You are on page 1of 17

1.

Klorokuin dan derivatnya


Klorokuin ( 7- kloro-4-( 4 dietilamino-1-metil-butilamino) kuinolin adalah turunan 4-
aminokuinolin.
Amodiakuin dan hidroksiklorokuin merupakan turunan klorokuin yang sifatnya mirip klorokuin.
Walaupun in vitro dan in vivo amodiakuin lebih aktif terhadap P. falciparum yang mulai resisten
terhadap klorokuin, obat ini tidak digunakan rutin karena efek samping agranulositosis yang fatal
dan toksik pada hati.
Farmakodinamik
Mekanisme kerja : menghambat aktivitas polimerase heme plasmodia. Polimerase heme plasmodia
berperanan mendetoksifikasi heme ferriprotoporphyrin IX menjadi bentuk homozoin yang tidak
toksik. Heme ini merupakan senyawa yang bersifat membranolitik dan terbentuk dari pemecahan
haemoglobin di vakuol makanan parasit. Peningkatan heme di dalam parasit menimbulkan lisis
membran parasit.
Farmakokinetik
Absorpsi absorpsi klorokuin setelah pemberian oral terjadi lengkap dan cepat, dan makanan
mempercepat absorpsi ini. Sedangkan kaolin dan antasid yang mengandung kalsium dan
magnesium dapat mengganggu absorpsi klorokuin. Sehingga, obat ini sebaiknya jangan
diberikan bersama-sama dengan klorokuin.
Kadar puncak dalam plasma dicapai setelah 3-5 jam.
Distribusi 55% dari jumlah obat dalam plasma akan terikat pada non-diffusible plasma
constituent. Klorokuin lebih banyak diikat di jaringan , pada hewan coba ditemukan klorokuin di
hati, limpa, ginjal, paru, dan jaringan bermelanin sebanyak 200-700 kali kadarnya dalam plasma.
Sebaliknya, otak dan medulla spinalis hanya mengandung klorokuin 10-30 kali kadarnya dalam
plasma.
Metabolisme metabolisme klorokuin dalam tubuh berlangsung lambat sekali. Waktu paruh
terminalnya (T ) berkisar 30-60 hari.
Ekskresi metabolit klorokuin, monodesetilklorokuin dan bisdesetilklorokuin, diekskresi melalui
urin. Metabolit utamanya, monodesetilklorokuin, juga mempunyai aktivitas anti malaria.
Kadarnya sekitar 20-35% dari senyawa induknya. Asidifikasi akan mempercepat ekskresi
klorokuin.
Indikasi : fase eritrositer dan parasitemia serangan akut
Kontraindikasi : penyakit hati, gangguan saluran cerna, gangguan neurologic, gangguan darah
seperti G6PD, gangguan kulit berat seperti porfiria kutanea tanda dan psoriasis.
Efek samping
Dosis untuk malaria : headache, gangguan pencernaan, gangguan penglihatan, pruritus
Pemakaian kronik : headache, gangguan penglihatan, erupsi kulit likenoid, rambut putih,
kelainan gelombang EKG
Dosis tinggi oral : ototoksik, retinopati menetap
Dosis tinggi parenteral : kardiotoksik
Interaksi obat
+ meflokuin menyebabkan kejang
+ antikonvulsan antikonvulsan <<
+ amiodaron/halofantrin aritmia jantung
Resistensi : sudah banyak terjadi terutama Plasmodium falciparum, banyak mekanisme tetapi
belum ada yang pasti.
2. Primakuin
Primakuin atau 8-(4-amino-1-metilbutilamino)-6-metakuinolin ialah turunan 8-aminokuinolin.
Garam difosfatnya yang tersedia di pasar larut dalam air dan relatif stabil sebagai larutan, sedikit
mengalami dekomposisi bila terkena sinar atau udara.
Farmakodinamik
Aktivitas antimalaria manfaat kliniknya yang utama ialah dalam penyembuhan radikal
malaria vivax dan ovale, karena bentuk laten jaringan plasmodia ini dapat dihancurkan oleh
primakuin. Primakuin sendiri tidak menekan serangan malaria vivax, meskipun ia
memperlihatkan aktivitas terhadap fase eritrosit. Demikian juga secara klinis tidak digunakan
untuk mengatasi serangan malaria falciparum sebab tidak efektif terhadap fase eritrosit.
Mekanisme kerja primakuin berubah menjadi elektrofil yang bekerja sebagai mediator
oksidasi-reduksi. Aktivitas ini membantu aktivitas antimalaria melalui pembetukan oksigen
reaktif atau mempengaruhi transportasi elektron parasit.
Resistensi beberapa strain P. vivax di beberapa Negara, termasuk Asia Tenggara relatif telah
menjadi resisten terhadap primakuin.
Farmakokinetik
Absorpsi setelah pemberian per oral, primakuin segera diabsorpsi. Primakuin tidak pernah
diberikan parenteral karena dapat mencetuskan terjadinya hipotensi yang nyata.
Distribusi primakuin didistribusikan luas ke jaringan
Metabolisme metabolismenya berlangsung cepat dan hanya sebagian kecil dosis yang
diberikan yang diekskresi ke urin dalam bentuk asal. Pada pemberian dosis tunggal, konsentrasi
plasma mencapai maksimum dalam 3 jam, dan waktu paruh eliminasi ( T ) 6 jam.
Metabolisme oksidatif primakuin menghasilkan 3 macam metabolit; turunan karboksil
merupakan metabolit utama pada manusia dan merupakan metabolit yang tidak toksik,
sedangkan metabolit yang lain memiliki aktivitas hemolitik, yang lebih besar dari primakuin.
Ketiga metabolit ini juga memiliki aktivitas malaria yang lebih ringan dari primakuin.
Ekskresi sebagian kecil dari dosis yang diberikan yang diekskresi ke urin dalam bentuk asal.
Indikasi penyembuhan radikal P. vivax dan P. ovale
Kontraindikasi primakuin dikontraindikasikan pada pasien dengan penyakit sistemik yang berat
yang cenderung mengalami granulositopenia misalnya arthritis rheumatoid dan lupus
eritematosus. Primakuin juga tidak dianjurkan diberikan bersamaan dengan obat lain yang dapat
menimbulkan hemolisis, dan obat yang dapat menyebabkan depresi sumsum tulang. Primakui
sebaiknya tidak diberikan pada wanita hamil sebab fetus relatif mengalami defisiensi G
6
PD
sehingga berisiko menimbulkan hemolisis.
Efek samping efek samping yang paling berat dari primakuin ialah anemia hemolitik akut pada
pasien yang mengalami defisiensi enzim glukosa-6-fosfat dehidrogenase (G
6
PD). Beratnya
hemolisis beragam tergantung dari besarnya dosis dan beratnya defisiensi. Dengan dosis yang
lebih tinggi dapat timbul spasme usus dan gangguan lambung. Dosis yang lebih tinggi lagi akan
memperberat gangguan di perut dan menyebabkan methemoglobinemia dan sianosis. Gangguan
saluran cerna dapat dikurangi dengan pemberian obat sewaktu makan.
3. Kina dan alkaloid sinkona
Kina (kuinin) ialah alkaloid penting yang diperoleh dari pohon sinkona. Pohon sinkona
mengandung lebih dari 20 alkaloid, tetapi yang bermanfaat di klinik hanya 2 pasang isomer, kina
dan kuinidin serta sinkonin dan sinkonidin. Struktur utama adalh gugus kuinolin. Kuinidin
sebagai antimalaria lebih kuat dari kina, tetapi juga lebih toksik.
Farmakodinamik
Mekanisme kerja
Mekanisme kerja antimalarianya berkaitan dengan gugus kuinolin yang dimilikinya, dan
sebagian disebabkan karena kina merupakan basa lemah, sehingga akan memiliki kepekatan
yang tinggi d dalam vakuola makanan P. falciparum. Diperkirakan obat ini bekerja melalui
penghambatan aktivitas heme polimerase, sehingga terjadi penumpukan substrat yang bersifat
toksik yaitu heme.
Heme adalah hasil sampingan dari penghancuran haemoglobin di dalam vakuola makanan,yang
pada keadaan normal oleh enzim tersebut diubah menjadi pigmen malaria yang tidak merusak.
Farmakokinetik
Absorpsi kina dan turunannya diserap baik terutama melalui usus halus bagian atas.
Distribusi distribusinya luas, terutama ke hati, tetapi kurang ke paru, ginjal dan limpa; kina
juga melalui sawar uri. Kadar puncaknya dalam plasma dicapai dalam 1-3 jam setelah suatu
dosis tunggal.
Metabolisme sebagian besar alkaloid sinkona dimetabolisme di hati. Waktu paruh eliminasi
kina pada orang sehat 11 jam, sedang pada pasien malaria berat 18 jam.
Ekskresi hanya kira-kira 20% yang diekskresi dalam bentuk utuh di urin. Karena perombakan
dan ekskresi yang cepat, tidak terjadi akumulasi dalam badan.
Pada infeksi akut akan diperoleh peningkatan 1 glycoprotein yang akan mengikat fraksi bebas
kina, sehingga kadar bebas yang tadinya 15% dari konsentrasi plasma, menurun menjadi 5-10%.
Keadaan ini dapat mengurangi toksisitas, tapi juga dapat mengurangi keberhasilan terapi, apabila
kadar bebasnya menurun sampai di bawah KHM.
Indikasi malaria falciparum yang resisten klorokuin dalam bentuk kombinasi dengan
doksisiklin/klindamisin/pirimetamin-sulfadoksin memperpendek waktu th dan mengurangi
toksisitas.
Efek samping
Sinkonisme tinnitus, sakit kepala, gangguan pendengaran, pandangan kabur, diare dan mual.
Keracunan yang lebih berat gangguan gastrointestinal, saraf, kardiovaskular, dan kulit.
Lebih lanjut lagi terjadi perangsangan SSP, seperti bingung, gelisah, dan delirium. Pernapasan
mula-mula dirangsang, lalu dihambat; suhu kulit dan tekanan darah menurun; akhirnya pasien
meninggal karena henti napas. Keracunan yang berat ini biasanya disebabkan oleh takar lajak
atau reaksi kepekaan. Dosis fatal kina per oral untuk orang dewasa berkisar 2-8 g.
Black water fever dengan gejala hemolisis berat, hemoglobinemia dan hemoglobinuri merupakan
suatu reaksi hipersensitivitas kina yang kadang terjadi pada pasien malaria yang hamil.
Hipersensitivitas yang lebih ringan dapat terjadi pada pasien dengan defisiensi glukosa 6 fosfat
dehidrogenase.
Kina dan kuinidin merupakan perangsang kuat sel pankreas, sehingga terjadi hiperinsulinemia
dan hipoglikemia berat. Kondisi ini dapat menimbulkan komplikasi yang fatal terutama pada
wanita hamil dan pasien infeksi berat yang berkepanjangan.
Kina juga dapat menyebabkan gangguan ginjal, hipoprotrombinemia, dan agranulositosis. Abortus
dapat terjafi pada takar lajak, tetapi tampaknya bukan akibat efek oksitosiknya.
4. Golongan antifolat
A. Pirimetamin
Pirimetamin ialah turunan pirimidin yang berbentuk bubuk putih, tidak berasa, tidak larut dalam
air dan hanya sedikit larut dalam asam klorida.
Farmakodinamik
Pirimetamin merupakan skizontosid darah kerja lambat yang mempunyai efek antimalaria yang
mirip dengan efek proguanil tetapi lebih kuat karena bekerja langsung; waktu paruhnya juga
lebih panjang. Untuk profilaksis, pirimetamin dapat diberikan seminggu sekali, sedangkan
proguanil harus diberikan setiap hari.
Mekanisme kerja pirimetamin menghambat enzim dihidrofolat reduktase plasmodia pada kadar
yang jauh lebih rendah daripada yang diperlukan untuk menghambat enzim yang sama pada
manusia. Enzim ini bekerja dalam rangkaian reaksi sintesis purin, sehingga penghambatannya
menyebabkan gagalnya pembelahan inti pada pertumbuhan skizon dalam hati dan eritrosit.
Kombinasi dengan sulfonamid memperlihatkan sinergisme karena keduanya mengganggu
sintesis purin pada tahap yang berurutan.
Farmakokinetik
Absorpsi setelah pemberian oral, penyerapan pirimetamin di saluran cerna berlangsung lambat
tetapi lengkap.
Setelah pemberian oral, kadar puncak plasma dicapai dalam waktu 4-6 jam. Konsentrasi obat
yang berefek supresi dapat menetap di dalam darah selama kira-kira 2 minggu. Obat ini
diakumulasi terutama di ginjal, paru, hati dan limpa.
Ekskresi pirimetamin diekskresi lambat dengan waktu paruh kira-kira 4 hari. Metabolitnya
diekskresi melalui urin.
Efek samping dengan dosis besar dapat terjadi anemia makrositik yang serupa dengan yang
terjadi pada defisiensi asam folat. Gejala ini akan hilang bila pengobatan dihentikan, atau dengan
pemberian asam folinat (leukovorin). Untuk mencegah anemia, trombositopenia, dan leukopenia,
leukovorin ini dapat pula diberikan bersamaan dengan pirimetamin.
Indikasi profilaksis malaria
B. Kombinasi pirimetamin-sulfadoksin
Farmakodinamik obat ini bekerja dengan cara mencegah pembentukan asam folinat (asam
tetradihidrofolat) dari PABA pada plasmodia.
Indikasi
1. Terapi malaria falciparum yang resisten terhadap klorokuin. Obat ini diberikan dalam dosis
tunggal per oral yaitu :
3 tablet untuk dewasa atau anak BB > 45 kg
2 tablet untuk anak BB 31-45 kg
1 tablet untuk anak BB 21-30 kg
1 tablet untuk anak BB 11-20 kg
tablet untuk anak BB 5-10 kg
Obat ini juga digunakan sebagai terapi tambahan untuk kina dalam mengatasi serangan akut
malaria, guna memperpendek masa pemberian kina serta mengurangi toksisitasnya. Untuk
serangan akut malaria tanpa komplikasi oleh P. falciparum yang resisten klorokuin dapat
diberikan sulfadoksin-pirimetamin 3 tablet sahaja setelah pemberian kina 3 X 650 mg per hari
selama 3-7 hari.
2. Terapi presumptif untuk malaria falciparum. Obat ini digunakan untuk mengatasi demam yang
diduga akibat serangan akutt malaria falciparum. Pengobatan ini dilakukan di daerah endemik
malaria, di mana pasien tidak mampu memperoleh pelayanan medik yang layak. Dianjurkan
setelah pemakaian obat tersebut, pasien secepat mungkin memeriksakan dirinya pada fasilitas
medic yang lengkap untuk memperoleh diagnose pasti dan pengobatan yang tepat.
Kontraindikasi
Pada gangguan fungsi ginjal dan hati, diskrasia darah, riwayat alergi sulfonamid, ibu menyusui
dan anak yang berusia kurang dari 2 tahun.
Efek samping
Penggunaan kombinasi sulfadoksin-pirimetamin jangka lama sebagai profilaksis malaria tidak
dianjurkan, sebab sekitar 1 : 5000 pasien akan mengalami reaksi kulit yang hebat bahkan
mematikanseperti eritema multiforme, sindroma Steven Johnson atau nekrolisis epidermal
toksik.
C. Proguanil/ kloroguanid
Proguanil atau kloroguanid ialah turunan biguanid yang berefek skizontosid melalui
mekanisme antifolat. Obat ini mudah penggunaannya dan hampir tanpa efek samping.
Mekanisme kerja menghambat pembentukan asam folat
Indikasi untuk profilaksis, saat ini proguanil masih dipakai dalam kombinasi dengan
klorokuin sebagai regimen alternatif untuk meflokuin. Proguanil tersedia sebagai kombinasi
tetap 100 mg dengan atovakuon 250 mg, yang efektif untuk profilaksis malaria, terutama
malaria falciparum. Selain itu, kombinasi ini juga dicadangkan untuk mengobati serangan
klinis malaria falciparum.
Efek samping hampir tidak ada, gangguan saraf ringan.
Resistensi proguanil mudah sekali timbul resistensi terhadapnya sehingga penggunaan
proguanil telah tergeser oleh antifolat lain yang lebih efektif. Meskipun resistensi terhadap
proguanil sebagai monoterapi cukup sering, namun dalam bentuk kombinasi jarang terjadi.
5. Meflokuin
Farmakodinamik mekanisme antimalarianya belum diketahui dengan jelas, tetapi dalam
beberapa hal meflokuin mirip dengan kuinin. Meflokuin memiliki aktivitas skizontosid darah
yang kuat terhadap P. falciparum dan P. vivax, tetapi tidak aktif terhadap fase eksoeritrosit dan
gametosit.
Farmakokinetik
Absorpsi meflokuin hanya diberikan secara oral, karena pemberian parenteral dapat
menyebabkan iritasi lokal yang berat. Meflokuin diserap baik di saluran cerna.
Distribusi meflokuin banyak terikat pada protein plasma. Kadar dalam jaringan, terutama hati
dan paru, bertahan tinggi untuk beberapa lama.
Metabolisme - Saluran cerna merupakan reservoir untuk meflokuin karena obat ini mengalami
sirkulasi enterohepatik dan enterogastrik. Kadar puncak dicapai 17 jam setelah pemberian,
kemudian menurun sedikit demi sedikit selama beberapa hari dengan waktu eliminasi sekitar 20
hari.
Ekskresi ekskresinya dalam berbentuk berbagai metabolit terjadi terutama melalui feses dan
hanya sedikit yang melalui urin.
Indikasi mencegah dan mengobati malaria yang resisten klorokuin dan P. falciparum yang
resisten dengan banyak obat. Meflokuin tidak diindikasikan untuk mengobati malaria falciparum
berat.
Efek samping mual, muntah, nyeri abdomen, diare, sakit kepala, dan pusing. Neurotoksisitas
seperti disorientasi, kejang, enselopati, neurotic dan psikotik juga dapat terjadi, namun bersifat
reversibel bila obat dihentikan.
Kontraindikasi wanita hamil, terutama kehamilan di bawah 3 bulan, anak yang berat
badannya kurang dari 5 kg, pasien dengan riwayat kejang, gangguan neuropsikiatri berat,
gangguan konduksi jantung dan adanya reaksi samping terhadap antimalaria kuinolin, misalnya
kina, kuinidin dan klorokuin, dikontraindikasikan menggunakan obat ini.
6. Halofantrin
Farmakokinetik
Absorpsi halofantrin diberikan secara oral. Penggunaan halofantrin terbatas, karena
absorpsinya yang ireguler dan potensinya menimbulkan aritmia jantung.
Setelah pemberian oral, kadar puncak plasma dicapai dalam 4-8 jam, waktu paruhnya berkisar
antara 10-90 jam.
Metabolisme bioavailabilitasnya meningkat dengan makanan berlemak. Pada manusia
halofantrin diubah menjadi N-desbutil halofantrin suatu metabolit utama yang juga memiliki
efek anti malaria.
Efek samping aritmia jantung, mual, muntah, nyeri abdomen, diare, pruritus dan rash.
Kontraindikasi wanita hamil dan wanita menyusui, pasien dengan gangguan konduksi jantung
serta pasien yang menggunakan meflokuin. Pada dosis tinggi, halofantrin dapat menimbulkan
aritmia ventricular bahkan kematian.
Indikasi sebagai pilihan selain kina dan meflokuin untuk mengobati serangan akut malaria
yang resisten klorokuin dan P. falciparum yang resisten terhadap berbagai obat.
7. Lumefantrin
Lumefantrin adalah suatu arilalkohol halofantrin yang tersedia dalam bentuk kombinasi tetap
dengan artemeter.
Kombinasi ini sangat efektif mengobati malaria falciparum dan belum ada laporan tentang
adanya efek kardiotoksik.
8. Doksisiklin/Tetrasiklin
Indikasi digunakan untuk profilaksis bagi daerah-daerah endemik yang terjangkit P.
falciparum yang resisten dengan berbagai obat. Dosis dewasa adalah 100 mg per oral per hari,
diberikan 2 hari sebelum masuk daerah endemik sampai 4 minggu setelah meninggalkan daerah
endemik. Pemberian tidak dianjurkan lebih dari 4 bulan. Dosis anak usia lebih dari 8 tahun ialah
2mb/kg BB per oral per hari. Doksisiklin juga digunakan sebagai terapi tambahan dalam
pengobatan malaria falciparum yang resisten terhadap klorokuin tanpa komplikasi, dengan dosis
2 kali 100 mg/hari per oral selama 7 hari.
Kontraindikasi tidak dianjurkan diberikan pada anak usia kurang 8 tahun, wanita hamil dan
mereka yang hipersensitif terhadap tetrasiklin.
9. Artemisinin dan derivatnya
Obat ini merupakan senyawa trioksan yang diekstrak dari tanaman Artemisia anua (qinghaosu).
Derivat artemisinin :
1. Artesunat garam suksinil natrium artemisinin yang larut baik dalam air tetapi tidak stabil dalam
larutan
2. Artemeter metal eter artemisinin yang larut dalam lemak
Farmakodinamik
Dikatakan terdapat kemungkinan bahwa ikatan endoperoksida dalam senyawa ini yang berperan
dalam penghambatan sintesis protein.
Farmakokinetik
Absorpsi artemeter oral segera diserap dan mencapai kadar puncak dalam 2-3 jam, sedangkan
artemeter intramuscular mencapai kadar puncak dalam 4-9 jam.
Distribusi pada manusia sekitar 77% terikat pada protein. Kadar plasma artemeter pada
penelitian dengan zat radioaktif sama dengan dalam eritrosit, menunjukkan bahwa distribusi ke
eritrosit sangat baik.
Indikasi artemisinin dan derivatnya menunjukkan sifat skizontosid darah yang cepat in vitro
maupun in vivo sehingga digunakan untuk malaria yang berat. Dari beberapa uji klinik terlihat
bahwa artemeter cepat sekali mengatasi parasitemia pada malaria yang ringan maupun berat.
Artemisinin adalah obat yang paling efektif, aman, dan kerjanya cepat untuk kasus malaria berat
terutama yang disebabkan oleh P. falciparum yang resisten terhadap klorokuin dan obat-obat
lainnya, serta efektif untuk malaria serebral.
Efek samping efek samping yang sering dilaporkan adalah mual, muntah dan diare.
Kontraindikasi artemisinin tidak dianjurkan digunakan pada wanita hamil.
10. Atovakuon
Atovakuon adalah hidroksi naftokuinon.
Farmakodinamik menghambat transport elektron pada membran mitokondria plasmodium.
Farmakokinetik
Absorpsi atovakuon hanya diberikan secara oral. Bioavailabilitasnya rendah dan tidak
menentu, tetapi absorpsinya dapat ditingkatkan oleh makanan berlemak.
Distribusi sebagian besar obat terikat dengan protein plasma dan memiliki waktu paruh 2-3
hari.
Ekskresi sebagian besar obat dieliminasi dalam bentuk utuh ke dalam feses.
Kombinasi tetap atovakuon 250 mg dengan proguanil 100 mg per oral, menunjukkan hasil yang
sangat efektif untuk pengobatan malaria falciparum ringan atau sedang yang resisten terhadap
klorokuin atau obat-obat lainnya.
Beberapa regimen pengobatan malaria
Indikasi Obat pilihan pertama Obat alternatif
P. falciparum yang
sensitif terhadap
klorokuin dan P.
malariae
Klorokuin fosfat 1g, selanjutnya 500
mg pada 6 jam, 12 jam, 24 jam dan 36
jam berikutnya. (Total 50 mg/kgBB
dalam 48 jam). Untuk anak diberikan
dosis awal 16,7 mg/kgBB, selanjutnya
diberikan 8,3 mg/kgBB pada 6 jam,
12 jam, 24 jam, dan 36 jam
berikutnya. Dosis total 50 mg/kgBB

P. vivax dan P. ovale Klorokuin fosfat, dosis seperti di atas
dan selanjutnya primakuin fosfat 26,3
mg per hari selama 14 hari (bila G
6
PD
normal)

P. falciparum resisten
terhadap klorokuin,
tanpa komplikasi
Kina 3 X 650 mg/hari selama 3-7 hari
ditambah salah satu obat di bawah ini
Doksisiklin 2 X 100
mg/hari selama 7 hari,
atau
Klindamisin 2 X 600
mg/hari selama 7 hari,
atau
Sulfadoksin +
pirimetamin
(Fansidar

) sekali
makan 3 tablet
Meflokuin sekali 750
mg/oral (~15 mg/kgBB)
selanjutnya 500 mg pada
6-8 jam berikutnya atau
Artesunat/artemeter oral,
dosis tunggal per hari; 4
mg/kgBB pada hari ke 1,
2 mg/kgBB pada hari ke 2
dan ke 3, i mg/kgBB pada
hari ke 4 sampai ke 7 atau
Halofantrin oral 500 mg
tiap 6 jam sebanyak 3 x.
Selanjutnya diulang 1
minggu kemudian
P. falciparum berat atau
dengan komplikasi
*)
Kuinidin glukonat 10
mg/kgBB per infus, dalam 1-
2 jam, selanjutnya 0,02
mg/kgBB IV per menit
(sampai terapi oral dengan
kina dimungkinkan)
Artesunat 2,4 mg/kgBB
diberikan IV atau IM,
kemudian 1,2 mg/kgBB tiap
12 jam selama 1 hari, dan
selanjutnya 1,2 mg/kgBB
tiap hari sampai terapi oral
dimungkinkan.
Artemeter 3,2 mg/kgBB IM,
kemudian 1,6 mg/kgBB tiap
hari sampai terapi oral
dimungkinkan

You might also like