You are on page 1of 25

Case Report Session

GANGGUAN MENTAL DAN PERILAKU AKIBAT PENGGUNAAN


KANABINOIDA







Oleh :
Nailatul Fadhilah P.1435
Inez Amelinda P.1440

Preseptor :
DR. dr. Adnil Edwin Nurdin, Sp. KJ


BAGIAN ILMU KESEHATAN PSIKIATRI RSJ HB SAANIN
PADANG
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2014

1

GANGGUAN MENTAL DAN PERILAKU
AKIBAT PENGGUNAAN KANABINOIDA

I. PENDAHULUAN
Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan ganja adalah suatu gangguan
jiwa berupa penyimpangan perilaku yang berhubungan dengan pemakaian zat (dalam
hal ini adalah ganja) yang dapat mempengaruhi sususan saraf pusat secara kurang
lebih teratur sehingga menimbulkan gangguan fungsi sosial.
Ganja atau kanabis adalah singkatan untuk tanaman Cannabis sativa. Tanaman ini
rata-rata akan tumbuh 5-12 kaki tingginya tapi bahkan bisa juga mencapai 20 kaki.
Seluruh bagian tanaman ini mengandung kabinoid psikoaktif, yaitu delta 9
tetrahidrocannabinol (THC). Istilah kanabis umumnya mengacu pada pucuk daun,
bunga dan batang dari tanaman yang dipotong, dikeringkan dan dicacah dan biasanya
dibentuk menjadi rokok.

Nama lain untuk tanaman kanabis adalah marijuana, grass weed, pot, tea, Mary
Jane dan produknya hemp, hasish, charas, bhang, ganja, dagga dan sinsemilla.
Konsentrasi tertinggi dari kanabinoid psikoaktif ditemukan pada puncak bunga dari
kedua jenis tanaman jantan dan betina.

Ganja merupakan tanaman yang dapat tumbuh hampir di seluruh dunia. Hal ini
dapat dilihat dari adanya sebutan yang berbeda di satu negara dengan negara lainnya.
Ketika tanaman telah tumbuh dengan sempurna maka seluruh bagiannya mengandung
zat psikoaktif yang secara keseluruhan dikenal sebagai cannabinoids. Lebih dari 50
zat yang terkandung dalam ganja, namun yang terpenting adalah delta-9
tetrahydrocannabinol (THC). Kandungan THC akan tergantung pada bagian dari
tumbuhan, kondisi lingkungan terutama iklim dimana tanaman ganja tumbuh. Dalam
perkembangannya dengan teknologi hidroponik dan pemilihan tanaman ganja yang
tepat dapat menghasilkan kandungan THC yang sangat tinggi (20-30%).

Tanaman ini ditemukan hampir disetiap negara tropis. Bahkan beberapa negara
beriklim dingin pun sudah mulai membudidayakannya dalam rumah kaca.Di
Indonesia, ganja dibudidayakan secara ilegal di Provinsi Aceh. Biasanya ganja
ditanam pada awal musim penghujan, menjelang kemarau sudah bisa dipanen
2

hasilnya.Hasil panen ganja berupa daun beriut ranting dan bunga serta buahnya
berupa biji-biji kecil. Campuran daun, ranting, bunga, dan buah yang telah
dikeringkan inilah yang biasa dilinting menjadi rokok mariyuana. Kalau bunga
betinanya diekstrak, akan dihasilkan damar pekat yang disebut hasyis.
Menurut riset, mereka yang menghisap "skunk" - sejenis daun ganja yang berefek
kuat-memiliki kemungkinan tujuh kali lebih besar mengidap penyakit psikotik seperti
schizophrenia daripada mereka yang menghisap "ekstrak ganja" atau getah ganja.
Ilmuwan dari institut psikiatri Kings College London mengatakan studi mereka
kali pertama yang mengamati skunk secara khusus, daripada mengamati daun ganja
umumnya, dan menemukan tingkat tretrahidrocannabinol atau THC, yang patut
disalahkan sebagai efek negatif obat-obatan pada kesehatan mental.


II. EPIDEMIOLOGI
Berdasarkan National Surveys on Drug Use and Health (NSDUH) tahun
2003, diperkirakan ada sekitar 90,8 juta orang dewasa (42,9%) berusia 18 tahun
ataupun yang lebih tua pernah mengkonsumsi ganja paling tidak satu kali semasa
hidupnya. Diantara kelompok ini, sekitar 2% menggunakan ganja sebelum berumur
12 tahun, sekitar 53% diantara 12 tahun dan 17 tahun dan sekitar 45% setelah
berumur 18 tahun.

Penelitian epidemiologi yang dilakukan beberapa kali di Indonesia
menunjukkan hasil yang konsisten, yaitu penggunaan zat psikoaktif sebagian besar
berusia 25 tahun, kebanyakan tergolong poly drug-user, masih berstatus sebagai
pelajar, sedangkan usia mulai menggunakan semakin muda. Seratus pasien pertama
yang dirawat di rumah sakit ketergantungan obat sejak tahun 1972 berusia 11-21
tahun. Survey terhadap 323 penghuni enam panti rehabilitasi di Indonesia, Hilman
(1986) menemukan umur mereka sekitar 13-15 tahun, 15,49% merokok tembakau,
32% minum alkohol, 27% mengisap ganja, 16% menggunakan obat psikotropika, dan
6% menggunakan opioida.

Di Indonesia, terdapat antara 2-3 juta orang yang pernah mengisap ganja.
Pengguna pemula ganja, terutama dikalangan anak usia muda, meningkat tajam
selama 4-5 tahun terakhir, karena ganja mudah diperoleh dimana mana.

3



III. JENIS-JENIS GANJA
Pada penelitian terakhir tentang ganja, ditemukan ada 3 (tiga) jenis tanaman
ganja yaitu Cannabis Sativa, Cannabis Indica, dan Cannabis Ruderalis. Ketiga jenis
tanaman ganja itu semuanya memiliki kandungan THC (Tetra Hydro Cannabinol)
yang berbeda - beda tingkat kadarnya untuk setiap jenisnya. Jenis Cannabis Indica
mengandung THC paling banyak, disusul jenis Cannabis Sativa, dan jenis Cannabis
Ruderalis mengandung THC paling sedikit. THC sendiri adalah zat psikoaktif yang
berefek halusinasi dan ini terdapat dalam keseluruhan pada bagian tanaman ganja,
baik daunnya, rantingnya, ataupun bijinya. Karena kandungan THC inilah, maka
setiap orang yang menyalahgunakan ganja akan terkena efek psikoaktif yang sangat
membahayakan.

Cara Pemakaian
Ganja biasanya diolah menjadi Mariyuana (Marijuana, istilah dari Meksiko) dan
Hasis (hashish, bahasa Arab)
Marijuana
Mariyuana dibuat dari tanaman ganja yang dikeringkan. Cara mengkonsumsinya
adalah dibakar dan dihisap mirip rokok tembakau
.
Di Indonesia bahasa slang yang
sering dipergunakan untuk menyebut mariyuana adalah gele, cimeng atau baks.
Hasis
Hasis/ hashish/ hash dibuat dari olahan getah ganja yang diperoleh dari trichomes.
Trichomes adalah kelenjar berupa rambut-rambut halus keputihan yang muncul di
permukaan tanaman ini. Konsentrasi THC di dalam trichomes ini lebih tinggi dari
pada di bagian lainnya. Bentuk Hasis seperti pasta keras yang akan melunak bila
dipanaskan. Cara mengkonsumsinya beragam. Ada yang langsung membakar dan
menghisapnya dalam lintingan kertas atau mencampurkannya kedalam rokok
tembakau, lintingan mariyuana ataubahan herbal lainnya. Ada pula yang
menghisapnya dengan pipa, bong, bubbler atau pavorizer. Selain dihisap ada pula
orang yang memakannya, secara langsung atau menjadikannya sebagai bahan
4

pembuat makanan. Hasis terlarut di dalam lemak sehingga biasanya dipakai dalam
membuat makanan yang mengandung lemak (minyak, mentega, butter dan lain-lain)
seperti cake, brownies, atau cookies dll.

IV. PATOMEKANISME
Seperti yang disebutkan sebelumnya, komponen utama dari kanabis adalah 9-
THC; tetapi, tanaman kanabis mengandung lebih dari 400 zat kimia, yang kira-kira 60
buah diantaranya secara kimiawi berhubungan dengan 9-THC. Pada manusia 9-
THC secara cepat dikonversi menjadi 11-hidroksi-9-THC, suatu metabolit yang
aktif di dalam sistem saraf pusat.


Saat ganja dihisap, dari paru-paru THC secara cepat akan masuk ke aliran darah
lewat pembuluh darah di paru-paru yang akan masuk ke jantung dan oleh jantung
akan dipompa ke seluruh tubuh. Dengan kata lain zat THC ini akan terbawa ke
seluruh tubuh, termasuk ke otak dan organ lainnya. (Sama halnya bila dimakan, dari
usus THC akan diserap dan dibawa ke dalam aliran darah dan mengalami proses yang
sama).
Di otak THC akan bereaksi dengan suatu reseptor (penerima) khusus, yang
dijuluki reseptor cannabinoid. Reseptor ini tidak sama penyebarannya dan jumlahnya
di otak. Berjumlah banyak pada daerah tertentu dan sedikit bahkan tidak ada pada
beberapa daerah otak yang lain sehingga THC ditangkap hanya di bagian-bagian otak
tertentu.Konsentrasi tertinggi reseptor cannabinoid ditemukan di tiga wilayah
otak: hippocampus, cerebellum, dan ganglia basalis. Ketiga area ini otak bertanggung
jawab untuk melakukan fungsi tertentu. Ketika THC dalam ganja mengikat reseptor
di hipokampus, serebelum atau ganglia basalis maka fungsi dari masing-masing akan
5

terganggu. Hippocampus terdapat di lobus temporal manusia dekat telinga.
Hippocampus sangat penting untuk memori jangka pendek, yang mangakibatkan
kesulitan mengingat peristiwa baru-baru setelah THC mengikat reseptor protein
dalam hippocampus. Otak kecil mengendalikan koordinasi dan ganglia basal pada
tubuh memodifikasi gerakan tak terkendali dan belajar melalui pengulangan atau
dengan kata lain membangun kebiasaan. THC dalam ganja menggangu cara kerja
ganglia basal dan fungsi otak kecil, sehingga ganja mengubah reaksi, koordinasi
motorik dan keterampilan belajar.

Gejala putus kanabis pada manusia adalah terbatas sampai peningkatan ringan
dalam iritabilitas, kegelisahan, insomnia, anoreksia, dan mual ringan; semua gejala
tersebut ditemukan hanya jika seseorang menghentikan kanabis dosis tinggi secara
mendadak.


V. DIAGNOSIS
Gambaran Klinis
Setiap batang rokok ganja mengandung THC sebanyak 5 20 mg. Jika ganja
digunakan sebagai rokok, efek euforia tampak dalam beberapa menit, mencapai
puncak dalam kira-kira 30 menit, dan berlangsung 2 sampai 4 jam, rasa takut akan
mati, gelisah dan hiperaktif. Kemudian menjadi lebih tenang, euforik, banyak bicara,
merasa ringan pada tungkai dan badan. Ia mulai banyak tertawa, walaupun tidak ada
rangsangan lucu sebelumnya.

Dengan demikian mereka yang mengkonsumsi ganja akan memperlihatkan
perubahan-perubahan mental dan perilaku, sebagai berikut:
a. Jantung berdebar-debar.
b. Euforia, yaitu rasa gembira tanpa sebab dan tidak wajar.
c. Halusinasi dan delusi.
Halusinasi adalah pengalaman panca indra tanpa adanya sumber stimulus
(rangsangan) yang menimbulkannya. Misalnya seseorang mendengar suara-suara
padahal sumber suara tersebut tidak ada, hal ini disebut sebagai halusinasi
pendengaran. Demikian juga halnya dengan halusinasi penglihatan, penciuman,
rasa dan raba. Delusi adalah suatu keyakinan yang tidak rasional, meskipun telah
6

diberikan bukti-bukti bahwa pikiran itu tidak rasional, namun yang bersangkutan
tetap meyakininya. Misalnya yang disebut dengan delusi paranoid, dimana yang
bersangkutan yakin benar bahwa ada orang yang akan berbuat jahat kepadanya,
sekalipun dalam kenyataannya tidak ada orang yang dimaksudkan.
d. Perasaan waktu berlalu dengan lambat, misalnya 10 menit bisa dirasakan seperti 1
(satu) jam lamanya.
e. Apatis. Yang bersangkutan bersikap acuh tak acuh, masa bodoh, tidak perduli
terhadap tugas atau fungsinya sebagai makhluk sosial, seringkali lebih senang
menyendiri dan melamun, tidak ada kemauan atau inisiatif dan hilangnya
dorongan semangat/kehendak.
f. Mata merah. Orang yang baru saja menghisap ganja ditandai dengan warna bola
mata yang memerah. Hal ini disebabkan karena pembuluh darah kapiler pada bola
mata mengalami pelebaran (dilatasi).
g. Nafsu makan bertambah, orang yang mengkonsumsi ganja nafsu makannya
bertambah karena ganja memiliki zat aktif tetra-hydrocannabinol (THC)
merangsang pusat nafsu makan di otak.
h. Mulut kering, orang yang mengkonsumsi ganja akan mengalami kekeringan pada
mulut (air liur berkurang), hal ini disebabkan THC mengganggu sistem syaraf
otonom yaitu syaraf yang mengatur kelenjar air liur.
i. Perilaku maladaptif, artinya yang bersangkutan tidak lagi mampu menyesuaikan
diri atau beradaptasi dengan keadaan secara wajar. Misalnya, yang bersangkutan
memperlihatkan ketakutan, kecurigaan (paranoid), gangguan menilai realitas,
gangguan dalam fungsi sosial dan pekerjaan. Perilaku maladaptif ini sering
menimbulkan konflik, pertengkaran, tindak kekerasan dan perilaku anti sosial
lainnya terhadap orang-orang di sekelilingnya.
j. Pemakaian ganja dalam waktu lama akan mengganggu fungsi paru-paru karena
menimbulkan peradangan atau menyebabkan timbulnya penyakit
anginapektoris. Ganja juga menimbulkan kematian sel-sel otak dan menjadi
pencetus kanker. Produksi leukosit (sel darah putih) menurun, sehingga kekebalan
tubuh juga berkurang dan akan menurunkan kadar beberapa hormon yang dapat
menyebabkan rusaknya sperma laki-laki, sementara bagi wanita akan
7

menimbulkan gangguan haid bahkan meningkatkan kemungkinan terjadinya
keguguran pada ibu hamil.

Diagnosis gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan kanabis dapat
ditegakkan berdasarkan PPDGJ-III (Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan
Jiwa di Indonesia, Edisi III) dan DSM-IV (diagnostic and Statistical Manual of
Mental Disorders, Fourth Edition).
Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders edisi keempat (DSM-IV)
menuliskan gangguan berhubungan dengan kanabis tetapi mempunyai kriteria
spesifik dalam bagian gangguan berhubungan dengan kanabis hanya untuk intoksikasi
kanabis. Kriteria diagnostik untuk gangguan berhubungan dengan kanabis lainnya
ditemukan di dalam bagian DSM IV yang memusatkan pada gejala fenomenologi
utama- sebagai contoh, gangguan psikotik akibat kanabis, dengan waham, di dalam
bagian DSM- IV tentang gangguan psikotik akibat zat ini.


Ketergantungan Kanabis dan Penyalahgunaan Kanabis
DSM-IV memasukkan diagnosis ketergantungan kanabis dan
penyalahgunaan kanabis. Data eksperimental dengan jelas menunjukkan toleransi
terhadap banyak efek kanabis; tetapi, data kurang mendukung adanya ketergantungan
fisik. Ketergantungan psikologis pada pemakaian kanabis terjadi pada pemakai
jangka panjang.

Intoksikasi Kanabis

Pengaruh subjektif dari intoksikasi kanabis bervariasi dari satu individu ke
individu yang lain, menetapkan pada tingginya variable farmakokinetik dosis cara
pemberian, latar belakang pengalaman dan harapan, dan kerentanan individu terhadap
efek psikotis tertentu.
DSM-IV meresmikan kriteria diagnostik untuk intoksikasi kanabis.
Kriteriadiagnostik menyebutkan bahwa diagnosis dapat diperkuat dengan kalimat
dengan gangguan persepsi. Secara khas, intoksikasi dicirikan oleh periode awal
high yang digambarkan sebagai perasaan kesejahteraan dan kebahagiaan. Tanda
8

dan gejala intoksikasi ini berupa euphoria diikuti periode mengantuk atau sedasi.
Intoksikasi kanabis sering kali meninggikan kepekaan pemakai terhadap stimuli
eksternal, mengungkapkan perincian yang baru, membuat warna-warna tampak lebih
terang dari pada sebelumnya dan perlambatan waktu secara subjektif. Persepsi waktu
berubah, pendegaran dan penglihatan terganggu. Efek subjektif dari intoksikasi sering
berupa reaksi disosiasi.
Pada dosis tinggi, pemakai mungkin juga merasakan depersonalisasi dan
derealisasi serta bisa mempengaruhi tingkat kesadaran, dimana lebih jelas
pengaruhnya terhadap penilaian kognitif. Keterampilan motorik terganggu oleh
pemakaian kanabis, dan gangguan pada keterampilan motorik tetap ada setelah efek
euforia dan subjektif telah menghilang. Selama 8 sampai 12 jam setelah
menggunakan kanabis, pemakai mengalami suatu gangguan keterampilan motorik
yang mengganggu operasi kendaraan bermotor dan mesin mesin berat lainnya.
Kanabis membangkitkan delirium organik toksis yang menetap lama
dikarakteristikkan sebagai kebingungan dengan proses fikir yang kacau, afek yang
labil, waham dan halusinasi pernah dilaporkan.

Delirium Intoksikasi Kanabis
Delirium Intoksikasi Kanabis adalah suatu diagnosis DSM-IV. Delirium yang
berhubungan dengan intoksikasi kanabis ditandai oleh gangguan kognitif dan tugas
kinerja yang jelas. Bahkan dosis kecil kanabis menyebabkan gangguan daya ingat,
waktu reaksi, persepsi, koordinasi motorik, dan pemusatan perhatian. Dosis tinggi
yang juga menggangu tingkat kesadaran pemakai mempunyai efek nyata pada
pengukuran kognitif tersebut.


Gangguan Psikotik Akibat Kanabis
Gangguan Psikotik Akibat Kanabis adalah didiagnosis dengan adanya psikosis
akibat kanabis. Gangguan psikotik akibat kanabis jarang terjadi, tetapi ide paranoid
sementara adalah lebih sering. Dosis tinggi kanabis membangkitkan gejala psikotik
singkat seperti waham kejar atau halusinasi pendengaran dan penglihatan, khususnya
orang dengan gangguan psikiatrik yang mendasarinya. Psikosis yang jelas agak
9

sering di negara-negara di mana orang-orangnya mempunyai jalur untuk
mendapatkan kanabis dengan potensi yang tinggi.
Penggunaan kanabis jarang disertai dengan pengalaman khayalan buruk, yang
sering kali menyertai intoksikasi halusinogen. Jika gangguan psikotik akibat kanabis
memang terjadi, keadaan ini mungkin berhubungan dengan gangguan kepribadian
yang telah ada sebelumnya pada orang yang terkena.


Gangguan Kecemasan Akibat Kanabis
Gangguan Kecemasan Akibat Kanabis (cannabis-induced anxiety disorder)
adalah suatu diagnosis umum untuk intoksikasi kanabis akut, dimana banyak orang
mengalami keadaan kecemasan singkat yang sering kali dicetuskan oleh pikiran
paranoid. Dalam keadaan tersebut, serangan panik dapat diinduksi, didasarkan pada
rasa takut yang tidak jelas dan tidak terorganisir. Beberapa pengguna kanabis
melaporkan pengalaman ada kalanya tidak menyenangkan, paling banyak sering
menggambarkan sebagai reaksi cemas dari intensitas ringan sampai sedang.
Tampaknya gejala kecemasan berhubungan dengan dosis dan merupakan efek
merugikan yang paling sering terhadap pemakaian sedang kanabis yang diisap seperti
rokok. Pemakai yang tidak berpengalaman lebih mungkin mengalami gejala
kecemasan dibandingkan pemakai yang berpengalaman


Gangguan Berhubungan Kanabis yang Tidak Ditentukan

DSM-IV tidak secara resmi mengenali gangguan mood akibat kanabis (cannabis
induced mood disorder); dengan demikian, gangguan tersebut diklasifikasikan
sebagai gangguan akibat berhubungan yang tidak ditentukan (NOS; not other-wise
specified).
Intoksikasi kanabis dapat disertai dengan gejala depresif, walaupun gejala tersebut
dapat mengarahkan pemakaian kanabis jangka panjang. Tetapi, hipomania, adalah
gejala yang sering pada intoksikasi kanabis.
DSM-IV juga tidak secara resmi mengenali gangguan tidur akibat kanabis atau
disfungsi seksual akibat kanabis; dengan demikian, keduanya diklasifikasikan
sebagai gangguan berhubungan kanabis yang tidak ditentukan (NOS). Jika ditemukan
10

gejala gangguan tidur maupun gejala disfungsi seksual dan berhubungan dengan
penggunaan kanabis, gejala tersebut hampir selalu menghilang dalam beberapa hari
atau satu minggu setelah menghentikan pemakaian kanabis.
Kilas balik (flash back). Kelainan persepsi yang menetap setelah penggunaan
kanabis tidak secara resmi diklasifikasikan di dalam DSM-IV, walaupun terdapat
laporan kasus orang yang mengalami sensasi berhubungan dengan intoksikasi
kanabis setelah efek jangka pendek dari substansi telah menghilang. Perdebatan
tentang apakah flash back berhubungan dengan penggunaan kanabis saja atau apakah
berhubungan dengan penggunaan bersama dengan halusinogen atau kanabis
dicampur dengan phencyclidine (PCP).
Sindrom Amotivasional. Sindrom berhubungan kanabis lain yang kontroversial
adalah sindrom amotivasional. Perdebatan adalah tentang apakah sindrom ini
berhubungan dengan penggunaan kanabis atau apakah mencerminkan sifat
karakterologis pada sekelompok orang, tidak tergantung pada penggunaan kanabis.
Biasanya, sindrom amotivasional telah dihubungkan dengan pemakaian kanabis
jangka panjang dan berat dan ditandai oleh ketidakmauan seseorang melakukan suatu
tugas di sekolah, pada pekerjaan, atau tiap situasi yang memerlukan pemusatan
perhatian yang lama.


VI. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Pemeriksaan urin untuk kanabis dan zat lainnya telah umum pada beberapa
keadaan seperti program pengobatan dan tempat penempatan tenaga kerja.
Kebanyakan laboratorium menggunakan Enzym-Multiplied Immunoassay Technique
(EMIT), meskipun Radio Immunoassay (RIA) adalah yang paling sering digunakan.
Kedua tes diatas relatif sensitif dan tidak mahal. Membantu sebagai penyaringan
(screening) awal karena jauh dari sempurna. Perbandingan terbaru menunjukkan
ketidaksesuaian pada positif palsu dan negatif palsu meskipun penyaringan dan
kondisi laboratorium dalam penerapan yang terbaik.
Untuk mengkonfirmasi tes, digunakan Chromatography-Mas Spectroscopy (GC-
MS). Kanabis dan metabolitnya dapat dideteksi di urin pada nilai cut off 100 ng/ml
11

pada 42-72 jam setelah efek psikologis menurun. Karena metabolit kanabinoid adalah
larut lemak, menetap di cairan tubuh dalam periode yang agak lama dan diekskresikan
secara perlahan. Uji saring untuk kanabinoid pada individu yang menggunakan
kanabis secara ringan dapat memberikan hasil positif untuk 7-10 hari dan pada
pengguna kanabis berat dapat memberikan nilai positif 2-4 minggu.

VII. PENATALAKSANAAN
Pengobatan pemakaian kanabis terletak pada prinsip yang sama dengan
pengobatan penyalahgunaan substansi lain abstinensia dan dukungan. Abstinensia
dapat dicapai melalui intervensi langsung, seperti perawatan di rumah sakit, atau
melalui monitoring ketat atas dasar rawat jalan dengan menggunakan skrining obat
dalam urin, yang dapat mendeteksi kanabis selama tiga hari sampai empat minggu
setelah pemakaian. Dukungan dapat dicapai dengan menggunakan psikoterapi
individual, keluarga, dan kelompok. Pendidikan harus merupakan inti untuk program
abstinensia dan dukungan, karena pasien yang tidak mengerti alasan intelektual untuk
mengatasi masalah penyalahgunaan substansi menunjukkan sedikit motivasi untuk
berhenti. Untuk beberapa pasien suatu obat antiansietas mungkin berguna untuk
menghilangkan gejala putus zat jangka pendek. Untuk pasien lain penggunaan
kanabis mungkin berhubungan dengan gangguan depresi dasar yang mungkin
berespons dengan terapi antidepresan spesifik.

Pada umumnya, intoksikasi pada penggunaan kanabis tidak memerlukan
farmakoterapi tetapi cukup dengan terapi suportif. Namun, jika muncul gejala
anxietas berat, maka dapat diberikan :
- Lorazepam 1-2 mg oral
- Alprazolam 0,5-1 mg oral
- Chlordiazepoxide 10-50 mg oral
- Bila terdapat gejala psikotik yang menonjol, maka dapat diberikan Haloperidol 1-
2 mg oral, atau i.m ulangi selama 20-30 menit.



12

DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kesehatan RI. 1995. Gangguan Mental dan Perilaku Akibat Penggunaan Zat
Psikoatif dalam Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa Indonesia III.
Jakarta : DEPKES RI. Hal : 84-102.
Kaplan, H.I, Sadock, B.J, Grebb, J.A. 2010. Gangguan berhubungan dengan zat dalam Sinopsis
Psikiatri Ilmu Pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis Jilid I. Tangerang : Binarupa
Akshara Publisher. Hal: 603-689.
Mansjoer A, Triyanti K, dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi III. Jilid I. Jakarta: Media
Aesculapius FKUI . Hal : 189-191
Maslim, Rusdi. 2001. Gangguan Mental dan Perilaku Akibat Penggunaan Zat Psikoaktif dalam
Buku Saku Diagnosis Jiwa Rujukan Ringkas dari PPDGJ-III. Jakarta: PT. Nuh Jaya. Hal
:34-57.











13

LAPORAN KASUS

Seorang pasien laki-laki berusia 16 tahun datang ke IGD RSJ HB Saanin Padang pada
tanggal 25 Juni 2014 pukul 13.00 WIB, diantar oleh keluarganya dengan keluhan emosi labil,
sering marah-marah tanpa sebab, mengamuk hingga merusak alat-alat rumah tangga sejak 3 hari
sebelum masuk rumah sakit.
IDENTITAS PASIEN
Nama / Panggilan : Tn. R/ R
Tempat Lahir : Padang
Tanggal Lahir / Umur : Padang, 25 Agustus 1998/ 16 tahun
Status Perkawinan : Belum Menikah
Pekerjaan / Sekolah : Juru parkir / Tamat Sekolah Dasar
Alamat : Jalan Juanda Dalam RW. 04 RT.01 Padang Barat
Agama : Islam
Warga Negara : Indonesia
Suku Bangsa : Minangkabau

STATUS INTERNUS
Keadaan Umum : Sedang
Tekanan Darah : 120/80 mmHg
Nadi : Frekuensi 78x/menit, teratur kuat angkat
Suhu : 37 C
Nafas : Abdominal-torakal, teratur, frekuensi 22x/menit
Tinggi Badan : 155 cm
Berat Badan : 48 kg
Bentuk Badan : Astenikus
14


Sistem respiratorik
Inspeksi : simetris kiri dan kanan, statis dan dinamis
Palpasi : fremitus kiri = kanan
Perkusi : sonor kiri dan kanan
Auskultasi : suara nafas vesikuler, ronkhi (-), wheezing (-)
Sistem kardiovaskular :
Inspeksi : iktus tidak terlihat
Palpasi : iktus teraba 1 jari medial LMCS RIC V
Perkusi : batas jantung dalam batas normal
Auskultasi : heart rate 74 x/menit, irama teratur, bising (-)
Abdomen
Inspeksi : tidak tampak membuncit
Palpasi : hepar dan lien tidak teraba
Perkusi : timpani
Auskultasi : bising usus (+) normal
Kelainan khusus: tidak ditemukan kelainan khusus

STATUS NEUROLOGIKUS
I. Urat saraf (panca indra) :Penciuman, pendengaran, pengecapan, penglihatan, dan taktil
baik
Gejala Rangsangan Selaput Otak : Kaku kuduk (-), tremor (-)
Gejala peningkatan tekanan intracranial :Muntah proyektil (-), sakit kepala progresif (-)
Mata :
Gerakan : bebas ke segala arah
Persepsi : diplopia (-)
Pupil : isokor, bulat
Visus : normal
Pemeriksaan oftalmoskop : tidak dilakukan
Reaksi konvergensi : tidak dilakukan
Reaksi kornea : tidak dilakukan
Reaksi cahaya : +/+
15


Telinga :
Tajam Pendengaran : normal

II. Motorik
Tonus : eutonus
Turgor : baik
Kekuatan :


Koordinasi : baik
Reflex fisiologis : +/+
Reflex patologis : -/-
III. Sensibilitas : sensibilitas halus dan kasar baik
IV. Susunan saraf vegetatif: fungsi makan, tidur, dan bangun baik
V. Fungsi-fungsi luhur : aktifitas menulis, membaca, dan menggambar tidak tergangg
VI. Kelainan khusus
Kaku : tidak ada
Tremor : tidak ada
Nasal stiffness : tidak ada
Occulogirik crisis : tidak ada
Tortikolis : tidak ada
Lain-lain : tidak ada
LABORATORIUM
Darah
Eritrosit : 5.11 x 10
6
mm
3

Leukosit : 7.400/mm
3

Hemoglobin : 14.5 gr/dl
Hematokrit : 44.4%
Trombosit : 326.000/mm
3

Urin (NAPZA): KANABINOIDA (+)


AUTOANAMNESIS (29 Agustus 2014)
Selamat siang ibu,saya dokter
muda Inez dan ini teman saya
dokter muda Dhila. Siapa
nama adek?
Selamat siang, nama saya
Restu.
Kesadaran compos mentis
kooperatif, orientasi personal
tidak terganggu.
Apa kabarnya adek hari ini?
Ada keluhan? Mungkin saya
dan teman saya bisa bantu.
Sudah merasa baikan, Kak.
Tinggal nunggu orang tua
menjemput pulang.
Kesadaran compos mentis
kooperatif.
16

Gimana hari ini? Sudah
mandi dan makan? Apa lauk
makan siang tadi?
Sudah kak. Tadi makan pakai
sayur sama ikan tongkol.
Mandi juga sudah.
Daya ingat jangka pendek
baik.
Restu lahir tahun berapa?

Sekarang tahun berapa?

Jadi umur Restu berapa
sekarang?

Hari ini hari apa?

Lima hari sebelum ini hari
apa?
Lima hari setelah hari ini hari
apa?
Tahun 1998, kak.

2014

16 tahun kak


Hari Sabtu

Hari Senin kak

Hari Kamis kak
Orientasi waktu tidak
terganggu.
Restu tinggal dimana?

Oh ya, sekarang lagi ada
dimana?

Pernah ke Bukittinggi nggak?
Bukittinggi sebelah mananya
Padang?
Pasar Pagi, di Padang, kak.

Di RSJ kak.


Pernah kak, di sebelah utara
Padang.
Orientasi tempat tidak
terganggu
Ini sudah kali ke berapa
masuk rumah sakit ini?


Berapa lama dirawat waktu
itu?
Ini yang kedua kalinya kak.
Rawat pertama kira-kira
bulan Januari tahun ini.

Dua bulan kak.
Daya ingat jangka panjang
baik.
Kenapa adek bisa masuk sini?

Emang ke sini diantar sama
siapa?


Memangnya Restu kenapa
waktu itu?








Gak tau kak.

Sama orang tua, Kak. Dia
cuma bilang mau minta obat
untuk penenang aja.

Ga ada kak. Sebelumnya
ngerasa badan sakit-sakit aja,
merasa badan tertusuk-tusuk,
mendingin, mata agak berair.
Pikiran juga kosong, murung
pengen di rumah terus ga mau
kemana-mana, udah sejak 4
bulan ini kak.


















17

Ooo begitu, memang
sebelumnya Restu sedang
apa? Abis mengkonsumsi
apa? Setelah badan-badan
Restu sakit-sakit, Restu ada
ke dokter?

Teman Restu ada yang
mengkonsumsi juga, ga?




Apa yang Restu rasakan saat
mengkonsumsi obat itu?
Dihisap atau gimana?


Oh, gitu. Selain
mengkonsumsi obat itu selain
dihisap, ada Restu pakai
dengan cara disuntik? Ada
pakai Tattoo ga sekarang?

Menurut Restu, baik atau
tidak memakai obat itu ?

Ga lagi ngapa-ngapain kak.
Pas sakit kayak gitu ga ke
dokter. Sebelumnya cuma
makan obat pil beli dari
apotik, Kak. Bukan narkoba
kok, Kak.

Ada kak, waktu itu ditawarin
sekali teman juga. Setelah itu
kata teman kalau mau lagi
disuruh beli 5 ribu salapiak,
Kak.

Enak, Kak. Iya, dihisap kak.
Rasa nge-fly, ada rasa senang
tapi cuma sebentar kak habis
itu ga ada lagi.

Ga ada kak. Tattoo ga ada
juga.




Ngga, Kak. Soalnya rasa
senang yang muncul cuma
sebentar aja abis itu badan
malah sakit-sakit Kak.
Tanpa disinggung soal
narkoba, pasien telah
menyebut dengan sendirinya.





















Discriminative Judgement
tidak terganggu.
Waktu termenung dan pikiran
Restu kosong, ada suara
suara bisikan ga?

Pernah liat bayangan seperti
hantu ?


Pernah merasa mencium
aroma/ bau-bauan yang aneh?

Pernah merasa ada yang
memegang Restu tapi
wujudnya tidak ada?

Waktu itu ada keinginan
Restu untuk bunuh diri?

Iya kak pernah dulu, tapi
sebentar-sebentar aja
suaranya, abis itu hilang lagi.

Pernah, Kak kadang-kadang.
Tapi sekarang udah ga ada
lagi.

Ngga, kak.


Ngga, Kak.



Iya, ada kak. Tapi cuma
setengah hari aja kak, setelah
itu ga ada keinginan lagi buat
Halusinasi akustik ada,
sekarang sudah tidak ada lagi.


Halusinasi visual ada,
sekarang sudah tidak ada lagi.


Halusinasi olfaktori tidak ada.


Halusinasi taktil tidak ada.



Rasa ingin bunuh diri yang
terlintas dipikiran ada, tapi
belum di lakukan.
18





Restu ada pernah merasa
curiga ke orang lain? Merasa
dikejar-kejar?

Restu ada merasa seperti
orang hebat dan paling
pintar?
bunuh diri. Waktu itu udah
ada rasa ga semangat hidup
lagi, Kak.

Ga ada kak, sakit-sakit badan
aja waktu itu.


Ga ada kak.




Kecurigaan dan waham kejar
tidak ada.


Waham kebesaran tidak ada.
Ohiya, kalau boleh kakak tau,
apa Restu ada masalah dalam
keluarga? Apa pekerjaan
Restu sekarang?
Alhamdulilah ga ada Kak,
sekarang jadi tukang parkir
aja kak, malas sekolah. Kan
lumayan bisa dapat 30 ribu
dalam sehari, buat makan aja
itu cukup, Kak.

Kalau nanti sudah dibolehkan
pulang, apa rencana Restu?
Kerja lagi kak. Biar ajalah
minum obat terus, biar ga
kayak gini lagi, biar ga
dirawat disini lagi, Kak,
Abulia tidak ada.
Discriminative insight tidak
terganggu.
Ya lah kalau gitu, itu kami
permisi. Makasih ya Restu.
Iya, Kak, Sama-sama.

ALLOANAMNESIS
Nama / Umur : Efi Susanti/ 39 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Jalan Pasar Pisang Atas RT.04 RW. 01 , Padang
Pekerjaan : Pedagang
Pendidikan : SMA
Hubungan : Ibu Kandung
I. Sebab utama berobat
Pasien mengalami emosi labil, sering marah-marah tanpa sebab, mengamuk, hingga
merusak alat-alat rumah tangga. Gejala ini muncul 3 hari sebelum masuk rumah sakit.
Pasien dirawat untuk yang kedua kalinya.

II. Keluhan utama pasien saat ini : Tidak ada keluhan

19

III. Riwayat perjalanan penyakit
Tahun 2013
Pasien mengalami gangguan jiwa karena ibu dan ayahnya bercerai. Pasien ditertawakan
oleh teman-temannya karena hal tersebut. Sejak itu, pasien mengkonsumsi narkoba jenis
ganja.

Tahun 2014 Bulan Januari
Pasien sering bermenung dan menangis dan pasien mengamuk, marah-marah tanpa sebab,
dan merusak alat-alat rumah tangga, sehingga pasien dibawa oleh keluarga ke RSJ HB
Saanin dan dirawat selama lebih kurang 2 bulan. Pasien pulang dalam kondisi tenang
dan dijemput oleh keluarga. Pasien melakukan kontrol ke Poli Anak dan Remaja. Pasien
meminum obat tidak teratur. Dan pasien masih menggunakan ganja.

Tahun 2014 Bulan Juni
Pasien kembali dibawa keluarga ke RSJ HB Saanin karena pasien mengamuk dan marah
tanpa sebab sejak 10 hari sebelum masuk rumah sakit. Pasien juga memukul kakaknya,
merusak alat-alat rumah tangga, memecahkan kaca lemari. Pasien sering tertawa sendiri
dan menangis tanpa sebab. Pasien merasa disebelahnya ada orang dan mendengar bisikan.
Pasien sering berbicara sendiri dan berbicara ngawur. Malam sebelum dibawa ke rumah
sakit pasien berjalan keluar rumah hanya dengan menggunakan celana dalam. Makan
pasien cukup, tidur malam tidak pernah, mandi hanya sekali lima hari. Pasien sering
BAB/BAK di sembarang tempat. Pasien terakhir mengkonsumsi ganja 4 hari sebelum
masuk rumah sakit.

III. Riwayat Premorbid
- Bayi : lahir spontan, cukup bulan, ditolong oleh bidan, langsung
menangis, tidak ada riwayat kejang, sianosis tidak ada.
- Anak : perkembangan sesuai dengan usianya.
- Remaja : pasien berkembang sesuai usianya. Ayah dan ibu pasien bercerai.

IV. Riwayat pendidikan
SD : Tamat SD.

V. Riwayat perkawinan
Pasien belum menikah.

VI. Riwayat pekerjaan
Pasien seorang juru parkir.


20

VII. Riwayat sosial ekonomi
Pasien hidup bersama keluarga. Pasien berpenghasilan Rp 30.000 per hari. Untuk
kebutuhan hidup pasien masih bergantung dengan keluarga.

VIII. Riwayat keluarga
Tidak ada anggota keluarga pasien yang menderita penyakit seperti ini.

IX. Grafik perjalanan penyakit
Tahun 2013 Januari 2014 Juni 2014



IKHTISAR DAN KESIMPULAN DARI PEMERIKSAAN PSIKIATRI
I. KEADAAN UMUM
Kesadaran : kompos mentis
Sikap : kooperatif
Tingkah laku motorik : aktif
Ekspresi fasial : kaya
Verbalisasasi dan cara bicara : dapat bicara cukup lancar dan cukup jelas
Kontak psikis : dapat dilakukan, wajar
Perhatian : ada
Inisiatif : baik

II. KEADAAN SPESIFIK
a. Keadaan alam perasaan
i. Keadaan efektif : eutim
ii. Hidup emosi
Stabilitas : stabil
Pengendalian : terkendali
Echt-unecht : echt
Einfuhlung : adequate
Dalam-dangkal : dalam
Skala differensiasi : sempit
Arus emosi : cepat
b. Keadaan dan fungsi intelek
Daya ingat : baik
Daya konsentrasi : konsentrasi baik
21

Orientasi (waktu, tempat, personal dan situasi) : tidak terganggu
Luas pengetahuan : cukup luas
Discriminative insight : tidak terganggu
Dugaan saraf integensia : rata-rata normal
Discriminative judgement : tidak terganggu
Kemunduran intelek : tidak ada
c. Kelainan sensasi dan persepsi
Waham : tidak ada
Halusinasi :
Akustik : ada, hilang sejak 4 minggu terakhir
Visual : ada, hilang sejak 4 minggu terakhir
Olfaktorik : tidak ada
Taktil : tidak ada
d. Keadaan proses berfikir
Kecepatan proses berfikir : cepat
Mutu proses berfikir
Jelas dan tajam : cukup jelas dan cukup tajam
Sirkumstansial : tidak ada
Incoherent : tidak ada
Terhalang : tidak ada
Lambat : tidak ada
Meloncat-loncat : tidak ada
Verbigenerasi : tidak ada
Isi Pikiran
Pola sentral dalam fikiran nya : ada
Fobia : tidak ada
Obsesi : tidak ada
Kecurigaan : tidak ada
Konfabulasi : tidak ada
Permusuhan dan dendam : tidak ada
Perasaan inferior : tidak ada
Banyak/ sedikit : sedikit
Perasaan berdosa : tidak ada
Hipokondra : tidak ada
Lain-lain : tidak ada
e. Kelainan dorongan instingtual dan perbuatan
Abulia : tidak ada
Stupor : tidak ada
Raptus : tidak ada
Kegaduhan umum : tidak ada
22

Deviasi seksual : tidak ada
Ekhoproksia : tidak ada
Vagabondage : tidak ada
Piromani : tidak ada
Mannerism : tidak ada
Lain-lain : tidak ada
f. Anxietas yang terlihat over : tidak ada
g. Hubungan dengan realisasi : tidak terganggu

MULTIPEL AXIS RESUME
Axis I Sindroma Klinis
Sebab utama dirawat:
Emosi labil, sering marah-marah tanpa sebab, mengamuk, hingga merusak alat-alat
rumah tangga. Gejala ini muncul 3 hari sebelum masuk rumah sakit. Pasien dirawat untuk
yang kedua kalinya.
Pemeriksaan psikiatri:
1. Keadaan umum : tenang, kooperatif, tingkah laku motorik aktif, verbalisasasi dan cara
bicara dapat bicara cukup lancar dan cukup jelas, kontak psikis dapat dilakukan, wajar,
cepat, perhatian ada, inisiatif baik
2. Keadaan alam perasaan : eutim, stabil, terkendali, echt, adequate, dalam, sempit, arus
emosi cepat.
3. Keadaan dan fungsi intelek : daya ingat baik, daya konsentrasi baik, orientasi (waktu,
tempat, personal dan situasi) cukup baik, luas pengetahuan cukup baik, discriminative
insight tidak terganggu, dugaan saraf integensia rata-rata normal, discriminative
judgement tidak terganggu, kemunduran intelek tidak ada.
4. Kelainan sensasi dan persepsi : ilusi tidak ada, halusinasi tidak ada
5. Keadaan proses berfikir : berfikir cepat, cukup jelas dan cukup tajam, isi pikiran banyak
6. Kelainan dorongan instingtual dan perbuatan : tidak ada
7. Anxietas yang terlihat over : tidak ada
8. Hubungan dengan realisasi : tidak terganggu

Axis II Keadaan Premorbid
Kepribadian : Belum ada diagnosis
Retardasi mental : tidak ada
23

Axis III Kondisi Medis Umum
Riwayat mengkonsumsi ganja sejak 2 tahun yang lalu.
Axis IV stresor psikososial dan lingkungan
Masalah dengan primary support group (keluarga)
Axis V penilaian fungsi social
GAF 81-90

Diagnosis Multiple Axis
Axis I : Gangguan Mental dan Perilaku Akibat Penggunaan Kanabinoida (F12.)
Axis II : Belum ada diagnosis
Axis III : Riwayat mengkonsumsi ganja sejak 2 tahun yang lalu.
Axis IV : Masalah dengan primary support group (keluarga)
Axis V : GAF 81-90

Diagnosis Differensial
o Gangguan afektif bipolar, episode kini manik dengan gejala psikotik
o Gangguan afektif tipe manik dengan gejala psikotik
o Skizoafektif tipe Manik.

Terapi
Risperidon 2x1 mg
Diazepam 1x2 mg

Anjuran Terapi
Psikoterapi

24

Prognosis
VARIABEL PENILAIAN BAIK BURUK
Onset Remaja X
Relaps Sering X
Diagnosis Gangguan Mental
dan Perilaku Akibat
Penggunaan
Kanabinoida
X
Family Support Ada X
Respon Obat Baik X
Status Perkawinan Belum menikah X
Keadaan Ekonomi Rendah X
Kepatuhan minum obat Patuh X
Faktor Pencetus Jelas : Kanabinoida X
Genetik Tidak ada X
Penyakit lain/gangguan lain Tidak ada X

You might also like