You are on page 1of 25

DEFINISI MORBUS HANSEN (LEPRA)

Penyakit infeksi kronis yang disebabkan oleh


kuman Mycobacterium leprae yang menyerang
saraf tepi (primer), kulit & jaringan tubuh lainya,
kecuali susunan saraf pusat.
EPIDEMIOLOGI
Di Indonesia tercatat 33.739 orang penderita lepra.
Indonesia merupakan negara ketiga terbanyak
penderitanya setelah India dan Brasil dengan
prevalensi 1,7 per 10.000 penduduk.
PATOFISIOLOGI
M. Leprae ( Parasis Obligat Intraseluler ) terutama
terdapat pada sel macrofag sekitar pembuluh darah
pada dermis atau sel Schwann jaringan saraf, bila
kuman masuk tubuh tubuh bereaksi mengeluarkan
macrofag ( berasal dari monosit darah, histiosit )
untuk memfagosit.
Tipe LL ; terjadi kelumpuhan system imun seluler tinggi
macrofag tidak mampu menghancurkan kuman dapat
membelah diri dengan bebas merusak jaringan.
Tipe TT ; fase system imun seluler tinggi macrofag dapat
menghancurkan kuman hanya setelah kuman
difagositosis macrofag, terjadi sel epitel yang tidak
bergerak aktif, dan kemudian bersatu membentuk sel
dahtian longhans, bila tidak segera diatasi terjadi reaksi
berlebihan dan masa epitel menimbulkan kerusakan
saraf dan jaringan sekitar
GEJALA
1. Kelainan saraf tepi
kerusakan bisa bersifat sensorik, motorik dan
autonomik.
sensorik hipostesi, anastesi pada lesi
motorik kelemahan otot (ekstremitas, muka,
otot mata)
Autonomik persarafan kelenjar keringat
sehingga lesi terserang tampak lebih kering
Gejala lain : pembesaran saraf tepi yang dekat
permukaan kulitn.ulnaris, n.aurikularis
magnus, n.peroneus komunis, n.tibialis
posterior

2. Kelainan kulit dan organ lain
hipopigmentasi, atau eritematus dengan gangguan
estesi yang jelas. Gejala lanjut al:
Facies leonina
Penebalan cuping telinga
Madarosis
Glove & stocking anaestesia
Menurut Ridley dan Joplin membagi klasifikasi kusta
berdasarkan gambaran klinis, bakteriologik, histo
patologik, dan position imun penderita menjadi :
a. TT : Lesi berupa makula hipo pigmantasi/eutematosa
dengan permukaan kering dan kadang dengan skuama
di atasnya. Jumlah biasanya yang satudenga yang besar
bervariasi. Gejala berupa gangguan sensasibilitas,
pertumbuhan langsung dan sekresi kelenjar keringat.
BTA (-) dan uji lepramin ( + ) kuat.

b. BT : Lesi berupa makula/infiltrat eritematosa dengan
permukaan kering bengan jumlah 1-4 buah, gangguan
sensibilitas ( + )
c. Lesi berupa mamakula/infiltrat eritematosa permukaan
agak mengkilat. Gambaran khas lesi punched out
dengan infiltrat eritematosa batas tegas pada tepi
sebelah dalam dan tidak begitu jelas pada tepi luarnya.
Gangguan sensibilitas sedikit, BTA ( + ) pada sediaan
apus kerokan jaringan kulit dan uji lepromin ( ).

d. BL : Lesi infiltrat eritematosa dalam jumlah banyak,
ukuran bervariasi, bilateral tapi asimetris, gangguan
sensibilitas sedikit/( ), BTA ( + ) banyak, uji Lepromin (
).
e. LL : Lesi infiltrat eritematosa dengan permukaan
mengkilat, ukuran kecil, jumlah sangat banyak dan
simetris. BTA ( + ) sangat banyak pada kerokan jaringan
kulit dan mukosa hidung, uji Lepromin ( ).

WHO membagi menjadi dua kelompok,
yaitu :
1) Pansi Basiler (PB) : I, TT, BT
2) Multi Basiler (MB) : BB, BL, LL

KASUS
Nama : Ny. X
Usia : 35 tahun
Alamat : jl. Melati no 4 malang
Keluhan Utama : bercak putih di pipi kiri
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG :
Pasien mengeluh timbulnya dua bercak berwarna
putih pada daerah pipi. Bercak dirasakan tidak
nyeri dan tidak gatal, tetapi dirasakan tebal dan
seperti mati rasa. Selain itu didapatkan
pembesaran saraf pada leher kiri. Keluhan
dirasakan sudah sejak 9 bulan yang lalu, tetapi
belum berobat dan dirasakan semakin lama
semakin membesar.

RIWAYAT PENYAKIT DAHULU YANG PERNAH
DIDERITA

Riwayat MRS (-)
Riwayat diabetes (-)
Riwayat asma (-)
Riwayat alergi (-)
Riwayat penyakit jantung (-)
Riwayat Gizi : Pasien makan 2-3 kali sehari

RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA :
Riwayat penyakit serupa (-)
Riwayat asma (-)
Riwayat penyakit jantung (-)
Riwayat diabetes (-)
Riwayat alergi (-)
RIWAYAT KEBIASAAN

Riwayat merokok (-)
Riwayat minum alkohol (-)
Riwayat olahraga (+), lari pagi

PEMERIKSAAN FISIK
Kulit : 2 bercak hipopigmentasi (+), bentuk macula,
batas jelas, sedikit kering, parestesi
wajah : bulu alis tipis (mandarosis)
Leher : pembesaran saraf (+) leher kiri,

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hasil BTA : (-)

DIAGNOSA
Morbus Hansen tipe PB
(pausibasiler)

TATALAKSANA
Non Medikamentosa (KIE)
Menjelaskan pada pasien bahwa penyakit ini bisa
disembuhkan, tetapi pengobatan akan berlangsung lama,
antara 12-18 bulan, untuk itu pasien harus rajin
mengambil obat di puskesmas dan tidak boleh putus
obat.
Jika dalam masa pengobatan, tiba-tiba badan pasien
menjadi demam, nyeri di seluruh tubuh, disertai bercak-
bercak kemerahan, maka harus segera mencari
pertolongan ke saranan pelayanan kesehatan.
Penyakit ini mengganggu syaraf sehingga mungkin akan
terjadi kecacatan jika tidak ada tindakan pencegahan
Medikamentosa Dinda Kartika Dwiandita, S.ked
SIP: 2061210024
Praktik: Hari Praktik:
Jl Sempu 12 Senin-jumat
Malang Pukul 17.00-20.00

Malang, 06-11-2011

R/ Rifampicin kapl 600 mg No. CLXXX
s. 1 dd kapl I a.c
D
R/ DDS tab 100 mg No. CLXXX
s. 1 dd kapl I a.c
D
R/ Lamprene cap 50 mg No. CLXXX
s. 1 dd cap I a.c
D






Pro : Ny. X
Usia: 35 thn
PEMBAHASAN
Rimfampicin
Rifampicin tidak boleh diberikan sebagai
monoterapi, oleh karena akan memperbesar
kemungkinan terjadinya resistensi.
Rifampicin berfungsi sebagai bakterisid
ESO: hepatotoksik, nefrotoksik, gejala
gastrointestinal, flu-like syndrome, dan erupsi kulit.
IO: menurunkan efek antikoagulan kumarin, obat
anti diabetic oral.
Mekanisme: menghambat sintesis RNA bakteri
dengan mengikat subunit dari Beta-dependent RNA
polymerase, menghambat transkripsi RNA.

DDS/ dapsone ( diaminodifenil sulfon)
Dapson merupakan sintetis dari sulfon anti-infeksi
ESO: Tergantung dosis, jarang terjadi pada dosis lazim
untuk pengobatan lepra,
IO: Meningkatkan efek/toksisitas: Antagonis asam folat
(metotreksat) dapat meningkatkan risiko reaksi
hematologi dapson; probenecid menurunkan ekskresi
dapson; penggunaan bersamaan trimetoprim dengan
dapson dapat meningkatkan efek toksik kedua obat,
dengan penghambat CYP3A4 dapat meningkatkan
efek/kadar dapson; contoh inhibitor meliputi antifungi
golongan azole, klaritromisin, diklofenak, doksisiklin,
erythromycin, imatinib, isoniazid, nefazodone,
nicardipine, propofol, inhibitor protease, quinidine,
telithromycin, dan verapamil.
Menurunkan efek: induser CYP3A4 menurunkan
efek/kadar dapson : contoh inducer meliputi
aminoglutetimid, carbamazepin, efavirenz, fosfenytoin,
nafcillin, nevirapine, oxcarbazine, fenobarbital, fenytoin,
primidon, dan rifamisin.
Didanosine (kecuali kapsul salut enterik) dapat
menurunkan absorpsi dapson
Mekanisme: Antagonis kompetitif dengan para-
aminobenzoic acid (PABA) dan mencegah penggunaan
PABA secara normal oleh bakteri untuk sintesis asam
folat. Sebagai antibakteri dapson, menghambat bakteri
sintesis asam dihydrofolic , melalui persaingan dengan
para-aminobenzoate untuk situs aktif sintetase
dihydropteroate
Klofazimin (lamprene)
Clofazimine juga memiliki efek anti-inflamasi ditandai dan
diberikan untuk mengendalikan reaksi kusta
Mekanisme: Clofazimine bekerja dengan mengikat basa
guanin DNA bakteri, sehingga menghalangi fungsi
template DNA dan proliferasi bakteri menghambat. Hal ini
juga meningkatkan aktivitas fosfolipase A2 bakteri, yang
menyebabkan pelepasan dan akumulasi
lysophospholipids, yang beracun dan menghambat
proliferasi bakteri.
ESO: Enteritis eosinofilik, GI iritasi, dan perubahan warna
kulit setelah terpapar matahari

TERIMA KASIH

You might also like