You are on page 1of 8

Lia Ariska | 2012 | Zeno; Biografi dan Pemikiran 1

Zeno; Biografi dan Pemikiran


Oleh: Lia Ariska

PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan suatu yang sangat penting dalam kehidupan kita. Pendidikan
dilakukan sepanjang hidup. Dan satu hal yang harus dipelajari dalam hidup adalah ilmu.
Pendidikan selalu mengarah pada pencapaian tujuan pengembangan potensi diri untuk
berpartisipasi. Dalam hal ini ilmu adalah suatu hal atau pengetahuan yang akan kita pelajari.
Sedangkan ilmu pengetahuan itu tidak lepas dari fisafat para ahli atau filsuf yang menemukan
rumusan atau mengemukakan pendapat atau temuan yang sudah di akui bahkan diketahui
oleh masyarakat. J adi tidak salah bila filsafat dijuluki sebagai ibunya ilmu pengetahuan atau
sering disebut sebagai mother of science. Dijuluki demikian karena semua ilmu pengetahuan
ada dasarnya, yaitu filsafat yang di temukan oleh para filsuf melalui analisa atau penelitian
yang jelas rumit. Tidak hanya satu fisuf saja yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan, ada
banyak filsuf, bahkan stiap ilmu ada filsufnya masing-masing dan ada pula satu fisuf tetapi
mengkaji banyak ilmu pengetahuan. Kita harus tahu siapa saja filsuf yang sudah berperan
serta dalam ilmu pengetahuan. Dalam makalah ini saya akan memberikan beberapa
pemikiran filsuf (Zeno), dan juga biografi dari tokoh tersebut. Semoga makalah ini
bermanfaat untuk pembacanya.

BIOGRAFI TOKOH

Santo Zeno

Patung dari Santo Zeno yang terdapat di Basilika
Santo Zeno
Lahir 300, Mauretania
Wafat 12 April 371, Verona
Hari peringatan 12 April; 21 Mei

Lia Ariska | 2012 | Zeno; Biografi dan Pemikiran 2



Zeno (meninggal 371) adalah uskup Verona dan dikenal sebagai seorang
pembela imanKristen. Ia ditahbis sebagai uskup pada tahun 362 dan dikenal sebagai uskup
yang baik hati terhadap umatnya. Zeno menulis sejumlah khotbah, mendirikan banyak gereja,
dan memiliki reputasi sebagai pembela iman Kristen terhadap golongan Arianisme. Selain
itu, Zeno juga mendirikan biara-biara untuk kaum perempuan dan mendorong banyak
perempuan muda untuk masuk ke dalam biara tersebut. Hal yang serupa di kemudian hari
akan dilakukan juga oleh Ambrosius dari Milan. Zeno biasanya disimbolkan dengan ikan,
namun tidak terlalu jelas apakah simbol itu menunjuk kepada simbol baptisan atau
dirinya. Peringatan kepada Santo Zeno dirayakan setiap tanggal 12 April.


PEMIKIRAN TOKOH

Biografi Angka Nol-Angka Nol Muncul dari Timur
Biografi Angka Nol : Angka Nol muncul dari Timur
Ketakterhinggaan dan kekosongan mengandung kekuatan yang menakutkan orang Yunani.
Ketakterhinggaan ditakutkan karena membuat semua gerak menjadi tidak mungkin,
sedangkan kekosongan membuat pandangan mereka tentang alam semesta hancur berkeping-
keping. Dengan menolak angka nol, filsuf Yunani memberi kekuatan bertahan selama dua
milenium pada filsafat alam semesta mereka.
Doktrin Phytagoras pun menjadi pusat filsafat Barat. Seluruh alam raya diatur oleh
perbandingan dan bentuk : Planet-planet bergerak mengalunkan musik surgawi di dalam
ruang berbentuk bola. Namun apakah yang berada di luar bola semesta ini? Apakah ada
ruang-ruang lain yang lebih besar dari bola semesta ini? Atau apakah titik terluar pada bola
ini merupakan batas akhir alam semesta?
Aristoteles dan para filsuf sesudahnya berkeras bahwa tak ada ketakterhinggaan yang
melingkupi bola-bola itu. Dengan mengadopsi ajaran ini, Barat tak memberi ruang bagi
ketakberhinggaan. Mereka benar-benar menolaknya. Terima kasih untuk Zeno dari Elea,
seorang filsuf yang dikenal paling menjengkelkan di Barat karena berhasil mengacaukan
dasar-dasar pemikiran Barat dengan menggunakan ketakberhinggaan.



Zeno dilahirkan sekitar 490 SM, pada permulaan perang Persia-sebuah konflik besar antara
Barat dan Timur. Meski Yunani berhasil mengalahkan Persia, namun filsafatnya takkan
mampu mengalahkan Zeno. Zeno memiliki sebuah paradoks, teka-teki yang tak dapat
dipecahkan oleh orang Yunani. Inilah teka-tekinya itu :
Lia Ariska | 2012 | Zeno; Biografi dan Pemikiran 3

Achilles sang pahlawan perang Troya, yang terkenal sangat gesit, takkan pernah bisa
menyusul kura-kura lamban yang melakukan start lebih dulu! Untuk memperjelas persoalan
ini, mari kita gunakan angka-angka. Bayangkan Achilles berlari dengan kecepatan satu kaki
per detik, sedangkan kura-kura tersebut berlari dengan kecepatan separuhnya (setengah kaki
per detik). Bayangkan juga kura-kura tersebut start satu kaki lebih awal dari Achilles.
Achilles berlari, dan hanya dalam beberapa detik ia telah sampai di tempat kura-kura
sebelumnya. Tetapi pada saat Achilles mencapai titik tersebut, kura-kura yang juga berlari
telah maju sejauh setengah kaki. No problemo, kata Achilles. Achilles lebih cepat hingga
dalam waktu setengah detik ia bisa berlari sejauh setengah kaki. Namun, sekali lagi, pada saat
itu si kura-kura juga sudah bergerak ke depan sejauh seperempat kaki. Kemudian dalam
sekejap seperempat detik Achilles menempuh jarak tertentu. Namun lagi-lagi, si kura-
kura telah maju seperdelapan kaki. Achilles terus berlari dan berlari namun kura-kura selalu
berada di depannya, tak peduli seberapa dekat jarak antara Achilles dan kura-kura.



Semua orang tahu bahwa di dunia nyata, Achilles pasti bisa berlari kencang melewati si kura-
kura, tetapi argumen yang dibuat oleh Zeno membuktikan bahwa Achilles takkan pernah bisa
menyusul kura-kura. Para filsuf zaman itu tak ada yang bisa menyangkal paradoks ini. Meski
mereka mengetahui bahwa kesimpulan yang dibuat salah, namun mereka tak bisa
menemukan kesalahan dalam pembuktian matematis yang dibuatnya. Senjata utama para
filsuf adalah logika, tapi tampaknya deduksi logika tak mampu menghadapi argumen Zeno.

Empat Paradoks Zeno
Di dunia filsafat Yunani Kuno, terdapat satu set teka-teki yang disebut Paradoks Zeno.
Paradoks ini pertama kali dilontarkan oleh filsuf Zeno dari Elea; kurang lebih sekitar abad
kelima sebelum Masehi.
Lia Ariska | 2012 | Zeno; Biografi dan Pemikiran 4


Zeno dari Elea (490-430 SM) (courtesy of wikipedia)
Zeno dari Elea adalah seorang filsuf dari mazhab pemikiran Eleatik. Ia mengikuti jejak
gurunya yang bernamaParmenides sama-sama mempercayai bahwa semua gerak dan
perubahan di dunia bersifat semu. Baik Zeno maupun Parmenides berpendapat bahwa alam
semesta aslinya tunggal, diam, dan seragam. Hanya tampak luarnya saja yang mengesankan
perbedaan atau perubahan.

1. Paradoks Dikotomi
Sebuah benda yang bergerak tidak akan pernah mencapai tujuan. Pertama-tama dia harus
menempuh perjalanan setengah jarak. Lalu setelah itu dia mesti menempuh seperempat,
seperdelapan, seperenambelas, sepertigapuluhdua Sedemikian hingga jumlah
perjalanannya menjadi tak-hingga.
Oleh karena mustahil melakukan perjalanan sebanyak tak-hingga, maka benda tidak akan
dapat sampai tujuan.

2. Paradoks Achilles dan Kura-kura
Achilles dan Kura-kura melakukan lomba lari, meskipun begitu, kura-kura diizinkan start
lebih awal.
Agar dapat menyamai kura-kura, Achilles menetapkan sasaran ke tempat kura-kura saat ini
berdiri.
Akan tetapi, tiap kali Achilles bergerak maju, kura-kura juga bergerak maju. Ketika Achilles
sampai di tempat kura-kura, kura-kura sudah berjalan sedikit ke depan.
Lalu Achilles mengejar posisi kura-kura yang sekarang. Akan tetapi setibanya di sana, kura-
kura juga sudah maju sedikit lagi.
Lalu Achilles mengejar posisi kura-kura yang sekarang. Akan tetapi setibanya di sana, kura-
kura juga sudah maju sedikit lagi. Demikian seterusnya ad infinitum.

Jadi kesimpulannya: mustahil bagi Achilles untuk bisa menyamai kura-kura dalam balapan.

3. Paradoks Anak Panah
Misalnya kita membagi waktu sebagai deretan masa-kini. Kemudian kita lepaskan anak
panah. Di setiap masa-kini anak panah menduduki posisi tertentu di udara.
Oleh karena itu anak panah dapat dikatakan diam sepanjang waktu.

4. Paradoks Stadion
Terdapat tiga buah barisan benda A, B, dan C di lapangan tengah stadion.
Barisan A terletak diam di tengah lapangan. Sementara B dan C masing-masing terletak di
ujung kiri dan kanan A.
Kemudian B dan C bergerak saling mendekati dengan kecepatan yang sama (hendak
bersejajar dengan barisan A).
Lia Ariska | 2012 | Zeno; Biografi dan Pemikiran 5


Antara Sebelum dan Sesudah, titik C paling kiri melewati dua buah B, tetapi cuma satu
buah A.
Berarti waktu C untuk melewati B = setengah waktu untuk melewati A. Padahal A dan B
adalah unit yang identik!
Mungkinkah setengah waktu = satu waktu?

Ada dua tema yang dominan dalam Paradoks Zeno, yakni gerak dan ketakhinggaan.
Sebagaimana sudah diceritakan di awal, Zeno menganggap bahwa perubahan di dunia
bersifat semu. Pendapat itu kemudian tercermin lewat empat buah paradoks di atas.
Dalam paradoks pertama (dikotomi), Zeno menyampaikan bahwa gerak benda antara dua
titik bersifat mustahil atau minimal, mengandung aspek filsafat yang misterius. Ada
baiknya kalau kita simak lagi paradoksnya di bawah ini.


Setengah, seperempat, seperdelapan, seperenambelas

Dalam grafik di atas digambarkan bagaimana terdapat banyak segmen perjalanan antara dua
titik (0-100). Yang mengganggu Zeno di sini bukan geraknya, melainkan,
bagaimana ketakhinggaan bisa begitu merepotkan. Dalam contoh di atas Zeno
mengetengahkan bahwa karena jumlah segmen yang harus ditempuh sejumlah tak-hingga
maka gerak dari satu tempat ke tempat lain adalah mustahil.
Hal yang sama juga berlaku di paradoks kedua Achilles dan Kura-kura. Lewat paradoks ini
Zeno menyatakan bahwa mustahil bagi orang yang telat balapan untuk dapat menyamai
lawannya.
Alasannya? Karena terdapat sejumlah kemajuan kecil-kecil yang tak mungkin dikejar. Setiap
Achilles sampai di tempat kura-kura, kura-kura selalu sudah melaju sedikit lagi di depan.
Pada akhirnya Achilles digambarkan Zeno sebagai tak akan mampu melewati kura-kura.

Lia Ariska | 2012 | Zeno; Biografi dan Pemikiran 6


(keterangan: t0 melambangkan situasi pada saat pertama; t1 melambangkan situasi pada
saat kedua;dan seterusnya)

Problemnya tentu saja bahwa di dunia nyata hal itu tidak berlaku, makanya disebut paradoks.
Siapapun yang pernah nonton balap tahu hal ini. Pembalap yang start belakangan selalu bisa
menyalip lawan di depannya. Memang kadang agak sulit melakukannya, tetapi bukan tidak
mungkin.
Sementara itu, lain lagi dengan paradoks ketiga tentang anak panah. Berbeda dengan
sebelumnya yang ini mencoba menunjukkan bahwa gerak dan diam itu sebenarnya tak
dapat dipisahkan.

Zeno melihat waktu sebagai rangkaian masa-kini yang berkesinambungan. Oleh karena itu
sebuah anak panah yang meluncur memiliki berbagai versi masa-kini di perjalanannya.
Ada masa-kini sesaat sesudah lepas dari busur; masa-kini setelah beberapa detik di
angkasa, dan seterusnya.
Problemnya adalah bahwa di tiap masa-kini itu anak panah mendiami tempat yang tetap.
Persis seperti kalau direkam kamera video. Di setiap frame tampak berbagai kondisi anak
panah. Semua tampak diam. Akan tetapi kalau videonya diputar, barulah terkesan bahwa
anak panah itu sebenarnya bergerak.
Singkat cerita, Zeno menilai bahwa paradoks anak panah menunjukkan kebenaran filsafatnya.
Bahwa gerak itu aslinya semu suatu benda terkesan bergerak cuma oleh persepsi manusia
saja.
Paradoks terakhir (Paradoks Stadion) adalah yang paling sederhana
Dalam Paradoks Stadion, Zeno mengetengahkan bahwa dua benda yang saling mendekati
butuh waktu lebih singkat untuk bisa bersejajar.
Lia Ariska | 2012 | Zeno; Biografi dan Pemikiran 7


Sebenarnya ini adalah penerapan dari relativitas Galileo yang diajarkan di bangku SMA kita
dulu. Ada yang masih ingat ceritanya? Kalau dua benda bergerak, yang satu bisa dianggap
diam, sementara yang satu lagi kecepatannya dijumlahkan.
Nah demikian juga dengan kasus Paradoks Stadion di atas. Ketika B dan C sama-sama
bergerak, maka jumlah waktu sebelum mereka saling bertemu juga akan mengecil, sebab
kecepatannya saling menjumlahkan. Sementara A (yang tidak bergerak) tidak mendapat
keuntungan tersebut.

PENUTUP
Sebagaimana sudah disebut beberapa kali di atas, Zeno adalah filsuf yang tidak percaya
pada gerak dan perubahan. Lewat empat paradoks di atas ia ingin memastikan hakikat
kenyataan sebenarnya. Sebagai seorang Eleatik Zeno berpendapat bahwa semua gerak benda
itu semu; oleh karena itu, untuk membuktikan keyakinannya, ia kemudian merancang
serangkaian paradoks. Tentunya kemudian timbul pertanyaan, apakah pendapat Zeno itu
benar atau salah? Meskipun begitu soal itu tak akan kita bahas di sini. Biarlah diserahkan
pada yang ahli filsafat sahaja. Saya sendiri amat tertarik dengan ide Zeno yang
menghubungkan antara kesemuan gerak dengan konsep tak-hingga. Ketika berbicara
keseharian yang terbatas, ia menganalisisnya lewat serangkaian kecil-kecil yang jumlahnya
mendekati tak-hingga. Pada akhirnya jalan berpikir ini menghasilkan ide baru yang segar
kalau tidak boleh dibilang absurd sama sekali.
Kalau ada di antara pembaca yang akrab dengan matematika, kemungkinan
akan ngeh bahwa ide-ide Zeno punya bidang bahasannya sendiri. Keanehan Paradoks #1 dan
#2, misalnya, dapat dijelaskan lewat deret konvergen. Lewat ilmu kalkulus para ahli
matematika belajar bagaimana menjumlahkan irisan-irisan kecil yang jumlahnya mendekati
tak-hingga. Menariknya: biarpun irisannya tak-hingga, kalau diintegralkan, ternyata
jumlahnya finite. Yang semacam ini membantu menjelaskan hal-hal paradoks dalam paparan
Zeno. Bagaimana perkara keseharian yang terbatas (finite) dapat dianalisis menggunakan
metode tak-hingga (infinite), nah di situ menariknya.

DAFTAR PUSTAKA

Hadi wijoyo, Harun, Sari sejarah Filsafat Barat, Kanisius, Yogyakarta
Achmadi Asmoro, Filsafat umum, Raja Grafindo, J akarta
Atang abdul hakim dan Beni ahmad saebani, Filsafat umum,Pustaka Setia, J akarta
Wikipedia bahasa Indonesia, Ensiklopedia bebas
(Indonesia)Bernadette McCarver Snyder. 2001. 115 Kisah Santo-Santa yang Mengasyikkan.
Yogyakarta: Kanisius. Hal. 144.
Inggris)David Farmer. 1997. The Oxford Dictionary of Saints . New York: Oxford
University Press. P. 525.

Lia Ariska | 2012 | Zeno; Biografi dan Pemikiran 8


*)
Penyusun
Nama : Lia Ariska
Mata Kuliah : Filsafat Ilmu
Dosen : Afid Burhanuddin, M.Pd.
Prodi : Pendidikan Bahasa Inggris, STKIP PGRI Pacitan.

You might also like