You are on page 1of 1

Kultur Kalus Lamun Halodule pinifolia sebagai Upaya Efektif Konservasi dan Produksi Senyawa

Antibakteri Terbarukan di Indonesia


Ihsanti Dwi Rahayu, Kurniawan, dan Faisal Anggi Pradita
Universitas Jenderal Soedirman

Abstrak : Lamun merupakan kelompok tumbuhan sejati yang habitatnya berada pada kedalaman laut yang
dangkal di wilayah perairan. Diseluruh dunia diperkirakan terdapat 60 jenis lamun, 15 jenis diantaranya
ditemukan di wilayah perairan Indo-Pasifik. Salah satu jenis lamun yang terdapat di Indonesia adalah Halodule
pinifolia. Namun, di perairan Teluk Toli-Toli di Indonesia pertumbuhan dari H. pinifolia menjadi relatif sedikit
jika dibandingkan di perairan lain yang ada di Indonesia. Relatif sedikitnya pertumbuhan H. pinifolia diduga
disebabkan oleh kondisi lingkungan perairan yang keruh serta banyaknya aktifitas yang dilakukan manusia di
sekitar habitat lamun tersebut. Potensi senyawa aktif yang berasal H. pinifolia juga belum banyak dimanfaatkan
mengingat informasi tersebut belum banyak diketahui. Metode dalam penulisan ini berupa studi literatur
dengan merujuk, dan menelaah pada jurnal, dan artikel ilmiah terkait konservasi lamun dan potensi senyawa
aktif yang ada pada H. pinifolia. Hasil yang diperoleh didapatkan bahwa ektrak H. pinifolia terbukti efektif
memiliki aktivitas sebagai antibakteri dalam menghambat bakteri patogen (Escherichia coli, Proteus mirabilis,
Staphylococcus saprophyticus, Klebsiella pneumonia, Pseudomonas aeruginosa, and Serratia sp.) dengan nilai
MIC 1,0 g/ml dan nilai MBC 25 g/ml. Potensi bioaktivitas H. pinifolia juga dibuktikan dengan kandungan
senyawa aktif 4H-Pyran-4-one-2,3-dihydro-3,5-dihydroxy-6-methyl- sebanyak 6.68% serta nilai zona hambat
bakteri berkisar dari 10.3 1.53 sampai 14.3 1.15 mm. Kandungan senyawa antibakteri H. pinifolia sangatlah
penting sebagai bahan baku industri obat melihat kebutuhan pasar akan bahan baku ini mencapai 25-50%.
Namun, di sisi lain pemakaian bahan baku antibakteri dari H. pinifolia dalam industri obat dapat merangsang
kegiatan eksploitasi. Eksploitasi yang terjadi akan merusak keseimbangan ekosistem laut mengingat lambatnya
waktu pulih vegetasi H. pinifolia yakni sekitar 5-10 tahun. Oleh karena itu, perlu dilakukan pula upaya
konservasi efektif dan efisien yakni melalui teknik kultur kalus (callus culture). Teknik kultur kalus dipilih,
karena tingkat keberhasilan tumbuh mencapai 70-90%, dan waktu untuk mendapatkan senyawa antibakteri
yang lebih singkat dibandingkan di alam. Keuntungan jangka panjang dari teknik kultur kalus ini ialah
mengurangi eksploitasi untuk pemanfaatan senyawa antibakteri dan pemenuhan pasar industri obat.
Kata kunci : Halodule pinifolia,lamun, konservasi, antibakteri, dan kultur kalus.

You might also like