You are on page 1of 24

BAB I

PENDAHULUAN

Sakit kepala adalah salah satu keluhan yang sering dikemukakan dalam praktek ilmu
penyakit saraf. Menurut International Headache Society, sakit kepala dibagi menjadi dua
kategori utama, yaitu sakit kepala primer dan sakit kepala sekunder.
Sakit kepala primer adalah sakit kepala tanpa penyebab yang jelas dan tidak berhubungan
dengan penyakit lain. Contohnya adalah sakit kepala tipe tension, migraine, dan cluster.
Sedangkan sakit kepala sekunder adalah sakit kepala yang disebabkan oleh penyakit lain seperti
akibat infeksi virus, adanya massa tumor, cairan otak, darah, serta stroke.
Migraine adalah nyeri kepala berulang dengan manifestasi serangan selama 4-72
jam.Karekteristik nyeri kepala unilateral, berdenyut, intensitas sedang atau berat, bertambah
berat dengan aktivitas fisik yang rutin dan diikuti dengan nausea dan/atau fotofobia dan
fonofobia. Migraine secara umum dibagi menjadi 2 yaitu migraine klasik dan migraine umum
dimana migraine umum 5 kali lebih sering terjadi daripada migraine klasik.
1

Migraine dapat terjadi pada 18% dari wanita dan 6% dari pria sepanjang
hidupnya.Prevalensi tertinggi berada diantara umur 25-55 tahun.Migraine timbul pada 11%
masyarakat Amerika Serikat yaitu kira-kira 28 juta orang. Migraine lebih sering terjadi pada
anak laki-laki dibandingkan dengan anak perempuan sebelum usia 12 tahun, tetapi lebih sering
ditemukan pada wanita setelah pubertas, yaitu paling sering pada kelompok umur 25-44 tahun.
2

Pada case ini akan dibahas lebih lanjut mengenai migraine dengan tujuan menambah
pengetahuan kita akan gejala yang ditimbulkan, kriteria diagnosis, dan juga penatalaksanaan
yang tepat. Bagian yang akan lebih difokuskan adalahpenatalakasanaan migraineyang mencakup
penatalaksanaan abortif dan profilaktif, baik secara medikamentosa dan non-medikamentosa.




BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 DEFINISI
Nyeri kepala berulang dengan manifestasi serangan selama 4-72 jam. Karekteristik nyeri kepala
unilateral, berdenyut, intensitas sedang atau berat, bertambah berat dengan aktivitas fisik yang
rutin dan diikuti dengan mual dan/atau fotofobia dan fonofobia.
1

Migrain merupakan gangguan yang kompleks yang ditandai dengan episode berulang dari sakit
kepala, lokasi paling sering unilateral dan dalam beberapa kasus yang berhubungan dengan
visual atau sensorik gejala-kolektif dikenal sebagai aura-yang muncul paling sering sebelum
sakit kepala tetapi yang mungkin terjadi selama atau setelahnya. Migrain paling sering terjadi
pada wanita dan memiliki komponen genetik yang kuat.
2

2.2 EPIDIMIOLOGI
Migrain mengenai kira-kira 18% wanita dan 6% laki-laki dengan perbandingan wanita : laki-laki
=3 : 1. Prevalensi tertinggi umur 25-55 tahun merupakan usia produktif. Sebelum usia 12 tahun,
migraine lebih sering terjadi pada naak laki-laki, tetapi kejadiannya meningkat pada wanita
pubertas dan lebih sering pada wanita kelompok usia 25-44 tahun. Ini diduga disebabkan adanya
perubahan siklus hormonal pada wanita karena diduga adanya hubungan migraine dengan proses
biokimiawi.
3
Migraine jarang terjadi setelah usia 40 tahun. Wanita hamil pun tidak luput dari serangan
migraine yang biasanya menyeang pada trimester I kehamilan. Risiko mengalami migraine
semakin besar pada orang yang mempunyai riwayat keluarga penderita migraine.
1,2
2.3 KLASIFIKASI
Menurut The International Headache society(1988). Klasifikasi migren adalah sebagai berikut:
4
1. Migren tanpa aura
2. Migren dengan aura
a. Migren denga aura yang tipikal
b. Migren dengan aura yang diperpanjang
c. Migren hemiplegia familial
d. Migren basilaris
e. Migren aura tanpa yeri kepala
f. Migren dengan awitan aura akut
3. Migren oftalmoplegik
4. Migren retinal
5. Migren yang berhubungan dengan gangguan intracranial
6. Migren dengan komplikasi
a. Status migren
- Tanpa kelebihan pengguna obat
- Kelebihan penggunaan obat untuk migren
b. Infark migren
7. Gangguan seperti migren yang tak terklasifikasikan

2.4 FAKTOR RESIKO
7
a. Jenis Kelamin
Sekitar 75% dari semua penderita migrain adalah perempuan. Selama masa kanak-kanak,
anak laki-laki dan perempuan sama-sama terpengaruh. Setelah pubertas, migrain lebih
sering terjadi pada anak perempuan. Migrain paling sering mempengaruhi perempuan
antara usia 20 - 45.
b. Umur
Sakit kepala migrain biasanya mempengaruhi orang-orang berusia antara 15 - 55 Namun,
migrain juga mempengaruhi sekitar 5 - 10% dari semua anak. Banyak anak-anak dengan
migrain akhirnya berhenti mengalami serangan ketika mereka mencapai usia dewasa atau
transisi ke sakit kepala tipe tension lebih ringan. Anak-anak dengan riwayat keluarga
migrain mungkin lebih cenderung untuk terus memiliki migrain.
c. Sejarah Keluarga
Migren cenderung berjalan dalam keluarga.Sekitar 70 - 80% dari pasien dengan migrain
memiliki riwayat keluarga kondisi.
d. Kondisi Medis Terkait dengan Migren
Orang dengan migrain mungkin memiliki riwayat depresi, kecemasan, stroke, epilepsi,
sindrom iritasi usus, atau tekanan darah tinggi.Kondisi ini tidak selalu meningkatkan
risiko migrain, tetapi mereka terkait dengan itu.



2.5 ETIOLOGI
Penyebab pasti migraine tidak diketahui,Migrain aura atau tanpa aura pada umumnya
menunjukkan pola pewarisan genetic multifaktorial, tetapi sifat khusus dari pengaruh genetik
belum sepenuhnya dipahami.
2

Migren dapat disebabkan oleh perubahan di batang otak dan interaksi dengan saraf trigeminal,
jalur sakit besar.Ketidakseimbangan dalam kimia otak - termasuk serotonin, yang membantu
mengatur rasa sakit di sistem saraf. Kadar serotonin drop selama serangan migrain. Hal ini dapat
menyebabkan sistem trigeminal untuk melepaskan zat yang disebut neuropeptida, yang
melakukan perjalanan ke lapisan luar otak Anda (meninges). Hasilnya adalah sakit kepala.
6
Beberapa faktor pencetus yang menyebabkan migraine :
6
1. Menstruasi
Perubahan hormon pada wanita yaitu diketahui fluktuasi estrogen tampak memicu sakit
kepala pada banyak wanita dengan migrain.Wanita dengan riwayat migrain sering
melaporkan sakit kepala segera sebelum atau selama periode menstruasi, ketika mereka
memiliki penurunan dalam jumlah besar estrogen. Lain memiliki kecenderungan
Obat hormonal, seperti kontrasepsi oral dan terapi penggantian hormon, juga dapat
memperburuk migrain.Beberapa wanita, bagaimanapun, mungkin menemukan migrain
mereka terjadi lebih sering ketika mengambil obat ini.
2. Kafein
Kafein terkandung dalam banyak produk makanan dan minuman. Kafein dalam dosis
yang rendah dapat meningkatkan energy, namun dalam dosis yang tinggi dapat
menyebabkan insomnia, ketakutan , sakit kepala. Sakit kepala dirasakan setelah
penggunaan kafein dalam dosis tinggi dan dihentikan secara tiba-tiba.
3. Makanan misalnya akohol, coklat, susu, keju dan buah-buahan
Cokelat dilaporkansebagai salah satu penyebab terjadinya migren,Anggur merah
dipercaya sebagai pencetus terjadinya migren, namun belum adacukup bukti yang
mengatakan bahwa anggur putih juga bisa menyebabkan migren.Tiramin (bahan kimia
yang terdapat dalam keju, anggur, bir, sosis, dan acar) dapatmencetuskan terjadinya
migren, tetapi tidak terdapat bukti jika mengkonsumsi tiramindalam jumlah kecil akan
menurunkan frekuensi serangan migren. Penyedap masakan atauMSG dilaporkan dapat
menyebabkan sakit kepala, kemerahan pada wajah, berkeringatdan berdebar debar jika
dikonsumsi dalam jumlah yang besar pada saat perut kosong. Aspartam atau pemanis
buatanyang banyak dijumpai pada minuman diet dan makanan ringan, dapat menjadi
pencetusmigren bila dimakan dalam jumlah besar dan jangka waktu yang lama.
4. Banyak tidur atau kurang tidur
Gangguan mekanisme tidur seperti tidur terlalu lama atau kurang tidur sangat erat
hubungannya dengan migren dan sakit kepala tegang, sehingga perbaikan mekanisme
tidur ini akan sangat membantu mengurangi frekuensi timbul migren. Tidur yang cukup
dapat memperpendek durasi serangan migren.
5. Rangsangan Sensorik
Lampu terang dan silau matahari dapat memicu migrain, seperti dapat suara keras. Bau
yang tidak biasa - termasuk parfum, pengencer cat, asap rokok dan lain-lain - dapat
memicu migrain pada beberapa orang
6. Stress
Stress dalam bekerja dapat menyebabkan migren
7. Obat
Kontrasepsi oral dan vasodilator, seperti nitrogliserin, dapat memperburuk migraine


2.6 PATOFISIOLOGI
Migren merupakan reaksi neurovaskuler terhadap perubahan mendadak di dalam lingkungan
eksternal atau internal.Masing-masing individu mempunyai ambang migren dengan tingkat
kerentanan yang bergantung pada keseimbangan antara eksitasi dan inhibisi pada berbagai
tingkat system saraf.Nyeri kepala dapat berasal dari distensi vaskuler terutama apabila dinding
pembuluh darah memperoleh sensitisasi oleh reaksi perivaskuler.Hal terakhir ini mungkin
disebabkan lepasnya peptide dari system trigemino vaskuler. Sehingga hal ini menyebabkan sakit
kepala.
4
Beberapa teori mekanisme terjadinya migren
2
1. Teori Vaskuler
Vasokontriksi intrakranial di bagian luar korteks berperan dalam terjadinya migren
dengan aura. Pendapat ini diperkuat dengan adanya nyeri kepala disertai denyut yang
sama dengan jantung. Pembuluh darah yang mengalami konstriksi terutama terletak di
perifer otak akibat aktivasi saraf nosiseptif setempat. Teori ini dicetuskan atas observasi
bahwa pembuluh darah ekstrakranial mengalami vasodilatasi sehingga akan teraba
denyut jantung. Vasodilatasi ini akan menstimulasi orang untuk merasakan sakit kepala.
Dalam keadaan yang demikian, vasokonstriktor seperti ergotamin akan mengurangi sakit
kepala, sedangkan vasodilator seperti nitrogliserin akan memperburuk sakit kepala
2. Teori cortical spreading depression (CSD)
Patofisiologi migraine dengan aura dikenal dengan teori cortical spreading depression
(CSD).Aura terjadi karena terdapat eksitasi neuron di substansia nigra yang menyebar
dengan kecepatan 2-6 mm/menit. Penyebaran ini diikuti dengan gelombang supresi
neuron dengan pola yang sama sehingga membentuk irama vasodilatasi yang diikuti
dengan vasokonstriksi. Prinsip neurokimia CSD ialah pelepasan Kalium atau asam amino
eksitatorik seperti glutamat dari jaringan neural sehingga terjadi depolarisasi dan
pelepasan neurotransmiter lagi.
CSD pada episode aura akan menstimulasi nervus trigeminalis nukleus kaudatus,
memulai terjadinya migraine. Pada migraine tanpa aura, kejadian kecil di neuron juga
mungkin merangsang nukleus kaudalis kemudian menginisiasi migren. Nervus
trigeminalis yang teraktivasi akan menstimulasi pembuluh kranial untuk dilatasi.
Hasilnya, senyawa-senyawa neurokimia seperti calcitonin gene-related peptide (CGRP)
dan substansi P akan dikeluarkan, terjadilah ekstravasasi plasma. Kejadian ini akhirnya
menyebabkan vasodilatasi yang lebih hebat, terjadilah inflamasi steril neurogenik pada
kompleks trigeminovaskular.Selain CSD, migren juga terjadi akibat beberapa mekanisme
lain, di antaranya aktivasi batang otak bagian rostral, stimulasi dopaminergik, dan
defisiensi magnesium di otak.Mekanisme ini bermanifestasi pelepasan 5-
hidroksitriptamin (5-HT) yang bersifat vasokonstriktor.Pemberian antagonis dopamin,
misalnya Proklorperazin, dan antagonis 5-HT, misalnya Sumatriptan dapat
menghilangkan migraine dengan efektif.
3. Efek Dopamin
Beberapa gejala yang berhubungan dengan sakit kepala migrain, seperti mual, muntah,
menguap, mudah marah, hipotensi, dan hiperaktif, dapat dikaitkan dengan stimulasi
dopaminergik relatif.Hipersensitivitas reseptor dopamin telah terbukti secara
eksperimental dengan agonis dopamin (misalnya, apomorphine).Antagonis dopamin
(misalnya, proklorperazin) benar-benar meringankan hampir 75% dari serangan migrain
akut.
4. Efek Serotonin dengan Migren
Reseptor serotonin (5-hydroxytryptamine ) diyakini reseptor yang paling penting dalam
jalur sakit kepala. Studi imunohistokimia mendeteksi 5-hydroxytryptamine-1D reseptor
di neuron sensorik trigeminal, termasuk proyeksi perifer untuk dura dan dalam inti
trigeminal caudalis (TNC) dan saluran soliter, sedangkan reseptor 5-HT1B hadir pada sel
otot polos dalam pembuluh meningeal; Namun, keduanya bisa ditemukan di kedua
jaringan sampai batas tertentu dan bahkan di pembuluh koroner.
5. Inti-inti saraf di batang otak
Rangsangan pada inti-inti ini menyebabkan vasokonstriksi pembuluh darah otak sesisi
dan vasodilatasi pembuluh darah di luar otak.Selain itu terdapat penekanan reseptor-
reseptor nyeri yang letaknya lebih rendah di sumsum tulang daerah leher.Teori ini
menerangkan vasokonstriksi pembuluh darah di dalam otak dan vasodilatasi pembuluh
darah di luar otak, misalnya di pelipis yang melebar dan berdenyut.Faktor pencetus
timbulnya migren dapat dibagi dalam faktor ekstrinsik dan faktor intrinsik.Dimana faktor
eksintrik seperti stress (emosional maupun fisik atau setelah istirahat dari ketegangan),
makanan tertentu (coklat, keju, alkohol, dan makanan yang mngandung bahan pengawet),
lingkungan, dan juga cuaca. Sedangkan faktor intrinsik, misalnya perubahan hormonal
pada wanita yang nyerinya berhubungan dengan fase laten saat menstruasi.
5
2.7 MANIFESTASI KLINIS
7,8,5
Secara keseluruhan, manifestasi klinis penderita migren bervariasi pada setiap
individu.Terdapat 4 fase umum yang terjadi pada penderita migren, tetapi semuanya tidak harus
dialami oleh tiap individu. Fase-fase tersebut antara lain:
1. Fase Prodormal. Fase ini dialami 40-60% penderita migren. Gejalanya berupa
perubahan mood, irritable, depresi, atau euphoria, perasaan lemah, letih, lesu, tidur
berlebihan, menginginkan jenis makanan tertentu (seperti coklat) dan gejala lainnya.
Gejala ini muncul beberapa jam atau hari sebelum fase nyeri kepala. Fase ini member
pertanda kepada penderita atau keluarga bahwa akan terjadi serangan migren.
2. Fase Aura. Aura adalah gejala neurologis fokal kompleks yang mendahului atau
menyertai serangan migren. Fase ini muncul bertahap selama 5-20 menit. Aura ini dapat
berupa sensasi visual, sensorik, motorik, atau kombinasi dari aura-aura tersebut.
Aura visual muncul pada 64% pasien dan merupakan gejala neurologis yang
paling umum terjadi.Yang khas untuk migren adalah scintillating scotoma (tampak
bintik-bintik kecil yang banyak), gangguan visual homonim, gangguan salah satu sisi
lapang pandang, persepsi adanya cahaya berbagai warna yang bergerak pelan (fenomena
positif).Kelainan visual lainnya adalah adanya scotoma (fenomena negatif) yang timbul
pada salah satu mata atau kedua mata.Kedua fenomena ini dapat muncul bersamaan dan
berbentuk zig-zag. Aura pada migren biasanya hilang dalam beberapa menit dan
kemudian diikuti dengan periode laten sebelum timbul nyeri kepala, walaupun ada yang
melaporkan tanpa periode laten.
3. Fase Nyeri Kepala. Nyeri kepala migren biasanya berdenyut, unilateral dan awalnya
berlangsung didaerah frontotemporalis dan ocular, kemudian setelah 1-2 jam menyebar
secara difus kea rah posterior. Serangan berlangsung selama 4-72 jam pada orang
dewasa, sedangkan pada anak-aak berlangsung selama 1-48 jam. Intensitas nyeri
bervariasi, dari sedang sampai berat, dan kadang sangat mengganggu pasien dalam
menjalani aktivitas sehari-hari.
4. Fase Postdormal. Pasien mungkin merasa lelah, irritable, konsentrasi menurun, dan
terjadi perubahan mood. Akan tetapi beberapa orang merasa segar atau euphoria
setelah terjadi serangan, sedangkan yang lainnya merasa depresi dan lemas.
Gejala diatas tersebut terjadi pada penderita migren dengan aura, sementara pada
penderita migren tanpa aura, hanya ada 3 fase saja, yaitu fase prodormal, fase nyeri
kepala, dan fase postdormal.

2.8 PEMERIKSAAN PENUNJANG
2,7
a. Pemeriksaan Laboratorium
Dilakukan untuk menyingkirkan sakit kepala yang diakibatkan oleh penyakit struktural,
metabolik, dan kausa lainnya yang memiliki gejala hampir sama dengan migraine. Selain
itu, pemeriksaan laboratorium dapat menunjukkan apakah ada penyakit komorbid yang
dapat memperparah sakit kepala dan mempersulit pengobatannya.
b. Pencitraan
CT scan dan MRI dapa dilakukan dengan indikasi tertentu, seperti: pasien baru pertama
kali mengalami sakit kepala, ada perubahan dalam frekuensi serta derajat keparahan sakit
kepala, pasien mengeluh sakit kepala hebat, sakit kepala persisten, adanya pemeriksaan
neurologis abnormal, pasien tidak merespon terhadap pengobatan, sakit kepala unilateral
selalu pada sisi yang sama disertai gejala neurologis kontralateral.
c. Pungsi Lumbal
Indikasinya adalah jika pasien baru pertama kali mengalami sakit kepala, sakit kepala
yang dirasakan adalah yang terburuk sepanjang hidupnya, sakit kepala rekuren, onset
cepat, progresif, kronik, dan sulit disembuhkan. Sebelum dilakukan LP seharusnya
dilakukan CT scan atau MRI terlebih dulu untuk menyingkirkan adanya massa lesi yang
dapat meningkatkan tekanan intracranial.

2.9 KRITERIA DIAGNOSIS
3,4,5
1. Migren tanpa aura
Migren ini tidak jelas penyebabnya (idiopatik), bersifat kronis dengan manifestasi
serangan nyeri kepala 4-72 jam, sangat khas yaitu nyeri kepala unilateral, berdenyut-denyut
dengan intensitas sedang sampai berat dengan disertai mual, fonofobia, dan fotofobia. Nyeri
kepala diperberat dengan adanya aktivitas fisik.
2. Migren dengan aura
Nyeri kepala ini bersifat idiopatik, kronis dengan bentuk serangan dengan gejala
neurologik (aura) yang berasal dari korteks serebri dan batang otak, biasanya berlangsung 5-
20 menit dan berlangsung tidak lebih dari 60 menit.Neri kepaala, mual, atau tanpa fotofobia
biasanya langsung mengikuti gejala aura atau setelah interval bebas serangan tidak sampai 1
jam. Fase ini biasanya berlangsung 4-72 jam atau sama sekali tidak ada.
Aura dapat berupa gangguan mata homonimus, gejala hemisensorik, hemifaresis,
disfagia, atau gabungan dari gejala diatas.

KRITERIA DIAGNOSIS MIGREN TANPA AURA
A. Sekurang-kurangnya 10 kali serangan termasuk B-D
B. Serangan nyeri kepala berlangsung antara 4-72 jam (tidak diobati atau
pengobatan tidak adekuat) dan diantara serangan tidak ada nyeri kepala
C. Nyeri kepala yang terjadi sekurang-kurangnya dua dari karakteristik
sebagai berikut:
1. Lokasi unilateral
2. Sifatnya berdenyut
3. Intensitas sedang sampai berat
4. Diperberat dengan kegiatan fisik
D. Selama serangan sekurang-kurangnya ada satu dari yang tersebut
di bawah ini:
1. Mual atau dengan muntah
2. Fotofobia atau dengan fonofobia
E. Sekurang-kurangnya ada satu dari yang tersebut di bawah ini:
1. Riwayat, pemeriksaan fisik dan neurologik tidak menunjukkan
adanya kelainan organik
2. Riwayat, pemeriksaan fisik dan neurologik diduga adanya kelainan
organik, tetapi pemeriksaan neuro imaging dan pemeriksaan tambahan
lainnya tidak menunjukkan kelainan.

KRITERIA DIAGNOSIS DENGAN AURA
A. Sekurang-kurangnya 2 serangan seperti tersebut dalam B
B. Sekurang-kurangnya terdapa 3 dari 4 karakteristik tersebut dibawah ini:
1. Satu atau lebih gejala aura yang reversible yang menunjukkan
disfungsi hemisfer dan/atau batang otak
2. Sekurang-kurangnya satu gejala aura berkembang lebih dari 4 menit,
atau 2 atau lebih gejala aura terjadi bersama-sama
3. Tidak ada gejala aura yang berlangsung lebih dari 60 menit; bila lebih
Dari satu gejala aura terjadi, durasinya lebih lama
Nyeri kepala mengikuti gejala aura dengan interval bebas nyeri kurang
Dari 60 menit, tetapai kadang-kadang dapat terjadi sebelum aura
C. Sekurang-kurangnya terdapat satu dari yang tersebut dibawah ini:
1. Riwayat, pemeriksaan fisik dan neurologik tidak menunjukkan
adanya kelainan organik
2. Riwayat, pemeriksaan fisik dan neurologik diduga adanya kelainan
organik, tetapi pemeriksaan neuro imaging dan pemeriksaan tambahan
lainnya tidak menunjukkan kelainan


3. Migren Hemiplegik familial
Migren dengan aura termasuk hemiparesis dengan criteria klinik yang sama seperti diatas
dan sekurang-kurangnya salah satu anggota keluarga terdekatnya mempunyai riwayat migren
yang sama
4. Migren basilaris
Migren dengan aura yang jelas berasal dari batang otak atau dari kedua lobi oksipitales.
Kriteria klinik sama dengan yang diatas dengan tambahan dua atau lebih dari gejala aura
seperti berikut ini:
Gangguan lapangan penglihatan temporal dan nasal bilateral
Disartia
Vertigo
Tinitus
Penurunan pendengaran
Diplospi
Ataksia
Parastesia bilateral
Parestesia bilateral dan penurunan kesadaran
5. Migren aura tanpa nyeri kepala
Migren jenis ini memiliki gejala aura yang khas tetapi tanpa diikuti oleh nyeri kepala.
Biasanya terdapat pada individu yang berumur lebih dari 40 tahun.
6. Migren dengan awitan aura akut
Migren dengan aura yang berlangsung penuh kurang dari 5 menit. Kriteria diagnosisnya
sama dengan criteria migren dengan aura, dimana gejala neurologik (aura) terjadi seketika
lebih kurang 4 menit, nyeri kepala teradi selama 4-72 jam (bila tidak diobati atau dengan
pengobatan tetapi tidak berhasil), selama nyeri berlangsung sekurangnya disertai dengan
mual atau muntah, fonofobia/fotofobia. Untuk menyingkirkan TIA maka dilakukan
pemeriksaan angiografi dan pemeriksaan jantung serta darah.
7. Migren oftalmoplegik
Migren jenis ini dicirikan oleh serangan yang berulangpulang yang berhubungan dengan
paresis satu atau lebih saraf otak okular dan tidak didapatkan
kelainan organik. Kriteria diagnosis terdiri dari sekurang-kurangnya 2 serangan disertai
paresisi saraf otak III, IV, dan VI serta tidak didapatkan kelainan serebrospinal.
8. Migren retinal
Terjadi serangan berulang kali dalam bentuk skotoma monokular atau buta tidak lebih dari
satu jam.Dapet berhubungan dengan nyeri kepala atau tidak.Gangguan ocular dan vascular
tidak dijumpai.
9. Migren yang berhubungan dengan gangguan intrakranial
Migren dan gangguan intracranial berhubungan dengan awitan secara temporal.Aura dan
lokasi nyeri kepala berhubungan erat dengan lesi intracranial. Keberhasilan pengobatan lesi
intrakranial akan diikuti oleh hilangnya serangan migren.






KRITERIA DIAGNOSIS MIGREN RETINAL

Sekurang-kurangnya terdiri dari 2 serangan sebagaimana tersebut di bawah ini:
A. Skotoma monokular yang bersifat reversibel atau buta tidak lebih dari 60
menit, dan dibuktikan dengan pemeriksaan selama serangan atau
penderita menggambarkan gangguan lapangan penglihatan monokular
selama serangan tersebut.
B. Nyeri kepala yang mengikuti gangguan visual dengan interval bebas
nyeri tidak lebih dari 60 menit, tetapi kadang-kadang lebih dari 60 menit.
Nyeri kepala bisa tidak muncul apabila penderita mempunyai jenis migren lain
atau mempunyai 2 atau lebih keluarga terdekat yang mengalami migren.
C. Pemeriksaan oftalmologik normal di luar serangan. Adanya emboli dapat
dapat disingkirkan dengan peneriksaan angiografi, CT scan, pemeriksaan
jantung dan darah.






KRITERIA DIAGNOSIS MIGREN DENGAN GANGGUAN INTRAKRANIAL

A. Sekurang-kurangnya terdapat satu jenis migren
B. Gangguan intracranial dibuktikan dengan pemeriksaan klinik dan neuro imaging
C. Terdapat satu atau keduanya dari:
1. Awitan migren sesuai dengan awitan gangguan intrakranial
2. Lokasi aura dan nyeri sesuai dengan lokasi gangguan intracranial
D. Bila pengobatan gangguan intracranial berhasil maka migren akan hilang dengan sendirinya









2.10 PENATALAKSANAAN
1,9,10
Terapi pada migraine dibagi menjadi 2 yaitu terapi medikamentosa dan non-
medikamentosa.
1. Terapi Medikamentosa
Tujuan dari terapi medikamentosa adalah untuk membantu penyesuaian psikologik
dan fisiologik penderita, mencegah berlanjutnya dilatasiarteri ekstrakranial tanpa mengurngi
aliran darah ke otak, serta menghambat aksi mediator humoral misalnya serotonin dan
histamin, dan mencegah vasokontriksi arteri intrakranial untuk memperbiki aliran darah otak.
a. Terapi abortif (terapi akut) dapat dilakukan antara lain dengan pemberian farmasi sebagai
berikut :
1) Sumatriptan
2) Zolmitriptan
3) Eletriptan
4) Rizatriptan
5) Naratriptan
6) Almotriptan
7) Frovatriptan
8) Analgesik opioid seperti meperidin
9) Cafergot yaitu kombinasi antara ergotamin tartat 1 mg dan kafein 100 mg.
Obat-obat yang memberikan efek nonspesifik pada serangan nyeri akut dapat
diberikan misalnya analgesik, sedariva, dan obat-obatan anticemas.Pada terapi abortif para
penderita migraine pada umumnya mencari tempatyang tenang dan gelap pada saat
serangan migraine terjadi karena fotofobia danfonofobia yang dialaminya. Serangan juga
akan sangat berkurang jika pada saatserangan penderita istirahat atau tidur.

b. Terapi Profilaktif
Tujuan dari terapi profilaktif adalah untuk mengurangi frekuensi berat
danlamanya serangan, meningkatkan respon pasien terhadap pengobatan, pengurangan
disabilitas dan mencegah terjadinya serangan akut.Terapi preventif yang dilaksanakan
mencakuppemakaian obat dimulai dengan dosis rendah yang efektif dinaikkan pelan-
pelansampai dosis efektif.
Indikasi terapi preventif berdasarkan faktor-faktor sebagaiberikut:
a. Serangan berulang yang mengganggu aktifitas
b. Nyeri kepala yang sering
c. Ada kontra indikasi terhadap terapi akut
d. Kegagalan terapi atau over use
e. Efek samping yang berat pada terapi akut
f. Biaya untuk terapi akut dan preventif
g. Keinginan yang diharapkan penderita munculnya gejala-gejala dan kondisi yang
luar biasa,umpamanya migren basiler hemiplegik, aura yang manjang
Efek klinik tercapai setelah 2-3 bulan pengobatan, pemberian edukasi supaya pasien
teratur memakai obat, diskusi rasional tentang pengobatan, efek samping obat.Pasien juga
dianjurkan untuk menulis headache diaryyang berguna untuk mengevaluasi serangan,
frekuensi, lama, beratnya serangan, disabilitas dan respon terhadap pengobatan yang
diberikan.
Obat preventif berdasarkan pertimbangan kondisi penderita.
a. Blokers, menurunkan frekuensi serangan .Kontra indikasi penderita asthma, diabetes
mellitus, penyakitvaskuler perifer, heart block, ibu hamil.
b. Calcium-channel blockers, efeknya agak lambat sampaibeberapa bulan mengurangi
frekuensi serangan +50%. Kontraindikasi: ibu hamil, hipertensi, aritmia dan congestive
heartfailure.
c. Serotonin receptor antagonists, (pizotifen) efektif mengurangifrekuensi sampai 50%-64%,
efek sampingnya lesu, berat badanmeningkat.
d. Methysergide, untuk profilaksis serangan berat, yang tidakrespon terhadap obat-obat
abortifKontra indikasinya : hipertensi, kelainan liver, ginjal, paru,jantung, kehamilan,
tromboflebitis. Efek samping : mual, kaku otot, batuk, halusinasi. Pemakaiannyatidak lebih
dari 6 bulan.
e. Tricyclicz, Amitriptiline dosisnya 25mg tiap malam sampai 50mg.Nortriptiline efek
anticholinergik ngantuknya lebih rendah.Kontra indikasinya kelainan liver, ginjal, paru,
jantung,glaukoma, hipertensi.
f. Anti-epileptics drugs, Sodium valproate, Valproic acid efektif. Efek sampingnya
mual,tremor, alopecia. Topiramate terbukti baik 50% penderitadengan dosis 2 x
100mg/hari mengurangi serangan + 26,3%.Efek samping astenia, tremor, pusing, ataksia,
berat badanmenurun. Gabapentin dengan dosis 900-2400 mg/harimenurunkan frekuensi
serangan 46%.

2. Terapi Non-medikamentosa
Pasien harus memperhatikan pencetus dari serangan migraine yang dialami,
seperti kurang tidur, setelah memakan makanan tertentu misalnya kopi, keju, coklat,
MSG, akibat stress, perubahan suhu ruangan dan cuaca, kepekaan terhadap cahaya
terang, kelap kelip, perubahan cuaca, dan lain-lain. Selanjutnya pasien diharapkan dapat
menghindari faktor-faktor pencetus timbulnya serangan migraine.Disamping itu, pasien
dianjurkan untuk berolahraga secara teratur untuk memperlancar aliran darah.Olahraga
yang dipilih adalah yang membawaketenangan dan relaksasi seperti yoga dan
senam.Olahraga yang berat sepertilari, tenis, basket, dan sepak bola justru dapat
menyebabkan migraine.


















DAFTAR PUSTAKA
1. Adam and Victor.2005, Migrain, Principle of neurology, Ed.VIII, Mc Graw-Hill Inc, New
York, hal.147.
2. Chawla J. Migraine Headache: Drugs and Diagnoses.
http://emedicine.medscape.com/article/1142556-diagnosis. diakses 10 september 2014
3. Darwin Amir, 2008 .Buku Ajar Penyakit Saraf. Edisi I.Bagian Penyakit Saraf Fakultas
Kedokteran Universitas Andalas , hal 153 -154.
4. Harsono. 2008 ,Migren. Buku Ajar Neurologis Klinis. Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf
Indonesia dan UGM. Hal 289-299
5. Harsono. 2007. Kapita Selekta Neurologi Edisi Kedua. Gadjah Mada University.
Yogyakarta.
6. Edward T. Creagan, M.D., Disease and Condition Migraine .
http://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/migraine-headache/basics/definition/con-
20026358. diakses10 september 2014
7. University of Maryland Medical Centre. Migrain Headache.
http://umm.edu/health/medical/reports/articles/migraine-headaches diakses 10 09 2014
8. A.D.A.M. Medical Encyclopedia, Migraine Headache.
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmedhealth/PMH0001728/ diakses 10 september 2014
9. Sadeli, H.A. 2006. Penatalaksanaan Terkini Nyeri Kepala Migrain. Kumpulan Makalah
Pertemuan Ilmiah Nasional II. Perhimpunan Dokter Spesialis SarafIndonesia, Universitas
Airlangga: Surabaya.
10. J.luc. Migraine. http://medicastore.com/penyakit/23/Sakit_Kepala_Migren.html diakses10
september 2014
BAB III
LAPORAN KASUS

STATUS PASIEN
Seorang pasien wanita berumur 25 tahun ke poliklinik RSUD Solok l Padang tanggal 19
Desember 2013 dengan:
Keluhan Utama
Nyeri kepala sejak 2 hari yang lalu
Riwayat Penyakit Sekarang:
- Nyeri kepala sejak 2 hari yang lalu, nyeri terutama di kepala sebelah kanan, nyeri seperti
ditarik dan berdenyut-denyut, terus- menerus, lama nyeri lebih kurang 30 menit, nyeri
kepala timbul dan bertambah bila mencium asap rokok dan melihat cahaya yang silau
dan apabila berjalan, nyeri berkurang dengan beristirahat atau tidur. Nyeri kepala pasien
lebih dari 5x dalam 72 jam Pasien mual dan muntah sebanyak 1x, muntah tidak
menyemprot, berisi apa yang dimakan.
- Nafsu makan berkurang sejak sakit
Riwayat Penyakit Dahulu
- Pasien sudah menderita sakit kepala sejak usia remaja. Sejak saat itu pasien sering
menderita sakit kepala, hilang timbul, makin lama semakin sering dan semakin berat
apabila pasien stress. Setiap kali sakit, pasien seringnya tidur dan setelah bangun nyeri
kepala hilang.
- Riwayat hipertensi tidak ada.
Riwayat Penyakit Keluarga
- Adik lelaki pasien turut mengeluhkan nyeri kepala yang sama.

Pemeriksaaan Fisik
Vital Sign
Keadaan umum : Sedang
Kesadaran : CMC
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Frekuensi nadi : 80x/menit
Frekuensi nafas : 20x / menit
Suhu : 37,5
0
C
Gizi : Baik
Status Intermus
Kepala : tidak ditemukan kelainan
Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
Pupil isokor, diameter 3 mm
Telinga : tidak ada kelainan
Hidung : tidak ada kelainan
Mulut : tidak ada kelainan
Leher : Kelenjar getah bening tidak membesar
Torak
Paru
Inspeksi : simetris
Palpasi : sukar dinilai
Perkusi : sonor
Auskultasi : vesikuler, ronchi (-), wheezing (-)
Jantung

Inspeksi : Iktus tidak terlihat
Palpasi : Iktus cordis teraba 1 jari medial LMCS RIC V
Perkusi : Batas jantung dalam batas normal
Auskultasi : Irama teratur, bising tidak ada

Abdomen : Inspeksi : tidak membesar
Palpasi : hepar dan lien tidak teraba.
Perkusi : timpani
Auskultasi : BU (+) N
Corpus vertebralis : tidak ada kelainan
Genitalia : tidak diperiksa

Status Neurologikus
Tanda rangsangan selaput otak :
kaku kuduk : (-) kernig : (-)
laseque : (-) brudzunski I : (-)
brudinski II : (-)
Tanda peningkatan TIK
muntah proyektil : (-)
sakit kepala progresif : (-)
Saraf - saraf otak
1. Nervi Kranialis
N I : Penciuman baik
N II : tajam penglihatan N/N, lapangan penglihatan N/N
melihat warna +/+
N III, IV, VI : pupil isokor, diameter 3 mm, reflek cahaya +/+,
gerakan mata ke lateral +/+
N V : motorik dan sensorik baik
N VII : raut muka simetris, plika nasolabialis simetris,
menutup mata +/+ , menggerakkan dahi +/+,
mencibir (+), bersiul (+)
N VIII : tidak ada kelainan
N IX : Reflek muntah (+)
N X : bias menelan, artikulasi jelas
N XI : menolehkan kepala (+), mengangkat bahu (+)
N XII : lidah tak ada deviasi
2. Koordinasi : Cara Berjalan : Normal, Tes supinasi (+), Tes jari
hidung (+), tes hidung jari (+), Disartri (-)

3. Motorik :
Ekstremitas superior Dekstra Sinistra
Pergerakan aktif aktif
Kekuatan 5/5/5 5/5/5
Tonus eutonus eutonus
Trofi eutrofi eutrofi


Ekstremitas inferior Dekstra Sinistra
Pergerakan aktif aktif
Kekuatan 5/5/5 5/5/5
Tonus eutonus eutonus
Trofi eutrofi eutrofi

4. Sensorik : Sensibilitas halus dan kasar baik
5. Fungsi otonom; BAB dan BAK terkontrol, sekresi keringat (+)
6. Reflek fisiologis
Biseps : +/+
Triseps : +/+
APR : +/+
KPR : +/+
7. Reflek patologis
Babinski : -/-
Chaddock : -/-
Oppenheim : -/-
Gordon : -/-
Schaffer : -/-
Hoffman Trommer : -/-
8. Fungsi luhur : baik



Diagnosa Klinik : Migrain tanpa aura
Diagnosa Topik : Intrakranial
Diagnosa Etiologi : idiopatik
Diagnosa Sekunder :

Pemeriksaan anjuran :


Penatalaksanaan
1. Umum
Istirahat
Kompres kepala dengan air dingin
Hindari faktor pencetus

2. Khusus
ergotamine tartrate oral 2mg, diulang 30 menit kemudian jika masih diperlukan.
Dosis yang diberikan dalam 24jam tidak lebih dari 6mg.

Prognosis
Quo ad vitam : bonam
Quo ad sanam : bonam


DISKUSI

Telah diperiksa seorang pasien perempuan umur 25 tahun yang datang ke poliklinik
RSUD Solok , dengan diagnosis migrain tanpa aura.
Diagnosis klinis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik Dari anamnesis
didapatkan nyeri kepala sejak 3 hari yang lalu, nyeri terutama di kepala sebelah kanan, nyeri
seperti ditarik dan berdenyut-denyut, terus- menerus, lama nyeri lebih kurang 30 menit, nyeri
kepala timbul dan bertambah bila mencium asap rokok dan melihat cahaya yang silau dan
apabila berjalan, nyeri berkurang dengan beristirahat atau tidur. Nyeri kepala pasien lebih dari
5x dalam 72 jam. Pasien mual dan muntah sebanyak 1x, muntah tidak menyemprot, berisi apa
yang dimakan. Pasien sudah menderita sakit kepala sejak usia remaja. Sejak saat itu pasien
sering menderita sakit kepala, hilang timbul, makin lama semakin sering dan semakin berat
apabila pasien stress. Setiap kali sakit, pasien sering membeli obat di toko obat.
Pasien memenuhi Kriteria Diagnostik Nyeri Kepala Perdossi 2005 yang diadaptasi dari
IHS ( International Headache Society) yaitu nyeri kepala yang lebih dari 5 kali dalam 4-72jam.
Nyeri kepala memenuhi 2 dari karakteristik berikut : unilateral, berdenyut, intensitas sedang atau
berat, bertambah berat dengan aktivitas fisik. Pada pasien ini ditemukan nyeri kepala
unilateral,intensitas sedang, nyeri kepala bertambah dengan aktivitas fisik. Selama nyeri kepala
disertai salah satu berikut : nausea dan atau muntah, fotofobia dan fonofobia.Ini terjadi karena
adanya hiperaktiftas impuls listrik otak meningkatkan aliran darah di otak, akibatnya terjadi
pelebaran pembuluh darah otak serta proses inflamasi. Pelebaran dan inflamasi ini menyebabkan
timbulnya nyeri dan gejala yang lain, misalnya mual. Semakin berat inflamasi yang terjadi,
semakin berat pula migrain yang diderita.. Pada pasien ini ditemukan mual, muntah dan
fotofobia. Pasien juga mempunyai riwayat keluarga migrain yaitu adik pasien sendiri. Adanya
hubungan genetik pada migren telah lama dikenal, meskipun tidak ditemukan pola pewarisan
secara Mendel yang konsisten. Hal ini menunjukkan adanya pola pewarisan yang bervariasi dan
kemungkinan adanya gen-geTelah diketahui bahwa faktor genetik berperan terhadap timbulnya
migrain multipel yang berinterkasi dengan factor lingkungan dalam pola multifaktorial. Pola
pewarisan yang jelas terdapat pada migrain hemiplegik familial, yakni subtipe yang langka dari
migraine dengan aura, yang memiliki pola autosom dominant.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran pasien komposmentis, tanda ranngsangan
meningeal tak ada, tanda peningkatan tekanan intrakranial tak ada dan pemeriksaan neurologis
lainnya dalam batas normal. Pada pasien tidak dilakukan pemeriksaan laboratorium.
Penatalaksanaan yang dilakukan pada pasien adalah diberikan ergotamine tartrate oral
2mg, diulang 30 menit kemudian jika masih diperlukan. Dosis yang diberikan dalam 24jam
tidak lebih dari 6mg untuk mengurangkan rasa nyeri pada pasien. Setelah itu, pasien
dinasihatkan untuk beristirehat dan sebaiknya tidur, kompres bagian yang sakit dengan air dingin
bagi mengkonstriksi pembuluh darah dan menghindari faktor pencetus pada pasien seperti stress,
asap rokok ataupun dari makanan

You might also like