasial. Dilihat dari sudut pemrosesan data geografik, SIG bukanlah
penemuan baru. Pemrosesan data geografik sudah lama dilakukan oleh berbagai
macam bidang ilmu, yang membedakannya dengan pemrosesan lama hanyalah
digunakannya data dijital.


9



2.2.2.5. Aplikasi dan Pemanfaatan SIG
Sistem Informasi Geografis dapat dimanfaatkan untuk mempermudah dalam
mendapatkan data-data yang telah diolah dan tersimpan sebagai atribut suatu
lokasi atau obyek. Data-data yang diolah dalam SIG pada dasarnya terdiri dari
data spasial dan data atribut dalam bentuk dijital. Sistem ini merelasikan data
spasial (lokasi geografis) dengan data non spasial, sehingga para penggunanya
dapat membuat peta dan menganalisa informasinya dengan berbagai cara. SIG
merupakan alat yang handal untuk menangani data spasial, dimana dalam SIG
data dipelihara dalam bentuk digital sehingga data ini lebih padat dibanding dalam
bentuk peta cetak, tabel, atau dalam bentuk konvensional lainya yang akhirnya
akan mempercepat pekerjaan dan meringankan biaya yang diperlukan. (Barus &
Wiradisastra, 2000)
Ada beberapa alasan yang mendasari mengapa perlu menggunakan SIG, menurut
Anon (2003, dalam As Syakur, 2008) alasan yang mendasarinya adalah:
1. SIG menggunakan data spasial maupun atribut secara terintergarsi
2. SIG dapat memisahkan antara bentuk presentasi dan basis data
3. SIG memiliki kemampuan menguraikan unsur-unsur yang ada di
permukaan bumi ke dalam beberapa layer atau coverage dataspasial
4. SIG memiliki kemampuan yang sangat baik dalam menvisualisasikan data
spasial berikut atributnya
5. Semua operasi SIG dapat dilakukan secara interaktif
6. SIG dengan mudah menghasilkan peta -peta tematik
7. SIG sangat membantu pekerjaan yang erat kaitannya dengan bidang
spasial dan geoinformatika.
2.3 Pemanfaatan Google earth
Google earth adalah perangkat lunak yang dapat melihat permukaan bumi
menggunakan citra beresolusi spasial tinggi pada daerah tertentu khususnya
perkotaan dan dapat diakses melalui internet. Dengan semakin berkembangnya
teknologi informasi, masyarakat banyak memanfaatkan Google earth untuk
10



kepentingan bidang pemetaan, penyajian informasi saat perencanaan, social-
ekonomi sampai pariwisata. Dibidang pemetaan fitur-fitur Google earth
mampu melakukan pengukuran jarak, luas, digitasi on screen, import data text
koordinat dan melakukan perhitungan jarak dan luas antar titik secara cepat.
Pembuatan peta dasar dengan memanfaatkan citra dari Google earth
merupakan suatu peluang besar dalam menyediakan peta dibandingkan dengan
pembuatan peta cara konvensional yaitu terestial dan fotogrametri.
















12



BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Alat
Alat yang digunakan adalah software Google earth, Quantum GIS,
kamera, (Global Posistioning System (GPS), Microsoft Excel 2007, dan alat tulis.
3. 2 Bahan
Bahan yang digunakan bersumber dari data primer dan sekunder berupa
tabular dan data spasial. Data primer berupa data spasial yang diperoleh adalah
Citra Google earth tahun 2013 dan 2006. Sementara data sekunder berupa peta-
peta dan informasi pendukung.
Tabel 3.1 Jenis dan Sumber Data Peta
No Data Sumber Data Jenis Data
1 Data Tinggi Muka Air Waduk
Cirata Tahun 2013 dan 2006
PT. PJB BPWC Sekunder
2 Peta Topografi Bakosurtanal Sekunder
3 Citra Gabungan 2006 dan
2013
Google earth 2013 Primer
4 Citra Landsat TM USGS Primer
3.3 Metode Penelitian
Ada beberapa tahap yang dilakukan dalam metode penelitian ini:
1. Tahap persiapan
Yang dikerjakan pada tahap ini antara lain:
Pengumpulan pustaka yang berhubungan dengan penelitian
Mempersiapkan citra daerah penelitian
Pengumpulan data sekunder yang diperlukan dalam penelitian, antara lain:
Data tinggi muka air Waduk Cirata
Peta topografi
13



Peta tanah
Data data statistik mengenai penduduk, curah hujan dan lain lain.
Perlu diketahui data tersebut semata-mata hanya digunakan sebagai latar
belakang, bukan sebagai bahan utama untuk menghasilkan peta tematik yang
diperlukan. Estes et al menyatakan bahwa hanyalah penelitian nyata daratan (
ground thruth ) yang dapat dianggap sebagai data atau bahan suplemen untuk
penyempurnaan pemetaan penggunaan lahan memakai citra Google earth.
Sedangkan data lainnya hanya sebagai bahan pertimbangan dan latar belakang
saja.
2. Tahap interpretasi
Pada tahap ini, dilakukan interpretasi secara visual dapatlah didefinisikan
sebagai langkah untuk menguji foto-foto udara atau citra satelit secara sederhana
dengan tujuan untuk mengidentifikasi objek dan segala objek serta menentukan
tingkat ketepatannya (Estes & Simonet, 1975). Walaupun demikian tingkat
ketepatan dalam interpretasi, tergantung pada jenis citra itu sendiri, tipe teknik
yang digunakan, fasilitas yang tersedia untuk pendayagunaan citra, latar belakang
interpreter terutama yang menyangkut pengetahuannya terhadap wilayah yang
bersangkutan juga beberapa informasi tambahan yang diperlukan, seperti foto
udara, publikasi-publikasi, data statistik dan lain-lain. Prosedur penelitian juga
harus disesuaikan dengan tujuan penelitian.
Teknik interpretasi foto udara hitam putih secara konvensionil juga dapat
diterapkan dengan memuaskan untuk interpretasi citra landsat, kunci-kunci
penafsiran dengan memotret udara benar benar harus diperhatikan juga (Olson,
1973).
Pertama-tama yang harus dikerjakan adalah mendeteksi suatu obyek
terhadap latar belakangnya.Dalam hal ini sangatlah berhubungan dengan bentuk
dan ukuran objek serta sifat sifat fisik lainnya,yang memungkinkan untuk
diinterpretasi secara langsung.Sudah tentu tingkat deteksi dan identifikasinya
tergantung dari berbagai faktor, seperti karakteristik fisik suatu objek, resolusi
citra, skala dan latar belakang atau tingkat referensi interpreter.
14



Langkah selanjutnya menyangkut deleniasi atau subdivisi obyek yang
telah diidentifikasi yang kemudian ditentukan pola dan satuan citra. Tujuan pokok
pada langkah ini adalah memberi garis batas seteliti-telitinya dari distribusi obyek
yang bersangkutan berdasarkan pola tone dan tekstur yang telah diinterpretasi.
Proses interpretasi visual pada prinsipnya didasarkan pada metode deduktif,
dimana interpreter lebih dulu menggunakan percobaan-percobaan misalnya,
menggunakan kombinasi citra, ataupun sering mencocokan hasil interpretasi
sementara dengan situasi yang sebenarnya dilapangan.Walaupun berbagai langkah
dalam interpretasi foto udara dapat diterapkan dalam citra LANDSAT dan Google
earth, namun secara fisik proses intrepetasi ternyata sedikit berbeda karena sifat-
sifat khusus dan keunikan yang dimiliki citra LANDSAT dan Google earth.
Sebagai peneliti sependapat bahwa komposit berwarna (colour composit)
memberikan andil yang besar dalam interpretasi dibandingkan dengan citra hitam
putih.Warna komposit biasanya diproses dengan mengekspos (tumpang tindih)
tiga dari empat citra hitam putih.(umumnya pita 4,5, dan 7) areal yang sama
melalui filter yang berbeda ke atas film berwarna atau dengan menggunakan film
diazo. Namun demikian karena adanya warna palsu yang timbul dalam proses,
warna obyek akan tampak berbeda dari warna aslinya sehingga cukup
menyukarkan juga bagi si interpreter. Karenanya sebelum interpretasi dimulai,
hendaknya dipahami lebih dahulu mengenai hubungan antara warna palsu (false
color) dengan obyek bersangkutan.Sebagai contoh misalnya tumbuhan hijau akan
tampak berwarna merah, air bersih akan tampak berwarna hitam dan sedimen
dalam air akan tampak berwarna biru muda. Jika hubungan tersebut benar-benar
telah dikuasai dan terbiasa digunakan dalam interpretasi, si peneliti akan merasa
lebih mudah menggunakan citra berwarna daripada citra hitam putih pada skala
yang sama.
Setelah diperoleh satuan-satuan citra kemudian masing-masing satuan kita
beri nomer. Pada setiap satuan kemudian dilakukan perhitungan menggunakan
sistim dot grid menjadi beberapa kategori antara lain : Hutan, vegetasi bukan
hutan (kebun), vegetasi dan tanah kosong, tanah kosong, air dan awan. Dari hasil
15



penghitungan ini, diperoleh persentase masing-masing katagori pada tiap satuan
dan selanjutnya persentasi masing-masing kategori pada citra itu sendiri.
3. Tahap Pengujian medan
Pada tahap ini, mengingat waktu dan biaya yang terbatas, pengujiannya
tidak dilakukan pada semua satuan fotomorfik. Hal ini karena adanya daerah yang
sulit dijangkau dan waktu yang relatif terbatas. Untuk itu dilakukan pemilihan
daerah yang diperkirakan perlu dan kurang diyakini kebenarannya dari hasil
interpretasi dengan menggunakan cara Rudd (1971) yang dikenal dengan cara
stratified random procedure yaitu suatu cara pemilihan daerah yang dilakukan
dengan membuat stratifikasi berdasarkan deskripsi yang diperoleh dari interpretasi
foto udara kemudian ditentukan satuan contoh secara acak. Satuan yang
menunjukkan heterogenitas yang paling banyak diberikan prioritas untuk
dilakukan penelitian nyata daratan.Penyebaran tempat penelitian nyata daratan
dapat dilihat pada peta. Hasil penelitian nyata daratan sangat berperan dalam
mengoreksi hasil interpretasi. Oleh karena itu pengubah-pengubah(variable-
variabel) tersebut haruslah merupakan suatu factor yang dominan, yang
mempengaruhi daya pantul terhadap spectrum. Pengubah ini dicatat pada waktu
penelitian nyata daratan.
4. Tahap akhir
Setelah data lapangan terkumpul, kemudian dituangkan dalam peta yang
disebut peta koleksi data lapangan. Kemudian peta hasil interpretasi Google earth
dibandingkan dengan koleksi data lapangan.Selanjutnya dilakukan interpretasi
ulang dan pengecekan.

5. Analisis Korelasi
Selanjutnya adalah tahap analisis terhadap korelasi antara perubahan lahan
terhadap kualitas air. Analisis dilakukan dengan membandingkan kualitas air pada
tahun yang berbeda kemudian dikorelasikan dengan perubahan penggunaan lahan
yang terjadi dalam kurun waktu tersebut, selanjutnya akan dapat diketahui apakah
perubahan penggunaan lahan membawa dampak positif atau dampak negatif.
16














Gambar 3.1. Tahapan Penelitian








Pengumpulan Pustaka Studi, Mempersiapkan Citra Daerah
Penelitian, Pengumpulan data sekunder (peta tutupan
lahan, peta topografi, peta bakosurtanal
Tahap Persiapan
Identifikasi Citra, Dileniasi (pemberian batas-batas seperti
Vegetasi kebun, Batas air, dan Tanah Kosong),
Pembandingan dengan data tinggi muka air Pembuatan
Lembar Kerja dan Peta untuk Ground Check,
Tahap Interpretasi
Tahap Pengujian
Medan
Pembuatan Laporan
Tahap Akhir
17


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
Citra dijital yang didapatkan dari Google earth kamudian diolah dengan
software ArcGis untuk memodifikasi tampilan spektrum warna dari citra agar
dapat dipisahkan dengan batas yang jelas antara area pertanian, perumaha,
vegetasi dan perairan. Setelah itu dilakukan Georeferencing terhadap citra yang
didapatkan dari Google Earth dengan Peta Adinistrasi Jawa Barat dari
BAKOSURTANAL. Kemudian dilakukan perhitungan terhadap luas area dari
masing-masing kategori penggunaan lahan dengan software ArcGis tersebut.
Gambar 4.1 Peta Penggunaan Lahan di Sekitar Waduk Cirata Setelah Pengolahan
dengan Metode Fotomorfik
1. Citra Tahun 2013


18


Koordinat lokasi





2. Citra Tahun 2006

Koordinat lokasi




Kanan Atas
(UR)
Kanan Bawah
(DR)
Kiri Atas (UL) Kiri Bawah (DL)
641'9.33"S
910723'47.37"E
647'51.16"S
647'51.16"S
639'51.75"S
10712'13.47"E
648'59.53"S
10712'8.97"E
Kanan Atas
(UR)
Kanan Bawah
(DR)
Kiri Atas (UL) Kiri Bawah (DL)
641'9.33"S
10723'47.37"E
647'51.16"S
647'51.16"S
639'51.75"S
10712'13.47"E
648'59.53"S
10712'8.97"E
19


Setelah dilakukan perhitungan, didapatkan luasan dari masing-masing
kategori penggunaan lahan, yaitu lahan pertanian, pemukiman dan vegetasi.
Pengolahan citra dijital ini turut pula menghitung luasan dari lahan yang muncul
pada musim kemarau saat air waduk surut dipinggiran waduk Cirata yang
digunakan oleh masyarakat sebagai lahan pertanian.
Tabel 4.1 Luasan Penggunaan Lahan
ZONA TENGGELAM VEGETASI PEMUKIMAN PERTANIAN
2013 2006 2013 2006 2013 2006
1 21.6 ha 294.26
ha
296.28
ha
21.05
ha
19.37
ha
45.45
ha
63.35
ha
2 19.3 ha 96.74
ha
96.74
ha
20.30
ha
20.30
ha
91.96
ha
111.26
ha
3 11.45 ha 101.91
ha
103.17
ha
21.38
ha
20.12
ha
29.71
ha
38.64
ha
4 18.62 ha 128.99
ha
132.3
ha
31.49
ha
30.28
ha
14.52
ha
28.62
ha
5 68.1 ha 303.37
ha
305.04
ha
8.49
ha
8.06
ha
84.18
ha
136.15
ha
6 52.24 ha 218 ha 217.91
ha
10.69
ha
10.16
ha
2.60
ha
54.22
ha
7 37.6 ha 93.7 ha 80.96
ha
0 ha 0 ha 7.76
ha
28.26
ha
8 155.4 ha 518 ha 619.62
ha
22.52
ha
19.9
ha
129.5
ha
180.7
ha
9 40.06 ha 159.44
ha
159.89
ha
48.54
ha
47.51
ha
141.02
ha
179.60
ha
10 119.6 ha 160.13
ha
152.79
ha
16.97
ha
14.51
ha
49.9
ha
159.70
ha
11 22.42 ha 122.23
ha
134.6
ha
43.13
ha
39.92
ha
23.64
ha
30.48
ha
12 18.82 ha 106.55
ha
111.90
ha
54.91
ha
51.70
ha
35.54
ha
45.80
ha
13 15 ha 156.72
ha
160.43
ha
0 ha 0 ha 14.73
ha
25.57
ha
TOTAL 600.21 ha 2303.32
ha
2571.63
ha
299.47
ha
281.83
ha
670.51
ha
1082.35
ha

20


Pengukuran luas perubahan penggunaan lahan dilakukan dengan membagi
wilayah riparian Cirata menjadi 13 zona berdasarkan letak geografis dan
administrasi. Berikut perhitungan luasan penggunaan lahan per zona.
1. Zona 1
Citra 2006 Citra 2013


Lokasi :
UR :641'28.40"S
10722'2.19"E
DR : 642'18.73"S
10721'59.54"E
UL : 641'23.15"S
10720'25.27"E
DL : 642'18.48"S
10720'27.45"E

Tabel 4.2.Satuan Unit dalam Citra
No Nama Satuan Luas Area (ha)
Citra 2006 Persentase
(%)
Citra 2013 Persentase(%)
1 Vegetasi 296.28 78.17 294.26 81.56
2 Pemukiman 19.37 5.11 21.05 5.83
3 Pertanian/Perkebunan 63.35 16.71 45.45 12.59
Total 379 100 360.76 100

21


2. Zona 2
Citra 2006 Citra 2013


Lokasi :
UR : 642'20.40"S
10721'17.36"E
DR : 643'16.84"S
10721'17.36"E
UL : 642'20.14"S
10719'39.85"E
DL : 643'17.02"S
10719'39.93"E

Tabel 4.3.Satuan Unit dalam Citra
No Nama Satuan Luas Area (ha)
Citra 2006 Persentase
(%)
Citra 2013 Persentase(%)
1 Vegetasi 96.74 42.37407 96.74 46.28708
2 Pemukiman 20.3
8.891809
20.3 9.712919
3 Pertanian/Perkebunan 111.26 48.73412 91.96 44
Total 228.3 100 209 100




22


3. Zona 3
Citra 2006 Citra 2013


Lokasi :
UR : 643'5.60"S
10720'33.52"E
DR : 644'3.81"S
10720'26.52"E
UL : 643'5.82"S
10718'48.98"E
DL : 644'4.28"S
10718'56.77"E

Tabel 4.4.Satuan Unit dalam Citra
No Nama Satuan Luas Area (ha)
Citra 2006 Persentase
(%)
Citra 2013 Persentase(%)
1 Vegetasi 103.17 63.71272 101.91 66.60784
2 Pemukiman 20.12 12.42512 21.38 13.97386
3 Pertanian/Perkebunan 38.64 23.86216 29.71 19.4183
Total 161.93 100 153 100




23


4. Zona 4
Citra 2006 Citra 2013


Lokasi :
UR : 644'5.25"S
10720'36.76"E
DR : 645'3.11"S
10720'28.65"E
UL : 644'5.04"S
10718'50.46"E
DL : 645'3.58"S
10718'58.92"E

Tabel 4.5.Satuan Unit dalam Citra
No Nama Satuan Luas Area (ha)
Citra 2006 Persentase
(%)
Citra 2013 Persentase(%)
1 Vegetasi 132.3 69.19456 128.99 73.70857
2 Pemukiman 30.28 15.83682 31.49 17.99429
3 Pertanian/Perkebunan 28.62 14.96862 14.52 8.297143
Total 191.2 100 175 100





24


5. Zona 5
Citra 2006 Citra 2013


Lokasi :
UR : 645'2.11"S
10721'5.53"E
DR : 646'0.32"S
10720'57.88"E
UL : 645'2.64"S
10719'20.55"E
DL : 646'0.56"S
10719'27.75"E

Tabel 4.6 .Satuan Unit dalam Citra
No Nama Satuan Luas Area (ha)
Citra 2006 Persentase
(%)
Citra 2013 Persentase(%)
1 Vegetasi 305.04 67.89983 303.37 76.60085
2 Pemukiman 8.06 1.794101 8.49 2.143723
3 Pertanian/Perkebunan 136.15 30.30607 84.18 21.25543
Total 449.25

100 396.04 100




25


6. Zona 6
Citra 2006 Citra 2013


Lokasi :
UR : 645'17.79"S
10720'29.74"E
DR : 646'30.36"S
10720'28.96"E
UL : 645'18.13"S
10718'54.61"E
DL : 646'30.61"S
10718'55.40"E

Tabel 4.7 .Satuan Unit dalam Citra
No Nama Satuan Luas Area (ha)
Citra 2006 Persentase
(%)
Citra 2013 Persentase(%)
1 Vegetasi 217.91 77.19367 218 94.25397
2 Pemukiman 10.16 3.599136 10.69 4.621903
3 Pertanian/Perkebunan 54.22 19.2072 2.6 1.12413
Total 282.29 100 231.29 100



26


7. Zona 7
Citra 2006 Citra 2013



Lokasi :
UR : 644'54.94"S
10719'58.68"E
DR : 645'49.67"S
10719'57.54"E
UL : 644'54.85"S
10718'23.28"E
DL : 645'50.00"S
10718'24.16"E

Tabel 4.8. Satuan Unit dalam Citra
No Nama Satuan Luas Area (ha)
Citra 2006 Persentase
(%)
Citra 2013 Persentase(%)
1 Vegetasi 93.7 76.82847 80.96 91.25338
2 Pemukiman 0 0 0 0
3 Pertanian/Perkebunan 28.26 23.17153 7.76 8.746619
Total 121.96 100 88.72 100





27


8. Zona 8
Citra 2006 Citra 2013


Lokasi :
UR : 645'4.84"S
10718'12.63"E
DR : 647'19.40"S
10718'0.48"E
UL : 645'4.84"S
10716'36.50"E
DL : 647'19.47"S
10716'27.43"E
Tabel 4.9. Satuan Unit dalam Citra
No Nama Satuan Luas Area (ha)
Citra 2006 Persentase
(%)
Citra 2013 Persentase(%)
1 Vegetasi 619.62 70.08325 518 66.84561
2 Pemukiman 19.9 2.250826 22.52 2.906106
3 Pertanian/Perkebunan 180.7 20.4384 129.5 16.7114
4 Kebun Karet 63.9 7.227526 104.9 13.53688
Total 884.12 100 774.92 100

28


9. Zona 9
Citra 2006 Citra 2013



Lokasi :
UR : 646'3.35"S
10716'26.39"E
DR : 646'57.93"S
10716'24.95"E
UL : 646'2.99"S
10714'50.63"E
DL : 646'57.84"S
10714'52.06"E

Tabel 4.10. Satuan Unit dalam Citra
No Nama Satuan Luas Area (ha)
Citra 2006 Persentase
(%)
Citra 2013 Persentase(%)
1 Vegetasi 159.89 41.31525 159.44 45.68481
2 Pemukiman 47.51 12.27649 48.54 13.90831
3 Pertanian/Perkebunan 179.6 46.40827 141.02 40.40688
Total 387

100 349

100




29


10. Zona 10
Citra 2006 Citra 2013


Lokasi :
UR : 645'11.44"S
10717'3.84"E
DR : 645'30.05"S
10717'15.55"E
UL : 645'11.16"S
10715'27.89"E
DL : 645'29.87"S
10715'42.17"E

Tabel 4.11. Satuan Unit dalam Citra
No Nama Satuan Luas Area (ha)
Citra 2006 Persentase
(%)
Citra 2013 Persentase(%)
1 Vegetasi 152.79 46.72477 160.13 70.54185
2 Pemukiman 14.51 4.437309 16.97 7.475771
3 Pertanian/Perkebunan 159.7 48.83792 49.9 21.98238
Total 327

100 227

100
30


11. Zona 11
Citra 2006 Citra 2013


Lokasi :
UR : 642'34.27"S
10719'53.37"E
DR : 643'27.19"S
10719'53.30"E
UL : 642'34.10"S
10718'22.72"E
DL : 643'27.19"S
10718'22.87"E

Tabel 4.12. Satuan Unit dalam Citra
No Nama Satuan Luas Area (ha)
Citra 2006 Persentase
(%)
Citra 2013 Persentase(%)
1 Vegetasi 134.6 65.65854 122.23 64.67196
2 Pemukiman 39.92 19.47317 43.13 22.82011
3 Pertanian/Perkebunan 30.48 14.86829 23.64 12.50794
Total 205

100 189

100





31


12. Zona 12
Citra 2006 Citra 2013


Lokasi :
UR : 641'41.76"S
10720'24.94"E
DR : 642'34.67"S
10720'24.37"E
UL : 641'41.51"S
10718'53.96"E
DL : 642'34.67"S
10718'54.20"E

Tabel 4.13. Satuan Unit dalam Citra
No Nama Satuan Luas Area (ha)
Citra 2006 Persentase
(%)
Citra 2013 Persentase(%)
1 Vegetasi 111.9 53.4384 106.55 54.08629
2 Pemukiman 51.7 24.68959 54.91 27.8731
3 Pertanian/Perkebunan 45.8 21.87202 35.54 18.04061
Total 209.4

100 197

100





32


13. Zona 13
Citra 2006 Citra 2013


Lokasi :
UR : 640'54.23"S
10720'57.03"E
DR : 641'46.82"S
10720'56.46"E
UL : 640'53.90"S
10719'26.13"E
DL : 641'46.74"S
10719'26.21"E

Tabel 4.14. Satuan Unit dalam Citra
No Nama Satuan Luas Area (ha)
Citra 2006 Persentase
(%)
Citra 2013 Persentase(%)
1 Vegetasi 160.43 86.25269 156.72 91.40857
2 Pemukiman 0 0 0 0
3 Pertanian/Perkebunan 25.57 13.74731 14.73 8.591426
Total 186

100 171.45

100




33


4.2 Pembahasan
4.2.1. Proses
Dalam mendapatkan peta tutupan lahan digunakan citra spot/cnes, digital
globe dan terametric yang terdapat di google earth. Dalam praktiknya ada
tahapan-tahapan yang dilalui dalam mendapatkan informasi yang dibutuhkan.
Tahapan pertama merupakan tahap persiapan, yang dilakukan pada tahap ini ialah
mendapatkan informasi yang ada mengenai kawasan waduk Cirata dan muara
Cisokan serta muara Citarum dengan mempersiapkan citra daerah penelitian,
dan pengumpulan data sekunder yang diperlukan dalam penelitian.
Data tersebut semata-mata hanya digunakan sebagai latar belakang, bukan
sebagai bahan utama untuk menghasilkan peta tematik yang diperlukan.
Selanjutnya merupakan tahap interpretasi, pada tahap ini dilakukan interpretasi
secara visual sebagai langkah untuk menguji citra satelit untuk mengidentifikasi
objek serta menentukan tingkat ketepatannya.Untuk ketepatan dikarenakan peta
yang digunakan merupakan peta gabungan yang dimungkinkan telah terjadi
perubahan sejak citra ini didapatkan sampai sekarang dengan perubahan yang
relatif kecil. Teknik yang digunakan adalah dengan overlay dan melakukan
dileniasi menggunakan tools yang tersedia pada software SIG, fasilitas yang
tersedia untuk pendayagunaan citra pada google earth dan Quantum GIS cukup
lengkap dan dapat digunakan dalam pengolahan citra menjadi peta. Selanjutnya
dilakukan dileniasi yang kemudian ditentukan satuan citra dan diinterpretasi
menurut warna (tone), pola (pattern), tekstur, (texture), serta asosiasi objek
34


tersebut. Dan diperoleh bahwa jenis tutupan lahan yang ada di waduk Cirata
terdiri dari :
1. Vegetasi riparian merupakan daerah yang memiliki banyak perbedaan
variasi warna dimana keberagaman warna menunjukkan perbedaan jenis
yang banyak terkandung didalamnya, begitu pula bentuk yang bervariasi
dan tekstur yang kasar menjadi karakteristik yang khas dari daerah
lainnya, umumnya daerah ini memiliki warna hijau tua.
2. Persawahan, dicirikan dengan rona hijau muda terang jika dilihat dengan
menggunakan citra satelit, dengan tekstur yang halus dan terbuka serta
terkotak-kotak. Citra yang telah di ubah penampakan warnanya
menampakkan jingga (oranye) terang untuk persawahan, karena daerah
yang terbuka sehingga pantulan warna memiliki spektrum lebih panjang
sehingga terlihat terang.
3. Pemukiman, dari penampakkan citra dapat terlihat adanya gradasi warna
merah yang khas dimiliki oleh kebanyakan atap pemukiman, serta warna
hijau yang dimiliki oleh kanopi pepohonan yang berasal dari talun/kebun
campuran milik warga. Citra yang telah diubah penampakan warnanya
memiliki warna jingga serta biru muda pada wilayah yang
terbuka/lapangan yang tidak memiliki penutupan vegetasi maupun
bangunan.
4. Kebun karet, pada citra, area ini memiliki warna hijau tua yang terlihat
berbeda dengan vegetasi alami lainnya, area terlihat memiliki rupa dan
warna yang seragam dan memiliki penampakan bergaris-garis rapi yang
35


terlihat sebagai jarak antara tumbuhan. Penampakan terlihat seperti itu
dikarenakan karakteristik perkebunan karet yang memiliki jenis tanaman,
umur dan jarak antar tanaman yang serupa dan tersusun rapi. Pada
kenampakan citra yang telah diubah warnanya, perkebunan karet memiliki
warna hijau tua dan terlihat lebih gelap daripada vegetasi alami lainnya
serta terlihat memiliki penampakkan kontur yang bergaris.
Dari hasil dileniasi dalam tiap satuan dan dilakukan perhitungan
persentase sehingga diperoleh presentase masing-masing kategori pada tiap satuan
yaitu pada citra tahun 2013 vegetasi sebesar 70.36%, pemukiman sebesar 9.14%
dan pertanian sebesar 20.48%. sedangkan pada citra tahun 2006 persentase
vegetasi sebesar 65.34%, pemukiman sebesar 7.16% dan pertanian sebesar
27.50%.
4.2.2. Perubahan Penggunaan lahan
Analisa perubahan penggunaan lahan yang dilakukan dalam penelitian ini
menggunakan citra pada dua tahun yang berbeda, yaitu citra tahun 2006 dan 2013.
Analisa perubahan selain meliputi kurun waktu 4 tahun tersebut juga akan
melibatkan analisa mengenai penggunaan lahan pada musim kemarau dan musim
penghujan.
selama periode musim kemarau, danau cirata mengalami penyusutan
ketinggian muka air, penyusutan tersebut menyebabkan penambahan luasan
daratan riparian karena daratan yang selama ini terendam menjadi kering. Daratan
tambahan tersebut digunakan oleh masyarakat untuk berbagai kegiatan pertanian,
kegiatan tersebut sangat dirasakan manfaatnya oleh warga dikarenakan adanya
36


penambahan luas wilayah bagi pertanian miliknya sehingga pendapatan warga
bertambah, namun pertanian tersebut juga memiliki resiko yang cukup besar,
mengingat anomali cuaca indonesia cepat berubah, terkadang petani mengalami
kerugian karena musim hujan datang sebelum hasil pertanian sempat dipanen.
Penelitian ini selain menghitung perubahan lahan yang digunakan di sekitar
waduk cirata juga mencoba menghitung luasan wilayah yang digunakan
masyarakat untuk pertanian pada saat kemarau yang tenggelam pada saat musim
penghujan datang.
Penggunaan lahan di area Greenbelt Cirata dibagi menjadi 3 kategori,
yaitu untuk pemukiman, pertanian dan vegetasi. Wilayah pemukiman merupakan
area yang dimanfaatkan oleh warga lokal untuk membangun perumahan dan
berbagai sarana masyarakat lainnya. Wilayah pertanian merupakan area yang
digunakan oleh masyarakat untuk berbagai kegiatan pertanian seperti persawahan
dan perkebunan. Wilayah vegetasi merupakan area yang berisi berbagai jenis
tumbuhan dengan struktur dan komposisi tertentu yang mengisi sebagian besar
wilayah greenbelt Cirata.
Perubahan penggunaan lahan yang terjadi umumnya adalah penambahan
luasan pemukiman dan pertanian yang mengambil luasan vegetasi. Luas vegetasi
pada tahun 2006 adalah sebesar 2571.63 ha dan mengalami penurunan luas
sebesar 268.31 ha atau 10.43% menjadi seluas 2303.32 ha. Luas area pemukiman
pada tahun 2006 adalah sebesar 281.83 ha dan pada tahun 2013 area pemukiman
mengalami penambahan luasan sebesar 17.64 ha atau sebesar 6.25% menjadi
seluas 299.47 ha. Luas area pertanian normal mengalami kenaikan yang cukup
37


besar, pada tahun 2006 area pertanian memiliki luas 482.14 ha dan mengalami
penambahan luas sebesar 188.37 ha atau sebesar 24.48 % menjadi seluas 670.51
ha.
Area pertanian tersebut adalah area yang berada di luar area pertanian
yang muncul akibat penurunan ketinggian muka air pada musim kemarau, seperti
yang telah dijelaskan diatas bahawa pada musim kemarau luasan greenbelt akan
mengalami penambahan luas dikarenakan penurunan ketinggian muka air, luas
lahan tersebut adalah sebesar 600.21 ha dan hampir keseluruhan area tersebut
dimanfaatkan oleh masyarakat untuk kegiatan pertanian sementara yang akan
dihentikan saat musim penghujan tiba atau pada saat ketinggian muka air waduk
Cirata telah meningkat. Adanya penggunaan area tersebut memiliki dampak
positif bagi masyarakat sekitar karena akan menambah penghasilan dari hasil
pertanian, namun seperti yang telah dijelaskan bahwa pertanian tersebut memiliki
resiko tersendiri, petani akan mengalami kerugian ketika hasil tani belum sempat
dipanen dan tenggelam saat musim penghujan tiba dan tinggi muka air waduk
Cirata mengalami kenaikan.
4.2.3. Pengaruh Perubahan Penggunaan Lahan Terhadap Kualitas Air
Keberadaan masyarakat yang menggunakan lahan untuk kegiatan
pertanian pada area riparian Cirata tidak menimbulkan kerugian materi secara
langsung terhadap pihak pengelola cirata namun menimbulkan berbagai
permasalahan pada kualitas air perairan cirata, penurunan kualitas air tersebut
berkaitan dengan adanya penggunaan pupuk dan pestisida sintesis, pupuk dan
pestisida yang digunakan terbawa arus air menuju ke perairan waduk cirata
38


sehingga menyebabkan penambahan kadar Nitrogen dan Posfor pada perairan,
kenaikan kadar nitrogen dan posfor menyebabkan pertumbuhan eceng gondok
(eichornia crassipes) dan tumbuhan air lain mengalami kenaikan secara
eksponensial yang tidak terkendali serta pertumbuhan alga yang berlebihan
(blooming algae) serta berbagai pengaruh lainnya terhadap kualitas air. perubahan
kualitas air yang terjadi tidak hanya disebabkan oleh adanya penambahan aktifitas
pertanian tetapi juga akibat adanya pengurangan luasan vegetasi riparian. Vegetasi
riparian memiliki banyak fungsi sebagai penjaga dan pemelihara kualitas air,
perubahan yang terjadi pada vegetasi riparian akan menyebabkan perubahan pula
pada kualitas air sekitarnya.
Analisis dampak perubahan penggunaan lahan terhadap perubahan kualitas
air dilakukan dengan membandingkan kondisi vegetasi riparian serta penggunaan
lahannya pada waktu yang berbeda yaitu pada tahun 2006 dan 2013 yang
memiliki perbedaan kondisi vegetasi riparian serta pengaruhnya terhadap kualitas
air pada kedua kondisi vegetasi tersebut. analisis dilakukan di dua tempat, yaitu di
muara Cisokan dan muara Citarum.






39


a. Muara Cisokan
Tabel 4.15 Perbandingan Kondisi vegetasi di Muara Cisokan Antara Tahun 2006
dan 2013
Tahun 2006 Tahun 2013

Penggunaan lahan di area muara Cisokan pada umumnya sama dengan
wilayah lain, lahan digunakan untuk pertanian dan pemukiman serta di sepanjang
riparian terdapat vegetasi yang tidak terlalu luas. Pengukuran luasan vegetasi,
pemukiman dan pertanian diakukan terhadap citra yang diambil dan tampak Pada
tahun 2006 luas vegetasi di muara Cisokan sebesar 160,13 ha kemudian pada
tahun 2013 luas vegetasi menjadi 152,79 ha. Penurunan luas vegetasi di sepanjang
muara akan memiliki dampak terhadap kualitas perairan Pada musim kemarau,
ketika tinggi muka air menurun area ini juga mengalami penambahan luasan lahan
di sepanjang muara sungai, yang kemudian lahan tersebut digunakan sebagai
lahan pertanian, penambahan luas lahan pertanian di area muara Cisokan tentu
pula akan memberikan pengaruh terhadap kualitas air akibat dari berbagai residu
pertanian yang terbawa oleh cucian air menuju aliran sungai.

40


Diagram 4.1 Perbandingan Kualitas air Muara Cisokan Tahun 2006 dan Tahun
2013

Sumber : PT. Pembangkitan Jawa Bali Badan Pengelola Waduk Cirata
Berdasarkan diagram diatas dapat terlihat bahwa dari tahun 2006 hingga
2013 terjadi perubahan kuaitas air yang ditandai dengan kenaikan nilai pH,
penurunan nilai DO, BOD dan COD (dalam mg/L) serta kenaikan kadar Nitrit dan
Nitrat terlarut dalam air (dalam mg/L). kenaikan nilai pH di perairan muara
Cisokan berkaitan dengan bertambahnya aktifitas pertanian di wilayah tersebut
sesuai dengan penelitian Agustina et al. (2013) bahwa daerah perairan yang
tercemar residu pupuk anorganik yang berasal dari kegiatan pertanian cenderung
memiliki nilai pH yang lebih tinggi dari perairan yang kurang tercemar atau tidak
tercemar residu pupuk anorganik. Kenaikan nilai pH tersebut dapat diminimalisir
oleh adanya vegetasi riparian,
6.9
5.69
8.26
17.436
0.028
2.59
7.6
4.9 4.99
14.2
0.036
3.23
pH DO BOD COD Nitrit (NO2-N)* Nitrat (NO3)
Perbandingan Kualitas Air Muara Cisokan Antara Tahun 2006
dan 2013
2006 2013
41


Berdasarkan penelitian Agustina et al. (2013) kerapatan, keragaman dan
indeks kekayaan spesies memiliki korelasi negatif dengan nilai pH, artinya
semakin baik vegetasi riparian di suatu wilayah maka nilai pH akan lebih rendah,
sehingga kenaikan nilai pH akibat residu pupuk anorganik dapat diminimalisir
oleh fungsi layanan ekologis dari vegetasi riparian, namun berkurangnya luas
vegetasi di muara Cisokan menurunkan layanan ekologis dari vegetasi di area
tersebut sehingga pH air tetap naik. Kenaikan kadar nitrit dan nitrat dalam
perairan juga menunjukkan kenaikan kadar residu pupuk maupun pestisida
anorganik, mengingat meningkatnya luas pertanian di area tersebut yang
mengakibatkan kenaikan konsumsi pupuk dan pestisida anorganik di area tersebut
serta berkurangnya luas vegetasi yang mengurangi fungsi penyaringan air yang
dimiliki oleh vegetasi menyebabkan aliran air yang membawa residu terlarut
mengalir ke sungai dalam jumlah yang besar. Residu dari pertanian tersebut juga
menyebabkan penurunan nilai DO, menurunnya nilai DO mengindikasikan
semakin berkurangnya kadar oksigen terlarut dalam air, hal tersebut menunjukkan
bahwa kualitas air menurun Karena semakin kecil nilai DO maka kualitas air akan
semakin menurun. Kadar DO tahun 2013 masih berada di ambang batas baku
mutu air kelas II. Berdasarkan tabel dapet dilihat bahwa nilai BOD dan COD
mengalami penurunan, menurunnya kadar BOD dipengaruhi oleh meningkatnya
debit air, proses erosi dan sedimentasi. Menurunnya kadar BOD diikuti penurunan
kadar COD, dimana kedua parameter tersebut saling berkaitan. Penurunan kadar
COD dapat disebabkan karena berkurangnya limbah organik serta meningkatnya
42


debit sungai. Air hujan yang masuk ke sungai dapat mengencerkan bahan organik
sehingga menurunkan kadar BOD dan COD
b. Muara Citarum
Tabel 4.16 Perbandingan Kondisi vegetasi di Muara Cisokan Antara Tahun 2006
dan 2013
Tahun 2006 Tahun 2013


Penggunaan lahan di area muara Cisokan pada umumnya memiliki
kesamaan dengan wilayah lain, lahan digunakan untuk pertanian dan pemukiman
serta di sepanjang riparian terdapat vegetasi yang tidak terlalu luas. Di wilayah ini
juga terdapat perkebunan karet, pengukuran luasan vegetasi, pemukiman,
pertanian dan perkebunan karet dilakukan hingga batas citra yang diambil. Pada
tahun 2006 luas vegetasi di muara Citarum sebesar 619.62 ha kemudian pada
tahun 2013 luas vegetasi menjadi 518 ha. Penurunan luas vegetasi di sepanjang
muara akan memiliki dampak terhadap kualitas perairan Pada musim kemarau,
ketika tinggi muka air menurun area ini juga mengalami penambahan luasan lahan
di sepanjang muara sungai, yang kemudian lahan tersebut digunakan sebagai
lahan pertanian, penambahan luas lahan pertanian di area muara Cisokan tentu
43


pula akan memberikan pengaruh terhadap kualitas air akibat dari berbagai residu
pertanian yang terbawa oleh cucian air menuju aliran sungai.

Diagram 4.2 Perbandingan Kualitas air Muara Citarum Tahun 2006 dan Tahun
2013

Sumber : PT. Pembangkitan Jawa Bali Badan Pengelola Waduk Cirata

Berdasarkan diagram diatas terlihat adanya perubahan kualitas air yang
ditandai dengan meningkatnya nilai pH, BOD, COD dan Nitrat (NO

) serta
penurunan nilai DO dan Nitrit (NO

-N). seperti yang telah dibahas sebelumnya


bahwa kenaikan pH yang terjadi di perairan berkaitan dengan adanya peningkatan
kegiatan pertanian yang menyebabkan kenaikan konsentrasi residu zat - zat
anorganik yang merupakan hasil samping dari kegiatan pertanian, serta
berkurangnya fungsi dari layanan ekologis yang disediakan oleh vegetasi
dikarenakan besarnya pengurangan luasan vegetasi. Residu dari pertanian tersebut
juga menyebabkan penurunan nilai DO, menurunnya nilai DO mengindikasikan
7.85
7.5
4.62
4.94
0.41
0.01
8.42
5.6
6.47
16.6
0.037
2.3
pH DO BOD COD Nitrit (NO2-N) Nitrat (NO3)
Perbandingan Kualitas Air Muara Citarum Antara Tahun 2006
dan 2013
2006 2013
44


semakin berkurangnya kadar oksigen terlarut dalam air, hal tersebut menunjukkan
bahwa kualitas air menurun Karena semakin kecil nilai DO maka kualitas air akan
semakin menurun. Penurunan nilai DO tersebut selaras dengan kenaikan nilai
BOD dan COD, kenaikan nilai BOD mengindikasikan kenaikan populasi mikroba
di perairan yang mengakibatkan kenaikan kebutuhan oksigen perairan. Kenaikan
kebutuhan oksigen tersebut menurunkan kadar oksigen terlarut dalam air atau
menurunkan nilai DO. Kenaikan nilai COD juga berarti adanya kenaikan zat
kimia pencemar yang juga akan meningkatkan kebutuhan penggunaan oksigen
dalam air dan menurunkan nilai DO air. kenaikan nilai BOD, pH serta COD dan
menurunnya nilai DO mengindikasikan bahwa kualitas perairan di muara Citarum
mengalami penurunan kualitas dikarenakan adanya peningkatan konsentrasi
residu imbah pertanian dan menurunnya fungsi layanan ekologis dari vegetasi
sekitar danau karena adanya penurunan luasan wilayah vegetasi tersebut.






45



BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Penggunaan lahan di area Greenbelt Cirata dibagi menjadi tiga kategori, yaitu
area pemukiman, pertanian dan vegetasi. Sepanjang tahun 2006 hingga tahun
2013 perubahan penggunaan lahan yang cukup besar, Luas vegetasi pada tahun
2006 adalah sebesar 2571.63 ha dan mengalami penurunan luas sebesar 268.31
ha atau 10.43% menjadi seluas 2303.32 ha. Luas area pemukiman pada tahun
2006 adalah sebesar 281.83 ha dan pada tahun 2013 area pemukiman
mengalami penambahan luasan sebesar 17.64 ha atau sebesar 6.25% menjadi
seluas 299.47 ha. Luas area pertanian mengalami kenaikan yang cukup besar,
pada tahun 2006 area pertanian memiliki luas 482.14 ha dan mengalami
penambahan luas sebesar 188.37 ha atau sebesar 24.48 % menjadi seluas
670.51 ha. Area pertanian tersebut adalah area yang berada di luar area
pertanian yang muncul akibat penurunan ketinggian muka air pada musim
kemarau, luas lahan tersebut adalah sebesar 600.21 ha.
2. penambahan luasan pertanian dan pemukiman serta penurunan luas vegetasi
memiliki dampak negatif terhadap kualitas air di muara Cisokan dan muara
Citarum. Penurunan nilai DO dan kenaikan nilai pH, BOD serta COD
mengindikasikan adanya peningkatan zat pencemar residu dari limbah
pertanian serta kenaikan populasi mikroba air yang menyebabkan menurunnya
kualitas air.
46



5.2 Saran
1. Untuk penelitian lebih lanjut gunakan citra yang lebih baik
2. Tentukan batas area Greenbelt yang lebih jelas.
















46

DAFTAR PUSTAKA
Horning,Ned., et.all.2013.Remote Sensing for Ecology and Conservation.Oxford
University Press : New York.
Partomiharjo,Tukirin., dan Rahajoe, Joeni S.2004. Pedoman Pengumpulan Data
Keanekaragaman Flora
Santoso,Prihadi.1979.Analisa Fotomorfik Citra Satelit Landsat I Jawa Tengah
Bagian Timur.Jurusan Biologi Fakultas Ilmu Matematika dan
Pengetahuan Alam : Bandung.
Santoso, Y. 1996. Diversitas dan Tipologi Ekosistem Hutan yang Perlu
Dilestarikan. Proseding Simposium Penerapan Ekolabel di Hutan
Produksi pada Tanggal 10 12 Agustus 1995. Kerja Sama Fakultas
Kehutanan IPB dengan Yayasan Gunung Menghijau dan Yayasan
Pendidikan Ambarwati. Bogor.
Soerianegara, I, & A. Indrawan, 1978. Ekologi Hutan Indonesia. Bogor
Sukojo, B.M. 2003. Penerapan Metode Penginderaan Jarak Jauh dan Sistem
Informasi Geografis untuk Analisis Perubahan Penggunaan Lahan.
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan ITS : Surabaya.
Vickery, M.L. 1984. Ecology of Tropical Planst. John Wiley and Sons. New
York: Penerbit Yayasan Obor Indonesia.
Wikantika, Ketut. 2005. Deteksi Perubahan Vegetasi dengan Metode Spectral
Mixture Analysis dari Citra Satelit Multitemporal Landsat TM dan ETM.
Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan ITB : Bandung.
Yousman, Y. 2004.Sistem Informasi Geografis dengan Mapinfo Profesional.,
Yogyakarta, Andi.





47

LAMPIRAN
Lampiran 1. Data Kualitas Air Muara Cisokan
1. Tahun 2006
0,2 m 5 m Dasar
FISIKA
1 Temperature
o
C 31.4 29.1 26.9
2 DHL mhos/cm2 140 153 106
3 TDS mg/L 98 106 74
4 TSS mg/L 20 22 60.4
5 Kekeruhan NTU 77 97 99.8
6 Transparensi cm 72 - -
KIMIA
1 pH - 7 6.94 6.9
2 CO2 (bebas) mg/L 3.96 3.96 7.92
3 HCO3 mg/L 88.64 94.18 72.02
4 Kesadahan (CaCO3) mg/L 44.03 40.03 56.4
5 Amonia (NH3) mg/L 0.024 0.005 0.024
6 Nitrit (NO2-N) mg/L 0.006 0.004 0.074
7 Klorida mg/L 12.4 13.2 8.4
8 Magnesium (Mg) mg/L 5.8 6.4 8.2
9 Kalsium mg/L 13.4 14.2 10.2
10 Minyak-Lemak mg/L tt tt tt
11 Sulfat (SO4) mg/L 14.51 16.25 22.5
12 Besi (Fe) mg/L 0.144 0.144 0.282
13 Tembaga (Cu) mg/L tt tt 0.004
14 Natrium (Na) mg/L 26.21 27.4 18.2
15 COD/BOD mg/L 17.436 8.205 26.667
16 BOD/KOB mg/L 8.4 6.2 10.2
17 Klorin (Cl2) mg/L 0.022 0.022 0.036
18 Oksigen Terlarut mg/L 8.342 6.4 2.342
19 Kromium (Cr) mg/L tt tt tt
20 Seng (Zn) mg/L 0.122 0.122 0.345
21 Raksa (Hg) mg/L 0.0001 0.0002 0.0002
22 Timbal (Pb) mg/L 0.06 0.06 0.08
23 Mangan (Mn) mg/L 0.033 0.14 0.184
24 Nitrat (NO3) mg/L 2.245 2.245 3.284
25 Sulfida (H2S) mg/L tt tt 0.0078
26 Nikel (Ni) mg/L tt tt tt
27 Selenium (Se) mg/L 0.004 0.004 0.006
28 Arsen (As) mg/L 0.09 0.08 0.012
29 Kadmium (Cd) mg/L 0.008 0.008 0.006
BIOLOGI
1 MPN E.coli JPT/100 ml 11000 24000 930
2 MPN Coliform JPT/100 ml 11000 460000 15000
No. Parameter Satuan
Stasiun 5



48

2. Tahun 2013


0,2 m 5 m
Dekat
dasar
FISIKA
1 Temperatur
o
C 30.5 28.4 27.4 30.5 27.4 28.8 tan 0 tan 3C 0 tan 0
2 Residu terlarut mg/L 105.1 93.7 87.1 105 87 95 1000 0 1000 0 1000 0
3 Zat tersuspensi mg/L 5.4 36.0 42.0 42.0 5.4 27.8 - - -
4 Kekeruhan NTU 21.0 196.0 252.0 252.00 21.00 156.33 - - 2250 0
5 D H L mhos/cm 171.9 153.3 142.5 171.9 142.5 155.9
6 Transparensi cm 95 - - - - -
7 Kedalaman m - - 20 - - -
KIMIA
1 pH - 7.92 7.50 7.42 7.92 7.42 7.61 5 - 9 0 6 - 9 0 5 - 9 0
2 CO
2
bebas mg/L 2.29 3.17 3.17 3.17 2.29 2.87 - - -
3 HCO
3 mg/L 86.13 82.96 85.40 86.13 82.96 84.83 - - -
4 Kesadahan (CaCO
3
) mg/L 37.92 33.57 30.03 37.92 30.03 33.84 - - -
5 Sulfida (H
2
S) mg/L 0.034 0.042 0.115 0.115 0.034 0.064 0.1 -2 0.002 -10 -
6 Ammonia (NH
3
) mg/L 0.010 0.008 0.007 0.010 0.007 0.008 0.5 0 0.02 0 -
7 Nitrit (NO
2
-N) mg/L 0.020 0.032 0.040 0.040 0.020 0.031 1 0 0.06 0 -
8 Nitrat (NO
3
-N) mg/L 1.00 5.00 3.70 5.000 1.000 3.233 10 0 - -
9 Fosfat (PO
4
) mg/L 0.049 0.096 0.188 0.188 0.049 0.111 - - -
10 Klorin bebas (Cl
2
) mg/L 0.38 0.69 0.62 0.69 0.38 0.56 - 0.003 -10 -
11 Oksigen Terlarut (DO) mg/L 5.2 4.9 4.6 5.2 4.6 4.9 > 6 -10 > 3 0 -
12 C O D mg/L 14.40 14.00 1.00 14.4 1.0 9.8 10 -2 - -
13 B O D mg/L 5.62 5.46 3.90 5.62 3.90 4.99 6 0 - -
14 T O C mg/L 4.33 6.05 6.11 6.11 4.33 5.50
15 Minyak dan Lemak mg/L tt tt tt 0 0 0.00 Nihil 0 1 0 -
16 Fluorida (F) mg/L <0.05 <0.05 <0.05 0 0 0.000 1.5 0 1.5 0 -
17 Klorida (Cl) mg/L 12.32 7.39 4.93 12.32 4.93 8.21 600 0 - -
18 Besi (Fe) mg/L 0.031 0.855 1.267 1.267 0.031 0.718 5 0 - 0 -
19 Air Raksa (Hg) ppb <0.07 <0.07 <0.07 0.00 0.00 0.00 1 0 2 0 5 0
20 Nikel (Ni) mg/L tt tt tt 0.000 0.000 0.000 - 0 - 0.5 0
21 Tembaga (Cu) mg/L tt tt tt 0.000 0.000 0.000 1 0 0.02 0 0.2 0
22 Seng (Zn) mg/L 0.015 0.014 0.023 0.023 0.014 0.017 5 0 0.02 -2 2 0
23 Krom hexavalen (Cr
6+
) mg/L tt tt tt 0 0 0.00 0.05 0 0.05 0 1 0
24 Kadmium (Cd) mg/L 0.0007 0.0007 0.0011 0.0011 0.0007 0.0008 0.01 0 0.01 0 0.01 0
25 Timbal (Pb) mg/L tt tt tt 0.000 0.000 0.000 0.1 0 0.03 0 1 0
26 Arsen (As) mg/L 0.0001 0.0018 0.0033 0.0033 0.0001 0.0017 0.05 0 1 0 1 0
27 Selenium (Se) mg/L <0.0005 0.0008 0.0005 0.0008 0.0005 0.0007 0.01 0 0.05 0 0.05 0
28 Surfaktan mg/L 0.038 0.033 0.036 0.038 0.033 0.036 - - -
29 Fenol mg/L tt tt tt 0 0 0.00 0.02 0 0.001 0 -
30 Boron (B) mg/L <0.05 <0.05 <0.05 0 0 0.000 - - 1 0
31 Mangan (Mn) mg/L tt 0.048 0.071 0.071 0.048 0.060 0.5 0 - 2 0
32 Natrium (Na) mg/L 22.70 17.40 15.50 22.7 15.5 18.53 - - - - 60 0
33 Kalsium (Ca) mg/L 19.48 17.86 16.23 19.48 16.23 17.86
34 SO
4
-2
mg/L 375.0 357.5 207.5 375.0 207.5 313.3 400 0
BIOLOGI
1 MPN E.coli JPT/100 ml 2100 - - 2100 210 2100 2000 -8 - -
2 MPN Coliform JPT/100 ml 2100 - - 2100 210 2100 10000 0 - -
-22 -22 0
Keterangan : tan = Temperatur Air Normal
tt = Tidak terdeteksi
( - ) = Tidak ada kriteria
*) = Berdasarkan Keputusan Gubernur Jawa Barat No. 39, Tahun 2000
**) = Berdasarkan Metode Storet (US EPA, 1977)
Skor
parameter
terhadap
standar**)
Skor
parameter
terhadap
standar**)
Kriteria
Gol. C *)
Skor
parameter
terhadap
standar**)
Nilai
Min.
Rata-
rata
Kriteria
Gol. B *)
Kriteria
Gol. D *)
Total Skor
No. Parameter Satuan
Nilai
Max.
Kedalaman


49

Lampiran 2. Data Kualitas Air Muara Citarum
1. Tahun 2006
0,2 m 5 m Dasar
FISIKA
1 Temperature
o
C 30.4 28.5 27.1
2 DHL mhos/cm2 153 235 217
3 TDS mg/L 106 162 148
4 TSS mg/L 40.4 60.2 62.4
5 Kekeruhan NTU 101 721 783
6 Transparensi cm 30 - -
KIMIA
1 pH - 7.54 7.36 7.27
2 CO2 (bebas) mg/L 3.96 7.92 7.92
3 HCO3 mg/L 77,56 77.56 77.56
4 Kesadahan (CaCO3) mg/L 40.04 64.05 58.05
5 Amonia (NH3) mg/L 0.017 0.011 0.032
6 Nitrit (NO2-N) mg/L 0.003 0.013 0.038
7 Klorida mg/L 16.24 18.2 18.02
8 Magnesium (Mg) mg/L 5.2 5.3 10.2
9 Kalsium mg/L 16.3 18.2 18.4
10 Minyak-Lemak mg/L tt tt tt
11 Sulfat (SO4) mg/L 22.25 22.5 20.25
12 Besi (Fe) mg/L 0.322 0.322 0.45
13 Tembaga (Cu) mg/L 0.004 tt 0.006
14 Natrium (Na) mg/L 22,4 40.3 36.4
15 COD/BOD mg/L 11.282 15.385 17.436
16 BOD/KOB mg/L 6.2 7.2 8.2
17 Klorin (Cl2) mg/L 0.008 0.008 1.34
18 Oksigen Terlarut mg/L 6.242 4.4 2.34
19 Kromium (Cr) mg/L tt tt 0.003
20 Seng (Zn) mg/L 0.111 0.121 0.784
21 Raksa (Hg) mg/L tt tt tt
22 Timbal (Pb) mg/L 0.04 0.04 0.06
23 Mangan (Mn) mg/L 0.033 0 0.038
24 Nitrat (NO3) mg/L 1.111 1.122 1.345
25 Sulfida (H2S) mg/L 0.001 0.008 0.009
26 Nikel (Ni) mg/L tt tt tt
27 Selenium (Se) mg/L 0.007 0.007 0.008
28 Arsen (As) mg/L 0.03 0.03 0.06
29 Kadmium (Cd) mg/L 0.004 0.004 0.006
BIOLOGI
1 MPN E.coli JPT/100 ml 9000 23000 900
2 MPN Coliform JPT/100 ml 1100 46000 1100
No. Parameter Satuan
Stasiun 7




50

2. Tahun 2013

0,2 m 5 m
Dekat
dasar
FISIKA
1 Temperatur
o
C 31.9 28.2 27.4 31.9 27.4 29.2 tan 0 tan 3C 0 tan 0
2 Residu terlarut mg/L 105.2 113.6 116.1 116 105 111.6 1000 0 1000 0 1000 0
3 Zat tersuspensi mg/L 6.3 8.8 43.0 43.0 6.3 19.4 - - -
4 Kekeruhan NTU 19.6 39.9 245.0 245.0 19.6 101.5 - - 2250 0
5 D H L mhos/cm 172.2 185.9 189.9 189.9 172.2 182.7
6 Transparensi cm 85 - - - - -
7 Kedalaman m - - 35 - - -
KIMIA
1 pH - 8.32 7.35 7.26 8.32 7.26 7.64 5 - 9 0 6 - 9 0 5 - 9 0
2 CO
2
bebas mg/L 0.00 7.92 5.81 7.92 0.00 4.58 - - -
3 HCO
3
mg/L 78.08 112.97 122.98 122.98 78.08 104.68 - - -
4 Kesadahan (CaCO
3
) mg/L 38.19 41.82 42.82 42.82 38.19 40.94 - - -
5 Sulfida (H
2
S) mg/L 0.002 0.013 0.130 0.130 0.002 0.048 0.1 -2 0.002 -8 -
6 Ammonia (NH
3
) mg/L 0.020 0.006 0.005 0.020 0.005 0.010 0.5 0 0.02 0 -
7 Nitrit (NO
2
-N) mg/L 0.022 0.131 0.163 0.163 0.022 0.105 1 0 0.06 -8 -
8 Nitrat (NO
3
-N) mg/L 1.50 0.90 5.30 5.300 0.900 2.567 10 0 - -
9 Fosfat (PO
4
) mg/L 0.066 0.063 0.084 0.084 0.063 0.071 - - -
10 Klorin bebas (Cl
2
) mg/L 0.38 0.86 0.93 0.93 0.38 0.73 - 0.003 -10 -
11 Oksigen Terlarut (DO) mg/L 6.0 4.4 4.0 6.0 4.0 4.8 > 6 -8 > 3 0 -
12 C O D mg/L 21.40 12.40 7.80 21.40 7.80 13.87 10 -8 - -
13 B O D mg/L 8.35 4.84 3.04 8.35 3.04 5.41 6 -2 - -
14 T O C 6.27 6.33 6.25 6.33 6.25 6.28
15 Minyak dan Lemak mg/L tt tt tt 0 0 0.00 Nihil 0 1 0 -
16 Fluorida (F) mg/L <0,05 0.066 0.063 0.066 0.063 0.065 1.5 0 1.5 0 -
17 Klorida (Cl) mg/L 12.81 14.78 17.25 17.25 12.81 14.95 600 0 - -
18 Besi (Fe) mg/L 0.080 0.180 0.890 0.890 0.080 0.383 5 0 - 0 -
19 Air Raksa (Hg) ppb <0.07 0.07 <0.07 0.07 0.07 0.07 1 0 2 0 5 0
20 Nikel (Ni) mg/L tt tt tt 0 0 0.000 - 0 - 0.5 0
21 Tembaga (Cu) mg/L tt tt tt 0 0 0.000 1 0 0.02 0 0.2 0
22 Seng (Zn) mg/L 0.008 0.009 0.014 0.014 0.008 0.010 5 0 0.02 0 2 0
23 Krom hexavalen (Cr
6+
) mg/L tt tt tt 0 0 0.00 0.05 0 0.05 0 1 0
24 Kadmium (Cd) mg/L 0.0007 tt tt 0.0007 0.0007 0.0007 0.01 0 0.01 0 0.01 0
25 Timbal (Pb) mg/L tt tt tt 0.000 0.000 0.000 0.1 0 0.03 0 1 0
26 Arsen (As) mg/L 0.0002 0.0007 0.0050 0.0050 0.0002 0.0020 0.05 0 1 0 1 0
27 Selenium (Se) mg/L <0.0005 0.0005 0.0008 0.0008 0.0005 0.00 0.01 0 0.05 0 0.05 0
28 Surfaktan mg/L 0.054 0.069 0.059 0.069 0.054 0.061 - - -
29 Fenol mg/L tt tt tt 0 0 0.00 0.02 0 0.001 0 -
30 Boron (B) mg/L < 0.05 0.055 0.056 0.056 0.055 0.056 - - 1 0
31 Mangan (Mn) mg/L tt 0.029 0.121 0.121 0.029 0.075 0.5 0 - 2 0
32 Natrium (Na) mg/L 22.30 28.30 27.40 28.3 22.3 26.00 - - - - 60 0
33 Kalsium (Ca) mg/L 19.48 21.75 22.08 22.08 19.48 21.10
34 SO
4
-2
mg/L 367.5 395.0 556.3 556.3 367.5 439.6 400 -8
BIOLOGI
1 MPN E.coli JPT/100 ml 24000 - - 24000 24000 24000 2000 -10 - -
2 MPN Coliform JPT/100 ml 24000 - - 24000 24000 24000 10000 -10 - -
-28 -26 0
Keterangan : tan = Temperatur Air Normal
tt = Tidak terdeteksi
( - ) = Tidak ada kriteria
*) = Berdasarkan Keputusan Gubernur Jawa Barat No. 39, Tahun 2000
**) = Berdasarkan Metode Storet (US EPA, 1977)
Total Skor
Nilai
Min.
Rata-
rata
Kriteria
Gol. B *)
Nilai
Max.
Kedalaman
Skor
parameter
terhadap
standar**)
Skor
parameter
terhadap
standar**)
Kriteria
Gol. C *)
Skor
parameter
terhadap
standar**)
No. Parameter Satuan
Kriteria
Gol. D *)


51

Lampiran 3 Foto-foto Lokasi Penelitian
1. Muara Cisokan




52

2. Sekitar Muara Citarum

You might also like