1. Mata berfungsi sebagai kamera optik yang memfokuskan cahaya ke retina. Lensa mata dapat mengubah bentuknya untuk memfokuskan objek dekat atau jauh.
2. Sel kerucut dan sel batang di retina berperan sebagai sensor cahaya. Mereka mengandung pigmen yang terurai oleh cahaya dan memicu sinyal saraf penglihatan.
3. Sinyal saraf penglihatan dari mata disalurkan ke korteks visual di otak mel
1. Mata berfungsi sebagai kamera optik yang memfokuskan cahaya ke retina. Lensa mata dapat mengubah bentuknya untuk memfokuskan objek dekat atau jauh.
2. Sel kerucut dan sel batang di retina berperan sebagai sensor cahaya. Mereka mengandung pigmen yang terurai oleh cahaya dan memicu sinyal saraf penglihatan.
3. Sinyal saraf penglihatan dari mata disalurkan ke korteks visual di otak mel
1. Mata berfungsi sebagai kamera optik yang memfokuskan cahaya ke retina. Lensa mata dapat mengubah bentuknya untuk memfokuskan objek dekat atau jauh.
2. Sel kerucut dan sel batang di retina berperan sebagai sensor cahaya. Mereka mengandung pigmen yang terurai oleh cahaya dan memicu sinyal saraf penglihatan.
3. Sinyal saraf penglihatan dari mata disalurkan ke korteks visual di otak mel
Gambar mata sebagai kamera. Angka-angka adalah indeks bias. Lensa 3-dioptri membawa sinar paralel dari cahaya untuk fokus pada 1/3 meter Pada manusia, kekuatan total optik mata rileks adalah sekitar 60 dioptri. Kornea kurang lebih dua-pertiga dari kekuatan ini dan lensa kristal (bersama dengan humor aquous dan humor vitreous) memberikan kontribusi sepertiga sisanya. Pada saat memfokuskan, kontraksi otot ciliary mengurangi ketegangan lensa meningkatkan kecembungan dari lensa meningkatkan daya optik mata. Dengan bertambahnya usia manusia, amplitudo akomodasi berkurang dari: - kira-kira 15 sampai 20 dioptri pada saat muda, - 10 dioptri pada usia 25, - dan 1 dioptri pada 50 dan lebih.
Pengaturan akomodasi Akomodasi: mekanisme yang memfokuskan sistem lensa mata untuk tajam penglihatan yang baik. Akomodasi terjadi karena kontraksi dan relaksasi muskulus siliaris. Kontraksi meningkatkan kekuatan bias lensa. Relaksasi menurunkan kekuatan bias lensa. Area korteks yang mengatur akomodasi terletak paralel dengan area yang mengatur pergerakan fiksasi mata, dengan integrasi akhir berupa sinyal penglihatan dalam area 18 dan 19 korteks Brodmann dan menjalarkan sinyal motorik ke muskulus siliaris melalui area pretektal batang otak dan kemudian masuk ke nukleus Edinger-Westpal dan akhirnya melalui serabut saraf parasimpatis menuju mata.
Pengaturan fokus pada mata
(a) (kiri) untuk memfokuskan pada objek jauh dengan jarak tertentu, lensa memipih,. (kanan) untuk memfokuskan objek yang dekat, lensa mencembung. Ketajaman Penglihatan Sudut terkecil pada mata yang terbentuk oleh sinar-sinar dari sepasang pita paralel (gelap dan terang) yang masih dapat memberi kesan sebagai 2 benda terpisah. Lebar sudut sekitar 0,5 menit (merupakan sudut yang masih dapat dipisahkan oleh sel kerucut fovea centralis). Faktor yang mempengaruhi ketajaman penglihatan antara lain : a. Kedudukan benda di lapangan pandang Paling tajam di titik fiksasi bayangan jatuh di fovea centralis Paling tak tajam terletak pada bagian tepi lapangan pandang ( bagian dunia luar yang terlihat mata, dengan pandangan mata yang terfiksasi) b. Derajat pencahayaan. Mekanisme pembentukan bayangan Energi cahaya dengan panjang gelombang cahaya 397 723 nm oleh mata diubah menjadi aksi potensial dalam N.opticus (N.II) Bayangan benda difokuskan di retina Berkas cahaya yang mengenai retina akan memicu aksi potensial pada sel kerucut dan batang impuls dihantarkan ke korteks (lobus occipitalis) otak kesan penglihatan.
Sel batang merupakan reseptor penglihatan malam (skotopik), peka cahaya, dan tidak mampu untuk penglihatan warna. Sel kerucut merupakan reseptor penglihatan terang (fotopik), ketajaman lebih besar dan berfungsi untuk penglihatan warna. Sel batang dan kerucut mengandung zat yang terurai jika terkena cahaya. Dalam proses ini mereka merangsang saraf mata (N. Opticus) untuk menghantarkan impuls sehingga suatu proyeksi benda dapat dilihat. Zat kimia pada sel batang disebut rhodopsin dan pada sel kerucut disebut pigmen kerucut . Siklus Rhodopsin
Rhodopsin adalah kombinasi protein scotopsin dan protein retinal (retinene). Retinal adalah jenis khusus yang disebut 11 - cis retinal. Bentuk cis retinal ini penting karena ini adalah satu- satunya bentuk yang dapat bergabung dengan scotopsin untuk mensintesis rhodopsin. Jika rhodopsin menyerap energi cahaya, segera terurai menjadi bathorhodopsin . Bathorhodopsin merupakan senyawa tidak stabil dan dalam hitungan nano detik akan terurai menjadi lumirhodopsin. Kemudian pada beberapa detik menjadi metarhodopsin I dan setelah 1 milidetik menjadi metarhodopsin II. Akhirnya menjadi scotopsin dan semua retinal trans. Metarhodopsin II disebut juga activated rhodopsin yang merangsang perubahan listrik dalam sel batang dan kemudian menjalarkan bayangan visual ke SSP. Pembentukan kembali rhodopsin Tahap pertama dari pembentukan kembali rhodopsin adalah mengubah semua - trans retinal menjadi 11 - cis retinal. Proses dikatalisis oleh enzim isomerase retina Ketika 11 - cis - retinal terbentuk, otomatis ia bergabung lagi dengan scotopsin untuk membentuk rhodopsin. Bila berada dalam terang cukup lama maka: zat fotokimia batang/kerucut retinal + rodopsin/fotopsin Retinal batang/kerucut vit A. Akibatnya konsentrasi zat fotokimia peka cahaya sangat rendah sehingga kepekaan mata terhadap cahaya berkurang ( adaptasi terang). Bila dalam gelap cukup lama maka: retinal + opsin batang/kerucut pigmen peka cahaya (rodopsin) Vit A retinal pigmen peka cahaya Akibatnya reseptor visual menjadi peka sehingga dengan cahaya minimal mata telah mampu melihat ( adaptasi gelap). Pengaturan diameter pupil Saraf parasimpatis : merangsang otot sfingter pupil memperkecil celah pupil (miosis) Saraf simpatis : merangsang serabut radial iris dilatasi pupil (midriasis). Jika mata disinari cahaya, pupil akan mengecil, ini disebut refleks cahaya pupil. Persarafan otonom mata dan jaras lengkung refleks
Jaras Penglihatan 1. Sistem baru Penjalaran sinyal penglihatan secara langsung ke dalam korteks penglihatan di lobus oksipitalis.
Sinyal saraf penglihatan meninggalkan retina melalui nervus optikus. Di kiasma optikum, serabut nervus optikus dari bagian nasal retina menyeberangi garis tengah, tempat serabut nervus optikus bergabung dengan serabut-serabut yang berasal dari bagian temporal retina mata yang lain sehingga terbentuklah traktus optikus. Serabut-serabut dari setiap traktus optikus bersinaps di nucleus genikulatum lateralis dorsalis pada thalamus, lalu serabut-serabut genikulokalkarina berjalan melalui radiasi optikus ( traktus genikulokalkarina) menuju korteks penglihatan primer yang terletak di fisura kalkarina lobus oksipitalis.
Fungsi nucleus genikulatum lateralis dorsalis di talamus Serabut saraf optic dari sistem penglihatan baru berakhir di nucleus genikulatum lateralis- dorsalis, yang terletak di ujung dorsal thalamus dan secara sederhana juga disebut korpus genikulata lateralis. Nukleus genikulatum lateralis dorsalis melakukan dua fungsi utama : 1. Nukleus ini memancarkan informasi penglihatan dari traktus optikus ke korteks penglihatan melalui radiasi optic (traktus genikulokalkarina). Fungsi pemancaran ini sangat akurat sehingga didapatkan penjalaran dari titik ke titik secara tepat dengan ketelitian spasial derajat tinggi pada seluruh jalur dari retina ke korteks penglihatan. Setelah melewati kiasma optikum, separuh dari serabut-serabut pada setiap traktus optikus berasal berasal dari satu mata dan separuh lainnya berasal dari mata yang lain, hal ini mewakili titik korespondensi pada kedua retina. Namun sinyal dari kedua mata tetap terpisah di nucleus genikulatum lateralis dorsalis. Nukleus ini terdiri dari 6 lapisan nucleus. Lapisan II, III, V (dari ventral ke dorsal) menerima sinyal dari bagian lateral separuh retina ipsilateral, sedangkan lapisan I, IV,VI menerima sinyal dari bagian medial separuh retina mata kontralateral. Masing-masing daerah retina di kedua mata berhubungan dengan sel-sel saraf yang tumpang tindih dalam lapisan-lapisan yang berpasangan dan penjalaran parallel serupa dilakukan pada seluruh jalur ke korteks penglihatan. 2. Nukleus ini membentengi penjalaran sinyal-sinyal ke korteks penglihatan yakni untuk mengendalikan seberapa besar sinyal yang diperbolehkan melewati korteks. Nukleus menerima sinyal-sinyal pengatur pembentengan ini dari dua sumber utama : (1) serabut kortikofugal yang kembali dalam arah balik dari korteks penglihatan primer ke nucleus genikulatum lateralis dan (2) daerah reticular mesensefalon. Keduanya ini bersifat inhibitor dan bila dirangsang dapat mematikan penjalaran yang melalui bagian-bagian tertentu dari nucleus genikulatum lateralis-dorsalis. Dapat disimpulkan bahwa kedua sirkuit pembentengan ini membantu menyoroti informasi penglihatan yang diperbolehkan untuk lewat.
Akhirnya, nucleus genikulatum lateralis dorsalis terbagi dalam bentuk lain : (1) lapisan I dan II yang disebut lapisan magnoseluler, karena lapisan ini berisi sel-sel saraf besar. Lapisan ini menerima masukan hampir seluruhnya dari sel ganglion retina tipe Y yang besar. Sistem magnoseluler ini menyediakan jaras penghantaran yang bersifat cepat ke korteks penglihatan. Namun sistem ini merupakan sistem yang buta warna, sehingga hanya menjalarkan informasi berupa hitam- putih. Penjalaran dari titik ke titiknya juga bersifat kurang baik karena tidakterdapat begitu banyak sel ganglion Y dan dendrit-dendritnya menyebar secara luas di retina. (2) Lapisan III sampai lapisan VI disebut lapisan parvoseluler karena mengandung banyak sekali sel saraf berukuran kecil sampai sedang. Sel-sel saraf ini menerima masukan hampir seluruhnya dari sel ganglion retina tipe X yang menjalarkan warna dan menyampaikan informasi spasial yang akurat dari titik-ke-titik tetapi hanya pada kecepatan penghantaran yang sedang dan tidak dengan kecepatan tinggi.
2.Sistem Primitif Dari traktus optikus ke: a) Nukleus suprakiasmatik di hipotalamus, mungkin untuk pengaturan irama sirkadian . b) Nuklei pretektalis di otak tengah, untuk gerakan refleks mata agar fokus pada obyek penting dan untuk refleks pupil terhadap cahaya. c) Kolikulus superior, untuk mengatur pergerakan arah kedua mata yang cepat. d) Nukleus genikulatum lateralis ventralis di talamus dan basal otak sekitarnya, mungkin untuk membantu pengendalian fungsi sikap tubuh.
Susunan korteks penglihatan Terdiri dari: 1. Korteks penglihatan primer (Area Penglihatan I = Korteks Striata). 2. Area penglihatan sekunder (Area Asosiasi Penglihatan).
Fungsi korteks penglihatan : Korteks Penglihatan Primer Merupakan ujung dari sinyal-sinyal penglihatan langsung yang berasal dari mata. Berdasarkan pada area mata, fovea memiliki beberapa ratus kali lebih banyak perwakilan di korteks penglihatan primer dibandingkan bagian perifer retina. Area Penglihatan Sekunder Sinyal sekunder yang dijalarkan ke area ini digunakan untuk menganalisis arti penglihatan
Pergerakan mata dan pengaturannya
Pada setiap pergerakan bola mata yang tidak disadari, terdapat stimuli yang seimbang pada otot-otot eksternal kedua bola mata, sehingga pergerakannya halus. Tiap pergerakan binokuler, ada 2 otot (1 otot pada tiap mata) yang menerima stimuli yang sama. Pergerakan Otot Sistem Saraf Mata berputar pada aksis Rektus medialis Rektus lateralis N III N VI Mata berputar pada ordinat Obliqus superior Obliqus inferior Rektus superior Rektus inferior N IV N III N III N III
Otot Pergerakan Utama Pergerakan Tambahan RL ABDUKSI - RM ADUKSI - RS ELEVASI ADUKSI, INTORSI RI DEPRESI ADUKSI, EKSTORSI OS INTORSI DEPRESI, ABDUKSI OI EKSTORSI ELEVASI, ABDUKSI
Fusi bayangan penglihatan dari kedua mata
Lapangan Penglihatan Lapangan penglihatan adalah area penglihatan yang dilihat oleh satu mata pada suatu jarak tertentu. Area yang tampak pada sisi nasal disebut lapangan pandang bagian nasal, dan area yang tampak pada sisi lateral dinamakan lapangan pandang bagian temporal. Pemetaan lapangan pandang untuk tiap mata dinamakan perimetri. Lapangan pandang dapat menyempit secara konsentris, menghilang untuk mata kanan atau kiri, atau menghilang sebagian.
Gambar peta perimetri, menunjukkan lapangan pandang mata sebelah kiri.
Jika: Pasien tidak dapat melihat separuh bagian kanan dari lapangan penglihatan kedua mata, dinamakan hemianopsia homonim dekstra. Hemianopsia heteronim bitemporal bagian yang rusak adalah chiasma opticum. Nervus opticus kanan putus mata kanan tidak dapat melihat. Tractus opticus kanan putus separuh bagian kiri dari lapangan penglihatan kedua mata tidak terlihat.
Gerakan sakadik pada mata Bila bayangan penglihatan bergerak terus menerus di depan mata, maka fiksasi mata akan melompat-lompat dari satu titik ke titik lain dengan kecepatan 2 sampai 3 lompatan per detik. Lompatan ini disebut sakade. Gerakannya disebut gerakan optikokinetik. Selama terjadi gerakan sakadik ini, otak akan menekan bayangan penglihatan sehingga orang tersebut tidak merasakan adanya gerakan perpindahan dari satu titik ke titik lain. Fiksasi pada objek yang bergerak (Gerakan mengejar) Mata dapat tetap difiksasi pada obyek yang sedang bergerak, yang disebut sebagai gerakan yang mengejar. Mekanisme kortikal yang berkembang dengan sangat baik dapat dengan otomatis dan involunter mendeteksi rangkaian pergerakan suatu obyek dan dengan cepat membentuk rangkaian pergerakan yang sama pada mata.