You are on page 1of 6

KAJIAN PUSTAKA/ ARTIKEL/ OPINI

Untuk memenuhi tugas mingguan Akuntansi Keuangan Syariah


Ernatalia Sari (125020300111001)














Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Brawijaya
Malang
2014

TRANSAKSI SALAM dan ASAS PERSAUDARAAN

Pengertian Salam menurut PSAK 103, Salam adalah akad jual beli barang pesanan
(muslam fiih) dengan pengiriman di kemudian hari oleh penjual (muslam illaihi) dan
pelunasannya dilakukan oleh pembeli pada saat akad disepakati sesuai dengan syarat-syarat
tertentu.
Ada juga yang mengatakan bahwa Salam adalah akad pembelian suatu hasil produksi
(komoditi) untuk pengiriman yang ditangguhkan dengan pembayaran segera sesuai dengan
persyaratan tertentu atau penjualan suatu komoditi untuk pengiriman yang ditangguhkan dengan
pembayaran segera/di muka.
Adapun salam juga memiliki rukun dan syarat agar dapat sah sebagai akad salam :
Rukun Salam :
1. Subjek : muslam (pembeli) dan muslam ilaih (penjual)
2. Akad (shighat)
3. Ma'qud alaih meliputi dua hal yaitu modal/harga dan muslam fiih (barang yang dipesan)

Syarat Salam :
1. Modal/harga : harus jelas dan terukur, berapa harga barangnya, berapa uang mukanya
dan berapa lama, sampai pembayaran terakhirnya.
2. Muslam fiih (barang yang dipesan) : harus jelas jenis, ciri-cirinya, kualitas dan
kuantitasnya.

Mengingat bahwa dalam perakuntansian berbasis syariah terdapat begitu banyak prinsip
yang harus dipenuhi sesuai dengan ajaran islam beserta asas-asasnya. Maka salah satu asas yang
kita angkat kali ini adalah asas persaudaraan. Dalam PSAK 103 juga terdapat banyak pernyataan
mengenai akuntansi salam yang berlandaskan asas persaudaraan. Berikut beberapa pernyataan
yang menunjukkan adanya asas persaudaraan di dalamnya.
Paragraf 7 :Spesifikasi dan harga barang pesanan disepakati oleh pembeli dan penjual di awal
akad. Ketentuan harga barang pesanan tidak dapat berubah selama jangka waktu akad. Dalam hal
bertindak sebagai pembeli, entitas tidak dapat meminta jaminan kepada penjual untuk
menghindari resiko yang merugikan.
Mengapa? Apa landasan sehingga pembeli tidak boleh meminta jaminan? Bagaimana jika
terjadi penipuan?lalu jika terjadi kerugian semua harus ditanggung pembeli dong?tidak adil
dong?
Itulah kemungkinan beberapa pertanyaan yang akan timbul jika membaca pernyataan
PSAK 103 paragraf ke 7 di atas. Namun jika kita kembali kebelakang mengenai prinsip
akuntansi syariah terutama mengenai asas persaudaraan bahwa transaksi syariah harus
berdasarkan prinsip saling memahami,saling bersinergi dan beraliansi. Maka sesuai dengan
pernyataan sebelumnya, pada awal dilakukannya akad salam oleh kedua pihak pelaku akan
disepakati meliputi spesifikasi barang, harga, dan hal hal lainya jika diperlukan. Dan jika kedua
belah pihak menyatakan telah sepakat maka seharusnya keduanya telah saling memahami
kebutuhan masing-masing san hal ini sesuai dengan pernyataan PSAK no 103 paragraf ke 7
tersebut.
Paragraf 10 :
Transaksi salam dilakukan karena pembeli berniat memberikan modal kerja terlebih dahulu
untuk memungkinkan penjual (produsen) memproduksi barangnya, barang yang dipesan
memiliki spesifikasi khusus, atau pembeli ingin mendapatkan kepastian dari penjual..Transaksi
salam diselesaikan pada saat penjual menyerahkan barang kepada pembeli.
Dari pernyataan diatas dapat kita simpulkan bahwa 1) pembeli menginginkan sebuah
barang dan memiliki modal namun tidak bisa memproduksinya sehingga melakukan pesanan
kepada penjual. 2) penjual membutuhkan modal untuk memproduksi barang yang akan dijual
sebagai pendapatan. Dari 2 kesimpulan diatas maka kedua belah pihak memiliki maksud dan
keinginan agar mendapatkan manfaat dari transaksi yang dilakukan, hal ini sesuai dengan prinsip
salung memberi manfaat yang juga termasuk dalam karakter asas persaudaraan.


Paragraf 12 :
Modal usaha salam dapat berupa kas dan asset non kas. Modal usaha salam dalam bentuk kas
diukur sebesar jumlah yang dibayarkan, sedangkan modal usaha salam dalam bentuk asset
nonkas diukur sebesar nilai wajar. Selisih antara nilai wajar dan nilai yang tercatat modal usaha
nonkas yang diserahkan diakui sebagai keuntungan atau kerugian pada saat penyerahan modal
usaha tersebut.
Dalam bertransaksi syariah ditegaskan bahwa dalam melakukan transaksi pelaku tidak
boleh melakukan tindak kecurangan yang merugikan pihak lainnya termasuk memanipulasi
harga demi memperoleh keuntungan. Nah dari pernyataan tentang keuntungan dan kerugian dari
pembayaran dengan menggunakan asset non kas, dapat kita simpulkan bahwa keuntungan dan
kerugian yang dimaksud terjadi dengan alamiah tanpa adanya manipulasi yang bertujuan
merugikan salahsatu pihak. Dan juga sudah disepakati di awal mengenai pembayaran dan
permodalan transaksi. Kan ini menunjukkan bahwa kedua belah pihak telah setuju dan sepakat
dengan pembayaran/permodalan dari pembeli. Hal ini sesuai dengan asas persaudaraan yakni
prinsip saling menjamin (takaful), saling tolong menolong (taawun) dan tidak mengambil
manfaat dari satu pihak yang sedang dalam keadaan merugi.
Paragraf 14
Denda yang diterima oleh pembeli di akui sebagai bagian dana kebajikan. Hal ini menunjukan
bahwa denda tersebut ditujukan untuk pihak penerima dana kebajikan secara menyeluruh. Dana
denda juga berasal dari pihak yang lalai dalam melakukan kewajibannya, hal ini ditujukan
kepada semua pihak yang berkepentingan dalam transaksi salam.
Dari pernyataan diatas juga sesuai dengan asas persaudaraan dimana denda yang didapat
oleh pembeli tidak dijadikan keuntungan bagi pembeli namun dimasukkan kedalam dana
kebajikan. Yang nantinya dana kebajikan akan dipergunakan untuk kepentingan sosial demi
kebaikan bersama. Sehingga pembali tidak serta merta mengambil keuntungan dari transaksi
denda yang terjadi dan pihak penjualpun tidak dirugikan karena memang denda dikenakan sesuai
kesepakatan bersama.
Kesimpulan :
Akad salam dalam PSAK 103 telah diatur dengan jels dan sesuai dengan perlakuan
akuntansi secara syariah. Dan juga erat kaitannya dengan asas akuntansi syariah yakni
asas persaudaraan. Asas persaudaraan sendiri mengedepankan kebaikan keadilan pada
setiap pihak yang terlibat didalamnya sehingga diharapkan tidak ada yang merasa
dirugikan atas transaksi yang dilakukan.



















Daftar Pustaka:
PSAK NO 103 Akuntansi Salam

You might also like