TUGAS PENDAHULUANLABORATORIUM TEKNOLOGI HASIL TERNAK
LABORATORIUM TEKNOLOGI HASIL TERNAK
LABORATORIUM TEKNOLOGI HASIL TERNAK PENGENALAN DAGING
NAMA : KASMAN NIM : I 111 11 290 KELOMPOK : III (TIGA)
LABORATORIUM TEKNOLOGI HASIL TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2014 SOAL TP 1. Tuliskan judul praktikum, alat dan dan bahan serta tujuan praktikum! 2. Jelaskan apa yang dimaksud dengan susut masak dan tuliskan rumus perhitungannya serta prosedur kerjanya! 3. Jelaskan apa yang dimaksud dengan WHC dan tuliskan rumus perhitungannya serta prosedur kerjanya! 4. Jelaskan apa yang dimaksud dengan DPD dan tuliskan rumus perhitungannya serta prosedur kerjanya! 5. Jelaskan apa yang dimaksud dengan rigor mortis dan jelaskan faktor yang mempengaruhinya! 6. Gambarkan peta daging sapi lengkap dengan keterangannya!
JAWABAN 1. A. Judul praktikum : Pengenalan daging B. Tujuan praktikum : 1. Mengetahui jenis2 alat dan bahan yang digunakan untuk menentukan nilai DPD, KAD, WHC, CL dan Ph. 2. mengetahui teknik dalam pengambilan sampel dan menghitung nilai DPD, KAD, WHC, CL dan pH.
2. Susut masak adalah perhitungan berat yang hilang selama pemasakan atau pemanasan pada daging. Pada umumnya, makin lama waktu pemasakan makin besar kadar cairan daging hingga mencapai tingkat yang konstan. Susut masak merupakan indicator nilai nutrisi daging yang berhubungan dengan kadar jus daging yaitu banyaknya air yang terikat dalam dan diantara serabut otot. Cara Kerja : Siapkan sampel daging yang akan diuji dengan berat 100 gr. Rebus air sampai mendidih. Tusukan thermometer bimetal pada sampel daging sampai batas indikator yang terdapat pada alat. Rebus sampel daging sampai suhu dalamnya mencapai 81 o C, lalu angkat dan dinginkan. Timbang sampel sampai beratnya konstan. Persentase susut masak dihitung dengan rumus berikut : Susut Masak (%) = berat awal-berat akhir X 100 % berat awal
3. WHC adalah kemampuan daging untuk mempertahankan kandungan air (bebas)nya pada saat mendapat tekanan dari luar, seperti proses pemanasan, penggilingan atau pengepressan. Daging dengan karakteristik WHC yang baik biasanya akan menghasilkan produk dengan karakter juiciness yang baik rumus WHC : KA (mg E20 luos orco boso (cm 2 ) u.u948 8,u
Prosedur Kerja : sampel ditimbang sebanyak 0,3 g. sampel dibungkus dengan kertas saring. sampel yang trbungkus dipress diantara 2 plat dengan beban 35 kg selama 5 menit menggunakan alat modifukasi filter paper press. kertas saring diletakkan dibawah kertas kalkir dan area yang terbentuk. pola pada kertas kalkir dihitung luas area total (T) dan luas sampel daging (D) dengan alat planimeter.
4. Daya putus daging (DPD) merupakan kemampuan mesin untuk memutus serat daging (sampel). Nilai DPD yang tinggi menunjukkan bahwa daging tersebut kemampuannya menurun (a lot) dan begitu pula sebaliknya
rumus DPD : P (kgcm 2 A I
ket : A = beban tarikan (kg) L = luas penampang sampel (n.R 2 = 3,14x0,635 2 = 1,27 cm 2 : 3,14 R : jari-jari lubang sampel (0,635 cm)
Prosedur Kerja: sampel dibentuk dengan model lubang (silinder) pada alat pemutus serat daging (CD-Shear Force), sampel daging dimasukkan pad lubang dengan arah sejajar pada serat daging. tuas alat ditarik kebawah memotong tegak lurus terhadap serat daging. hasil beban tarikan akan terbaca pada skala dengan satuan kilogram (kg).
5. Rigor mortis adalah istilah lain untuk menyebut kejang mayat. yaitu suatu proses yang terjadi setelah kematian yang disebabkan oleh pertautan antara miofilamen tebal (myosin) dan miofilamen tipis (aktin) pada organisasi miofibriller otot (modul struktur otot). sesaat setelah hewan disembelih dan mati maka kontraksi otot masih berlangsung sampai ATP habis dan aktomioson terkunci (irreversible). Faktor-faktor penyebab variasi waktu terbentuknya rigor mortis. Jangka waktu yang dibutuhkan untuk terbentuknya rigor mortis bervariasi dan tergantung pada spesis pada ternak babi waktu yang dibutuhkan untuk terbentuknya rigor mortis lebih singkat dibanding dengan pada sapi. Faktor yang kedua yaitu individu dimana terdapat perbedaan waktu terbentuk rigor mortis pada individu berbeda dari jenis ternak yang sama. Sapi yang mengalami stress atau tidak cukup istirahat sebelum disembelih akan memebutuhkan waktu yang lebih cepat untuk instalasi rigor mortis dibanding dengan sapi yang cukup istirahat dan tidak stress pada saat menjelang disembelih dan faktor yang ketiga yaitu macam serat dimana ada dua macam serat berdasarkan warena yang menyusun otot yakni serat merah dan serat putih. Rigor mortis terbentuk lebih cepat pada ternak yang tersusun oleh serat putih yang lebih banyak dibanding dengan serat merah. Pada otot dengan serat merah yang lebih banyak memperlihatkan pH awal lebih tinggi dengan aktivitas ATP ase yang lebih rendah. Aktivitas ATP ase yang lemah akan membutuhkan waktu yang lebih lama untuk menghabiskan ATP. Dengan demikian pada otot merah membutuhkan waktu yang lebih lama untuk terbentuknya rigor mortis.