You are on page 1of 123

1

ALKOHOL, FENOL,
ETER
Hadi Poerwono
Fakultas Farmasi
Universitas Airlangga


Pustaka:
T.W. Graham Solomons, ORGANIC
CHEMISTRY, 5th Ed., 1992
2
Struktur Alkohol
Alkohol adalah senyawa yang molekulnya
memiliki suatu gugus hidroksil, yang terikat
pada suatu atom karbon jenuh.
Atom karbon jenuh dimaksud dapat berupa
atom karbon dari suatu gugus alkil yang
sederhana.
Metanol
Etanol
2-Propanol
(isopropil alkohol)
2-Metil-2-propanol
(tert-butil alkohol)
CH
3
OH
CH
3
CH
2
OH
CH
3
CHCH
3

OH
CH
3
CCH
3

OH
CH
3

3
Atom karbon dapat berupa suatu atom karbon
dari gugus alkenil atau gugus alkunil.
Atau dapat pula berupa suatu atom karbon jenuh
dari suatu cincin benzena.
CH
2
OH
CH
2
CHCH
2
OH
C CCH
2
OH H
Benzil alkohol
Suatu alkohol benzilik
2-Propenol (alil alkohol)
Suatu alkohol alilik
2-Propunol
(propargil alkohol)
4
Senyawa yang memiliki suatu gugus hiroksil,
yang terikat langsung pada cincin benzena
disebut fenol.
OH
OH H
3
C
Ar
OH
Fenol
p-Metilfenol
Rumus umum suatu fenol
5
Alkohol dapat dilihat secara struktural:
a . sebagai turunan hidroksi dari alkana.
b . sebagai turunan alkil dari air.
Etil alkohol = etana dimana satu hidrogen
diganti dengan gugus hidroksil.
Etil alkohol = air dimana satu hidrogen diganti
dengan gugus etil.
CH
3
CH
3

CH
3
CH
2

O
H
Gugus etil
Gugus hidroksil
109
0

H
O
H
105
0

Air
Etil alkohol Etana
6
Alkohol dibagi dalam tiga golongan:
a . Alkohol primer (1)
b . Alkohol sekunder (2)
c . Alkohol tersier (3)
Penggolongan didasarkan pada derajat
substitusi dari atom karbon yang langsung
mengikat gugus hidroksil.
C C O H H
H
H
H
H
Etil alkohol
(suatu alkohol 1
0
)
CH
2
OH
Benzil alkohol
(suatu alkohol 1
0
)
7
Jika karbon tersebut mengikat satu atom
karbon lain, maka disebut karbon primer dan
alkoholnya disebut alkohol primer.
Jika karbon yg mengikat gugus -OH juga
mengikat dua atom karbon lain, maka disebut
karbon sekunder dan alkoholnya disebut
alkohol sekunder.
Jika karbon yg mengikat gugus -OH juga
mengikat tiga atom karbon lain, maka disebut
karbon tersier dan alkoholnya disebut alkohol
tersier.
8
CH
2
OH
Geraniol
(alkohol 1
0
dgn
aroma mawar)
C C C H H
H
H
O
H
Isopropil alkohol
(suatu alkohol 2
0
)
H
H
H
CH
3

CH
3
H
3
C
CH
OH
Mentol
(alkohol 2
0
dalam
minyak peppermint)
9
C C C H H
H
H
O
C
tert-Butil alkohol
(suatu alkohol 3
0
)
H
H
H
H
H H
C
CH
OH
H
H
H
H
O
H
3
C
Noretindron
(kontrasepsi oral dgn gugus alkohol 3
0
)
10
Struktur Eter
Eter berbeda dari alkohol, dimana atom
oksigen dari suatu eter terikat pada dua atom
karbon. Gugus hidrokarbon dapat berupa alkil,
alkenil, vinil, atau aril.
Eter memiliki rumus umum R-O-R atau R-O-
R dimana R adalah gugus alkil yang
berbeda dari gugus R.
Eter = air dimana kedua atom hidrogen diganti
dengan gugus alkil.
11
C O C
Gugus fungsional
suatu eter
R

O
R
O
110
0

Dimetil eter Rumus umum suatu eter
CH
3
CH
3
atau
R

O
R
CH
2
H
2
C

O
Etilen oksida
O
Tetrahidrofuran
(THF)
ETER SIKLIK
12
Tatanama Alkohol
Dalam Tatanama Substitutif IUPAC, suatu
nama harus mengandung empat karakter :
lokant, awalan, senyawa induk, dan suatu
akhiran.
CH
3
CH
2
CHCH
2
CH
2
CH
2
OH
CH
3

4-Metil-1-heksanol
lokant awalan lokant induk akhiran
13
Lokant 4 menunjukkan bahwa substituen
gugus metil, yang merupakan awalan, terikat
pada senyawa induk di posisi C-4.
Senyawa induk mengandung enam atom
karbon dan tidak ada ikatan rangkap, jadi
induknya adalah heksana.
Dan karena merupakan suatu alkohol, maka
memiliki akhiran -ol.
Lokant 1 menunjukkan bahwa C-1 mengikat
gugus hidroksil.
14
Secara umum, penomoran pada rantai karbon
selalu dimulai dari bagian akhir yang lebih
dekat dengan gugus yang mendapat nama
sebagai suatu akhiran.
Prosedur berikut harus diikuti untuk memberi
nama alkohol sesuai tatanama substitutif
IUPAC:
1 Pilih rantai karbon utuh yang terpanjang
dimana gugus hidroksil terikat langsung. Ganti
nama dari alkana sesuai rantai karbon tersebut
dengan menghapus huruf a terakhir dan
tambahkan akhiran ol.
15
2 Nomori rantai karbon utuh yang terpanjang
sedemikian sehingga atom karbon yang
mengikat gugus hidroksil memiliki nomor
terkecil. Tandai posisi gugus hidroksil dengan
menggunakan nomor tersebut sebagai lokant.
Tandai posisi gugus-gugus lain (sebagai
awalan) dengan menggunakan nomor yang
sesuai dengan posisi masing-masing
sepanjang rantai karbon sebagai lokant.

16
CH
3
CH
2
CH
2
OH
1-Propanol
CH
3
CHCH
2
CH
3

OH
2-Butanol
CH
3
CHCH
2
CH
2
CH
2
OH
CH
3

4-Metil-1-pentanol
ClCH
2
CH
2
CH
2
OH
3-Kloro-1-propanol
CH
3
CHCH
2
CCH
3

OH
CH
3
CH
3
4,4-Dimetil-2-pentanol
1 2 3 4 5
5 4 3 2 1 1 2 3 4
3 2 1
3 2 1
17
Alkohol sederhana sering dinamai dengan
nama radikofungsional umum yang juga telah
disetujui oleh IUPAC.
Beberapa contoh alkohol sederhana adalah
sebagai berikut ini:
CH
3
CH
2
CH
2
OH
Propil alkohol
CH
3
CH
2
CH
2
CH
2
OH
Butil alkohol
CH
3
CH
2
CHCH
3
OH
sec-Butil alkohol
18
C OH
CH
3
CH
3
H
3
C

tert-Butil alkohol
CH
3
CHCH
2
OH
Isobutil alkohol
CH
3
CH
3
CH
3
CH
3
CCH
2
OH
Neopentil alkohol
CH
2
CH
2

OH OH
Etilen glikol
1,2-Etanadiol
CH
2

OH OH
Propilen glikol
1,2-Propanadiol
CH
3
CH CH
2
CH
2
CH
2
OH OH
Trimetilen glikol
1,3-Propanadiol
Alkohol yang mengandung dua gugus
hidroksil umumnya diberi nama glikol.
Dalam sistem substitutif IUPAC alkohol
tersebut dinamai sebagai diol.
19
Tatanama Eter
Eter sederhana sering dinamai dengan nama
radikofungsional umum.
Tuliskan kedua gugus yang terikat pada atom
oksigen (sesuai urutan abjad) dan tambahkan
kata eter.
CH
3
OCH
2
CH
3
CH
3
CH
2
OCH
2
CH
3
C
6
H
5
OC
CH
3
CH
3
CH
3
tert-Butil fenil eter
Dietil eter
Etil metil eter
20
Nama substitutif IUPAC harus dipakai untuk
menamai eter yang rumit dan senyawa
dengan lebih dari satu ikatan eter.
Dalam sistem IUPAC, eter dinamai sebagai
alkoksialkana, alkoksialkena, dan
alkoksiarena.
Gugus RO- merupakan suatu gugus alkoksi.
Dua eter siklik yang sering dipakai sebagai
solven memiliki nama umum tetrahidrofuran
(THF) dan 1,4-dioksana.
21
CH
3
CHCH
2
CH
2
CH
3
2-Metoksipentana
OCH
3
CH
3
CH
3
CH
2
O
1-Etoksi-4-metilbenzena
CH
3
OCH
2
CH
2
OCH
3
1,2-Dimetoksietana
O
Tetrahidrofuran
(oksasiklopentana)
O
O
Dioksana
(1,4-dioksasikloheksana)
22
Sifat Fisik Alkohol & Eter
Eter memiliki titik didih yang sebanding
dengan hidrokarbon dengan berat molekul
yang sama.
Titik didih dietil eter (MW = 74) adalah 34,6C,
dan pentana (MW = 72) adalah 36C.
Alhohol memiliki titik didih yang lebih tinggi
dibandingkan dengan eter atau hidrokarbon
yang sebanding.

23
Titik didih butil alkohol (MW = 74) adalah
117,7C.
Molekul-molekul alkohol dapat berikatan satu
sama lain melalui ikatan hidrogen, sementara
eter dan hidrokarbon tidak dapat.
Meskipun demikian, eter juga dapat
membentuk ikatan hidrogen dengan senyawa-
senyawa seperti air.

24
Eter memiliki kelarutan dalam air yang
sebanding dengan alkohol dengan berat
molekul yang sama.
Sangat berbeda bila dibandingkan dengan
hidrokarbon.
Dietil eter & 1-butanol memiliki kelarutan yang
sama dalam air, sekitar 8 g per 100 mL pada
suhu kamar.
Sebaliknya, pentana secara nyata tidak larut
dalam air.
25
Metanol, etanol, propil alkohol, isopropil
alkohol, dan tert-butil alkohol campur
sempurna dengan air.
Butil alkohol, isobutil alkohol, dan sec-butil
alkohol memiliki kelarutan antara 8,3 dan 26,0
g per 100 mL.
Kelarutan alkohol dalam air menurun secara
bertahap sebanding rantai hidrokarbon yang
semakin panjang.
Alkohol rantai panjang bersifat lebih mirip
alkana dan oleh karena itu kurang mirip
dengan air.
26
Alkohol & Eter Penting
1 Metanol
Memiliki rumus struktur CH
3
OH dan adalah
alkohol yang paling sederhana.
Dahulu sebagian besar metanol dibuat dari
distilasi destruktif kayu (pemanasan kayu
pada suhu tinggi tanpa udara) = alkohol kayu
(wood alcohol).
Sekarang dibuat melalui hidrogenasi katalitik
dari karbon monoksida.
27
Metanol sangat beracun. Konsumsi dalam
jumlah yg sangat kecil sekalipun dapat
menyebabkan kebutaan; dalam jumlah besar
menyebabkan kematian.
Keracunan metanol dapat pula terjadi melalui
penghirupan uap atau paparan jangka
panjang terhadap kulit.
28
2 Etanol
Merupakan alkohol dari semua minuman
beralkohol.
Dapat dibuat dari fermentasi gula, dengan
menambahkan ragi ke dalam campuran gula
dan air.
Ragi mengandung enzim yang memicu suatu
reaksi berseri yang panjang, dan akhirnya
mengubah suatu gula sederhana (C
6
H
12
O
6
)
menjadi etanol dan karbon dioksida.
29
Etanol sangat murah, tapi jika digunakan
untuk minuman dikenakan pajak yang sangat
tinggi.
Etanol yang digunakan untuk keperluan sains
(penelitian) dan industri diracuni atau
didenaturasi sehingga tidak layak untuk
diminum. Beberapa denaturant dapat
digunakan termasuk metanol.
Etanol adalah senyawa yang penting dalam
industri.
30
Sebagian besar etanol untuk keperluan
industri dibuat melalui reaksi hidrasi etena
dengan katalis asam.
Etanol adalah suatu hipnotik (penidur). Ia
menekan aktivitas otak atas meskipun
memberi efek ilusi sebagai suatu stimulant.
Etanol juga toksik, tapi kurang toksik
dibanding metanol.
Pada tikus (rat), dosis letal adalah 13,7 g per
kg berat badan.
Penyalahgunaan etanol menjadi problem di
banyak negara.

31


3 Etilen glikol
Etilen glikol (HOCH
2
CH
2
OH) memiliki berat
molekul yang rendah dan titik didih yang tinggi,
serta campur dengan air.
Sifat ini membuat etilen glikol menjadi suatu
antibeku (antifreeze) ideal untuk kendaraan
bermotor.
32
4 Dietil eter
Berupa suatu cairan dengan titik didih rendah
dan mudah terbakar.
Sebagian besar eter bereaksi lambat dengan
oksigen melalui suatu reaksi radikal yang
disebut auto-oksidasi membentuk
hidroperoksida dan peroksida (ekplosif).
Sering digunakan sebagai pelarut ekstraksi.
Dipakai sebagai suatu anestetik (pembius)
pada pembedahan.


33
Sintesis Alkohol dari Alkena
1 Hidrasi Alkena
Adisi air pada ikatan rangkap alkena dengan
katalis asam.
Metode pembuatan alkohol dengan berat
molekul rendah (kegunaan utama pada
proses industri skala besar).
Katalis asam yg paling sering digunakan:
asam sulfat & asam fosfat.
34
Sebagai contoh adalah hidrasi 2-metilpropena
C
CH
2
CH
3
H
3
C
+
H OH
H
+
C CH
2
H
3
C
CH
3
OH
H
25
0
C
C C +
H OH
H
+
C C
H OH
2-Metilpropena
tert-Butil alkohol
Reaksi bersifat regioselektif.
Adisi air pada alkena mengikuti hukum
Markovnikov.
Reaksi secara umum sebagai berikut:
35
Sesuai hukum Markovnikov: reaksi tidak
menghasilkan alkohol primer, kecuali kasus
khusus pada hidrasi etena.
Mekanisme hidrasi alkena secara sederhana
merupakan kebalikan dari reaksi dehidrasi
alkohol.
H
2
C CH
2
+
H OH
H
3
PO
4
300
0
C
CH
2
CH
2
OH
36


C
CH
2
CH
3
H
3
C
+
H O
lambat
C H
3
C
CH
2
CH
3
H
H
H
+
O
H
H
Langkah 1
+
cepat
C H
3
C
CH
3
CH
3
O
H
H
Langkah 2
C H
3
C
CH
3
CH
3
O
H
H
Langkah 3
C H
3
C
CH
3
CH
3
O
H
H
+
O
H
H
cepat
C H
3
C
CH
3
CH
3
O H
H O
H
H
+
37
Tahap penentu kecepatan adalah tahap 1:
pembentukan karbokation.
Dihasilkan tert-butil alkohol karena tahap 1
mengarah pada pembentukan kation tert-butil
yang lebih stabil dibandingkan kation isobutil
yang kurang stabil.

C
CH
2
CH
3
H
3
C
+
H O
lambat
C H
3
C
CH
2
CH
3
H
H
+
O
H
H
sangat
H
karbokation 1
0
38
Kerumitan yang terjadi adalah adanya
penataan ulang (rearrangement).
Karbokation awal yang terbentuk akan
mengalami penataan ulang menjadi suatu
karbokation yang lebih stabil.
Jika 3,3-dimetil-1-butena dihidrasi akan
dihasilkan 2,3-dimetil-2-butanol sebagai
produk utama.
39
Adanya penataan ulang karbokation
membatasi penggunaan hidrasi alkena sebagai
suatu metode laboratoris untuk pembuatan
alkohol.
2,3-Dimetil-2-butanol
(produk utama)
3,3-Dimetil-1-butena
H
2
SO
4
H
2
O
C H
3
C
OH
CH
3
CH
CH
3
CH
3
C H
3
C
CH
3
CH
3
CH
CH
2
40
2 Reaksi Oksimerkurasi-Demerkurasi
Reaksi dua tahap yang sangat berguna untuk
mensintesis alkohol dari alkena.
Alkena bereaksi dgn Hg(OAc)
2
dalam
campuran THF dan air menghasilkan
senyawa merkuri(hidroksialkil).
Senyawa merkuri(hidroksialkil) dapat
direduksi oleh natrium borohidrida menjadi
alkohol.
Persentase hasil reaksi keseluruhan 90%
dengan regioselektifitas yang tinggi.

41
Pada tahap 1, oksimerkurasi: air dan merkuri
asetat mengadisi ikatan rangkap.
Pada tahap 2, demerkurasi: natrium
borohidrida mereduksi gugus asetoksimerkuri
dan menggantinya dengan hidrogen.
C C
+
THF
oksimerkurasi
H
2
O
+
OCCH
3
O
2
Hg
C
OH
C
Hg OCCH
3
O
+
CH
3
COH
O
C
OH
C
Hg OCCH
3
O
+
demerkurasi
OH
NaBH
4 +
C
OH
C
H
Hg
+ +
CH
3
CO
O
42
Kedua langkah tersebut dapat dilakukan
dalam bejana yang sama.
Kedua reaksi berlangsung sangat cepat pada
suhu ruangan atau dibawahnya.
Tahap 1: biasanya mencapai kesempurnaan
dalam kurun waktu 20 detik 10 menit.
Tahap 2: secara normal membutuhkan waktu
kurang dari 1 jam.
Orientasi adisi H
2
O di atas mengikuti aturan
Markovnikov: atom H dari H
2
O terikat pada
atom karbon ikatan rangkap yang mengikat
atom H lebih banyak.
43
CH
3
(CH
2
)
2
CH CH
2
Hg(OAc)
2
THF - H
2
O
CH
3
(CH
2
)
2
CH CH
2
OH HgOAc
(15 s)
NaBH
4
(1h)
OH
CH
3
(CH
2
)
2
CHCH
3
OH
+ Hg
CH
3
Hg(OAc)
2
THF - H
2
O
(20 s)
H
3
C
OH
HgOAc
H
NaBH
4
(6 min)
OH
H
3
C
OH
+ Hg
1-Pentena
2-Pentanol (93%)
1-Metilsiklopentena
1-Metilsiklopentanol
44
Penataan-ulang rangka karbon jarang terjadi
pada oksimerkurasi-demerkurasi.
Dicontohkan pada reaksi oksimerkurasi-
demerkurasi dari 3,3-dimetil-1-butena yang
menghasilkan 3,3-dimetil-2-butanol sebagai
produk utama.
3,3-Dimetil-1-butena 3,3-Dimetil-2-butanol
(94%)
C H
3
C
CH
3
CH
3
CH
C H
3
C
CH
3
CH
3
CH
OH
CH
3
(1) Hg(OAc)
2
/THF - H
2
O
(2) NaBH
4
, OH
-
CH
2
45
3 Reaksi Hidroborasi - Oksidasi
Adisi elemen air pada suatu ikatan rangkap
dapat pula dilakukan di laboratorium dengan
menggunakan diboran atau THF : BH
3
.
Adisi air adalah bersifat tidak langsung dan
melibatkan dua tahap reaksi.
Pertama adalah adisi boran pada ikatan
rangkap yang disebut hidroborasi.
Kedua adalah oksidasi dan hidrolisis senyawa
antara organoboron menghasilkan suatu
alkohol dan asam borat.

46
Atom boron terikat pada atom karbon ikatan
rangkap yang kurang tersubstitusi, dan satu
atom hidrogen berpindah dari atom boron ke
atom karbon lain dari ikatan rangkap.
Hidroborasi bersifat regioselektif dan
mengikuti aturan anti Markovnikov.
Propena
Tripropilboran
CH
3
CH CH
2
CH
3
CHCH
2
BH
2
H
+
H BH
2
CH
3
CH CH
2
(CH
3
CH
2
CH
2
)
2
BH
CH
3
CH CH
2
(CH
3
CH
2
CH
2
)
3
B
Lebih tersubstitusi Kurang tersubstitusi
(Faktor sterik)
47
Alkilboran yang dihasilkan pada tahap
hidroborasi biasanya tidak diisolasi.
Dalam bejana yang sama, alkilboran
dioksidasi dan dihidrolisis menghasilkan
alkohol dengan penambahan hidrogen
peroksida dalam suatu larutan basa.
(CH
3
CH
2
CH
2
)
3
B
H
2
O
2
NaOH, 25
0
C
3 CH
3
CH
2
CH
2
OH
+
Na
3
BO
3
Propil alkohol
48
Oksimerkurasi-demerkurasi dari 1-heksena
menghasilkan 2-heksanol (Markovnikov).
Hidroborasi-oksidasi dari 1-heksena
menghasilkan 1-heksanol (anti-Markovnikov).
1-Heksena
1-Heksena
2-Heksanol
1-Heksanol (90%)
CH
3
CH
2
CH
2
CH
2
CH CH
2
H
3
O
+
, H
2
O
CH
3
CH
2
CH
2
CH
2
CHCH
3
OH
CH
3
CH
2
CH
2
CH
2
CH CH
2
(2) H
2
O
2
, OH
-
CH
3
CH
2
CH
2
CH
2
CH
2
CH
2
OH
(1) THF:BH
3
49
Reaksi-reaksi Alkohol
Atom oksigen dari suatu alkohol mem-
polarisasi ikatan CO dan ikatan OH dari
alkohol tersebut.
Polarisasi ikatan OH menyebabkan atom
hidrogen bermuatan positif parsial, dan hal ini
menjelaskan mengapa alkohol bersifat asam
lemah.
Polarisasi ikatan CO menyebabkan atom
karbon bermuatan positif parsial.
C
O
H

50
Jadi meskipun OH

bukan basa kuat dan


bukan gugus pergi yang baik, namun atom
karbon dari alkohol bersifat reaktif terhadap
serangan nukleofilik.
Pasangan elektron pada atom oksigen
membuatnya bersifat basa dan nukleofilik.
Protonasi alkohol mengubah suatu gugus
pergi yang buruk (OH

) menjadi gugus pergi


yang baik (H
2
O).

C O H H A
Alkohol
Alkohol
terprotonasi
+ +
Asam kuat
C O H
H
A
51
Protonasi juga membuat atom karbon lebih
positif (karena H
2
O
+
lebih bersifat penarik
elektron daripada OH), dan oleh karena itu
menjadi lebih reaktif terhadap serangan
nukleofilik. Reaksi S
N
2 menjadi mungkin.
Alkohol
terprotonasi
C O H
H
Nu
+
S
N
2
C Nu +
O H
H
52
Karena alkohol adalah nukleofil, maka alkohol
dapat bereaksi dengan alkohol terprotonasi. Ini
menjadi langkah penting dalam sintesis eter.

C O H
H
O R
H
+
S
N
2
O C R
H
Eter terprotonasi
+ O H
H
Pada suhu yang cukup tinggi dan tanpa
kehadiran suatu nukleofil yang baik, maka alkohol
terprotonasi dapat menjalani reaksi eliminasi E1.

53
Alkohol sebagai asam
Alkohol memiliki keasaman yang mirip dengan air.
Metanol sedikit lebih asam dibanding air (pK
a
= 15,7).
Namun hampir semua alkohol adalah asam yang lebih
lemah dari air.
Pada alkohol tanpa halangan ruang, molekul air akan
melingkupi dan mensolvasi oksigen negatif dari ion
alkoksida yang terbentuk jika suatu alkohol
melepaskan sebuah proton.
R O H O H
H
Alkohol
R O
Ion alkoksida
(terstabilkan oleh
solvasi)
O H
H
+
H
54
Pada alkohol dengan halangan ruang besar, solvasi ion negatif
(alkoksida) terhambat sehingga ion alkoksida kurang terstabilkan
dan menjadi asam yang lebih lemah.
pK
a
15,5
15,74
15,9
18,0
25
35
38
50
Harga pK
a
beberapa asam lemah
CH
3
OH
H
2
O
CH
3
CH
2
OH
(CH
3
)
3
COH
HC CH
H
2
NH
3
CH
3
CH
3
ASAM
55
Alkohol bersifat asam yang lebih kuat dibandingkan
dengan alkuna, dan sangat lebih kuat dibandingkan
dengan hidrogen, amonia dan alkana.
Keasaman relatif :
H
2
O > ROH > RC CH > H
2
> NH
3
> RH
Basa konjugat dari alkohol adalah suatu ion alkoksida.
Karena sebagian besar alkohol adalah asam yang
lebih lemah dibanding air, maka ion alkoksida adalah
basa yang lebih kuat dibanding ion hidroksida.
Kebasaan relatif :
R

> NH
2

> H

> RC C

> RO

> OH


Natrium dan kalium alkoksida sering dipakai sebagai
basa dalam sintesis organik.
56
Konversi Alkohol menjadi Alkil halida
Alkohol bereaksi dengan bermacam pereaksi
menghasilkan alkil halida.
Pereaksi yang paling sering digunakan adalah
hidrogen halida (HCl, HBr, atau HI), fosfor
tribromida (PBr
3
), dan tionil klorida (SOCl
2
).
Semua reaksi di atas merupakan hasil dari
pemutusan ikatan CO dari alkohol.
57
1 Reaksi alkohol dengan hidrogen halida
Jika alkohol bereaksi dengan suatu hidrogen
halida, maka terjadi suatu reaksi substitusi
menghasilkan suatu alkil halida dan air.
Urutan reaktivitas dari hidrogen halida adalah
HI > HBr > HCl (HF umumnya tidak reaktif).
Urutan reaktivitas alkohol: 3 > 2 > 1 > metil.
Reaksi ini dikatalisis oleh asam.
Alkohol primer dan sekunder dapat dikonversi
menjadi alkil klorida dan alkil bromida melalui
reaksi alkil halida dengan natrium halida dan
asam sulfat.
58
C O H
CH
3
H
3
C
CH
3
H O H
H
+ C O H
CH
3
H
3
C
CH
3
H
+
O H
H
Langkah 1
C O H
CH
3
H
3
C
CH
3
H
Langkah 2
cepat
lambat
C
CH
3
H
3
C
CH
3
+
O H
H
Langkah 3
C
CH
3
H
3
C
CH
3
+
Cl
cepat
C Cl
CH
3
H
3
C
CH
3
59
2 Reaksi alkohol dengan PBr
3

Alkohol primer dan sekunder bereaksi dengan
fosfor tribromida menghasilkan alkil bromida.
Tidak seperti reaksi dengan HBr, reaksi
dengan PBr
3
tidak melibatkan pembentukan
karbokation.
Biasanya berlangsung tanpa penataan-ulang
dari kerangka karbon.
Sering menjadi pereaksi terpilih untuk
mengubah suatu alkohol menjadi alkil bromida
yang bersesuaian.
Reaksi diawali dengan terbentuknya suatu alkil
dibromofosfit terprotonasi.
60
HOPBr
2
dapat bereaksi dengan lebih banyak alkohol
sehingga hasil akhir dari reaksi adalah konversi 3 mol
alkohol menjadi alkil bromida oleh 1 mol fosfor
tribromida.
P Br Br
Br
R CH
2
O PBr
2
Br
+
RCH
2
OH
H
+
alkil dibromofosfit
terprotonasi
RCH
2
OPBr
2
Br +
H
RCH
2
Br +
HOPBr
2
Gugus pergi yang baik
R OH
+
PBr
3
R
Br H
3
PO
3
+
3
3
(1
0
atau 2
0
)
61
3 Reaksi alkohol dengan SOCl
2

Tionil klorida mengubah alkohol primer dan
sekunder menjadi alkil klorida (biasanya tanpa
penataan-ulang).
Sering ditambahkan suatu amina tersier ke
dalam reaksi untuk memacu reaksi melalui
reaksinya dengan HCl.
Reaksi diawali dengan terbentuknya suatu
alkil klorosulfit.
Kemudian suatu ion klorida (hasil reaksi R
3
N
dan HCl) melakukan substitusi S
N
2 terhadap
suatu gugus pergi yang baik ClSO
2

.
62
Dekomposisi ClSO
2

menjadi gas SO
2
dan

ion Cl


mendorong kesempurnaan reaksi.
R OH +
SOCl
2
R
Cl SO
2
+
(1
0
atau 2
0
)
refluks
+
HCl
R
3
N
+
HCl
R
3
NH
+
ClH
S Cl Cl
O
+
RCH
2
OH
+ alkil klorosulfit
HCl
RCH
2
O S Cl
O
RCH
2
O S
Cl
O
H
Cl
RCH
2
O S Cl
O
Cl
+
RCH
2
Cl
+ O S Cl
O
RCH
2
Cl +
SO
2
+
Cl
63
1 Dehidrasi alkohol
Alkohol mengalami dehidrasi membentuk
alkena (lihat Bab Alkena).
Alkohol primer dapat juga terdehidrasi
membentuk eter.
Dehidrasi menghasilkan eter berlangsung
pada suhu yang lebih rendah dibanding reaksi
dehidrasi membentuk alkena.
Dehidrasi menghasilkan eter dibantu dengan
distilasi eter segera setelah terbentuk.

Sintesis Eter
64
Dietil eter dibuat secara komersial melalui
reaksi dehidrasi etanol.
Dietil eter adalah produk utama pada suhu
140C, sedangkan etana adalah produk utama
pada suhu 180C.
Reaksi ini kurang berguna pada alkohol
sekunder karena alkena mudah terbentuk.
Pada alkohol tersier sepenuhnya terbentuk
alkena.
Tidak berguna pada pembuatan eter non-
simetrik dari alkohol primer karena terbentuk
campuran produk.
65
CH
3
CH
2
OH
CH
2
CH
2
CH
3
CH
2
OCH
2
CH
3
H
2
SO
4
180
0
C
H
2
SO
4
140
0
C
Etena
Dietil eter
CH
3
CH
2
OH
+ H OSO
3
H CH
3
CH
2
OH
2
+
OSO
3
H
CH
3
CH
2
OH
CH
3
CH
2
OH
2
+
CH
3
CH
2
O CH
2
CH
3
H
+
H
2
O
CH
3
CH
2
OCH
2
CH
3
+
H
3
O
ROH R'OH
+
H
2
SO
4
ROR
ROR'
R'OR'
+
H
2
O
+
+
alkohol 1
0
66
2 Sintesis Williamson
Suatu jalur penting pada preparasi eter non-
simetrik adalah suatu reaksi substitusi
nukleofilik yang disebut reaksi Williamson.
Merupakan reaksi S
N
2 dari suatu natrium
alkoksida dengan alkil halida, alkil sulfonat,
atau alkil sulfat.
Hasil terbaik dicapai jika alkil halida, alkil
sulfonat, atau alkil sulfat yang dipakai adalah
primer (atau metil).
Jika substrat adalah tersier maka eliminasi
sepenuhnya merupakan produk reaksi.
Pada suhu rendah substitusi lebih unggul
dibanding dengan eliminasi.
67
R O Na
+
R' L R O R'
+
Na L
L = Br, I, OSO
2
R", atau OSO
2
OR"
CH
3
CH
2
CH
2
OH +
Na CH
3
CH
2
CH
2
O Na
+
1/2 H
2
Propil alkohol
Natrium propoksida
CH
3
CH
2
I
CH
3
CH
2
OCH
2
CH
2
CH
3
+
Na I
Etil propil eter
(70%)
68
3 Tert-butil eter dari alkilasi alkohol
Alkohol primer dapat diubah menjadi tert-butil
eter dengan melarutkan alkohol tersebut
dalam suatu asam kuat seperti asam sulfat
dan kemudian ditambahkan isobutilena ke
dalam campuran tersebut. (Prosedur ini
meminimalkan dimerisasi dan polimerisasi dari
isobutilena).
RCH
2
OH
+
CH
2
CCH
3
CH
3
H
2
SO
4
RCH
2
O CCH
3
CH
3
CH
3
Alkohol 1
0
Isobutilena
tert-butil eter
69
Metode ini sering dipakai untuk proteksi
gugus hidroksil dari alkohol primer sewaktu
reaksi-reaksi lainnya dilakukan terhadap
bagian lain dari molekul tersebut. Gugus
proteksi tert-butil dapat dihilangkan secara
mudah dengan penambahan larutan asam
encer.

4 Trimetilsilil eter (Sililasi)
Suatu gugus hidroksil juga diproteksi dalam
larutan netral atau basa dengan mengubahnya
menjadi suatu gugus trimetilsilil eter,
OSi(CH
3
)
3
.
70
Reaksi ini, yang disebut sililasi, dilakukan
dengan membiarkan alkohol tersebut bereaksi
dengan klorotrimetilsilana dengan kehadiran
suatu amina tersier.
R OH +
(CH
3
)
3
SiCl
(CH
3
CH
2
)
3
N
R O Si(CH
3
)
3
Klorometilsilana
Gugus proteksi ini dapat dihilangkan dengan
suatu larutan asam.
R O Si(CH
3
)
3
H
3
O
+
/ H
2
O
R OH
(CH
3
)
3
SiOH
+
71
Pengubahan suatu alkohol menjadi suatu
trimetilsilil eter membuat senyawa tersebut
lebih volatil (mudah menguap). (Mengapa?)
Kenaikan volatilitas (sifat mudah menguap)
ini menjadikan alkohol (sebagai bentuk
trimetilsilil-nya) lebih memungkinkan untuk
menjalani analisis dengan kromatografi gas-
cair.
72
Dialkil eter bereaksi dengan sedikit pereaksi
diluar asam-asam.
Eter tahan terhadap serangan nukleofil dan
basa.
Ketidakkreaktifan dan kemampuan eter men-
solvasi kation (dengan mendonorkan
sepasang elektron dari atom oksigen)
membuat eter berguna sebagai solven dari
banyak reaksi.


Reaksi-reaksi Eter
73
Eter mengalami reaksi halogenasi seperti
alkana.
Oksigen dari ikatan eter memberi sifat basa.
Eter dapat bereaksi dengan donor proton
membentuk garam oksonium.
CH
3
CH
2
OCH
2
CH
3
+
HBr CH
3
CH
2
O CH
2
CH
3
Br
H
Garam oksonium
Pemanasan dialkil eter dengan asam-asam
sangat kuat (HI, HBr, H
2
SO
4
) menyebabkan
eter mengalami reaksi dimana ikatan ikatan
karbon oksigen pecah.
74
Mekanisme reaksi ini dimulai dari pembentukan
suatu ion oksonium. Kemudian suatu reaksi S
N
2
dengan ion bromida yang bertindak sebagai
nukleofil akan menghasilkan etanol dan etil
bromida.

CH
3
CH
2
OCH
2
CH
3
+
HBr
2 CH
3
CH
2
Br
+
H
2
O
CH
3
CH
2
OCH
2
CH
3
+ HBr
CH
3
CH
2
O
H
CH
2
CH
3
+
Br
CH
3
CH
2
O
H
+
CH
3
CH
2
Br
Etanol
Etil bromida
75
Pada tahap selanjutnya, etanol yang baru
terbentuk bereaksi dengan HBr membentuk
satu mol ekivalen etil bromida yang ke dua.
CH
3
CH
2
OH +
HBr
CH
3
CH
2
O H
H
Br +
CH
3
CH
2
Br +
O H
H
76
Epoksida adalah eter siklik dengan cincin tiga
anggota. Dalam tatanama IUPAC, epoksida
disebut oksirana. Epoksida paling sederhana
memiliki nama umum etilena oksida.
Epoksida
O
C C
Suatu
epoksida
O
CH
2
H
2
C
IUPAC: Oksirana
Umum: Etilena oksida
1
2
3
77
Metode yang paling umum digunakan untuk
mensintesa epoksida adalah reaksi dari suatu
alkena dengan suatu asam peroksi organik,
yaitu suatu proses yang disebut epoksidasi.

RCH CHR
+
R'C O
O
OH
Epoksidasi
O
CHR RHC R'C OH
O
+
Suatu epoksida
(atau oksirana)
Suatu alkena Suatu asam
peroksi
Dalam reaksi ini, asam peroksi memberikan
suatu atom oksigen kepada alkena.
Mekanismenya adalah seperti berikut ini.

78
Adisi oksigen pada ikatan rangkap dalam
suatu reaksi epoksidasi adalah adisi syn.
Untuk membentuk suatu cincin dengan tiga
anggota, atom oksigen harus mengadisi
kedua atom karbon dari ikatan rangkap pada
sisi yang sama.
C
C
+
C
O
O
R'
O
H
O
C
C
+
C
O R'
O
H
79
Asam peroksi yang paling umum digunakan
adalah asam peroksiasetat dan asam
peroksibenzoat. Sebagai contoh,
sikloheksana bereaksi dengan asam
peroksibenzoat menghasilkan 1,2-epoksi-
sikloheksana dalam jumlah yang kuantitatif.
+
C
6
H
5
COOH
O
CH
2
Cl
2
O
H
H
+ C
6
H
5
COH
O
Asam
peroksibenzoat
1,2-Epoksi-
sikloheksana
(100%)
80
Reaksi antara alkena dengan asam-asam peroksi
berlangsung dengan suatu cara yang stereospesifik.
Sebagai contoh, cis-2-butena hanya menghasilkan
cis-2,3-dimetiloksirana, sedangkan trans-2-butena
hanya menghasilkan trans-2,3-dimetiloksirana.

C
C
H
3
C H
H
3
C
H
RCOOH
O
+
O
CH
3
H
H
3
C
H
1
2
3
cis-2-Butena cis-2,3-Dimetiloksirana
(senyawa meso)
C
C
H
3
C H
H
CH
3
RCOOH
O
+
O
CH
3
H
H
CH
3
trans-2-Butena
Enantiomer trans-2,3-Dimetiloksirana
+
O
CH
3
H
H
CH
3
81
Reaksi-reaksi Epoksida
Cincin tiga anggota dengan tegangan (strain)
yang sangat tinggi dalam molekul epoksida
menyebabkan epoksida lebih reaktif terhadap
substitusi nukleofilik dibandingkan dengan
eter yang lain.
Katalisis asam membantu pembukaan cincin
epoksida dengan menyediakan suatu gugus
pergi yang lebih baik (suatu alkohol) pada
atom karbon yang mengalami serangan
nukleofilik.
82
Katalisis ini sangat penting terutama jika
nukleofilnya adalah suatu nukleofil lemah
seperti air atau suatu alkohol:

Pembukaan cincin dengan katalis asam

+ H
+
_
H
+
O
C C
O
C C
H
O H H
C C HO O H
H
C C HO OH
_
H
+
83
Pembukaan cincin dengan katalis basa
O
C C
+
RO C C RO O
ROH
C C HO OH
Nukleofil
kuat
Ion
alkoksida
+ RO
Jika epoksidanya tidak simetris, serangan
pembukaan cincin dengan katalis basa oleh ion
alkoksida berlangsung terutama pada atom
karbon yang kurang tersubstitusi. Sebagai
contoh, metiloksirana bereaksi dengan suatu ion
alkoksida terutama pada atom karbon
primernya:

84
Ini adalah apa yang seharusnya diharapkan:
Reaksi secara keseluruhan adalan reaksi S
N
2,
dan seperti telah dipelajari sebelumnya,
substrat primer bereaksi lebih cepat melalui
reaksi S
N
2 karena halangan ruangnya kecil.
O
CHCH
3
H
2
C
+
CH
3
CH
2
O
Metiloksirana
Atom karbon 1
0
kurang terhalangi
CH
3
CH
2
OCH
2
CHCH
3
O
CH
3
CH
2
OH
CH
3
CH
2
OCH
2
CHCH
3
OH
+ CH
3
CH
2
O
1-Etoksil-2-propanol
85
Pada pembukaan cincin dengan katalis asam
dari epoksida tidak simetris, serangan
nukleofil terutama terjadi pada atom karbon
yang lebih tersubstitusi. Sebagai contoh:
CH
3
OH +
O
CH
2
C H
3
C
CH
3
H
+
OCH
3
CH
2
OH C H
3
C
CH
3
Alasan: Ikatan pada epoksida terprotonasi adalah
tidak simetris dengan atom karbon yang lebih
tersubstitusi mengemban suatu muatan yang
positif sekali. Oleh karena itu, nukleofil menyerang
atom karbon tersebut meskipun lebih tersubstitusi.
86
Atom karbon yang lebih tersubstitusi
mengemban suatu muatan positif lebih besar
karena menyerupai suatu karbokation tersier
yang lebih stabil.

CH
3
OH
+
O
CH
2
C H
3
C
CH
3
H
+
OCH
3
CH
2
OH C H
3
C
CH
3
H
H
Atom karbon ini menyerupai
karbokation 3
0

+
Epoksida
terprotonasi
87
Eter Mahkota (Crown Ether)
Senyawa-senyawa yang disebut eter mahkota
(crown ether) adalah juga katalis transfer fasa
(phase-transfer catalyst) dan dapat mengangkut
senyawa-senyawa ionik ke dalam fasa organik.
Eter mahkota adalah polimer siklik dari etilena glikol
seperti 18-crown-6 berikut ini:
O
O
O
O O
O
K
+
O
O
O
O O
O
K
+
18-Crown-6
88
Eter mahkota diberi nama sebagai x-crown-y
dimana x adalah jumlah total atom-atom
dalam cincin dan y adalah jumlah atom-atom
oksigen. Hubungan antara eter mahkota dan
ion yang diangkutnya disebut hubungan tuan
rumah tamu (host guest).
Eter mahkota bertindak sebagai tuan rumah,
dan kation terkoordinasi sebagai tamu.
Jika eter mahkota berkoordinasi dengan suatu
kation logam, dengan cara demikian mereka
mengubah ion logam menjadi suatu bentuk
dengan bagian luar yang bersifat hidrokarbon.
89
Sebagai contoh, eter mahkota 18-crown-6 berkoordinasi
dengan ion kalium secara sangat efisien karena ukuran
rongganya tepat/cocok dan karena keenam atom oksigen
terletak dalam posisi yang tepat untuk memberikan
pasangan elektron bebasnya kepada ion pusatnya.
Eter mahkota menjadikan banyak senyawa garam larut
dalam pelarut non-polar.
Sebagai contoh, senyawa garam seperti KF, KCN, dan
CH
3
CO
2
K dapat dipindahkan ke dalam pelarut-pelarut
aprotik dengan menggunakan sejumlah kecil katalis 18-
crown-6.
Dalam fasa organik, anion dari garam-garam tersebut
yang relatif tidak tersolvasi dapat melakukan suatu reaksi
substitusi nukleofilik terhadap suatu substrat organik.
90
Eter mahkota juga dapat digunakan sebagai katalis
transfer fasa pada bermacam-macam jenis reaksi lainnya.
Reaksi berikut adalah satu contoh dari penggunaan suatu
eter mahkota pada suatu reaksi oksidasi.
K
+
CN
-
+
RCH
2
X
RCH
2
CN +
K
+
X
-
18-crown-6
benzena
18-crown-6
C
6
H
5
CH
2
Cl
+
K
+
F
-
C
6
H
5
CH
2
F + K
+
Cl
-
(100%)
asetonitril
+ KMnO
4
disi kloheksano-18-crown-6
benzena
HO
2
C CH
2
CCH
3
O
(90%)
91
Disikloheksano-18-crown-6 memiliki struktur
sebagai berikut:
O
O
O
O O
O
Disikloheksano-18-crown-6
92
Ada beberapa antibiotika yang disebut ionofor (ionophore)
secara khusus nonactin dan valinomycin, yang
berkoordinasi dengan kation logam dengan cara yang
sama seperti eter mahkota.
Biasanya sel harus mempertahankan suatu gradien antara
konsentrasi ion natrium dan kalium di dalam dan di luar
dinding sel. Ion kalium dipompa masuk, sedangkan ion
natrium dipompa ke luar.
Bagian dalam (interior) membran sel bersifat seperti
hidrokarbon, karena terutama terdiri bagian hidrokarbon
dari lipid.
TRANSPORT ANTIBIOTIKA DAN
ETER MAHKOTA
93
O
O
O
H
3
C
H
3
C
O
CH
3
O
CH
3
O
CH
3
O
O
CH
3
O
O
O
O
CH
3
CH
3
Nonactin
94
Transport ion natrium dan kalium terhidrasi melewati
membran sel berjalan lambat, dan memerlukan
pengeluaran energi dari sel. Nonactin mengganggu
gradien konsentrasi dari ion-ion tersebut dengan cara
berkoordinasi lebih kuat dengan ion kalium daripada
dengan ion natrium.
Karena ion kalium terikat di bagian interior dari nonactin,
maka kompleks tuan rumah tamu menjadi bersifat
seperti hidrokarbon pada bagian permukaannya dan
dapat melewati dengan mudah bagian interior dari
membran.
Dengan cara demikian, membran sel menjadi permeabel
terhadap ion kalium, dan gradien konsentrasi
esensialnya dirusak.

95
Struktur Fenol
Fenol adalah senyawa yang memiliki sebuah
gugus hidroksil yang terikat langsung pada
cincin benzena.
Jadi fenol adalah nama spesifik untuk
hidroksibenzena dan merupakan nama umum
untuk kelompok senyawa yang diturunkan
hidroksi benzena.

OH H
3
C OH
Fenol 4-Metilfenol
96
Senyawa-senyawa yang memiliki sebuah
gugus hidroksil yang terikat pada cincin
benzenoid polisiklik adalah mirip dengan
fenol secara kimiawi, tetapi dinamakan naftol
dan fenantrol.
OH
OH
OH
1
2
3
4 5
6
7
8
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
1-Naftol
(-naftol)
2-Naftol 9-Fenantrol
97
Tatanama Fenol
Pada banyak senyawa, fenol merupakan
nama dasar.
OH
Cl
NO
2
OH OH
Br
4-Klorofenol
(p-klorofenol)
2-Nitrofenol
(o-nitrofenol)
3-Bromofenol
(m-bromofenol)
98
Senyawa metilfenol umumnya disebut kresol:
2-Metilfenol
(o-kresol)
3-Metilfenol
(m-kresol)
4-Metilfenol
(p-kresol)
Senyawa benzenadiol memiliki nama umum:
CH
3
OH
CH
3
CH
3
OH
OH
OH
OH
OH
OH
OH OH
1,2-Benzenadiol
(katekol)
1,3-Benzenadiol
(resorsinol)
1,4-Benzenadiol
(hidrokuinon)
99
Fenol yang terdapat di alam
Fenol dan senyawa sejenisnya tersebar
meluas di alam.
Tirosina adalah asam amino yang terdapat
dalam protein.
Metil salisilat didapatkan dalam wintergreen
oil (tumbuhan).
Eugenol didapatkan dalam minyak cengkeh.
Timol didapatkan dalam thyme (tumbuhan).
Urushiol adalah blistering agent (vesicant)
yang didapatkan dalam ivy (tumbuhan)
beracun.
100
CH
2
CHCO
2
-
HO
NH
3
+
Tirosina
OH
CH
2
CH
CH
3
CH(CH
3
)
2
OCH
3
CO
2
CH
3
OH
CH
2
OH
Metil salisilat Eugenol Timol
OH
OH
R
R =
(CH
2
)
14
CH
3
(CH
2
)
7
CH CH(CH
2
)
5
CH
3
(CH
2
)
7
CH CHCH
2
CH CH(CH
2
)
2
CH
3
Urushiol
101
Estradiol adalah hormon seks pada wanita.
Tetrasiklin adalah antibiotika penting.

Estradiol
Tetrasiklin
(Y=Cl, Z=H; Aureomisin)
(Y=H, Z=OH; Teramisin)
HO
H
H H
H
3
C
OH
OH
Y
O
HO
CH
3
Z N(CH
3
)
2
OH
H
OH
CONH
2
OH
O
102
Sifat Fisik Fenol
Adanya gugus hidroksil dalam fenol berarti
fenol adalah seperti alkohol yang dapat
membentuk ikatan hidrogen intermolekular
yang kuat.
Ikatan hidrogen ini menyebabkan fenol
berasosiasi sehingga memiliki titik didih yang
lebih tinggi dibanding hidrokarbon dengan
berat molekul yang sama.
Fenol (bp, 182C) memiliki titik didih 70C
lebih tinggi dibanding toluena (bp, 106C),
meskipun berat molekulnya hampir sama.

103
Kemampuan membentuk ikatan hidrogen
yang kuat dengan air memberi fenol
kelarutan yang sedang dalam air.
Nama
mp (
0
C) bp (
0
C)
Kelarutan dalam air
g/100 mL
Fenol
2-Metilfenol
3-Metilfenol
4-Metilfenol
2-Klorofenol
3-Klorofenol
4-Klorofenol
2-Nitrofenol
3-Nitrofenol
4-Nitrofenol
2,4-Dinitrofenol
2,4,6-Trinitrofenol
43
30
11
35,5
8
33
43
45
96
114
113
122
182
191
201
201
176
214
220
217
9,3
2,5
2,6
2,3
2,8
2,6
2,7
0,2
1,4
1,7
0,6
1,4
104
Sintesis Fenol
1 Sintesis Laboratoris
Sintesis fenol secara laboratoris yang paling
penting adalah hidrolisis garam
arenadiazonium.
Metode ini sangat serbaguna.
Kondisi untuk tahap diazotasi dan hidrolisis
bersifat mild.
Gugus lain yang ada dalam molekul tidak
berubah.

NH
2
Ar
HONO
N
2
+
Ar
H
3
O
+
OH Ar
panas
105
(1) NaNO
2
, H
2
SO
4
(2) H
2
O, panas
NH
2
Br
0 - 5
0
C
OH
Br
3-Bromofenol (66%)
(1) NaNO
2
, H
2
SO
4
(2) H
2
O, panas
NH
2
NO
2
0 - 5
0
C
OH
NO
2
3-Nitrofenol (80%)
(1) NaNO
2
, H
2
SO
4
(2) H
2
O, panas
NH
2
0 - 5
0
C
Br
CH
3
OH
Br
CH
3
2-Bromo-4-metilfenol (80-92%)
106
2 Sintesis Industrial
Fenol merupakan bahan kimia industri yang
sangat penting, sebagai material awal untuk
sejumlah besar produk komersial mulai dari
aspirin sampai plastik.
a Hidrolisis Klorobenzena (Proses Dow)
Cl
(high pressure)
350
0
C
+ 2 NaOH
ONa
+ NaCl + H
2
O
ONa
HCl
OH
+ NaCl
107
b Fusi Alkali dari Natrium Benzenasulfonat
SO
3
Na
350
0
C
+ 2 NaOH
ONa
+ Na
2
SO
4
+ H
2
O
Dari Kumena Hidroperoksida
Kumena
H
2
C CHCH
3
250
0
C
H
3
PO
4
pressure
CH
H
3
C CH
3
+
108
C
6
H
5
CH
CH
3
CH
3
+ O
2
95-135
0
C
C
6
H
5
C
CH
3
CH
3
O
O
H
C
6
H
5
C
CH
3
CH
3
O O H
50-90
0
C
H
+
, H
2
O
C
6
H
5
OH +
C
CH
3
CH
3
O
Kumena hidroperoksida
Fenol
Aseton
109
Reaksi Fenol sebagai Asam
Meskipun fenol secara struktural mirip dengan
alkohol tapi fenol merupakan asam yang lebih
kuat.
Harga pK
a
kebanyakan alkohol adalah 18,
sedangkan pK
a
fenol lebih kecil dari 11.
Bandingkan sikloheksanol dan fenol.
OH OH
Sikloheksanol
pK
a
= 18
Fenol
pK
a
= 9,89
110
Meskipun fenol bersifat asam lemah bila
dibanding dengan asam karboksilat misal
asam asetat (pK
a
= 4,74), namun fenol lebih
asam daripada sikloheksanol.
Cincin benzena bertindak sebagai gugus
penarik elektron sehingga atom O dari gugus
OH bermuatan positif dan proton mudah
dilepaskan.
Struktur resonansi fenol
O
H
O
H
O
H
O
H
O
H
111
Tetapan keasaman beberapa fenol
Nama
pK
a
(dalam air pada 25
0
C)
Fenol
2-Metilfenol
3-Metilfenol
4-Metilfenol
2-Klorofenol
3-Klorofenol
4-Klorofenol
2-Nitrofenol
3-Nitrofenol
4-Nitrofenol
2,4-Dinitrofenol
2,4,6-Trinitrofenol
9,89
10,20
10,01
10,17
8,11
8,80
9,20
7,17
8,28
7,15
3,96
0,38
1-Naftol
2-Naftol
9,31
9,55
112
Membedakan dan memisahkan fenol dari
alkohol dan asam karboksilat
Fenol larut dalam larutan NaOH, sedangkan
alkohol dengan enam atom karbon atau lebih
tidak larut.
Sebagian besar fenol tidak larut dalam larutan
Na
2
HCO
3
, tapi asam karboksilat larut.
OH +
NaOH
O
Na
+
H
2
O
H
2
O
Asam lebih kuat
pK
a
= 10
(sedikit larut)
Basa lebih kuat Basa lebih lemah
(larut)
Asam lebih lemah
pK
a
= 16
113
Reaksi Gugus OH dari Fenol
Fenol bereaksi dengan anhidrida karboksilat
dan klorida asam membentuk ester.
Reaksi ini serupa dengan reaksi dari alkohol.
OH
O
+
basa
RC
O
2
O
CR
O
RCO
O
OH
RCCl
O
basa
O CR
O
+
Cl
114
Fenol dalam Sintesis Williamson
Fenol dapat diubah menjadi eter melalui
sintesis Williamson.
Karena fenol lebih asam dibanding alkohol,
maka fenol diubah menjadi natrium fenoksida
dengan memakai NaOH (logam Na dipakai
untuk mengubah alkohol menjadi ion
alkoksida).
ArOH
NaOH
ArO Na
R X
X = Cl, Br, I,
OSO
2
OR atau
OSO
2
R'
ArOR + NaX
Reaksi Umum
115
Contoh spesifik
Anisol
(Metoksibenzena)
+ NaI
OH
OH
NaOH
O
OH
Na
CH
3
CH
2
OCH
2
CH
3
OH
OH
NaOH
H
2
O
O Na
CH
3
OSO
2
OCH
3
OCH
3
+ NaOSO
2
OCH
3
I
116
Pemutusan Alkil Aril Eter
Jika dialkil eter dipanaskan dengan HBr atau
HI berlebih, maka terjadi pemutusan eter dan
dihasilkan alkil halida dari kedua gugus alkil.
R
O R
HX pekat
panas
R X
R' X
+
+
H
2
O
Jika alkil aril eter bereaksi dengan asam kuat
seperti HI dan HBr akan menghasilkan suatu
alkil halida dan fenol.
117
Fenol tidak akan bereaksi lebih lanjut untuk
menghasilkan aril halida karena ikatan
karbon oksigen sangat kuat dan karena
kation fenil tidak mudah terbentuk.
Ar O R
HX pekat
panas
Ar OH
+
R X
Reaksi Umum
OCH
3
OH+CH
3
Br
H
2
O
H
3
C
H
3
C + HBr
p-Metilanisol
4-Metilfenol
HBr
no reaction
Metil bromida
Contoh spesifik
118
Reaksi Cincin Benzena dari Fenol
Brominasi
OH
H
2
O
OH
3 HBr + 3 Br
2
+
Br
Br
Br
OH
CS
2
OH
HBr
+
Br
2
+
Br
5
0
C
2,4,6-Tribromofenol
(~ 100%)
p-Bromofenol
(80-84%)
119
Nitrasi
Hasil relatif rendah karena oksidasi cincin.
Dihasilkan campuran o- dan p-nitrofenol.
Isomer orto dan para dipisahkan dengan distilasi uap air. o-
Nitrofenol lebih mudah menguap karena ikatan hidrogennya
adalah intramolekular.
p-Nitrofenol lebih sukar menguap karena memiliki ikatan hidrogen
intermolekular yang menyebabkan asosiasi antar molekulnya.
o-Nitrofenol terdistilasi bersama uap air, sedangkan p-nitrofenol
tertinggal dalam labu distilasi.

OH
20% HNO
3
OH
+
NO
2
25
0
C
(30-40%)
OH
NO
2
15%
120
Sulfonasi
OH
H
2
SO
4
pekat
OH
SO
3
H
OH
SO
3
H
25
0
C
100
0
C
H
2
SO
4
, pekat,
Produk utama,
kontrol kecepatan
Produk utama, kontrol
kesetimbangan
121
Reaksi Kolbe
Natrium fenoksida mengabsorpsi CO
2
dan dipanaskan pada
125C di bawah tekanan beberapa atmosfer CO
2
.
O
Na
O
C
O
O
H
C O
O
Na
tautomerisasi
- H
+
, + H
+
O
C O
O
Na
H
H
+
O
C OH
O
H
Natrium salisilat Asam salisilat
122
Penataan-ulang Claisen
Pemanasan alil fenil eter sampai 200C menyebabkan suatu
reaksi intermolekuler yang dinamakan penataan-ulang Claisen.
Produk yang dihasilkan adalah o-alilfenol.
OCH
2
CH
Alil fenil eter
CH
2
OH
o-Alilfenol
CH
2
CH CH
2
200
0
C
O
CH
2
CH
CH
2
O
H
CH
2
CH
H
2
C
Intermediat tidak stabil
tautomerisasi
- H
+
, + H
+
OH
CH
2
CH
H
2
C
123
Kuinon (Quinon)
Oksidasi hidrokuinon (1,4-benzenadiol) menghasilkan suatu senyawa
yang dikenal sebagai p-benzokuinon.
Vitamin K
1
, yang berperan pada pembekuan darah, mengandung
struktur 1,4-naftokuinon.
OH
OH
O
O
+
2 H
+
- 2e
-
+ 2e
-
Hidrokuinon p-Benzokuinon
O
O
1,4-Naftokuinon
O
O
CH
2
CH C(CH
2
CH
2
CH
2
CH)
3
CH
3
CH
3
CH
3
Vitamin K
1
CH
3

You might also like