You are on page 1of 13

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Faktor penentu atau determinan perilaku manusia sulit untuk dibatasi karena perilaku
merupakan resultan dari berbagai faktor, baik internal maupun eksternal (lingkungan).
Secara garis besar perilaku manusia dapat dilihat dari tiga aspek, yakni aspek fisik,
psikis, dan sosial. Akan tetapi dari ketiga aspek tersebut sulit untuk ditarik garis yang
tegas batas-batasnya. Secara lebih terinci, perilaku manusia sebenarnya merupakan
refleksi dari berbagai gejala kejiwaan, seperti pengetahuan, keinginan, kehendak, minat,
motivasi, persepsi, sikap dan sebagainya.
Ada pepatah mengatakan If there is a would there is a will. Jika diartikan maka
seseorang akan mendapatkan jalan, dalam kata lain berubah maka seseorang tersebut
harus ada kemauan dari dalam dirinya sendiri sebelum mendapatkan pengaruh dari
lingkungan, baik berupa dukungan ataupun paksaan. Teori yang dikemukakan oleh Blum
bahwa perilaku manusia itu mempunyai kontribusi yang sangat besar baik itu kesehatan,
lingkungan fisik, sosial dan budaya. Sehingga dalam kehidupan yang lebih baik faktor-
faktor itu sangat penting karena memiliki mata rantai yang berkesinambungan.
Untuk merubah perilaku seseorang, tentunya harus diberikan sebuah motivasi, dengan
motivasi orang tersebut merasa memiliki dukungan penuh untuk perubahan sikapnya,
disamping kemauannya. Untuk perubahan perilaku ada yang menerapkan berbagai teori
para ahli. Salah satu teori perubahan perilaku yang terkenal adalah teori Roger dan
Lewin, serta teori para ahli lainnya. Dengan adanya teori perubahan perilaku, bisa dicoba
untuk mengungkapkan determinan perilaku dari analisis faktor-faktor yang
mempengaruhi perilaku, khusunya perilaku yang berhubungan dengan kesehatan.
1.2 Rumusan Masalah
Dari kasus 4 tersebut dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana permasalahan yang dapat ditentukan dari kasus 4?
2. Apa faktor penyebab terjadinya masalah pada kasus 4?
3. Bagaimana mengidentifikasi stimulus, organisme dan reaksi pada kasus 4 sesuai
dengan teori SOR?
2

1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini yaitu untuk mengetahui masalah dari kasus
4, faktor penyebabnya dan strategi perubahan perilaku pada kasus tersebut.

1.4 Manfaat
Manfaat yang bisa kita dapat sebagai mahasiswa dalam membahas mengenai strategi
perubahan perilaku yaitu:
1. Bisa mengetahui berbagai perilaku yang ada di masyarakat
2. Bisa mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku

























3

BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep dan Teori Perilaku

Dari sudut biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme yang
bersangkutan, yang dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung. Perilaku
manusia adalah suatu aktivitas manusia itu sendiri (Soekidjo,N.,1993: 55). Secara
operasional, perilaku dapat diartikan suatu respons organisme atau seseorang terhadap
rangsangan dari luar subjek tersebut ((Soekidjo,N.,1993: 58). Ensiklopedia Amerika,
perilaku diartikan sebagai suatu aksi-reaksi organisme terhadap lingkungannya. Perilaku
baru terjadi apabila ada sesuatu yang diperlukan untuk menimbulkan reaksi, yakni yang
disebut rangsangan. Berarti rangsangan tertentu akan menghasilkan reaksi atau perilaku
tertentu (Notoatmodjo,S.,1997:60).
Skiner (1938), perilaku merupakan respos atau reakasi seseorang terhadap stimulus
(rangsangan dari luar). Dengan demikian perilaku manusia terjadi melalui proses :
stimulus-- organisme-respons, sehingga teori ini di sebut teori S-O-R. skinner
menjelaskan adanya dua jenis respons, yaitu:
a. Respondent response atau reflektif, yakni respons yang di timbulkan oleh rangsangan
rangsangan tertentu yang disebut eliciting stimuli, menimbulkan respons yang
relative tetap.
b. Operant Response atau instrumental response, yakni respons yang timbul dan
berkembang kemudian diikuti oleh stimulus atau perangsang tertentu. Perangsang ini
disebut reinforcing stimulation atau reinforce, karena memperkuat respons.

2.2 Ciri-ciri Perilaku
Menurut Sarlito Wirawan Sarwono (1983), ciri-ciri perilaku manusia yang
membedakan dari makhluk lain adalah kepekaan sosial, kelangsungan perilaku, orientasi
pada tugas, usaha dan perjuangan, tiap individu adalah unik.
1. Kepekaan sosial
Kemampuan manusia untuk dapat menyesuaikan perilakunya sesuai
pandangan dan harapan orang lain. Manusia adalah makhluk sosial yang dalam
hidupnya perlu kawan dan bekerja sama dengan orang lain. Perilaku manusia
4

adalah situasional yang artinya perilaku manusia akan berbeda pada situasi yang
berbeda.
2. Kelangsungan perilaku
Antara perilaku yang satu ada kaitannya dengan perilaku yang lain, perilaku
sekarang adalah kelanjutan perilaku yang baru lalu, dan seterusnya. Perilaku
manusia terjadi secara berkesinambungan bukan secara merata.
Jadi sebenernya perilaku manusia tidak pernah berhenti pada suatu saat.
Perilaku pada masa lalu merupakan pesiapan bagi perilaku kemudian dan perilaku
kemudian kelanjutan perilaku sebelumnya. Fase-fase perkembangan manusia
bukanlah suatu fase perkembangan yang berdiri sendiri, terlepas dari
perkembangan dalam kehidupan manusia.
3. Orientasi pada tugas
Bahwa setiap perilaku manusia selalu memiliki orientasi pada tugas tertentu.
Seseorang mahasiswa yang rajin belajar menuntut ilmu, orientasinya adalah untuk
dapat menguasai ilmu pengetahuan tertentu. Demikian juga individu yang bekerja,
berorientasi untuk hasil sesuatu.
4. Usaha dan perjuangan
Usaha dan perjuangan pada manusia telah dipilih dan ditentukan sendiri, serta
tidak akan memperjuangkan sesuatu yang memang tidak ingin diperjuangankan.
Jadi, sebenernya manusia memiliki cita-cita yang ingin diperjuangkannya,
sedangkan hewan hanya berjuang untuk mendapatkan sesuatu yang sudah tersedia
di alam.
2.3 Proses Pembentukan Perilaku
Menurut Walgito (2003), pembentukan perilaku dibagi menjadi 3 cara sesuai keadaan
yang diharapkan yakni:
1. Cara pembentukan peilaku dengan kondisioning atau kebiasaan
Salah satu cara pembentukan perilaku dapat ditempuh dengan kebiasaan. Dengan
cara membiasakan diri untuk berperilaku seperti yang diharapkan, akhirnya akan
terbentuklah perilaku tersebut. Cara ini didasarkan atas teori belajar kondisioning
baik dikemukakan oleh Pavlov maupun oleh Thorndike dan Skinner terdapat
pendapat yang tidak seratus persen sama, namun para ahli tersebut mempunyai
dasar pandangan yang tidak jauh berbeda satu dengan yang lain.

5

2. Pembentukan perilaku dengan pengertian (insight)
Disamping pembentukan perilaku dengan kondisioning atau kebiasaan,
pembentukan perilaku dapat ditempuh dengan pengertian atau insight. Cara ini
berdasarkan atas teori belajar kognitif, yaitu belajar dengan disertai dengan adanya
pengertian. Bila dalam eksperimen Throndike dalam belajar yang dipentingkan
adalah soal latihan, maka dalam eksperimen Kohler dalam belajar yang penting
adalah pengertian atau insight. Kohler adalah seorang tokoh dalam psikologi
Gestalt dan termasuk dalam aliran kognitif.
3. Pembentukan perilaku dengan menggunakan model
Disamping cara-cara pembentukan perilaku seperti tersebut di atas, pembentukan
perilaku masih dapat ditempuh dengan menggunakan model atau contoh.
Pemimpin dijadikan model atau contoh oleh yang dipimpinnya. Cara ini didasarkan
atas teori belajar sosial (social learning theory) atau observational learning theory
yang dikemukakan oleh Bandura (1977).









2.4 Perubahan Perilaku dan Indikatornya
Perubahan atau adopsi perilaku baru adalah suatu proses yang kompleks dan
memerlukan waktu yang relative lama. Secara teori perubahan perilaku seseorang
menerima atau mengadopsi perilaku baru dalam khidupannya melalui tiga tahap.
1. Perubahan Pengetahuan
Sebelum seseorang mengadopsi perilaku (berperilaku baru) ia harus tahu
terlebih dahulu apa arti atau manfaat perilaku tersebut bagi dirinya atau
6

keluarganya. Indikator-indikator apa yang dapat digunakan untuk mengetahui
tingkat pengetahuan atau kesadaran terhadap kesehatan, dapat dikelompokkan
menjadi:
a) Pengetahuan tentang sakit dan penyakit yang meliputi:
- Penyebab penyakit
- Gejala atau tanda-tanda penyakit
- Cara pengobatan
- Cara penularan
- Cara pencegahannya
b) Pengetahuan tentang cara pemeliharaan kesehatan dan cara hidup sehat,
meliputi:
- Jenis-jenis makanan yang bergizi
- Manfaat makanan bergizi bagi kesehatan
- Pentingnya olahraga bagi kesehatan
- Penyakit-penyakit akibat merokok, minuman keras, narkoba
- Pentingnya istirahat cukup, relaksasi, rekreasi
c) Pengetahuan tentang kesehatan lingkungan
- Manfaat air bersih
- Cara pembuangan limbah yang benar
- Manfaat pencahayaan dan penerangan rumah
- Akibat berbagai polusi
2. Sikap
Telah diuraikan di atas bahwa sikap adalah penilaian (bisa berupa pendapat)
seseorang terhadap stimulus atau objek ( dalam hal ini adalah masalah kesehatan,
termasuk penyakit). Setelah seseorang mengetahui stimulus, proses selanjutnya
akan menilai ataubersikap terhadap stimulus kesehatan tersebut. Oleh sebab itu
indicator untuk sikap kesehatan juga sejalan dengan pengetahuan kesehatan
seperti di atas, yakni :
a. Sikap terhadap sakit dan penyakit
Sebagaimana penilaian atau pendapat seseorang terhadap gejala atau tanda-
tanda penyakit, penyebab penyakit, cara penularan penyakit, cara pencegahan
penyakit, dan sebagainya.
b. Sikap cara pemeliharaan dan cara hidup sehat
Penilaian atau pendapat seseorang terhadap cara-cara memelihara dan cara-
cara (berperilaku) hidup sehat. Dengan perkataan lain pendapat atau penilaian
terhadap makanan, minuman, olahraga, relaksasi (istirahat) atau istirahat
cukup, dan sebagainya bagi kesehatannya.
c. Sikap terhadap kesehatan lingkungan.
7

Pendapat atau penilaian seseorang terhadap lingkungan dan pengaruhnya
terhadap kesehatan. Misalnya pendapat atau penilaian terhadap air bersih,
pembuangan limbah, polusi dan sebagainya

3. Praktik dan tindakan (practice)
Setelah seseorang mengetahui stimulus atau objek kesehatan, kemudian
mengadakan penilaian atau pendapat terhadap apa yang diketahui, proses
selanjutnya diharapkan ia akan melaksanakan atau mempraktikan apa yang
diketahui atau disikapinya (dinilai baik). Inilah yang disebut praktik (practice)
kesehatan, atau dapat juga dikatakan perilaku kesehatan (overt behavior). Oleh
sebab itu indicator praktik kesehatan ini juga mencakup hal-hal tersebut di atas,
yakni:
a. Tindakan (praktik) sehubungan dengan penyakit
Tindakan atau perilaku ini mencakup
1. Pencegahan penyakit, mengimunisasikan anaknya, melakukan pengurasan
bak mandi seminggu sekali, menggunakan masker pada waktu kerja di
tempat yang berdebu, dan sebagainya
2. Penyembuhan penyakit, misalnya : minum obat sesuai petunjuk dokter,
melakukan anjuran-anjuran dokter, berobat ke fasilitas pelayanan kesehatan
yang tepat dan sebagainya.

b. Tindakan (praktik) pemeliharaan dan peningkatan kesehatan
Tindakan atau perilaku ini mencangkup antara lain: mengonsumsi makanan
dengan gizi seimbang, melakukan olahraga secara teratur, tidak merokok,
tidak minum minuman keras dan narkoba, dan sebagainya.

c. Tindakan (praktik) kesehatan lingkungan
Perilaku ini antara lain mencakup: membuang air besar di jamban (WC),
membuang sampah ditempat sampah, menggunakan air bersih untuk mandi,
cuci, masak dan sebagainya.

2.5 Teori Strategi Perubahan Perilaku
2.5.1 Teori Stimulus Organisme
Teori ini didasarkan pada asumsi bahwa penyebab terjadinya perubahan
perilaku tergantung kepada kualitas rangsang (stimulus) yang beromunikasi dengan
organisme. Artinya, kualitas dari sumber komunikasi (sources) misalnya
8

kreadibilitas kepemimpinan, dan gaya berbicara sangat menentukan keberhasilan
perubahan perilaku seseorang, kelompok, atau masyarakat.
Hosland, et al. (1953) mengatakan bahwa perubahan perilaku pada hakikatnya
adalah sama dengan proses belajar. Proses perubahan perilaku tersebut
menggambarkan proses belajar pada individu yangterdiri dari:
a. Stimulus (rangsang) yang diberikan kepada organisme dapat ditrima atau
ditolak. Apabila stimulus tersebut tidak diterima atau ditolak berarti stimulus
itu tidak efektif dalam mempengaruhi perhatian individu, dan berhenti disini.
Tetapi apabila stimulus diterima oleh organisme berarti ada perhatian dari
individu dan stimulus tersebut efektif.
b. Apabila stimulus telah mendapatkan perhatian dari organisme (diterima) maka
ia mengerti stimulus ini dan dilanjutkan kepada proses berikutnya.
c. Setelah itu organisme mengolah stimulus tersebut sehingga terjadi kesediaan
untuk bertindak demi stimulus yang telah diterimanya (bersikap).
d. Akhirnya dengan dukungan fasilitas serta dorongan dari lingkungan maka
stimulus tersebut mempunyai efek tindakan dari individu tersebut (perubahan
perilaku)
Selanjutnya teori ini mengatakan bahwa perilaku dapat berubah hanya apabila
stimulus (rangsang) yang diberikan benar-benar melebihi dari stimulus semuala.
Stimulus yang dapat melebihi stimulus semula ini berarti stimulus yang diberikan
harus dapat meyakinkan organisme. Dalam meyakinakan organisme faktor
reinforcement memegang peranan penting. Proses perubahan perilaku berdasarkan
teori SOR dapat digambarkan sebagai berikut:









Stimulus
Organisme
Perhatian
Pengertian
Peneriamaan
Reaksi
(Perubahan Sikap)
Reaksi
(Perubahan Praktik)
9

2.5.2 Teori Kurt Lewin
Kurt Lewin (1970) berpendapat bahwa perilaku manusia adalah sutu keadaan
yang seimbang antara kekuatan-kekuatan pendorong (driving forces) dan kekuatan-
kekuatan penahan (restining forces). Perilaku itu dapat berubah apabila terjadi
ketidakseimbangan antara kedua kekuatan tersebut di dalam diri seseorang
sehingga ada tiga kemungkinan terjadinya perubahan perilaku pada diri seseorang
yakni:
a. Kekuatan-kekuatan pendorong meningkat. Hai ini terjadi karena adanya
stimulus-stimulus yang mendorong untuk terjadinya perubahan-perubahan
perilaku. Stimulus ini berupa penyuluhan-penyuluhan atau informasi-informasi
sehubungan dengan perilaku yang bersangkutan. Misalnya, seseorang yang
belum ikut KB (ada keseimbangan antara pentingnya mempunyai anak sedikit
dengan kepercayaan banyak anak banyak rezeki) dapat berubah perilakunya
berKB, ditingkatkan keyakinannya dengan penyuluhan-penyuluhan atau usaha
lain.

Kekutan pendorong.........meningkat
Perilaku semula
Kekuatan penahan.........tetap
Perilaku baru

b. Kekutan-kekuatan penahan menurun. Hali ini terjadi karena adanya stimulus-
stimulus yang memperlemah kekuatan penahan tersebut. Misalnya pada contoh
di atas, dengan pemberian pengertian kepada orang tersebut bahwa banyak anak
banyak rezeki adalah kepercayaan yang salah, maka kekuatan penahan tersebut
melemah dan akan terjadi perubahan perilaku pada orang tersebut.

Pendorong.........tetap
Perilaku semula
Penahan.........menurun
Perilaku baru

10

c. Kekuatan pendorong meingkat, kekuatan penahan menurun. Dengan keadaan
semacam ini jelas akan terjadinya perubahan perilaku. Seperti pada contoh juga,
penyuuhan KB yang memberikan pengertian terhadap orang tersebut tentang
pentingnya ber-KB dan tidak benarnya kepercayaan banyak anak banyak rezeki
akan meningkatkan kekutan pendorong dan sekaligus menurunkan kekuatan
penahan.



Pendorong.........meningkat
Perilaku semula
Penahan.........tetap
Perilaku baru
2.5.4 Teori Lippitt
Proses perubahan lain adalah fase perubahan Lippit, yang memfokuskan pada
peran agen pengubah (change agent) dan hal ini dijelaskan oleh Sullivan & Decker
(1992). Strategi pemecahan masalah, berhubungan, dan kemahiran berkomunikasi
digunakan selama proses perubahan dengan anggota system sebagai target utama.
Teori Lewin dikembangkan menjadi tujuh tahapan proses berikut ini:
- Miliki kumpulan data individu yang penting, pemecahan masalah, dan berikan
diagnosis pada masalah.
- Pertimbangkan berbagai hambatan keuangan dan sumber daya manusia yang
ada. Analisis fungsi organisasi dan strukturnya. Perkirakan kapasitas seluruh
perubahan dengan motivasi. Bandingkan solusi dan tentukan prioritas.
- Sumber dan motivasi agen perubahan dapat dijadikan modal. Analisis penilaian
diri dan pertimbangkan kekuatan dasar, tingkat energy, rencana ke depan, dan
komitmen untuk berubah.
- Seleksi sasaran perubahan yang progresif. Tetapkan strategi, rencana tindakan
dan metode evaluasi.
- Seleksi peran agen pengubah: penggembira (cheersleader) fasilitator kelompok,
keahlian, atau konsultan. Buatlah harapan yang jelas dengan mengidentifikasi
peran yang telah dipilih untuk agen pengubah.
- Pertahankan perubahan dengan komunikasi, umpan balik, revisi, dan koordinasi.
- Setelah perubahan diterima dan melembaga, agen pengubah menarik diri.


11

BAB III
PEMBAHASAN

Kasus 4
Di rumah sakit ditemukan klien umur 50 tahun, perempuan yang dirawat dengan tekanan
darah tinggi. Klien tersebut sudah 3 kali dirawat, dan kejadiannya sering karena tidak displin
makan dan gaya hidup yang salah. Keluarga kurang mendukung malah sering menajdikan
klien stress.
Permasalahan dari kasus di atas antara lain tidak displin makan, gaya hidup yang
salah serta tidak ada dukungan dari keluarga. Faktor yang menyebabkan terjadinya masalah
tersebut,adanya faktor internal dari dalam dirinya sendiri yaitu sikap tidak displin dan faktor
lingkungan yaitu dukungan keluarga. Untuk merubah perilaku orang seseorang yang ada di
kasus tersebut, strategi perubahan perilaku yang digunakan adalah teori stimulus organisme
(SOR). Telah dijelaskan bahwa teori stimulus organisme didasarkan pada asumsi bahwa
penyebab terjadinya perubahan perilaku tergantung kepada kualitas rangsang (stimulus) yang
berkomunikasi dengan organisme. Artinya, kualitas dari sumber komunikasi (sources)
misalnya kreadibilitas kepemimpinan, dan gaya berbicara sangat menentukan keberhasilan
perubahan perilaku seseorang, kelompok, atau masyarakat. Strategi perubahan perilakunya
yaitu sebagai berikut :
1. Ny.X diberi stimulus berupa penjelasan mengenai pentingnya disiplin makan
dengan mengatur pola hidup yang sehat. Agar stimulus dapat diterima oleh pasien,
maka stimulus harus bersifat efektif. Sehingga, dalam penjelasan mengenai pola
hidup sehat serta disiplin makan harus disertai dengan pendidikan kesehatan yang
menarik, misalkan berupa leaflet. Berhubung Ny.X penderita hipertensi sehingga
isi dari leafletnya berisi diit hipertensi. Stimulus (rangsang) yang diberikan kepada
organisme, Apabila stimulus tersebut tidak diterima atau ditolak berarti stimulus
itu tidak efektif dalam mempengaruhi perhatian individu, dan berhenti disini.
Tetapi apabila stimulus diterima oleh organisme berarti ada perhatian dari
individu dan stimulus tersebut efektif.
2. Apabila Ny.X telah mengerti mengenai diit hipertensi maka Ny.X akan merubah
pola hidup sehatnya secara bertahap. stimulus telah mendapatkan perhatian dari
12

organisme (diterima) maka ia mengerti stimulus ini dan dilanjutkan kepada proses
berikutnya.
3. Setelah diit hipertensi dilakukan secara bertahap hingga terus menerus, maka
perubahan perilaku sehat pada diri Ny.X pun akan muncul. Bahwa setiap perilaku
manusia selalu memiliki orientasi pada tugas tertentu.
4. Dengan melihat perubahan perilaku sehat pada Ny.X, keluarga pun akan ikut serta
mendukung untuk terus menjaga kesehatan Ny.X. Sehingga Ny.X pun senang
karena dengan perubahan perilaku sehatnya ia lebih diperhatikan keluarga. dengan
dukungan fasilitas serta dorongan dari lingkungan maka stimulus tersebut
mempunyai efek tindakan dari individu tersebut (perubahan perilaku).




















Stimulus ( Pendidikan
kesehatan dan leaflet diit
hipertensi)
Reaksi
(Perubahan Sikap: diit hipertensi
dilakukan secara bertahap )
Reaksi
(Perubahan Praktik: melakukan diit
hipertensi dan mendapat perhatian
dari keluarga)
Organisme
Perhatian (Pasien tertarik dengan
leaflet dan penkes yang diberikan)
Pengertian (pasien memahami isi
leaflet dan penkes)
Peneriamaan (stimulus diterima
pasien)

13

BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Pada dasarnya perilaku merupakan refleksi dri berbagai aspek fisik dan non fisik. Hal
ini disebabkan karena perilaku manusia sangat dominan dipengaruhi oleh aspek
kejiwaan, sosial dan antropologi. Skiner (1938), perilaku merupakan respos atau reakasi
seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Dengan demikian perilaku manusia
terjadi melalui proses : stimulus, organisme dan respons, sehingga teori ini di sebut teori
S-O-R. Ciri-ciri perilaku manusia yang membedakan dari makhluk lain adalah kepekaan
sosial, kelangsungan perilaku, orientasi pada tugas, usaha dan perjuangan, tiap individu
adalah unik. Tentunya perubahan perilaku itu banyak faktor penyebabnya sehingga
diperlukan usaha yang sungguh-sungguh untuk mengubahnya.
4.2 Saran
Sebagai mahasiswa keperawatan hendaknya kita mengetahui beberapa teori
perubahan perilaku, sehingga ketika melakukan pendekatan kepada pasien berupa
promosi kesehatan bisa lebih efektif. Karena dari berbagai teori yang sudah ada memiliki
keunikan masing-masing tergantung bagaimana kita menerapkan dalam promosi
kesehatan untuk mengubah perilaku hidup pasien ke arah yang lebih baik dan tentunya
sehat.

You might also like