Meningkatnya penderita diabetes mellitus pada saat ini berbanding lurus
dengan status ekonomi seseorang dan gaya hidup. Banyak orang menganggap penyakit diabetes mellitus merupakan penyakit orang tua atau penyakit yang hanya timbul karena faktor keturunan, padahal setiap orang dapat mengidap penyakit diabetes mellitus baik tua maupun muda.
Penyakit diabetes melitus masih menjadi ancaman serius bagi dunia kesehatan di Indonesia. Indonesia segera menduduki peringkat ke empat setelah Amerika Serikat, China, dan India di antara negara-negara yang memiliki penyandang diabetes terbanyak, dengan populasi penduduk terbesar di dunia menurut data Riset Kesehatan Dasar 2007. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO Indonesia akan meningkat sebanyak 21,3 juta orang pada tahun 2030.. Diabetes merupakan penyebab kematian nomor 6 dari semua kelompok umur. Prevalensi diabetes di Indonesia yang ada di perkotaan adalah sebanyak 5,7% dan sebanyak 73,7% pasien diabetes tidak terdiagnosa. Jumlah penderita diabetes terus meningkat.), (Soegondo, dkk., 2009). Sekitar 1220% penduduk dunia diperkirakan mengidap penyakit ini dan setiap 10 detik di dunia orang meninggal akibat komplikasi yang ditimbulkan. Sebanyak 30% penderita diabetes mellitus mengalami kebutaan akibat komplikasi retinopati dan 10% harus menjalani amputasi tungkai kaki. Bahkan diabetes mellitus membunuh lebih banyak dibandingkan dengan HIV/AIDS (human imunodeficiency virus).
II MELAPORKAN KASUS
IDENTITAS Nama Lengkap : Ny. S Jenis Kelamin : Perempuan Umur : 47 tahun Suku Bangsa : Jawa A g a m a : Islam Pekerjaan : PNS
Tanggal masuk : 25 Januari 2011 Pukul : 09.00 wib
ANAMNESIS Riwayat penyakit sekarang
Kasus ny. S datang ke RSUAY tanggal 25 Januari 2011 melalui UGD dengan keluhan badan lemas dan tidak dapat beraktivitas seperti biasa sejak 2 hari yang lalu. Keluhan disertai mual, kepala pusing dan sulit tidur. Keluhan adanya penglihatan kabur disangkal. Dilakukan pemeriksaan gula darah pada pasien, yang ternyata didapatkan hasil GDS = 540 g/dl. Oleh dokter yang memeriksa, pasien dianjurkan untuk dirawat.
Keluhan utam : Badan lemas Keluhan tambahan : Mual, kepala pusing, sulit tidur
Riwayat Penyakit Dahulu - Riwayat hipertensi dan gastritis disangkal. - Dua tahun yang lalu, pasien banyak makan dan minum namun tidak disertai dengan peningkatan berat badan yang sesuai. Buang air kecil sering terutama pada malam hari 5 kali. Buang air besar tidak ada keluhan. Terkadang pasien juga merasakan kesemutan pada kedua kakinya, yang dirasakan hilang timbul. Pasien mengaku jarang berolahraga. Satu tahun yang lalu pasien berobat ke RS dan dinyatakan kencing manis dengan gula darah 300 g/dl.Oleh karena itu, sebulan sekali pasien sering kontrol ke Rumah Sakit untuk pemeriksaan gula darah. Walaupun demikian pasien sering mencuri makan makanan yang di pantang tanpa sepengetahuan keluarga.
Riwayat Penyakit Keluarga - Didalam keluarga tidak ada yang mengalami penyakit yang serupa.
Riwayat penggunaan obat - Obat antidiabetik - Tidak ada riwayat alergi
Pemeriksaan fisik Status Present - Keadaan umum : Tampak sakit sedang - Kesadaran : compos mentis - Tekanan Darah :120/80 mmHg - Nadi : 80 x/menit - Pernafasan : 20x/menit - Suhu : 36,5 C - Berat Badan : 68 kg - Tinggi badan : 164 cm - Status gizi : Over weight
Status Generalis Kepala - Bentuk : t.a.k - Rambut : t.a.k - Mata : Palpebra oedem ( - /-) konjungtiva ananemis (+/+) sklera anikterik (+/+) lensa keruh (+/+) pupil isokor (+/+) reflek cahaya (+/+) - Telinga : t.a.k - Hidung : t.a.k - Mulut : t.a.k
Ekstermitas - Superior : t.a.k - Inferior : t.a.k
Sensibilitas - Eksteroseptif / rasa permukaan ( superior / Inferior ) Rasa raba : (N/N) Rasa nyeri : (N/N) Rasa suhu panas : (N/N) Rasa suhu dingin : (N/N)
Labaoratorium 1. Darah Rutin o Hb : 12,5 gr/dl o Ht : 31,8 grdl o LED : 50 mm/Jam o Leukosit : 5,1 /mm o Trombosit : 137 ribu/uL o MCV : 83 fL o MCH : 26,8 pg o MCHC : 32,3 g/dl o MPV : 7,4 fL
2. Fungsi ginjal o Ureum : 50 mg/dl (18 55) o Creatinin : 1,1 mg/dl (0,9 1,30)
3. Kadar Gula o GDS : 540 mg/ dl
Referensi nilai normal laboratorium 1. Darah rutin o Hb : Laki-laki : 14-18 (g/dL), Perempuan : 12-16 (g/dl), anak-anak : 11,3-14,1 (g/dl) o Ht : laki-laki : 42-52 %, perempuan : 37-47 % o LED : laki-laki : 0-8 mm/jam, perempuan : 0-15 mm/jam o Leukosit : dewasa : 4,8-10,8 (103/l), anak-anak : 6,0-17,5 (103/l) o Trombosit : 150-450 (103/l) o MCV : dewasa 80-100 fL o MCH : dewasa 26-34 pg o MCHC : dewasa 31-37 % o MPV : dewasa
2. Fungsi ginjal. o Ureum : 15 39 mg / dL o Kreatin : 0,5 -1 mg/dL
Penyngkiran diagnosa Glukosa darah pusat terganggu (GDPT) menurut america diabetes assosiation jika kadar gula darah puasa antara 110-126 mg/dL dan hasil TTGO 110- 200 mg/dL. Sedangkan toleransi glukosa terganggu (TGT) jika kadar gula darah sewaktu lebih dari 200 mg/dL atau kadar gula darah puasa lebih dari 126 mg/dL adalah suatu keadaan dimana kadar glukosa darah meningkat tetapi belum mencapai parameter untuk didiagnosa sebagai diabetes mellitus
Diagnosa kerja Diabetes Mellitus tipe 2
Penatalaksanaan o Bed rest o Diet DM TB : 164 cm BB aktual : 68 kg BB ideal : 90%x( 164cm-100) x 1 kg = 57,6 kg BMI =BB/TB2 = 68 kg / (1,64 m)2= 25, 28 Status gizi : (68/57,6) x 100%= 118 % (over weight)
o Perhitungan kalori Kalori basal : 30 kalori/kg BB Kalori basal = 30 x 57,6 = 1728 kalori
Kerja ringan di tambah 10% dari kalori basal = 10% x 1728 kal= 172,8 kalori Diet total = 1728 + 172,8 = 1900,8 kalori ~ 1900 kalori
o Medikamentosa Infus RL 20 tts/mnt Inj Ranitidin 1 amp/12 jam/iv Glibenklamid 2xI Neurosanbe 1 amp/hari Antasid syrup 3xC I
Prognosa o Qua ad vitam : Dubia ad bonam o Qua ad fungsionam : Dubia ad bonam o Qua ad sanationam : Dubia ad bonam
Pemeriksaan Anjuran o Lipid profile o GDS rutin
III. PEMBAHASAN KASUS 3.2 Tinjauan Pustaka Diabetes Mllitus tipe 2 (DM tipe 2) merupakan penyakit metabolik yang prevalensinya meningkat dari tahun ketahun. Indonesia dengan jumlah penduduk yang melebihi 200.000.000 jiwa, sejak awal abad ini telah menjadi negara dengan jumlah penderita DM nomor 4 terbanyak didunia. (1) DM tipe 2 merupakan penyakit progresif dengan komplikasi akut maupun khronik. Dengan pengelolaan yang baik, angka morbiditas dan mortalitas dapat diturunkan. Dalam pengelolaan DM tipe 2, diperlukan juga usaha mengkoreksi faktor-faktor risiko penyakit kardiovaskuler yang sering menyertai DM tipe 2, seperti hipertensi, dislipidemia, resistensi insulin dan lain-lain. Walaupun demikian pengendalian kadar glukosa darah tetap menjadi fokus utama. Dalam patofisiologi DM tipe 2 terdapat beberapa keadaan yang berperan yaitu 1. Resistensi insulin 2. Disfungsi sel beta pancreas Resistensi insulin adalah keadaan dimana insulin tidak dapat bekerja optimal pada sel-sel targetnya seperti sel otot, sel lemak dan sel hepar. Keadaan resisten terhadap efek insulin menyebabkan sel pancreas mensekresi insulin dalam kuantitas yang lebih besar untuk mempertahankan homeostasis glukosa darah ,sehingga terjadi hiperinsulinemia kompensatoir untuk mempertahankan keadaan euglikemia. Pada fase tertentu dari perjalanan penyakit DM tipe 2, kadar glukosa darah mulai meningkat walaupun dikompensasi dengan hiperinsulinemia; disamping itu juga terjadi peningkatan asam lemak bebas dalam darah.Keadaan glukotoksistas dan lipotoksisitas akibat kekurangan insulin relatif (walaupun telah dikompensasi dengan hiperinsulinemia) mengakibatkan sel pancreas mengalami disfungsi dan terjadilah gangguan metabolisme glukosa berupa Glukosa Puasa Terganggu, Gangguan Toleransi Glukosa dan akhirnya DM tipe 2. Akhir- akhir ini diketahui juga bahwa pada DM tipe 2 ada peran sel pancreas yang menghasilkan glukagon. Glukagon berperan pada produksi glukosa di hepar pada keadaan puasa.
Pemeriksaan yang dapat dilakukan. Tes diagnostik pada diabetes mellitus adalah tes gula darah puasa (GDP), gula darah sewaktu (GDS), glukosa darah 2 jam post prandial (GD2 PP), dan glukosa jam ke-2 tes toleransi glukosa oral (TTGO). Tes monitoring pada diabetes mellitus adalah gula darah puasa (GDP) pada plasma vena darah kapiler, GD2 PP plasma vena, dan A1c. Tes untuk mendeteksi komplikasi mikroalbumin, ureum, kreatinin, asam urat, kolesterol total, kolesterol LDL, HDL, dan trigliserida. Menurut ADA (American Diabetes Association) definisi Diabetes Melitus jika kadar gula darah puasa (GDP) plasma lebih dari 126 mg/dL, atau kadar gula darah sewaktu (GDS) plasma lebih dari 200 mg/dL atau glukosa pada 2 jam pasca TTGO (tes toleransi glukosa oral) lebih dari 200 mg/ dL.
Interpretasi TTGO (WHO) Kriteria GDP 0 jam (mg/dL)
(mmol/L) 2 jam (mg/dL)
(mmol/L) GDPT 11o serta < 126 6,1 serta < 7,0 < 140 < 1,8 TGT < 126 < 7,0 140 serta < 200 7,8 serta < 11,1 DM 126 7,0 200 11,1
Interpretasi Tes A1c (Hb A1) Kriteria pengendalian Kriteria A1c (%) Baik <6,5 Sedang 6,5 8 Buruk >8
Dasar-dasar pengobatan Diabetes Mellitus Resistensi insulin merupakan dasar dari diabetes tipe 2, dan kegagalan sel beta pankreas mulai terjadi sebelum berkembangnya diabetes yaitu dengan terjadinya ketidakseimbangan antara resistensi insulin dan sekresi insulin. De Fronzo menyatakan bahwa fungsi sel beta menurun sebesar kira-kira 20% pada saat terjadi intoleransi glukosa. Dengan demikian jelas bahwa pendekatan pengobatan diabetes tipe 2 harus memperbaiki resistensi insulin dan memperbaiki fungsi sel beta. Hal yang mendasar dalam pengelolaan Diabetes mellitus tipe 2 adalah perubahan pola hidup yaitu pola makan yang baik dan olah raga teratur. Dengan atau tanpa terapi farmakologik, pola makan yang seimbang dan olah raga teratur (bila tidak ada kontraindikasi) tetap harus dijalankan. Penatalaksanaa diabetes mellitus meliputi : a. Edukasi Edukasi pasien DM tentang penangan diabetes sekali setahun, edukasi tentang terapi dan diet sekali setahun. Edukasi tentang gaya hidup, sring melakukan olahraga agar mencapai berat badan yang idel. Pemahan penyakit DM hingga ke komplikasi, makna dan perlunya pengendalian dan pemantauan DM agat tidak terjadi komplikasi, penyulit DM, intervensi farmakologis dan non- farmakologis dari edukasi sampai pemakaian obat, hipoglikemia yang mungkin terjadi, dan masalah khusus yang di hadapi, cara mengembangkan sistem pendukung dan mengajarkan keterampilan, cara menggunakan fasilitas perawatan kesehatan. b. Diet Standar yang dianjurkan adalah makana dengan komposisi : Karbohidrat 60 70%, protein 10-15%, dan lemak 20- 25 %. Jumlah kandungan kolesterol disarankan , 300 mg/hari. Diusahakan lemak berasal darisumber asam lemak tidak jenuh (MUFA = mono unsaturated fatyi acid) dan mambatasi PUFA (poly unsaturated fatty acid ) dan asam lemak tak jenuh. Jumlah kandungan serat+ 25 gr/hari, diutamakan serat larut.Jumlah kalori basal perhari: idaman Wanita : 25 kal/kg BB idaman. o Diet DM TB : 164 cm BB aktual : 68 kg BB ideal : 90% x( 164cm-100) x 1 kg = 57,6 kg BMI =BB/TB2 = 68 kg / (1,64 m)2= 25, 28 Status gizi : (68/57,6) x 100%= 118 % (over weight)
o Perhitungan kalori Kalori basal : 25 kalori/kg BB Kalori basal = 25 x 57,6 = 1440 kalori
Kerja ringan di tambah 10% dari kalori basal = 10% x 1440 kal= 144,0 kalori Diet total = 1440 + 144,0 = 1584 kalori ~ 1500kalori
c. Latihan jasmani Latihan jasmani sehari hari dan latihan teratur tiga sampai empat kali seminggu selama kurang lebih 30 menit. Dengan prinsip latihan jasmani continous Rythmical interval proggressive endurance. d. Medikamentosa o Obat hipoglikemia oral (OHO) d.1. Sebagai pemicu sekresi insulin (insulin seckretagogue) : Sulfonamid Glinid d.2. sebagai penambah sesifitas terhadap insulin : Metformin Tiazolidindiaon
d.3. sebagai penghambat absorpi glukosa Glukosianidase alfa bloker
Terapi kombinasi pemberian OHO maupun insulin selalu dimulai dengan dosis rendah ,untuk kemudian dinaikkan secara bertahap sesuai dengan respons kadar glukosa darah ,kalau dengan OHO tunggal sasaran kadar glukosa darah belum tercapai ,perlu kombinasi dua kelompok obat hipoglikemik oral yang berbeda mekanisme kerjanya e. pengelola DM tipe 2 gemuk :
o non-farmakologis evaluasi 2-4 minggu ( sesuai keadaan klinis) sasaran tidak tercapai penekanan kembali tata laksana non-famakologis. evaluasi 2-4 minggu ( sesuai keadaan klinis )sasaran tidak tercapai : + 1 macam OHO biguanid/ penghambat glukosidase/ glitazon evaluasi 2 4 minggu ( sesuai keadaan klinis) sasaran tidak tercapai: kombinasi 2 macam OHO, antara: biguanid + penghambat glukosidase / glitazon evaluasi 2 4 minggu ( sesuai keadaan klinis ) sasaran tidak tercapai : kombinasi 3 macam OHO: biguanid + penghambat glukosidase /glitazon atau terapi kombinasi OHO siang hari + insulin malam evaluasi 2 4 minggu ( sesuai keadaan klinis ) biguanid + penghambat glukosidase + glitazon + secretagugoeatau terapi kombinasi OHO siang hari + insulin malam evaluasi 2 minggu ( sesuai keadaan klinis ):sasaran kombinasi 4 OHO tidak tercapai: insulin atau terapi kombinasi OHO siang hari + insulin malam sasaran terapi kombinasi OHO + insulin tidak tercapai : insulin bila sasaran tercapi : teruskan terapi terakhir
3.2 ANALISIS KASUS
Pada pemeriksaan penunjang sudah tepat dilakukan pada kasus diabtes mellitus tipe 2 yakni Pemeriksaan yang dapat dilakukan. Tes diagnostik pada diabetes mellitus adalah tes gula darah puasa (GDP), gula darah sewaktu (GDS), glukosa darah 2 jam post prandial (GD2 PP), dan glukosa jam ke-2 tes toleransi glukosa oral (TTGO). Tes monitoring pada diabetes mellitus adalah gula darah puasa (GDP) pada plasma vena darah kapiler, GD2 PP plasma vena, dan A1c. Tes untuk mendeteksi komplikasi mikroalbumin, ureum, kreatinin, asam urat, kolesterol total, kolesterol LDL, HDL, dan trigliserida. Menurut ADA (American Diabetes Association) definisi Diabetes Melitus jika kadar gula darah puasa (GDP) plasma lebih dari 126 mg/dL, atau kadar gula darah sewaktu (GDS) plasma lebih dari 200 mg/dL atau glukosa pada 2 jam pasca TTGO (tes toleransi glukosa oral) lebih dari 200 mg/ dL. Namun pada tes diagnostik belum dilakukan GDP, GD2PP, dan TTGO belum dilakukan. Dari hasil terapi yang telah diberikan sudah tepat namun ada kekurangan masalah di edukasi pasien dari diet makan yang dibatasi sampai olahraga jasmani dan gaya hidup. Planning pemeriksaan selanjutnya GDP, GD2PP, dan TTGO. Untuk memonitoring dilanjutkan dengan Tes monitoring pada diabetes mellitus adalah gula darah puasa (GDP) pada plasma vena darah kapiler, GD2 PP plasma vena, dan A1c. Tes untuk mendeteksi komplikasi mikroalbumin, ureum, kreatinin, asam urat, kolesterol total, kolesterol LDL, HDL, dan trigliserida.
f. Penatalaksaanaan selanjtnya yang harus dilakukan Medikamentosa o Obat hipoglikemia oral (OHO) d.1. Sebagai pemicu sekresi insulin (insulin seckretagogue) : Sulfonamid Glinid d.2. sebagai penambah sesifitas terhadap insulin : Metformin Tiazolidindiaon
d.3. sebagai penghambat absorpi glukosa Glukosianidase alfa bloker
Terapi kombinasi pemberian OHO maupun insulin selalu dimulai dengan dosis rendah ,untuk kemudian dinaikkan secara bertahap sesuai dengan respons kadar glukosa darah ,kalau dengan OHO tunggal sasaran kadar glukosa darah belum tercapai ,perlu kombinasi dua kelompok obat hipoglikemik oral yang berbeda mekanisme kerjanya g. pengelola DM tipe 2 gemuk :
o non-farmakologis evaluasi 2-4 minggu ( sesuai keadaan klinis) sasaran tidak tercapai penekanan kembali tata laksana non-famakologis. evaluasi 2-4 minggu ( sesuai keadaan klinis )sasaran tidak tercapai : + 1 macam OHO biguanid/ penghambat glukosidase/ glitazon evaluasi 2 4 minggu ( sesuai keadaan klinis) sasaran tidak tercapai: kombinasi 2 macam OHO, antara: biguanid + penghambat glukosidase / glitazon evaluasi 2 4 minggu ( sesuai keadaan klinis ) sasaran tidak tercapai : kombinasi 3 macam OHO: biguanid + penghambat glukosidase /glitazon atau terapi kombinasi OHO siang hari + insulin malam evaluasi 2 4 minggu ( sesuai keadaan klinis ) biguanid + penghambat glukosidase + glitazon + secretagugoeatau terapi kombinasi OHO siang hari + insulin malam evaluasi 2 minggu ( sesuai keadaan klinis ):sasaran kombinasi 4 OHO tidak tercapai: insulin atau terapi kombinasi OHO siang hari + insulin malam sasaran terapi kombinasi OHO + insulin tidak tercapai : insulin bila sasaran tercapi : teruskan terapi terakhir
IV KESIMPULAN Adapun kesimpulan dari report case tersebut yakni pemeriksaan yang dilakukan sudah tepat namun kurang lengkap disertai pemeriksaan diagnostk dan pemeriksaan monitoring serta follow up dari pasien selama pasien dirawat.
V DAFTAR PUSTAKA 1. Aru, Ws dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid III edisi V. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2009 2. Aru, Ws dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid I edisi V. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2009 3. Sulistia, dkk. Farmakologi dan Terapi edisi 5. Jakarta: Gaya Baru.2009 Boedhi, D. Buku Ajar Geriatri. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.2009 4. American Association of Clinical Endocrinologist. Medical Guidelines for Clinical practice for Developing a Diabetes Mellitus Comprehensive Care Plan. 2011;USA. 5. ADA; Medical Management of Hyperglikemia in Type 2 Diabetes: A Consensus Algorithm for Initiation and Adjustment of Theraphy; Diabetic care. 2009. USA. 6. NICE; Type 2 Diabetes; Clinical Guidelines.2002. Royal College of Physicians. UK 7. IDSA Guidelinis; Diagnosis and Treatment of Diabetic Foot Infections. 2004. Guidelines for Diabetic foot infection. USA National Kidney Foundation: K/DOQI CLINICAL Practice Guidelines for Chronic Kidney Disease: Evaluation, Classification, and Stratification. 2002.