You are on page 1of 23

DIAGNOSIS DAN TATALAKSANA INFEKSI HIV

Oleh:
Nani Zaitun




SMF Ilmu Penyakit Dalam RSU Ulin Banjarmasin
Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat
2014

Pendahuluan (1)
The Centers for Disease Control and Prevention (CDC)
mendifinisikan :
1,2

HIV berdasarkan kondisi klinis yang berhubungan dengan infeksi
HIV dan jumlah CD4+ <200/uL.
AIDS : serologi positip HIV dengan infeksi oportunistik dan
keganasan dengan immunodifisiensi berat.


Transmisi HIV :hubungan seksual, paparan darah/produk darah
yang terinfeksi dan vertical.
3

Diperkirakan 950.000 orang amerika terinfeksi HIV, dan sekitar
53.000 infeksi terjadi setiap tahun.

sebagian menjadi AIDS pada 3
tahun pertama, 50% menjadi pasien AIDS sesudah 10 tahun, dan
sesudah 13 tahun hampir semua yang terinfeksi HIV menunjukkan
gejala AIDS.
3



1. Zolopa A dan Katz M. Current Medical Diagnosis and Treatment.2010:1205-1234
2. Fauci A dan Lane H. Harrisons principles of internal medicine. 2008: 1137-1203
3. Djoerban Z dab Djauzi S.Buku Ajar Illmu Penyakit Dalam. 2009;2861-2868

2
Pendahuluan (2)
Infeksi HIV akut ,Sebagian memperlihatkan gejala tidak khas pada
3-6 minggu setelah terinfeksi, dengan gejala demam, nyeri menelan,
pembengkakan kelenjar getah bening, ruam, diare atau batuk.
kemudian infeksi HIV asimtomatik (8-10 tahun) tetapi ada
sekelompok kecil terjadi amat cepat (2 tahun), dan ada perjalanan
yang lambat.
Seiring memburuknya kekebalan tubuh, akan timbul gejala akibat
infeksi oportunistik seperti diare, tuberculosis, infeksi jamur, herves,
penurunan berat badan, rasa lemah, demam lama dan lain-lain.
HIV belum bisa disembuhkan secara total. Namun data (8 tahun
terakhir) menunjukkan pengobatan kombinasi beberapa obat
antiretroviral (ARV) bermanfaat menurunkan morbiditas dan
mortalitas.
Prognosis membaik sejak di gunakannya terapi ARV pada
pertengahan tahun 1990.
3
(Djoerban Z dab Djauzi S.Buku Ajar Illmu Penyakit Dalam. 2009;2861-2868)

Kasus 1
Tn.CH/ 36 th
KU : badan lemas, tidak mau makan 1 minggu, ada mual, perut
terasa tidak nyaman. Ada batuk kering sejak 4 minggu sebelum
masuk rumah sakit. Faktor resiko + (hubungan seksual)
Didiagnosis HIV st III sejak Agustus 2012 dan TB paru sejak
September 2012. Pasien Sudah mendapat ARV (duviral dan
efavirena) sejak bulan oktober 2012 dan OAT (obat anti
tuberculosis) sejak September 2012.
Pemeriksaan fisik tampak sakit berat, konjungtiva anemis.
Laboratorium : Hb 6,9 g/dL, MCV 87 fl, MCH 27,2 pq, limfosit
800/uL.
Pasien diberikan transfusi darah dan dilakukan pergantian zidovudin
dengan tenofovir.
Keadaan pasien membaik


4
Kasus 2
Tn.A/26 th
KU : diare cair lebih dari 1 bulan, nafsu makan tidak ada, badan
terasa lemas, ada penurunan berat badan >10 kg/dalam 3 bulan
terakhir. Faktor resiko hubungan seksual dengan PSK
Pemeriksaan fisik tampak sakit berat, kongjungtiva anemis,
kandidosis oral +
Laboratorium : Hb 3,9 g/dL, MCV 71,7 fl, MCH 22,7 pq, limfosit
900/uL, Rapid test hasil reaktif.
Saat pasien dirawat terjadi kejang dan penurunan kesadaran,
diduga sebagai toxoplasmosis serebral , diberikan terapi
toxoplasmosis dan IO lainnya keadaan pasien membaik.
Didiagnosis : HIV st IV+IO : kandidosi oral, diare kronis ,
toxoplasmosis
Saat KRS keadaan pasien membaik dan ARV (tenofovir, lamivudin
dan efavirenz) diberikan di poliklinik.

5
Kasus 3
Ny.J/33 tahun
KU : diare lebih dari 1 bulan, badan terasa lemah, mual-mual tanpa
muntah, ada penurunan berat badan. Faktor resiko + (suami free
sex)
Pemeriksaan fisik tampak sakit sedang, kandidosis oral +
Laboratorium : limfosit 600/ uL.
Diagnosis : HIV stadium III, IO : diare kronik, kandidosi oral
Pasien diberikan terapi IO dan ARV(tenofovir, lamivudin dan
efavirenz)
keadaan pasien membaik.

6
Kasus 4
Tn. AR/ 50 th
KU : diare lebih dari 1 bulan , mulut berjamur lebih dari 1 bulan
demam hilang timbul 1 bulan, ada luka di pinggang kanan kurang
lebih 3 bulan hilang timbul, ada batuk, berat badan sangat menurun
(> 5 Kg). Faktor resiko +(hubungan seksual)
Pemeriksaan fisik tampak sakit berat, malnutrisi, konjungtiva
anemis, kandidosis oral +, abses di gluteal kanan ukuran 3x3 cm,
Laboratorium : Hb 4,2 g/dL, MCV 80 fl, MCH 25 pq, limfosit 300/uL,
rapid test non reaktif.
Diagnosis : diduga HIV+kandidosi oral, diare kronik, sepsis dengan
abses glutea
Pasein diterapi sebagai sepsis dan dicurigai HIV namun pada hari
ketiga perawatan pasien meninggal
7
Metode
Data : pasien yang mrs dengan diagnosis HIV atau klinis
dicurigai HIV pada bulan desember 2012.
Pasien diikuti mulai mrs sampai krs.
Diambil data mengenai manifestasi klinis, faktor resiko,
adanya infeksi oportunistik, penegakkan diagnosis
dengan rapid test ELISA 3 metode, data penunjuang
laboratorium, terapi yang diberikan dan lama perawatan
di rumah sakit.

8
9
Keterangan Kasus 1 Kasus 2 Kasus 3 Kasus 4
Presentasi
klinis
Anoreksia dan lemas Diare 1 bulan, lemah Diare > 1bulan Diarhe > 1bulan
Faktor resiko Hubungan sexual Hubungan sexual PSK Suami free sex Hubungan sexual
Limfosit(/uL) 800 900 686 300
Hb(g/dL) 6,9 3,9 10,8 4,2
Rapid test reaktif reaktif reaktif Non reaktif
Diagnosis HIV st III on tx
TB paru on tx
HIV stadium IV+wasting
syndrome
HIV stadium III Abses region gluteal
Susp HIV
Infeksi oportunistik Lung TB on terapi
anemia
Kandidosis oral
Diare kronis
toxoplasmosis
Diare kronik
Kandidosis oral
Kandidosis oral
Diare kronik
Terapi OAT
ARV(Duviral+
Efavirenz)
Duviral diganti
Tenofovir dan
Lamivudin
cotrimoksazol
suportif
Inj ceftriaxon
Inf ciprofloxacin
Metronidazol
Nystatin drops
Cotrimoksazol
Klindamisin
primetamin
suportif
ARV (poliklinis)
Inj ceftriaxon
cotrimoksazol
Nistatin drop
suportif
ARV
inj.Ceftriaxon
Metronidazol
Candistatin oral
cotrimoksazol
Lama
perawatan
6 hari 9 hari 9 hari 3 hari
Kondisi
KRS
membaik membaik membaik meninggal
Tabel 1. Presentasi klinis, faktor resiko, laboratoium, diagnosis, infeksi
oportunistik, terapi, lama perawatan dan keadaan pasien saat krs.

Faktor resiko
Faktor resiko terjadinya infeksi HIV :
hubungan seksual
paparan darah/produk darah yang
terinfeksi HIV( jarum suntik , transfuse
darah, tattoe)
Trasmisi perinatal (melahirkan dan
menyusui dari ibu yang terinfeksi HIV).

10
Bertozzi S et all. Disease conrol priorities in Developing Countries:2010;331-370

11
Tabel 2. Perkiraan transmisi Infeksi HIV berdasarkan paparan faktor resiko.
Bertozzi S et all. Disease conrol priorities in Developing Countries:2010;331-370


12
Keadaan Umum
Kehilangan berat badan >10% dari berat badan dasar
Demam (terus menerus atau intermiten, temperatur oral >37,5oC) yang lebih dari satu bulan
Diare (terus menerus atau intermiten) yang lebih dari 1 bulan 3 px
Kulit
PPE* dan kulit kering yang luas* merupakan dugaan kuat infeksi HIV. Beberapa kelainan seperti kutil
genital (genital warts), folikulitis dan psoriasis sering terjadi pada ODHA tapi tidak selalu terkait dengan
HIV
Infeksi
Infeksi jamur Kandidiasis oral * 3 px
Dermatitis seboroik*
Kandidiasis Vagina berulang*
Infeksi viral Herpes zoster (berulang atau melibatkan lebih dari satu dermatom)*
Herpes genital (berulang)
Moluskum Kontagiosum
kondiloma
Gangguan
pernapasan
Batuk lebih dari satu bulan
Sesak nafas
Tuberculosis 1 px
Pnemonia berulang
Sinusitis kronis atau berulang
Gejala neurologis Nyeri kepala yang semakin parah (terus menerus dan tidak jelas penyebabnya)
Kejang demam 1 px
Menurunnya fungsi kognitif
Tabel 3. Gejala dan tanda klinis yang patut diduga infeksi HIV
Depkes. Pedoman Nasional Tatalaksana Klinis Infeksi HIV dan Terapi Antiretroviral pada Orang Dewasa, 2011

Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan tanda diduga infeksi
HIV dan pemeriksaan laboratorium rapid test atau ELISA tiga
metode didapatkan hasil reaktif.
1,2,3
Antibodi biasanya baru dapat terdeteksi dalam waktu 2 minggu
hingga 3 bulan setelah terinfeksi HIV yang disebut masa jendela.
Bila tes HIV yang dilakukan dalam masa jendela menunjukkan hasil
negatif, maka perlu dilakukan tes ulang, terutama bila masih
terdapat perilaku yang berisiko.
1,4

pada pasien ini kami temukan gejala dan tanda diduga infeksi HIV
dan 3 diantaranya hasil rapid test reaktif sedangkan 1 pasien non
reaktif.




13
1. Depkes. Pedoman Nasional Tatalaksana Klinis Infeksi HIV dan Terapi Antiretroviral pada Orang Dewasa, 2011
2. WHO. Antiretroviral Therapy for HIV infection in Adults and Adolescent. Austria:2010
3. National AIDS and STI Control Program Ministry of Health and Social Welfare. Integrated Guidelines for Prevention, Testing, Care and
Treatment of HIV/AIDS in Liberia. 2007;1-253
4. Zolopa A dan Katz M. Current Medical Diagnosis and Treatment.2010:1205-1234



Penatalaksanaan
Secara umum penatalaksanaan ODHA terdiri atas :
1. Pemberian ARV (menekan replikasi virus HIV),
2. pengobatan infeksi oportunistik
3. suportif (makanan bergizi, dukungan psikososial dan agama).
Setelah dinyatakan terinfeksi HIV maka perlu dilakukan penilaian
stadium klinis, imunologis dan virologi.
Hal tersebut dilakukan untuk:
menentukan apakah pasien sudah memenuhi syarat untuk terapi
antiretroviral
menilai status supresi imun pasien
menentukan infeksi oportunistik yang pernah dan sedang terjadi
menentukan paduan obat ARV yang sesuai

14
1. Depkes. Pedoman Nasional Tatalaksana Klinis Infeksi HIV dan Terapi Antiretroviral pada Orang Dewasa, 2011
2. WHO. Antiretroviral Therapy for HIV infection in Adults and Adolescent. Austria:2010
3. National Departement of Health South Africa 2010. Clinical Guidelines for The Management of HIV and AIDS in Adults and
Adolescents.2010;1-42


15
Tabel 4. Stadium Klinis HIV
Depkes. Pedoman Nasional Tatalaksana Klinis
Infeksi HIV dan Terapi Antiretroviral pada Orang
Dewasa, 2011

16
Tabel 5. Rekomendasi saat memulai terapi pada ODHA dewasa
Depkes. Pedoman Nasional Tatalaksana Klinis Infeksi HIV dan Terapi Antiretroviral pada Orang Dewasa, 2011


17
Tabel 6. Panduan lini pertama yang direkomendasikan
Depkes. Pedoman Nasional Tatalaksana Klinis Infeksi HIV dan Terapi Antiretroviral pada Orang Dewasa, 2011



Terapi ARV pada Ko-Infeksi Tuberkulosis:
Mulai terapi ARV pada semua individu HIV dengan TB
aktif, berapapun jumlah CD4.
Gunakan EFV sebagai pilihan NNRTI
Mulai terapi ARV sesegera mungkin setelah terapi TB
dapat ditoleransi. Secepatnya 2 minggu dan tidak lebih
dari 8 minggu.

Terapi Kandidosis oral
tablet nistatin 100.000 IU dihisap setiap 4 jam selama 7
hari atau suspensi nistatin 3-5 cc dikumur 3 kali sehari
selama 7 hari.


18
Depkes. Pedoman Nasional Tatalaksana Klinis Infeksi HIV dan Terapi Antiretroviral pada Orang Dewasa, 2011




19
Tabel 7. Terapi empiris diare kronis
Tabel 8. Pengobatan diare spesifik berdasarkan kuman pathogen yang umum
Depkes. Pedoman Nasional Tatalaksana Klinis Infeksi HIV dan Terapi Antiretroviral pada Orang Dewasa, 2011



20
Gambar 4. Tatalaksana gejala dan tanda neurologi
Depkes. Pedoman Nasional Tatalaksana Klinis Infeksi HIV dan Terapi Antiretroviral pada Orang Dewasa, 2011




Prognosis
HIV sampai saat ini belum bisa disembuhkan secara
total
pengobatan kombinasi beberapa antiretroviral (ARV)
menurunkan morbiditas dan mortalitas.
Pasien menjadi lebih sehat, dapat bekerja normal dan
produktif.
Manfaat ARV dicapai melalui pulihnya system kekebalan
akibat HIV dan pulihnya kerentanan terhadap infeksi
oportunistik.

21
Djoerban Z dab Djauzi S.Buku Ajar Illmu Penyakit Dalam. 2009;2861-2868
Pencegahan
Program penanggulangan AIDS di Indonesia
mempunyai 4 pilar, yang semuanya menuju
pada paradigma Zero new infection, Zero
AIDS-related death dan Zero Discrimination.
1. Pencegahan (prevention);
2. Perawatan, dukungan dan pengobatan (PDP)
3. Dukungan psikososio-ekonomi.
4. Penciptaan lingkungan yang kondusif


22
1. Depkes. Pedoman Nasional Tatalaksana Klinis Infeksi HIV dan Terapi Antiretroviral pada Orang Dewasa, 2011
2. WHO. Antiretroviral Therapy for HIV infection in Adults and Adolescent. Austria:2010

Terima kasih
23

You might also like