You are on page 1of 5

METODE PELAKSANAAN DERMAGA

MASA KONSTRUKSI
Dalam masa konstruksi, pekerjaan dermaga dilakukan persegmen dimulai
dari arah barat menuju arah timur, pembahasan akan dibagi atas item-item
pekerjaan sebagai berikut:

Pemancangan

Alat yang dipergunakan:
2 buah ponton
1 Crane
1 hydraulic hammer
2 buah Teodolit / Waterpass

Pertama-tama ponton crane mengambil tiang pancang yang berada pada areal
penumpukan, dan kemudian memindahkan tiang pancang dari ponton crane ke
ponton pancang, lalu kemudian dilaksanakan pemancangan.
Pada saat pemancangan, langkah-langkah pekerjaan yang dilakukan adalah ponton
pancang diarahkan ke titik yang dituju, dengan bantuan alat teodolit untuk
menentukan ketepatan titik serta kelurusan/kemiringan tiang. Setelah semuanya
sesuai, tali pengikat tiang pada hydraulic hammer dikendorkan sehingga tiang
pancang akan turun sampai seabed dan diukur kembali ketepatannya dengan
teodolit. Apabila sudah sesuai kembali, baru mulai dipancang dengan hydraulic
hammer sampai kedalaman yang direncanakan. Untuk kepastian pemberhentian
pemancangan, pada pemancangan tiang terakhir dilakukan kalendering, apabila
S
rencana
> S
lapangan
, pemancangan dapat diberhentikan. Langkah-langkah ini
dilakukan sampai semua tiang pancang perencanaan terpancang pada posisinya.
Setelah beberapa tiang pancang selesai dipancang, dapat dilakukan pemotongan
tiang pancang yang berlebih dengan menggunakan hammer ban sampai pada
elevasi tiang yang direncanakan. Apabila pemotongan tiang sudah selesai semua,
pekerjaan selanjutnya adalah pengerjaan poer.
Pengecoran Poer

Sebelum merakit bekisting poer, terlebih dahulu dipasang landasan untuk
bekisting berupa sabuk pengikat dibaut sejumlah 2 baut untuk tiap pengikatnya pada
tiang pancang. Kemudian dipasang balok yang menghubungkan antara tiang satu
dengan lainya baik arah memanjang maupun melintang. Setelah tahapan tersebut,
dilanjutkan dengan perakitan bekisting poer diatas landasan yang telah ada, sesuai
dengan ukurannya.
Untuk bagian vertikal dari bekisting poer ditopang dengan kayu perancah ke balok
yang menghubungankan antar tiang pancang. Setelah bekisting poer selesai,
dilakukan pemasangan tulangan beton pengisi tiang dan tulangan poer. Pengecoran
dilakukan sekaligus sehingga antara beton pengisi tiang dan poer monolit.

Pengecoran Pelat dan Balok

Bekisting balok memanjang dan melintang dipasang sesuai dengan ukuran
rencana dan ditopang dengan kayu ke landasan yang telah terpasang pada langkah
sebelumnya, pengecoran dilakukan monolit (sekaligus) dengan pelat dermaga, balok
fender. Sebelum pengecoran dilakukan, angker bolder dan fender dipasang pada
posisinya dengan dilas dengan tulangan balok untuk perkuatan.



MASA PASCA KONSTRUKSI
Setelah pengecoran selesai dan beton telah mengeras dengan sempurna,
dilakukan pekerjaan tambahan yaitu:

Pemasangan Bolder

Setelah beton mengeras sempurna, bollard dapat dipasang, angker yang
sudah tertanam pada saat pengecoran pelat bersama tulangannya dibersihkan dan
dipasangkan bollard ke posisinya kemudian dicor setempat.

Pemasangan Fender

Sama halnya dengan bollard, angker fender yang telah tertanam dibersihkan
dan fender ditempatkan di posisinya lalu dipasang pasangan angkernya.

Pemasangan Rel Crane

Dalam pemasangan crane harus diawasi dengan ketat, dimana setiap
sambungan rel harus dites dengan ultrasonik, demikian pula dengan kelurusan rel
itu sendiri.


































KONSTRUKSI JEMBATAN DENGAN METODE ILM
(INCREAMENTAL LAUNCHING METHOD)



Metode ini dipakai dalam pembangunan jalan layang atau jembatan dengan struktur
beton pratekan yang berlokasi pada kondisi lapangan sebagai berikut:
Proyek jembatan beton dengan pilar tinggi'
Proyek jembatan / jalan layang di daerah perkotaan
Proyek jembatan beton yang melintas sungai dengan air yang dalam
Proyek jembatan beton yang melintas diatas jurang dalam
Proyek jalan layang yang melintas diatas jalan raya padat lalu lintas
kendaraan
Proyek jalan layang yang melintas diatas rel kereta api

Mekanisme proses pelaksanaan erection jembatan dengan menggunakan metode ILM ini
dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Lantai jembatan diproduksi di area belakang jembatan secara kontinu tiap
segment. Segment tersebut dihubungkan secara monolit dengan segment
sebelumnya. Panjang segment berkisar 15-25 m.
2. Pada bagian ujung depan lantai dipasang Nose yang terbuat dari struktur
baja. Nose tersebut akan berfungsi sebagai tambahan lantai sedemikian
mengurangi momen yang besar yang terjadi ketika rangkaian pelat lantai
membentuk struktur Cantilever. Nose berfungsi mengurangi besarnya momen
kantilever yang terjadi. Nose didesign seringan mungkin untuk mengurangi
tambahan beban yang harus dipikul oleh struktur lantai jembatan. Struktur
Nose memiliki panjang sekitar 65% terhadap bentang jembatan yang typical.
3. Pada saat segment yang telah diproduksi dan umur beton telah
mencukupi,maka seluruh lantai jembatan didorong dengan menggunakan
metode Pulling Jack yang dipasang di abutment.
4. Permukaan pilar dikondisikan memiliki tahanan geser yang kecil. Hal ini untuk
memudahkan proses mendorong rangkaian segment lantai jembatan. Dapat
menggunakan suatu alat khusus dengan permukaan teflon.
5. Jika diperlukan berdasarkan perhitungan, dapat ditambahkan temporary
support di tengah bentang antara pilar jembatan. Temporary support ini akan
berfungsi mengurangi besarnya momen yang dipikul oleh struktur pelat lantai
jembatan.
6. Pilar jembatan dapat ditambahkan perkuatan. Hal ini disebabkan jembatan
akan mendapat beban horizontal tambahan selama proses launching.
Tambahan beban ini akan mempengaruhi kemampuan pilar dalam menahan
beban. Untuk mengatasi tambahan beban gaya horizontal, maka pilar
dipasang perkuatan kabel.

You might also like