You are on page 1of 401

DETEKSI DINI DAN PENCEGAHAN

PENYAKIT AUTIS PADA ANAK


Posted on August 2, 2009by The Children Indonesia
PENDAHULUAN
Di bidang psikiatri anak, angka kelainan jiwa pada
anak diperkirakan mencapai 5 10% dari populasi
anak. Kelaianan di bidang perkembangan anak
dibagi dalam 2 kelompok besar yaitu kelinan spesifik
serta kelainan yang menyeluruh/pervasiv. Sekalipun
kelainan ini lebih kecil dibandingkan kelainan
psikiatri lainnya, penderita memerlukan perhatian
seumur hidupnya atau setidak-tidaknya sepanjang
masa-masa perkembangan.
Kelainan autistik atau autisma pada anak adalah
salah satu bentuk penyakit yang tergolong dalam
gangguan pervasif. Angka kejadian autisma
tampaknya meningkat pesat dalambeberapa tahun
terahkir ini. Peningkatan ini terutama karena
meningkatnya penyampaian informasi yang
disampaikan berbagai media cetak maupun
elektronik terutama internet. Sehingga baik kalangan
medis maupun awam mengetahui perkembangan
tehnolgi kesehatan yang berkaitan dengan hal
tersebut. Sehingga masalah penyimpangan perilaku
pada anak khususnya autisma ini menjadi persoalan
yang aktual dan menarik yang ingin diketahui oleh
masyarakat baik dari kalangan akademisi maupun
masyarakat umumnya.
Amatlah penting untuk mengetahui gejala dan tanda
penyakit ini sejak dini karena penanganan yang lebih
cepat akan memberikan hasil yang lebih baik.
Beberapa pakar kesehatanpun meyakini bahwa
merupakan hal yang utama bahwa semakin besar
kemungkinan kemajuan dan perbaikan apabila
kelainan pada anak ditemukan pada usia yang
semakin muda.
APAKAH AUTIS ITU ?
Autism adalah gangguan perkembangan pervasif
pada anak yang ditandai dengan adanya gangguan
dan keterlambatan dalam bidang kognitif, bahasa,
perilaku, komunikasi dan interaksi sosial.
Kata autisma berasal dari bahasa Yunani auto
berarti sendiri yang ditujukanpada seseorang yang
menunjukkan gejala hidup dalam dunianya sendiri.
Pada umumnya penderita autisma mengacuhkan
suara, penglihatan ataupun kejadian yang
melibatkan mereka. Jika ada reaksi biasanya reaksi
ini tidak sesuai dengan situasi atau malahan tidak
ada reaksi sama sekali. Mereka menghindari atau
tidak berespon terhadap kontak sosial (pandangan
mata, sentuhan kasih sayang, bermain dengan anak
lain dan sebagainya).
Pemakaian istilah autisma kepada penderita
diperkenalkan pertama kali oleh Leo Kanner,
seorang psikiater dari Harvard (Kanner, Austistic
Disturbance of Affective Contact) pada tahun 1943
berdasarkan pengamatan terhadap 11 penderita yang
menunjukkan gejala kesulitan berhubungan dengan
orang lain, mengisolasi diri, perilaku yang tidak biasa
dan cara berkomunikasi yang aneh.
ANGKA KEJADIAN
Autism dapat terjadipada semua kelompok
masyarakat kaya miskin, di desa dikota,
berpendidikan maupun tidak serta pada semua
kelompok etnis dan budaya di dunia. Sekalipun
demikian anak-anak di negara maju pada umumnya
memiliki kesempatan terdiagnosis lebih awal
sehingga memungkinkan tatalaksana yang lebih dini
dengan hasil yang lebih baik.
Jumlah anak yang terkena autism makin bertambah.
Di Kanada dan Jepang pertambahan ini mencapai 40
persen sejak 1980. Di California sendiri pada tahun
2002 di-simpulkan terdapat 9 kasus autis per-
harinya. Dengan adanya metode diagnosis yang kian
berkembang hampir dipastikan jumlah anak yang
ditemukan terkena Autisme akan semakin besar.
Jumlah tersebut di atas sangat mengkhawatirkan
mengingat sampai saat ini penyebab autisme masih
misterius dan menjadi bahan perdebatan diantara
para ahli dan dokter di dunia.Di Amerika Serikat
disebutkan autisme terjadi pada 60.000 15.000
anak dibawah 15 tahun. Kepustakaan lain
menyebutkan prevalens autisme 10-20 kasus dalam
10.000 orang, bahkan ada yang mengatakan 1
diantara 1000 anak. Di Inggris pada awal tahun 2002
bahkan dilaporkan angka kejadian autisma
meningkat sangat pesat, dicurigai 1 diantara 10 anak
menderita autisma. Perbandingan antara laki dan
perempuan adalah 2,6 4 : 1, namun anak
perempuan yang terkena akan menunjukkan gejala
yang lebih berat.
Di Indonesia yang berpenduduk 200 juta, hingga
saat ini belunm diketahui berapa persisnya jumlah
penderita namun diperkirakanjumlah anak austima
dapat mencapai 150 -200 ribu orang.
Penelitian Deb & Prasad, 1994 di Skotlandia
menemukan bahwa dikalangan anak-anak dengan
gangguan belahjar prevalensi autisma mencapai
14,3% dan di anatara usia sekolah prevalensinya 9
per 10.000. Penderita di perkotaan lebih tinggi
daripada di perdesaan dan angka kejadian dari tahun
ke tahun cenderung terus meningkat.
PENYEBAB AUTIS
Penyebab autis belum diketahui secara pasti.
Beberapa ahli menyebutkan autis disebabkan karena
terdapat gangguan biokimia, ahli lain berpendapat
bahwa autisme disebabkan oleh gangguan
psikiatri/jiwa. Ahli lainnya berpendapat bahwa
autisme disebabkan oleh karena kombinasi makanan
yang salah atau lingkungan yang terkontaminasi zat-
zat beracun yang mengakibatkan kerusakan pada
usus besar yang mengakibatkan masalah dalam
tingkah laku dan fisik termasuk autisme.
Walaupun paparan logam berat (air raksa) terjadi
pada setiap anak, namun hanya sebagian kecil saja
yang mengalami gejala autism. Hal ini mungkin
berkaitan dengan teori genetik, salah satunya
berkaitan dengan teori Metalotionin. Beberapa
penelitian anak autism tampaknya didapatkan
ditemukan adanya gangguan netabolisme
metalotionin.
Metalotionon adalah merupakan sistem yang utama
yang dimiliki oleh tubuh dalam mendetoksifikasi air
raksa, timbal dan logam berat lainnya. Setiap logam
berat memiliki afinitas yang berbeda terhada
metalotionin. Berdasarkan afinitas tersebut air raksa
memiliki afinitas yang paling kuar dengan terhadam
metalotianin dibandingkan logam berat lainnya
sepertoi tenbaga, perak atau zinc.
Berdasarkan beberapa penelitian yang telah
dilaporkan para ahli menunjukkan bahwa gangguan
metalotianin disebabkan oleh beberapa hal di
antaranya adalah :
Defisiensi Zinc
Jumlah logam berat yang berlebihan
Defisiensi sistein
Malfungsi regulasi element Logam
Kelainan genetik, antara lain pada gen pembentuk
netalotianin
Perdebatan yang terjadi akhir akhir ini berkisar pada
kemungkinan penyebab autisme yang disebabkan
oleh vaksinasi anak. Peneliti dari Inggris Andrew
Wakefield, Bernard Rimland dari Amerika
mengadakan penelitian mengenai hubungan antara
vaksinasi terutama MMR (measles, mumps rubella )
dan autis.
Banyak penelitian lainnya yang dilakukan dengan
populasi yang lebih besar dan luas memastikan
bahwa imunisasi MMR tidak menyebabkan Autis,
Beberapa orang tua anak penyandang autisme tidak
puas dengan bantahan tersebut. Bahkan Jeane Smith
seorang warga negara Amerika bersaksi didepan
kongres Amerika : kelainan autis dinegeri ini sudah
menjadi epidemi, dia dan banyak orang tua anak
penderta autisme percaya bahwa anak mereka yang
terkena autisme disebabkan oleh reaksi dari
vaksinasi.
Penelitian dalam jumlah besar dan luas tentunya
lebih bisa dipercaya dibandingkan laporan beberapa
kasus yang jumlahnya relatif tidak bermakna secara
umum. Namun penelitian secara khusus pada
penderita autism, memang menunjukkan hubungan
tersebut. Memang kontroversi itu terus berlanjut
terus, namun kita bisa mengambil hikmah dan jalan
yang terbaik anak kita harus imunisasi MMR atau
tidak ?. Untuk meyakinkan hak tersebut mungkin
kita bisa berpedoman pada penelitian yang lebih
dipercaya validitasnya secara populasi lebih banyak
dan luas yaitu Autism tidak berhubungan dengan
MMR. Tetapi juga mungkin kita harus lebih waspada
bila anak kita sudah mulai tampak ditemukan
penyimpangan perkembangan atau perilaku sejak
dini memang sebaiknya untuk mendapatkan
imunisasi MMR harus berkonsulasi dahulu dengan
dokter tumbuh kembang anak. Artinya MMR tidak
berhubungan dengan Autism memang bila anak kita
tidak berbakat autis. Namun bila anak kita sudah
mempunyai ditemukan bakat kelainan Autis sejak
dini mungkin bisa saja menunda dahulu imunisasi
MMR sebelum dipastikan diagnosis Autis, meskipun
sebenarnya pemicu atau faktor yang memperberat
Autism bukan hanya MMR.
Banyak pula ahli melakukan penelitian dan
menyatakan bahwa bibit autisme telah ada jauh hari
sebelum bayi dilahirkan bahkan sebelum vaksinasi
dilakukan. Kelainan ini dikonfirmasikan dalam hasil
pengamatan beberapa keluarga melalui gen autisme.
Patricia Rodier, ahli embrio dari Amerika bahwa
korelasi antara autisme dan cacat lahir yang
disebabkan oleh thalidomide menyimpulkan bahwa
kerusakan jaringan otak dapat terjadi paling awal 20
hari pada saat pembentukan janin. Peneliti lainnya,
Minshew menemukan bahwa pada anak yang
terkena autisme bagian otak yang mengendalikan
pusat memory dan emosi menjadi lebih kecil dari
pada anak normal. Penelitian ini menyimpulkan
bahwa gangguan perkembangan otak telah terjadi
pada semester ketiga saat kehamilan atau pada saat
kelahiran bayi.
Karin Nelson, ahli neorology Amerika mengadakan
menyelidiki terhadap protein otak dari contoh darah
bayi yang baru lahir. Empat sampel protein dari bayi
normal mempunyai kadar protein yang kecil tetapi
empat sampel berikutnya mempunyai kadar protein
tinggi yang kemudian ditemukan bahwa bayi dengan
kadar protein otak tinggi ini berkembang menjadi
autisme dan keterbelakangan mental. Nelson
menyimpulkan autisme terjadi sebelum kelahiran
bayi.
Saat ini, para pakar kesehatan di negara besar
semakin menaruh perhatian terhadap kelainan
autism pada anak. Sehingga penelitian terhadap
autism semakin pesat dan berkembang. Sebelumnya,
kelainan autisme hanya dianggap sebagai akibat dari
perlakuan orang tua yang otoriter terhadap anaknya.
Kemajuan teknologi memungkinkan untuk
melakukan penelitian mengenai penyebab autisme
secara genetik, neuroimunologi dan metabolik. Pada
bulan Mei 2000 para peneliti di Amerika
menemukan adanya tumpukan protein didalam otak
bayi yang baru lahir yang kemudian bayi tersebut
berkembang menjadi anak autisme. Temuan ini
mungkin dapat menjadi kunci dalam menemukan
penyebab utama autisme sehingga dapat dilakukan
tindakan pencegahannya.
TANDA DAN GEJALA AUTIS
Autisme adalah gangguan perkembangan pervasif
pada anak yang ditandai dengan adanya gangguan
dan keterlambatan dalam bidang kognitif, bahasa,
perilaku, komunikasi dan interaksi sosial.
Gangguan dalam komunikasi verbal maupun
nonverbal
Kemampuan berbahasa mengalami keterlambatan
atau sama sekali tidak dapat berbicara.
Menggunakan kata kata tanpa
menghubungkannya dengan arti yang lazim
digunakan.
Berkomunikasi dengan menggunakan bahasa
tubuh dan hanya dapat berkomunikasi dalam
waktu singkat.
Kata-kata yang tidak dapat dimengerti orang lain
(bahasa planet)
Tidak mengerti atau tidak menggunakan kata-kata
dalam konteks yang sesuai.
Ekolalia (meniru atau membeo), menirukan kata,
kalimat atau lagu tanpa tahu artinya.
Bicaranya monoton seperti robot
Bicara tidak digunakan untuk komunikasi
Mimik datar
Gangguan dalam bidang interaksi sosial
Menolak atau menghindar untuk bertatap muka
Tidak menoleh bila dipanggil, sehingga sering
diduga tuli
Merasa tidak senang atau menolak dipeluk
Bila menginginkan sesuatu, menarik tangan
tangan orang yang terdekat dan berharap orang
tersebut melakukan sesuatu untuknya
Tidak berbagi kesenangan dengan orang lain
Saat bermain bila didekati malah menjauh
Bila menginginkan sesuatu ia menarik tangan
orang lain dan mengharapkan tangan tersebut
melakukan sesuatu untuknya.
Gangguan dalam bermain
Bermain sangat monoton dan aneh misalnya
menderetkan sabun menjadi satu deretan yang
panjang, memutar bola pada mainan mobil dan
mengamati dengan seksama dalam jangka waktu
lama.
Ada kelekatan dengan benda tertentu seperti
kertas, gambar, kartu atau guling, terus dipegang
dibawa kemana saja dia pergi.
Bila senang satu mainan tidak mau mainan
lainnya.
Tidak menyukai boneka, tetapi lebih menyukai
benda yang kurang menarik seperti botol, gelang
karet, baterai atau benda lainnya
Tidak spontan / reflek dan tidak dapat
berimajinasi dalam bermain. Tidak dapat meniru
tindakan temannya dan tidak dapat memulai
permainan yang bersifat pura pura.
Sering memperhatikan jari-jarinya sendiri, kipas
angin yang berputar atau angin yang bergerak.
Perilaku yang ritualistik sering terjadi sulit
mengubah rutinitas sehari hari, misalnya bila
bermain harus melakukan urut-urutan tertentu,
bila bepergian harus melalui rute yang sama.
Gangguan perilaku
Sering dianggap sebagai anak yang senang
kerapian harus menempatkan barang tertentu
pada tempatnya
Anak dapat terlihat hiperaktif misalnya bila masuk
dalam rumah yang baru pertama kali ia datang, ia
akan membuka semua pintu, berjalan kesana
kemari, berlari-lari tak tentu arah.
Mengulang suatu gerakan tertentu (menggerakkan
tangannya seperti burung terbang). Ia juga sering
menyakiti diri sendiri seperti memukul kepala atau
membenturkan kepala di dinding
Dapat menjadi sangat hiperaktif atau sangat pasif
(pendiam), duduk diam bengong dengan tatap
mata kosong. Marah tanpa alasan yang masuk
akal. Amat sangat menaruh perhatian pada satu
benda, ide, aktifitas ataupun orang. Tidak dapat
menunjukkan akal sehatnya. Dapat sangat agresif
ke orang lain atau dirinya sendiri.
Gangguan kognitif tidur, gangguan makan dan
gangguan perilaku lainnya.
Gangguan perasaan dan emosi
Tertawa-tawa sendiri, menangis atau marah tanpa
sebab nyata
Sering mengamuk tak terkendali (temper
tantrum), terutama bila tidak mendapatkan
sesuatu yang diinginkan
Sering mengamuk tak terkendali (temper
tantrum)bila keinginannya tidak didapatkannya,
bahkan bisa menjadi agresif dan merusak.
Tidak dapat berbagi perasaan (empati) dengan
anak lain
Gangguan dalam persepsi sensoris
Sensitif terhadap cahaya, pendengaran, sentuhan,
penciuman dan rasa (lidah) dari mulai ringan
sampai berat.
Menggigit, menjilat atau mencium mainan atau
benda apa saja
Bila mendengar suara keras, menutup teling
Menangis setiap kali dicuci rambutnya
Meraskan tidak nyaman bila diberi pakaian
tertentu
Tidak menyukai rabaan atau pelukan, Bila
digendong sering merosot atau melepaskan diri
dari pelukan.
DIAGNOSIS AUTIS
Menegakkan diagnosis autism memang tidaklah
mudah karena membutuhkan kecermatan,
pengalaman dan mungkin perlu waktu yang tidak
sebentar untuk pengamatan. Sejauh ini tidak
ditemukan tes klinis yang dapat mendiagnosa
langsung autis.
Diagnosa yang paling baik adalah dengan cara
seksama mengamati perlilaku anak dalam
berkomunikasi, bertingkah laku dan tingkat
perkembangannya.
Banyak tanda dan gejala perilaku seperti autism
yang disebabkan oleh adanya gangguan selain
autis.
Pemeriksaan klinis dan penunjang lainnya
mungkin diperlukan untuk memastikan
kemungkinan adanya penyebab lain tersebut.
Karena karakteristik dari penyandang autisme ini
banyak sekali ragamnya sehingga cara diagnosa
yang paling ideal adalah dengan memeriksakan
anak pada beberapa tim dokter ahli seperti ahli
neurologis, ahli psikologi anak, ahli penyakit anak,
ahli terapi bahasa, ahli pengajar dan ahli
profesional lainnya dibidang autis.
Dokter ahli atau praktisi kesehatan profesional
yang hanya mempunyai sedikit pengetahuan dan
wawasan mengenai autis akan mengalami
kesulitan dalam men-diagnosa autis. Kadang
kadang dokter ahli atau praktisi kesehatan
profesional keliru melakukan diagnosa dan tidak
melibatkan orang tua sewaktu melakukan
diagnosa. Kesulitan dalam pemahaman autisme
dapat menjurus pada kesalahan dalam
memberikan pelayanan kepada penyandang
autisme yang secara umum sangat memerlukan
perhatian yang khusus dan rumit.
Hasil pengamatan sesaat belumlah dapat
disimpulkan sebagai hasil mutlak dari kemampuan
dan perilaku seorang anak. Masukkan dari orang
tua mengenai kronologi perkembangan anak
adalah hal terpenting dalam menentukan
keakuratan hasil diagnosa. Secara sekilas,
penyandang autis dapat terlihat seperti anak
dengan keterbelakangan mental, kelainan
perilaku, gangguan pendengaran atau bahkan
berperilaku aneh dan nyentrik. Yang lebih
menyulitkan lagi adalah semua gejala tersebut
diatas dapat timbul secara bersamaan.
Karenanya sangatlah penting untuk membedakan
antara autisme dengan yang lainnya sehingga
diagnosa yang akurat dan penanganan sedini
mungkin dapat dilakukan untuk menentukan
terapi yang tepat.DIAGNOSIS AUTIS
BERDASARKAN DSM IV (Diagnostic and
Statistic manual)
Untuk menetapkan diagnosis gangguan autism
para klinisi sering menggunakan pedoman DSM
IV.Gangguan Autism didiagnosis berdasarkan
DSM-IV:
A. Harus ada sedikitnya 6 gejala dari(1), (2), and
(3), dengan minimla harus ada 2 gejala dari (1),
dan satu gejala masing-masing dari (2) dan (3):
(1) GANGGUAN KUALITATIF DALAM
INTERAKSI SOSIAL, minimal harus ada dua
manifestasi:
Hendaya dalam perilaku non verbal seperti :
kontak mata sangat kurang, ekspresi muka kurang
hidup, sikap tubuh atau gerak tubuh dalam
interaksi sosial
Kegagalan dalam berhubungan dengan anak
sebaya sesuai dengan perkembangannya
Tidak dapat merasakan apa yang dirasakan orang
lain
Kurangnya hubungan sosial dan emosional
(2) GANGGUAN KUALITATIF DALAM BIDANG
KOMUNIKASI, minimal 1 gejala di bawah ini :
Bicara terlambat atau bahkan sama sekali tak
berlkembang (tak ada usaha untuk mengimbangi
komunikasi dengan cara lain tanpa bicara).
Bila bisa bicara tidak dipakai untuk komunikasi
Sering menggunakan bahasa yang aneh dan
diulang-ulang.
Cara bermain kurang variasi, kurang imajinatif
dan kurang bisa meniru.
(3) SUATU POLA YANG DIPERTAHANKAN DAN
DIULANG-ULANG DALAM PERILAKU, MINAT
DAN KEGIATAN. Sedikitnya harus ada 1 gejala di
bawah ini :
Mempertahankan satu minat atau lebih dengan
cara yang sangat khas dan berlebihan.
Terpaku pada satu kegiatan ritual atau rutin yang
tidak ada gunanya
Terdapat gerakan-gerakan aneh yang khas
berulang-ulang.
Seringkali terpukau pada bagian-bagian benda
B. Sebelum usia 3 tahun tampak adanya
keterlambatan atau gangguan dalam bidang :
1. Interaksi sosial
2. Bicara dan berbahasa
3. Cara bermain yang kurang variasi
C. Gangguan tersebut bukan disebabkan karena
sindrom Rett atau Gangguan disintegratif masa
kanak-kanak (Childhood Disintegrative Disorder).
DIAGNOSIS BANDING AUTISM
Referensi baku yang dipakai untuk menjelaskan
jenis autisme adalah standar Amerika DSM revisi
keempat (Diagnostic and Statistical Manual) yang
memuat kriteria yang harus dipenuhi dalam
melakukan diagnosa autisme. Diagnosa ini hanya
dapat dilakukan oleh tim dokter atau praktisi ahli
bersadarkan pengamatan seksama terhadap
perilaku anak autisme dan disertai konsultasi
dengan orang tua anak.
Pada kenyataanya, sangat sulit untuk membagi
kategory atau jenis autisme mengingat tjarang
ditemukan antara satu dan lain penyandang
autisme yang mempunyai gejala yang sama. Setiap
penyandang autisme mempunyai ke-khas-annya
sendiri sendiri. Dengan kata lain ada 1001 jenis
atau mungkin satu juta satu jenis autisme di dunia
ini yang tidak dapat diperinci satu persatu. Istilah
yang lazim dipakai saat ini oleh para ahli adalah
kelainan spektrum autisme atau ASD (Autism
Spectrum Disorder).
Anak yang telah didiagnosa dan masuk dalam
kategori PDD mempunyai persamaan dalam hal
kekurang mampuan bersosialisasi dan
berkomunikasi akan tetapi tingkat kelainan-nya
(spektrum-nya) berbeda satu dengan lainnya.
Terdapat begitu banyaknya jenis atau ciri
penyandang autisme, sehingga lebih berupa
rangkaian dari kelabu muda sekali hingga kelabu
tua sekali (sangat bervariasi). Penggunaan istilah
autisme berat/parah dan autisme ringan dapat
menyesatkan karena jika dikatakan berat atau
parah orang tua dapat merasa frustasi dan
berhenti berusaha karena merasa tidak ada
gunanya lagi. Sebaliknya jika dikatakan ringan
atau tidak parah maka orang tua merasa senang
dan juga dapat berhenti berusaha karena merasa
anaknya akan sembuh sendiri. Pada kenyataannya,
baik ringan ataupun berat, tanpa penanganan
terpadu dan intensif, penyandang autisme sulit
mandiri. Meskipun sejauh nini belum ada
pembagian tegas untuk menunjukkan derajat
autism, apakah ringan, sedang atau berat.
Agar dapat membantu melihat beberapa kelompok
besar spektrum autisme yang ada, dapat dilihat
dari kategori utama dibawah ini:
Gangguan Perkembangan Pervasif (Pervasive
Developmental Disorders /PDD) terdiri dari
beberapa jenis PPD di antaranya adalah :
Autistik
Aspergers
Retts
Childhood Disintegrative Disorder (CDD)
Gangguan pervasive opada masa kanak-kanak
(Pervasive Developmental Disorder) or Not
Otherwise Specified (PDD:NOS)Beberapa
perbedaan antara Autis, Aspergers, Retts,
Gangguan disintegratif padamasa kanak
(Childhood Disintegrative Disorder /CDD),
Pervasive Developmental Disorder or Not
Otherwise Specified (PDD:NOS adalah :
AUTIS
Ketidakmampuan dalam bersosialisasi dan
berkomunikasi. Sampai dengan umur 3 tahun
mempunyai daya imajinasi yang tinggi dalam
bermain dan mempunyai perilaku, minat dan
aktifitas yang unik (aneh).
Dikategorikan sebagai ketidak mampuan dalam
bersosialisasi dan mempunyai minat dan aktifitas
yang terbatas tanpa adanya keterlambatan dalam
kemampuan berbicara. Kecerdasannya berada
pada tingkat normal atau diatas normal.
Terdapat 6 GEJALA UTAMA AUTIS :
1. Kegagalan untuk mengembangkan khidupan
sosial normal
2. Gangguan bicara, Bahasa dan komunikasi
3. Abnormal Relationships to Objects and Events
4. Respon tidak normal terhadap stimulasi
sensoris
5. Perbedaan perkembangan dan keterlambatan
perkembangan
6. Dimulai selama usia bayi atau anakSINDROM
RETTS
Sindrom Rett adalah penyakit degeneratif,
ketidakmampuan yang semakin hari semakin
parah (progresif). Hanya menimpa anak
perempuan. Pertumbuhan normal lalu diikuti
dengan kehilangan keahlian yang sebelumnya
telah dikuasai dengan baik- khususnya kehilangan
kemampuan menggunakan tangan yang kemudian
berganti menjadi pergerakan tangan yang berulang
ulang (seperti mencuci tangan) mulai pada umur 1
hingga 4 tahun.
Gejala dapat dimulai usia 6 bulan hingga usia 18
bulan
* Pertumbuhan kepala lambat
* Kehilangan kemampuan menggunakan gerakan
tangan
* Berkembang seperti gejala khas autism
GANGGUAN DISINTEGRATIF PADA
KANAK-KANAK (Childhood Disintegrative
Disorder /CDD)
Pertumbuhan yang normal pada usia 1 sampai 2
tahun kemudian kehilangan kemampuan yang
sebelumnya telah dikuasai dengan baik.
Anak berkembang normal dalam usia 2 tahun
pertama(seperti : kemampuan kominukasi, sosial,
bermain dan perilaku), namun secara bermakna
kemampuan itu terganggu sebelum usis 10 tahun,
yang tergangggu diantaranya adalah kemampuan :
Bahasa
Kemampuan sosial
Kemampuan buang air besar dan buang air kecil di
toilet
Bermain
Kemampuan motorik
Gejala tambahan, menunjukkan fungus abnormal
sedikitnya dua hal dari :
Interaksi sosial
KomunikasiCommunication
Pola perilaku terbatas : perhatian dan aktifitas
SINDROM ASPERGERS
Aspergers Syndrome gejala khas yang timbul
adalah gangguan intteraksi sosial ditambah gejala
keterbatasan dan pengulangan perilaku,
ketertarikan dan aktifitasis. Mempunyai gangguan
kualitatif dalam interaksi sosial, sedikitnya dua
gejala dari :
Ditandai dengan gangguan penggunaan beberapa
komunikasi non verbal (mata, pandangan, ekspresi
wajah, sikap bada, gerak isyarat)
Tidak bisa bermain dengan anak sebaya
Gangguan dalam menikmati minat atau
keberhasilan
kurangnya hubungan sosial dan emosional
GANGGUAN PERKEMBANGAN PERVASIF
(Pervasive Developmental Disorder Not
Otherwise Specified / PDD-NOS)
Biasa disebut Autis yang tidak umum dimana
diagnosis PDD-NOS dapat dilakukan jika anak
tidak memenuhi kriteria diagnosis yang ada (DSM-
IV) akan tetapi terdapat ketidakmampuan pada
beberapa perilakunya.
MULTISYSTEM DEVELOPMENTAL
DISORDERS (MSDD)
Beberapa ahli perkembangan anak menggunakan
klarifikasi yang disebut sebagai Zero to threes
Diagnostic Classification of Mental Health and
Development Disorders of Infacy and early
Childhood. DC-0-3 menggunakan konsep bahwa
proses diagnosis adalah proses berkelanjutan dan
terus menerus, sehingga dokter yang merawat
dalam pertambahan usia dapat mendalami tanda,
gejala dan diagnosis pada anak. Diagnosis tidak
dapat ditegakkan secara cepat, tapi harus melalui
pengamatan yang cermat dan berulang-ulang.
Dalam penegakkan diagnosis harus berkerjasama
dengan orangtua dengan mengamati
perkembangan hubungan anak dengan orangtua
dan lingkungannya.
Konsep DC 0-3 tersebut digunakan karena
pengalaman kesulitan dalam mendiagnosis Autism
di bawah 3 tahun, khususnya yang mempunyai
gejala yang belum jelas. Faktor inilah yang
menyulitkan apabila anak didiagnosis autism
terlalu dini, padahal dalam perkembangannya
mungkin saja gangguan perkembanagn tersebut
ada kecenderungan membaik atau menghilang.
Sehingga kalau anaknya didiagnosis Autism adalah
sesuatu yang berat bagi orang tua, seolah-olah
sudah tidak harapan bagi si anak.
MSDD adalah diagnosis gangguan perkembangan
dalam hal kesanggupannya berhubungan,
berkomunikasi, bermain dan belajar. Gangguan
MSDD tidak menetap seperti gangguan pada
Autistis Spectrum Disorders, tetapi sangat
mungkin untuk terjadi perubahan dan perbaikkan.
Pengertian MSDD meliputi gangguan sensoris
multipel dan interaksi sensori motor. Gejala
MSDD meliputi :
Gangguan dalam berhubungan sosial dan
emosional dengan orang tua atau pengasuh.
Gangguan dalam mempertahankan dan
mengembangkan komunikai
Gangguan dalam proses auditory
Gangguan dalam proses berbagai sensori lain
atau koordinasi motorik
PEMERIKSAAN YANG DILAKUKAN
Tidak ada satupun pemriksaan medis yang dapat
memastikan suatu diagnosis Autism pada anak.
Tetapi terdapat beberapa pemeriksaan yang dapat
menunjang diagnosis yang dapat digunakan
sebagai dasar intervensi dab strategi pengobatan.
PENDENGARAN: Bila terdapat gangguan
pendengaran harus dilakukan beberapa
pemeriksaan Audio gram and Typanogram.
ELEKTROENSEFALOGRAM (EEG): EEG untuk
memeriksa gelombang otak yang mennujukkan
gangguan kejang, diindikasikan pada kelainan
tumor dan gangguan otak..
SKRENING METABOLIK: Pemeriksaan yang
dilakukan adalah pemeriksaan darah dan urine
untuk melihat metabolisme makanan di dalam
tubuh dan pengaruhnya pada tumbuh kembang
anak. Beberapa spectrum autism dapat
disembuhkan dengan diet khusus.
MAGNETIC RESONANCE IMAGING (MRI) DAN
COMPUTER ASSITED AXIAL TOMOGRAPHY
(CAT SCAN): MRI atau CAT Scans sangat
menolong untuk mendiagnosis kelainan struktur
otak, karena dapat melihat struktur otak secara
lebih detail
PEMERIKSAAN GENETIK: Pemeriksaan darah
untuk melihat kelainan genetik, yang dapat
menyebabkan gangguan perkembangan. Beberapa
penelitian menunjukkkan bahwa penderita autism
telah dapat ditemukan pola DNA dalam tubuhnya.
OBSERVASI SECARA LANGSUNG
OBSERVASI LANGSUNG, INTERAKSI DAN
PENILAIAN WAWANCARA :
Infoemasi tentang emosi anak, sosial, komunikasi,
kemampuan kognitif Information about a childs
emotional, social, communication, and cognitive
abilities is gathered through child directed
interactions, observations in various situations,
and interviews of parents and care givers. Parents
and family members should be actively involved
throughout these assessments. What actually
occurs during a specific assessment depends on
what information parents and evaluators want to
know.
PENILAIAN FUNGSIONAL:
Tujuan untuk mengetahui bagaimana bisa terjadi
perubahan perilaku (seperti perilaku motorik yang
aneh). Berdasarkan pertimbangan itu bahwa
perubahan perilakuj adalah suatu cara untuk
berkomunikasi dengan lingkungan. Penilaian
fungsional termasuk wawancara, observasi
langsung dan interaksi secara langsung untuk
mengetahui apakah anak menderita autism atau
dikaitkan ketidakmampuan dalam komunikasi
melalui perilaku anak.Penilaian secara fungsional
ini akan membantu dalam perencanaan intervensi
atau terapi okupasi yang harus diberikan.
PENILAIAN DASAR BERMAIN :
Melibatkan orang tua, guru, pengasuh atau
anggota keluarga lainnya untuk mengamati situasi
permainan yang dapat memberikan informasi
hubungan sosial, eomosional, kognitif dan
perkembangan komunikasi. Dengan mengetahui
kebiasaan belajar anak dan pola interaksi melalui
penilaian permainan, pengobatan secara
individual dapat direncanakan.
DETEKSI DINI AUTIS

Meskipun sulit namun tanda dan gejala autism
sebenarnya sudah bisa diamati sejak dini bahkan
sejak sebelum usia 6 bulan.
DETEKSI DINI SEJAK DALAM KANDUNGAN
Sampai sejauh ini dengan kemajuan tehnologi
kesehatan di dunia masih juga belum mampu
mendeteksi resiko autism sejak dalam kandungan.
Terdapat beberapa pemeriksaan biomolekular
pada janin bayi untuk mendeteksi autism sejak
dini, namun pemeriksaan ini masih dalam batas
kebutuhan untuk penelitian.
DETEKSI DINI SEJAK LAHIR HINGGA USIA 5
TAHUN
Autisma agak sulit di diagnosis pada usia bayi.
Tetapi amatlah penting untuk mengetahui gejala
dan tanda penyakit ini sejak dini karena
penanganan yang lebih cepat akan memberikan
hasil yang lebih baik. Beberapa pakar
kesehatanpun meyakini bahwa merupahan hal
yang utama bahwa semakin besar kemungkinan
kemajuan dan perbaikan apabila kelainan pada
anak ditemukan pada usia yang semakin mudaAda
beberapa gejala yang harus diwaspadai terlihat
sejak bayi atau anak menurut usia :
USIA 0 6 BULAN
Bayi tampak terlalu tenang ( jarang menangis)
Terlalu sensitif, cepat terganggu/terusik
Gerakan tangan dan kaki berlebihan terutama
bila mandi
Tidak babbling
Tidak ditemukan senyum sosial diatas 10 minggu
Tidak ada kontak mata diatas umur 3 bulan
Perkembangan motor kasar/halus sering tampak
normal
USIA 6 12 BULAN
Bayi tampak terlalu tenang ( jarang menangis)
Terlalu sensitif, cepat terganggu/terusik
Gerakan tangan dan kaki berlebihan
Sulit bila digendong
Tidak babbling
Menggigit tangan dan badan orang lain secara
berlebihan
Tidak ditemukan senyum sosial
Tidak ada kontak mata
Perkembangan motor kasar/halus sering tampak
normal
USIA 6 12 BULAN
Kaku bila digendong
Tidak mau bermain permainan sederhana (ciluk
ba, da-da)
Tidak mengeluarkan kata
Tidak tertarik pada boneka
Memperhatikan tangannya sendiri
Terdapat keterlambatan dalam perkembangan
motor kasar/halus
Mungkin tidak dapat menerima makanan cair
USIA 2 3 TAHUN
Tidak tertarik untuk bersosialisasi dengan anak
lain
Melihat orang sebagai benda
Kontak mata terbatas
Tertarik pada benda tertentu
Kaku bila digendong
USIA 4 5 TAHUN
Sering didapatkan ekolalia (membeo)
Mengeluarkan suara yang aneh (nada tinggi atau
datar)
Marah bila rutinitas yang seharusnya berubah
Menyakiti diri sendiri (membenturkan kepala)
Temperamen tantrum atau agresif
DETEKSI AUTISM DENGAN CHAT (Checklist
Autism in Toddlers, di atas usia 18 bulan).
Terdapat beberapa perangkat diagnosis untuk
screening (uji tapis) pada penderita autism sejak
usia 18 bulan yang banyak dipakai di pusat
kesehatan anak di dunia yaitu CHAT (Checklist
Autism in Toddlers).
CHAT dikembangkan di Inggris dan telah
digunakan untuk penjaringan lebih dari 16.000
balita. Pertanyaan berjumlah 14 buah meliputi
aspek-aspek : imitation, pretend play, and joint
attention.
Menurut American of Pediatrics, Committee on
Children With Disabilities. Technical Report : The
Pediatricians Role in Diagnosis and Management
of Autistic Spectrum Disorder in Children.
Pediatrics !107 : 5, May 2001)
BAGIAN I.
Alo anamnesis (keterangan yang ditanyakan
dokter dan diberikan oleh orang tua atau orang
lain yang biasa mengasuhnya)
Senang diayun-ayun atau diguncang guncang naik-
turun (bounced) di lutut ?
Tertarik (memperhatilan) anak lain ?
Suka memanjat benda-benda, seperti mamanjat
tangga ?
Bisa bermain cilukba, petak umpet ?
Pernah bermain seolah-olah membuat secangkir
teh menggunakan mainan berbentuk cangkir dan
teko, atau permainan lain ?
Pernah menunjuk atau menerima sesuatu dengan
menunjukkan jari ?
Pernah menggunakan jari untuk menunjuk ke
sesuatu agar anda melihat ke sana ?
Dapat bermain dengan mainan yang kecil (mobil
mainan atau balok-balok) ?
Pernah memberikan suatu benda untuk
menunjukkan sesuatu ?
Selama pemeriksaan apakah anak menatap
(kontak mata dengan) pemeriksa ?
Usahakan menarik perhatian anak, kemudian
pemeriksa menunjuk sesuatu di ruangan
pemeriksaan sambil mengatakan : Lihat, itu. Ada
bola (atau mainan lain) Perhatikan mata anak,
apakah anak melihat ke benda yang ditunjuk.
Bukan melihat tangan pemeriksa
Usahakan menarik perhatian anak, berikan
mainan gelas / cangkir dan teko. Katakan pada
anak anda : Apakah kamu bisa membuatkan
secangkir susu untuk mama ? Diharapkan anak
seolah-olah membuat minuman, mengaduk,
menuang, meminum. Atau anak mampu bermain
seolah-olah menghidangkan makanan, minuman,
bercocok tanam, menyapu, mengepel dll.
Tanyakan pada anak : Coba tunjukkan mana
anu (nama benda yang dikenal anak dan ada
disekitar kita). Apakah anak menunjukkan dengan
jarinya ? Atau sambil menatap wajah anda ketika
menunjuk ke suatu benda ?
Dapatkah anak anda menyusun kubus / balok
menjadi suatu menara ?
BAGIAN B. Pengamatan
Interpretasi
Risiko tinggi menderita autis : bila tidak bisa
melakukan A5, A7, B2, B3, dan B4
Risiko kecil menderita autis : tidak bisa melakukan
A7 dan B4
Kemungkinan gangguan perkembangan lain :
tidak bisa melakukan >3
Dalam batas normal : tidak bisa melakukan <3
Keterangan :Pertanyaan A5, 7 dan B2, 3, 4 paling
penting. Anak yang tidak bisa melakukan hal-hal
tersebut ketika di uji 2 kali (jarak 1 bulan) semua
kemudian terdiagnosis sebagai autis ketika
berumur 20 42 bulan. Tetapi anak dengan
keterlambatan perkembangan yang menyeluruh
juga tidak bisa melakukannya. Oleh karena itu
perlu menyingkirkan kemungkinan retardasi
mental
PERANAN ORANG TUA DALAM DETEKSI
DINI
Dalam perkembangannya menjadi manusia
dewasa, seorang anak berkembang melalui
tahapan tertentu.
Diantara jenis perkembangan, yang paling penting
untuk menentukan kemampuan intelegensi di
kemudian hari adalah perkembangan motorik
halus dan pemecahan masalah visuo-motor, serta
perkembangan berbahasa. Kemudian keduanya
berkembang menjadi perkembangan sosial yang
merupakan adaptasi terhadap lingkungan.
Walaupun kecepatan perkembangan setiap anak
berbeda-beda, kita harus waspada apabila seorang
anak mengalami keterlambatan perkembangan
atau penyimpangan perkembangan. Untuk
mendeteksi keterlambatan, dapat digunakan 2
pendekatan :
Memberikan peranan kepada orang tua, nenek,
guru atau pengasuh untuk melakukan deteksi dini
dan melaporkan kepada dokter bila anak
mengalami keterlambatan atau gangguan
perkembangan dan perilaku. Kerugian cara ini
adalah bahwa orang tua sering menganggap bahwa
anak akan dapat menyusul keterlambatannya
dikemudian hari dan cukup ditunggu saja.
Misalnya bila anak mengalami keterlambatan
bicara, nenek mengatakan bahwa ayah atau ibu
juga terlambat bicara, atau anggapan bahwa anak
yang cepat jalan akan lebih lambat bicara. Kadang-
kadang disulitkan oleh reaksi menolak dari orang
tua yang tidak mengakui bahwa anak mengalami
keterlambatan bicara
Pendekatan lainnya adalah dengan deteksi aktif,
membandingkan apakah seorang anak dapat
melakukan fungsi bahasa yang sesuai dengan baku
untuk anak seusianya. Pendekatan kedua juga
mempunyai kelemahan yaitu akan terlalu banyak
anak yang diidentifikasi sebagai abnormal
karena bicara terlambat. Sebagian besar
diantaranya memang secara alamiah akan
menyusul bicara dikemudian hari. Bahkan kadang-
kadang masih ditemukan dokter atau dokter anak
yang masih menganggap bukan kelainan, dan
dikatakan kepada pasien: Tidak apa-apa,
ditunggu saja.
Peranan orang tua untuk melaporkan
kecurigaannya dan peran dokter untuk
menanggapi keluhan tersebut sama pentingnya
dalam penatalaksanaan anak. Bila dijumpai
keterlambatan atau penyimpangan harus
dilakukan pemeriksaan atau menentukan apakah
hal tersebut merupakan variasi normal atau suatu
kelainan yang serius. Jangan berpegang pada
pendapat :Nanti juga akan berkembang sendiri
atau Anak semata-mata hanya terlambat sedikit
tanpa bukti yang kuat, yang akan mengakibatkan
diagnosis yang terlambat dan penatalaksanaan
yang semakin sulit.
FAKTOR RESIKO DAN PENCEGAHAN AUTIS
RESIKO TINGGI TERJADI AUTIS :
Terdapat beberapa hal dan keadaan yang membuat
resiko anak menjadi autism lebih besar. Dengan
diketahui resiko tersebut tentunya dapat dilakukan
tindakan untuk mencegah dan melakukan
intervensi sejak dini pada anak yang beresiko.
Adapun beberapa resiko tersebut dapat
diikelompokkan dalam beberapa periode,
diantaranya adalah :
PERIODE KEHAMILAN
Perkembangan janin dalam kehamilan sangat
banyak yang mempengaruhinya. Pertumbuhan
dan perkembangan otak atau sistem susunan saraf
otak sangat pesat terjadi pada periode ini, sehingga
segala sesuatu gangguan atau penyakit pada ibu
tentunya sangat berpengaruh. Gangguan pada otak
inilah nantinya akan mempengaruhi
perkembangan dan perilaku anak kelak nantinya,
termasuk resiko terjadinya autis.
Beberapa keadaan ibu dan bayi dalam kandungan
yang harus lebih diwaspadai dapat berkembang
jadi autis adalah :
Infeksi selama persalinan terutama infeksi virus
Peradarahan selama kehamilan
Perdarahan selama kehamilan paling sering
disebabkan karena placental complications,
diantaranya placenta previa, abruptio placentae,
vasa previa, circumvallate placenta, and rupture of
the marginal sinus. Kondisi tersebut
mengakibatkan gangguan transportasi oksigen dan
nutrisi ke bayi yang mengakibatkan gangguan
pada otak janin.
Perdarahan awal kehamilan juga berhubungan
dengan kelahiran prematur dan bayi lahir berat
rendah. Prematur dan berat bayi lahior rendah
juga merupakan resiko tinggi terjadinya autism
Obat-obatan yang diminum selama kehamilan
terutama trimester pertama
Merokok saat kehamilan
Stres saat kehamilan
Adanya Fetal Atopi atau Maternal Atopi, yaitu
kondisi alergi pada janin yang diakibatkan
masuknya bahan penyebab alergi melalui ibu.
Menurut pengamatan penulis, hal ini dapat dilihat
adanya Gerakan bayi gerakan refluks oesefagial
(hiccupps/cegukan) yang berlebihan sejak dalam
kandungan terutama terjadi malam hari. Diduga
dalam kedaaan tersebut bayi terpengaruh
pencernaan dan aktifitasnya oleh penyebab
tertentu termasuk alergi ataupun bahan-bahan
toksik lainnya selama kehamilan.
Infeksi saluran kencing, Panas tinggi dan Depresi
Wilkerson dkk telah melakukan penelitian
terhadap riwayat ibu hamil pada 183 anak autism
dibandingkan 209 tanpa autism. Ditemukan
kejadian infeksi saluran kencing, panas tinggi dan
depresi pada ibu tampak jumlahnya bermakna
pada kelompok ibu dengan anak autism.
PERIODE KEHAMILAN
Beberapa keadaan ibu dan bayi dalam kandungan
yang harus lebih diwaspadai dapat berkembang
jadi autism adalah :
Infeksi selama persalinan terutama infeksi virus
Peradarahan selama kehamilan
Perdarahan selama kehamilan paling sering
disebabkan karena placental complications,
diantaranya placenta previa, abruptio placentae,
vasa previa, circumvallate placenta, and rupture of
the marginal sinus. Kondisi tersebut
mengakibatkan gangguan transportasi oksigen dan
nutrisi ke bayi yang mengakibatkan gangguan
pada otak janin.
Perdarahan awal kehamilan juga berhubungan
dengan kelahiran prematur dan bayi lahir berat
rendah. Prematur dan berat bayi lahir rendah juga
merupakan resiko tinggi terjadinya autism
Obat-obatan yang diminum selama kehamilan
terutama trimester pertama.
Peneliti di Swedia melaporkan pemberian obat
Thaliodomide pada awal kehamilan dapat
mengganggu pembentukan sistem susunan saraf
pusat yang mengakibatkan autism
Adanya Fetal Atopi atau Maternal Atopi, yaitu
kondisi alergi pada janin yang diakibatkan
masuknya bahan penyebab alergi melalui ibu.
Menurut pengamatan penulis, hal ini dapat dilihat
adanya Gerakan bayi gerakan refluks oesefagial
(hiccupps/cegukan) yang berlebihan sejak dalam
kandungan terutama terjadi malam hari.
Infeksi saluran kencing, Panas tinggi dan Depresi
Wilkerson dkk telah melakukan penelitian
terhadap riwayat ibu hamil pada 183 anak autism
dibandingkan 209 tanpa autism. Ditemukan
kejadian infeksi saluran kencing, panas tinggi dan
depresi pada ibu tampak jumlahnya bermakna
pada kelompok ibu dengan anak
autism.PERIODE PERSALINAN
Persalinan adalah periode yang paling
menentukan dalam kehidupan bayi selanjutnya.
Beberapa komplikasi yang timbul selama periode
ini sangat menentukan kondisi bayi yang akan
dilahirkan. Bila terjadi gangguan dalam persalinan
maka yang paling berbahaya adalah hambatan
aliran darah dan oksigen ke seluruh organ tubuh
bayi termasuk otak. Organ otak adalah organ yang
paling sensitif dan peka terhadap gangguan ini,
kalau otak terganggu maka sangat mempengaruhi
kualitas hidup anak baik dalam perkembangan dan
perilaku anak nantinya
Gangguan persalinan yang dapat meningkatkan
resiko terjadinya autism adalah :
Pemotongan tali pusat terlalu cepat
Asfiksia pada bayi (nilai APGAR SCORE rendah <
6 )
Komplikasi selama persalinan
Lamanya persalinan
letak presentasi bayi saat lahir
Berat lahir rendah ( < 2500 gram)
PERIODE USIA BAYI
Dalam kehidupan awal di usia bayi, beberapa
kondisi awal atau gangguan yang terjadi dapat
mengakibatkan gangguan pada optak yang
akhirnya dapat beresiko untuk terjadinya
gangguan autism.
Kondisi atau gangguan yang beresiko untuk
terjadinya autism adalah sebagai berikut :
Prematuritas
Alergi makanan
Kegagalan kenaikan berat badan
Kelainan bawaan : kelainan jantung bawaan,
kelainan genetik, kelainan metabolik,
Gangguan pencernaan : sering muntah, kolik, sulit
buang air besar, sering buang air besar
Gangguan neurologI/saraf : trauma kepala, kejang,
otot atipikal, kelemahan otot.
PENCEGAHAN AUTIS
Tindakan pencegahan adalah yang paling utama
dalam resiko terjadinya penyakit atau gangguan.
Demikian pula kelainan autis, meskipun teori
penyebabnya masih belum jelas terungkap namun
beberapa upaya pencegahan dapat dilakukan.
Upaya pencegahan tersebut berdasarkan teori
penyebab ataupun penelitian faktor resiko autis.
Pencegahan ini dapat dilakukan sedini mungkin
sejak merencanakan kehamilan, saat kehamilan,
persalinan dan periode usia anak.
PENCEGAHAN SEJAK KEHAMILAN
Untuk mencegah gangguan perkembangan sejak
kehamilan , kita harus melihat dan mengamati
penyebab dan faktor resiko terjadinya gangguan
perkembangan sejak dalam kehamilan. Untuk
mengurangi atau menghindari resiko yang bisa
timbul dalam kehamilan tersebut dapat melalui
beberapa cara.
Adapun cara untuk mencegah terjadinya gangguan
tumbuh kembang sejak dalam kehamilan tersebut
diantaranya adalah :
Periksa dan konsultasi ke dokter spesialis
kebidanan dan kandungan lebih awal, kalu perlu
berkonsultasi sejak merencanakan kehamilan.
Melakukan pemeriksaan skrening secara lengkap
terutama infeksi virus TORCH (Toxoplasma,
Rubela, Citomegalovirus, herpes atau hepatitis).
Periksa dan konsultasi ke dokter spesialis
kebidanan dan kandungan secara rutin dan
berkala, dan selalu mengikuti nasehat dan
petunjuk dokter dengan baik.
Peradarahan selama kehamilan segera periksa ke
dokter kandungan anda. Perdarahan selama
kehamilan paling sering disebabkan karena
kelainan plasenta. Kondisi tersebut
mengakibatkan gangguan transportasi oksigen dan
nutrisi ke bayi yang mengakibatkan gangguan
pada otak janin.
Perdarahan pada awal kehamilan juga
berhubungan dengan kelahiran prematur dan bayi
lahir berat rendah. Prematur dan berat bayi lahir
rendah juga merupakan resiko tinggi terjadinya
autism dan gangguan bahasa lainnya.
Berhati-hatilah minum obat selama kehamilan,
bila perlu harus konsultasi ke dokter terlebih
dahulu. Obat-obatan yang diminum selama
kehamilan terutama trimester pertama.
Peneliti di Swedia melaporkan pemberian obat
Thaliodomide pada awal kehamilan dapat
mengganggu pembentukan sistem susunan saraf
pusat yang mengakibatkan autism dan gangguan
perkembangan lainnya termasuk gangguan
berbiocara.
Bila bayi beresiko alergi sebaiknya ibu mulai
menghindari paparan alergi berupa asap rokok,
debu atau makanan penyebab alergi sejak usia di
atas 3 bulan.
Hindari paparan makanan atau bahan kimiawi
atau toksik lainnya selama kehamilan.
Jaga higiene, sanitasi dan kebersihan diri dan
lingkungan kita.
Konsumsilah makanan yang bergizi baik dan
dalam jumlah yang cukup. Sekaligus konsumsi
vitamin dan mineral tertentu sesuai anjuran
dokter secara teratur.
Adanya Fetal Atopi atau Maternal Atopi, yaitu
kondisi alergi pada janin yang diakibatkan
masuknya bahan penyebab alergi melalui ibu.
Menurut pengamatan penulis, hal ini dapat dilihat
adanya Gerakan bayi gerakan refluks oesefagial
(hiccupps/cegukan) yang berlebihan sejak dalam
kandungan terutama terjadi malam hari. Diduga
dalam kedaaan tersebut bayi terpengaruh
pencernaan dan aktifitasnya oleh penyebab
tertentu termasuk alergi ataupun bahan-bahan
toksik lainnya selama kehamilan. Bila gerakan bayi
dan gerakan hiccups/cegukan pada janin yang
berlebihan terutama pada malam hari serta
terdapat gejala alergi atau sensitif pencernaan
salah satu atau kedua orang tua. Sebaiknya ibu
menghindari atau mengurangi makanan penyebab
alergi sejak usia kehamilan di atas 3 bulan.
Hindari asap rokok, baik secara langsung atau
jauhi ruangan yang dipenuhi asap rokok.
Beristirahatlah yang cukup, hindari keadaan stres
dan depresi serta selalu mendekatkan diri dengan
Tuhan.PENCEGAHAN SAAT PERSALINAN
Persalinan adalah periode yang paling
menentukan dalam kehidupan bayi selanjutnya.
Beberapa komplikasi yang timbul selama periode
ini sangat menentukan kondisi bayi yang akan
dilahirkan. Bila terjadi gangguan dalam persalinan
maka yang paling berbahaya adalah hambatan
aliran darah dan oksigen ke seluruh organ tubuh
bayi termasuk otak. Organ otak adalah organ yang
paling sensitif dan peka terhadap gangguan ini,
kalau otak terganggu maka sangat mempengaruhi
kualitas hidup anak baik dalam perkembangan dan
perilaku anak nantinya
Beberapa hal yang terjadi saat persalinan yang
dapat meningkatkan resiko terjadinya
perkembangan dan perilaku pada anak, sehingga
harus diperhatikan :
Melakukan konsultasi dengan dokter spesialis
kandungan dan kebidanan tentang rencana
persalinan. Dapatkan informasi secara jelas dan
lengkap tentang resiko yang bisa terjadi selama
persalinan.
Bila terdapat resiko dalam persalinan harus
diantisipasi kalau terjadi sesuatu. Baik dalam hal
bantuan dokter spesialis anak saat persalinan atau
sarana perawatan NICU (Neonatologi Intensive
Care Unit) bila dibutuhkan.
Bila terdapat faktor resiko persalinan seperti :
pemotongan tali pusat terlalu cepat, asfiksia pada
bayi baru lahir (bayi tidak menangis atau nilai
APGAR SCORE rendah < 6 ), komplikasi selama
persalinan, persalinan lama, letak presentasi bayi
saat lahir tidak normal, berat lahir rendah ( <
2500 gram) maka sebaiknya dilakukan
pemantauan perkembangan secara cermat sejak
usia dini.
PENCEGAHAN SEJAK USIA BAYI
Setelah memasuki usia bayi terdapat beberapa
faktor resiko yang harus diwaspadai dan dilakukan
upaya pencegahannya. Bila perlu dilakukan terapi
dan intervensi secara dini bila sudah mulai
dicurigai terdapat gejala atau tanda gangguan
perkembangan. Adapun beberapa tindakan
pencegahan yang dapat dilakukan adalah :
Amati gangguan saluran cerna pada bayi sejak
lahir. Gangguan teresebut meliputi : sering
muntah, tidak buang besar setiap hari, buang air
besar sering (di atas usia 2 minggu lebih 3 kali
perhari), buang air besar sulit (mengejan), sering
kembung, rewel malam hari (kolik), hiccup
(cegukan) berlebihan, sering buang angin. Bila
terdapat keluhan tersebut maka penyebabnya yang
paling sering adalah alergi makanan dan
intoleransi makanan. Jalan terbaik mengatasi
ganggguan tersebut bukan dengan obat tetapi
dengan mencari dan menghindari makanan
penyebab keluhan tersebut. Gangguan saluran
cerna yang berkepanjangan akan dapat
mengganggu fungsi otak yang akhirnya
mempengaruhi perkembangan dan perilaku anak.
Bila terdapat kesulitan kenaikkan berat badan,
harus diwaspadai. Pemberian vitamin nafsu
makan bukan jalan terbaik dalam mengobati
penderita, tetapi harus dicari penyebabnya
Bila terdapat kelainan bawaan : kelainan jantung
bawaan, kelainan genetik, kelainan metabolik,
maka harus dilakukan perawatan oleh dokter ahli.
Harus diamati tanda dan gejala autism secara
cermat sejak dini.
Demikian pula bila terjadi gangguan neurologi
atau saraf seperti trauma kepala, kejang (bukan
kejang demam sederhana) atau gangguan
kelemahan otot maka kita harus lebih cermat
mendeteksi secara dini gangguan perkembangan.
Pada bayi prematur, bayi dengan riwayat kuning
tinggi (hiperbilirubinemi), infeksi berat saat usia
bayi (sepsis dll) atau pemberian antibiotika
tertentu saat bayi harus dilakukan monitoring
tumbuh kembangnya secara rutin dan cermat
terutama gangguan perkembangan dan perilaku
pada anak.
Bila didapatkan penyimpangan gangguan
perkembangan khususnya yang mengarah pada
gangguan perkembangan dan perilaku maka
sebaiknya dilakukan konsultasi sejak dini kepada
ahlinya untuk menegakkan diagnosis dan
intervensi sejak dini.
Pada bayi dengan gangguan pencernaan yang
disertai gejala alergi atau terdapat riwayat alergi
pada orang tua, sebaiknya menunda pemberian
makanan yang beresiko alergi hingga usia diatas 2
atau 3 tahun. Makanan yang harus ditunda adalah
telor, ikan laut, kacang tanah, buah-buahan
tertentu, keju dan sebagainya.
Bayi yang mengalami gangguan pencernaan
sebaiknya juga harus menghindari monosodium
glutamat (MSG), amines, tartarzine (zat warna
makanan),
Bila gangguan pencernaan dicurigai sebagai Celiac
Disease atau Intoleransi Casein dan Gluten maka
diet harus bebas casein dan Gluten,
Ciptakan lingkungan keluarga yang penuh kasih
sayang baik secara kualitas dan kuantitas, hindari
rasa permusuhan, pertentangan, emosi
dan kekerasan.Bila terdapat faKtor resiko tersebut
pada periode kehamilan atau persalinan maka kita
harus lebih waspada. Menurut beberapa penelitian
resiko tersebut akan semakin besar kemungkinan
terjadi autism. Selanjutnya kita harus mengamati
secara cermat tanda dan gejala autism sejak usia 0
bulan.
Bila didapatkan gejala autism pada usia dini, kalau
perlu dilakukan intervensi sejak dini dalam hal
pencegahan dan pengobatan. Lebih dini kita
melakukan intervensi kejadian autism dapat kita
cegah atau paling tidak kita minimalkan keluhan
yang akan timbul.
Bila resiko itu sudah tampak pada usia bayi maka
kondisi tersebut harus kita minimalkan bahkan
kalau perlu kita hilangkan. Misal kegagalan
kenaikkan berat badan harus betul-betul dicari
penyebabnya, pemberian vitamin bukan jalan
terbaik untuk mencari penyebab kelainan tersebut.
Demikan pula gangguan alergi makanan dan
gangguan pencernaan pada bayi, harus segera
dicari penyebabnya. Yang paling sering adalah
karena alergi makanan atau intoleransi makan,
penyebabnya jenis makanan tertentu termasuk
susu bayi. Pemberian obat-obat bukanlah cara
terbaik untuk mencari penyebab gangguan alergi
atau gangguan pencernaan tersebut. Yang paling
ideal adalah kita harus menghindari makanan
penyebab gangguan tersebut tanpa bantuan obat-
obatan. Obat-obatan dapat diberikan sementara
bila keluhan yang terjadi cukup berat, bukan untuk
selamanya.

DETEKSI DINI DAN PENCEGAHAN
PENYAKIT AUTIS PADA ANAK
Posted on August 2, 2009by The Children Indonesia
PENDAHULUAN
Di bidang psikiatri anak, angka kelainan jiwa pada
anak diperkirakan mencapai 5 10% dari populasi
anak. Kelaianan di bidang perkembangan anak
dibagi dalam 2 kelompok besar yaitu kelinan spesifik
serta kelainan yang menyeluruh/pervasiv. Sekalipun
kelainan ini lebih kecil dibandingkan kelainan
psikiatri lainnya, penderita memerlukan perhatian
seumur hidupnya atau setidak-tidaknya sepanjang
masa-masa perkembangan.
Kelainan autistik atau autisma pada anak adalah
salah satu bentuk penyakit yang tergolong dalam
gangguan pervasif. Angka kejadian autisma
tampaknya meningkat pesat dalambeberapa tahun
terahkir ini. Peningkatan ini terutama karena
meningkatnya penyampaian informasi yang
disampaikan berbagai media cetak maupun
elektronik terutama internet. Sehingga baik kalangan
medis maupun awam mengetahui perkembangan
tehnolgi kesehatan yang berkaitan dengan hal
tersebut. Sehingga masalah penyimpangan perilaku
pada anak khususnya autisma ini menjadi persoalan
yang aktual dan menarik yang ingin diketahui oleh
masyarakat baik dari kalangan akademisi maupun
masyarakat umumnya.
Amatlah penting untuk mengetahui gejala dan tanda
penyakit ini sejak dini karena penanganan yang lebih
cepat akan memberikan hasil yang lebih baik.
Beberapa pakar kesehatanpun meyakini bahwa
merupakan hal yang utama bahwa semakin besar
kemungkinan kemajuan dan perbaikan apabila
kelainan pada anak ditemukan pada usia yang
semakin muda.
APAKAH AUTIS ITU ?
Autism adalah gangguan perkembangan pervasif
pada anak yang ditandai dengan adanya gangguan
dan keterlambatan dalam bidang kognitif, bahasa,
perilaku, komunikasi dan interaksi sosial.
Kata autisma berasal dari bahasa Yunani auto
berarti sendiri yang ditujukanpada seseorang yang
menunjukkan gejala hidup dalam dunianya sendiri.
Pada umumnya penderita autisma mengacuhkan
suara, penglihatan ataupun kejadian yang
melibatkan mereka. Jika ada reaksi biasanya reaksi
ini tidak sesuai dengan situasi atau malahan tidak
ada reaksi sama sekali. Mereka menghindari atau
tidak berespon terhadap kontak sosial (pandangan
mata, sentuhan kasih sayang, bermain dengan anak
lain dan sebagainya).
Pemakaian istilah autisma kepada penderita
diperkenalkan pertama kali oleh Leo Kanner,
seorang psikiater dari Harvard (Kanner, Austistic
Disturbance of Affective Contact) pada tahun 1943
berdasarkan pengamatan terhadap 11 penderita yang
menunjukkan gejala kesulitan berhubungan dengan
orang lain, mengisolasi diri, perilaku yang tidak biasa
dan cara berkomunikasi yang aneh.
ANGKA KEJADIAN
Autism dapat terjadipada semua kelompok
masyarakat kaya miskin, di desa dikota,
berpendidikan maupun tidak serta pada semua
kelompok etnis dan budaya di dunia. Sekalipun
demikian anak-anak di negara maju pada umumnya
memiliki kesempatan terdiagnosis lebih awal
sehingga memungkinkan tatalaksana yang lebih dini
dengan hasil yang lebih baik.
Jumlah anak yang terkena autism makin bertambah.
Di Kanada dan Jepang pertambahan ini mencapai 40
persen sejak 1980. Di California sendiri pada tahun
2002 di-simpulkan terdapat 9 kasus autis per-
harinya. Dengan adanya metode diagnosis yang kian
berkembang hampir dipastikan jumlah anak yang
ditemukan terkena Autisme akan semakin besar.
Jumlah tersebut di atas sangat mengkhawatirkan
mengingat sampai saat ini penyebab autisme masih
misterius dan menjadi bahan perdebatan diantara
para ahli dan dokter di dunia.Di Amerika Serikat
disebutkan autisme terjadi pada 60.000 15.000
anak dibawah 15 tahun. Kepustakaan lain
menyebutkan prevalens autisme 10-20 kasus dalam
10.000 orang, bahkan ada yang mengatakan 1
diantara 1000 anak. Di Inggris pada awal tahun 2002
bahkan dilaporkan angka kejadian autisma
meningkat sangat pesat, dicurigai 1 diantara 10 anak
menderita autisma. Perbandingan antara laki dan
perempuan adalah 2,6 4 : 1, namun anak
perempuan yang terkena akan menunjukkan gejala
yang lebih berat.
Di Indonesia yang berpenduduk 200 juta, hingga
saat ini belunm diketahui berapa persisnya jumlah
penderita namun diperkirakanjumlah anak austima
dapat mencapai 150 -200 ribu orang.
Penelitian Deb & Prasad, 1994 di Skotlandia
menemukan bahwa dikalangan anak-anak dengan
gangguan belahjar prevalensi autisma mencapai
14,3% dan di anatara usia sekolah prevalensinya 9
per 10.000. Penderita di perkotaan lebih tinggi
daripada di perdesaan dan angka kejadian dari tahun
ke tahun cenderung terus meningkat.
PENYEBAB AUTIS
Penyebab autis belum diketahui secara pasti.
Beberapa ahli menyebutkan autis disebabkan karena
terdapat gangguan biokimia, ahli lain berpendapat
bahwa autisme disebabkan oleh gangguan
psikiatri/jiwa. Ahli lainnya berpendapat bahwa
autisme disebabkan oleh karena kombinasi makanan
yang salah atau lingkungan yang terkontaminasi zat-
zat beracun yang mengakibatkan kerusakan pada
usus besar yang mengakibatkan masalah dalam
tingkah laku dan fisik termasuk autisme.
Walaupun paparan logam berat (air raksa) terjadi
pada setiap anak, namun hanya sebagian kecil saja
yang mengalami gejala autism. Hal ini mungkin
berkaitan dengan teori genetik, salah satunya
berkaitan dengan teori Metalotionin. Beberapa
penelitian anak autism tampaknya didapatkan
ditemukan adanya gangguan netabolisme
metalotionin.
Metalotionon adalah merupakan sistem yang utama
yang dimiliki oleh tubuh dalam mendetoksifikasi air
raksa, timbal dan logam berat lainnya. Setiap logam
berat memiliki afinitas yang berbeda terhada
metalotionin. Berdasarkan afinitas tersebut air raksa
memiliki afinitas yang paling kuar dengan terhadam
metalotianin dibandingkan logam berat lainnya
sepertoi tenbaga, perak atau zinc.
Berdasarkan beberapa penelitian yang telah
dilaporkan para ahli menunjukkan bahwa gangguan
metalotianin disebabkan oleh beberapa hal di
antaranya adalah :
Defisiensi Zinc
Jumlah logam berat yang berlebihan
Defisiensi sistein
Malfungsi regulasi element Logam
Kelainan genetik, antara lain pada gen pembentuk
netalotianin
Perdebatan yang terjadi akhir akhir ini berkisar pada
kemungkinan penyebab autisme yang disebabkan
oleh vaksinasi anak. Peneliti dari Inggris Andrew
Wakefield, Bernard Rimland dari Amerika
mengadakan penelitian mengenai hubungan antara
vaksinasi terutama MMR (measles, mumps rubella )
dan autis.
Banyak penelitian lainnya yang dilakukan dengan
populasi yang lebih besar dan luas memastikan
bahwa imunisasi MMR tidak menyebabkan Autis,
Beberapa orang tua anak penyandang autisme tidak
puas dengan bantahan tersebut. Bahkan Jeane Smith
seorang warga negara Amerika bersaksi didepan
kongres Amerika : kelainan autis dinegeri ini sudah
menjadi epidemi, dia dan banyak orang tua anak
penderta autisme percaya bahwa anak mereka yang
terkena autisme disebabkan oleh reaksi dari
vaksinasi.
Penelitian dalam jumlah besar dan luas tentunya
lebih bisa dipercaya dibandingkan laporan beberapa
kasus yang jumlahnya relatif tidak bermakna secara
umum. Namun penelitian secara khusus pada
penderita autism, memang menunjukkan hubungan
tersebut. Memang kontroversi itu terus berlanjut
terus, namun kita bisa mengambil hikmah dan jalan
yang terbaik anak kita harus imunisasi MMR atau
tidak ?. Untuk meyakinkan hak tersebut mungkin
kita bisa berpedoman pada penelitian yang lebih
dipercaya validitasnya secara populasi lebih banyak
dan luas yaitu Autism tidak berhubungan dengan
MMR. Tetapi juga mungkin kita harus lebih waspada
bila anak kita sudah mulai tampak ditemukan
penyimpangan perkembangan atau perilaku sejak
dini memang sebaiknya untuk mendapatkan
imunisasi MMR harus berkonsulasi dahulu dengan
dokter tumbuh kembang anak. Artinya MMR tidak
berhubungan dengan Autism memang bila anak kita
tidak berbakat autis. Namun bila anak kita sudah
mempunyai ditemukan bakat kelainan Autis sejak
dini mungkin bisa saja menunda dahulu imunisasi
MMR sebelum dipastikan diagnosis Autis, meskipun
sebenarnya pemicu atau faktor yang memperberat
Autism bukan hanya MMR.
Banyak pula ahli melakukan penelitian dan
menyatakan bahwa bibit autisme telah ada jauh hari
sebelum bayi dilahirkan bahkan sebelum vaksinasi
dilakukan. Kelainan ini dikonfirmasikan dalam hasil
pengamatan beberapa keluarga melalui gen autisme.
Patricia Rodier, ahli embrio dari Amerika bahwa
korelasi antara autisme dan cacat lahir yang
disebabkan oleh thalidomide menyimpulkan bahwa
kerusakan jaringan otak dapat terjadi paling awal 20
hari pada saat pembentukan janin. Peneliti lainnya,
Minshew menemukan bahwa pada anak yang
terkena autisme bagian otak yang mengendalikan
pusat memory dan emosi menjadi lebih kecil dari
pada anak normal. Penelitian ini menyimpulkan
bahwa gangguan perkembangan otak telah terjadi
pada semester ketiga saat kehamilan atau pada saat
kelahiran bayi.
Karin Nelson, ahli neorology Amerika mengadakan
menyelidiki terhadap protein otak dari contoh darah
bayi yang baru lahir. Empat sampel protein dari bayi
normal mempunyai kadar protein yang kecil tetapi
empat sampel berikutnya mempunyai kadar protein
tinggi yang kemudian ditemukan bahwa bayi dengan
kadar protein otak tinggi ini berkembang menjadi
autisme dan keterbelakangan mental. Nelson
menyimpulkan autisme terjadi sebelum kelahiran
bayi.
Saat ini, para pakar kesehatan di negara besar
semakin menaruh perhatian terhadap kelainan
autism pada anak. Sehingga penelitian terhadap
autism semakin pesat dan berkembang. Sebelumnya,
kelainan autisme hanya dianggap sebagai akibat dari
perlakuan orang tua yang otoriter terhadap anaknya.
Kemajuan teknologi memungkinkan untuk
melakukan penelitian mengenai penyebab autisme
secara genetik, neuroimunologi dan metabolik. Pada
bulan Mei 2000 para peneliti di Amerika
menemukan adanya tumpukan protein didalam otak
bayi yang baru lahir yang kemudian bayi tersebut
berkembang menjadi anak autisme. Temuan ini
mungkin dapat menjadi kunci dalam menemukan
penyebab utama autisme sehingga dapat dilakukan
tindakan pencegahannya.
TANDA DAN GEJALA AUTIS
Autisme adalah gangguan perkembangan pervasif
pada anak yang ditandai dengan adanya gangguan
dan keterlambatan dalam bidang kognitif, bahasa,
perilaku, komunikasi dan interaksi sosial.
Gangguan dalam komunikasi verbal maupun
nonverbal
Kemampuan berbahasa mengalami keterlambatan
atau sama sekali tidak dapat berbicara.
Menggunakan kata kata tanpa
menghubungkannya dengan arti yang lazim
digunakan.
Berkomunikasi dengan menggunakan bahasa
tubuh dan hanya dapat berkomunikasi dalam
waktu singkat.
Kata-kata yang tidak dapat dimengerti orang lain
(bahasa planet)
Tidak mengerti atau tidak menggunakan kata-kata
dalam konteks yang sesuai.
Ekolalia (meniru atau membeo), menirukan kata,
kalimat atau lagu tanpa tahu artinya.
Bicaranya monoton seperti robot
Bicara tidak digunakan untuk komunikasi
Mimik datar
Gangguan dalam bidang interaksi sosial
Menolak atau menghindar untuk bertatap muka
Tidak menoleh bila dipanggil, sehingga sering
diduga tuli
Merasa tidak senang atau menolak dipeluk
Bila menginginkan sesuatu, menarik tangan
tangan orang yang terdekat dan berharap orang
tersebut melakukan sesuatu untuknya
Tidak berbagi kesenangan dengan orang lain
Saat bermain bila didekati malah menjauh
Bila menginginkan sesuatu ia menarik tangan
orang lain dan mengharapkan tangan tersebut
melakukan sesuatu untuknya.
Gangguan dalam bermain
Bermain sangat monoton dan aneh misalnya
menderetkan sabun menjadi satu deretan yang
panjang, memutar bola pada mainan mobil dan
mengamati dengan seksama dalam jangka waktu
lama.
Ada kelekatan dengan benda tertentu seperti
kertas, gambar, kartu atau guling, terus dipegang
dibawa kemana saja dia pergi.
Bila senang satu mainan tidak mau mainan
lainnya.
Tidak menyukai boneka, tetapi lebih menyukai
benda yang kurang menarik seperti botol, gelang
karet, baterai atau benda lainnya
Tidak spontan / reflek dan tidak dapat
berimajinasi dalam bermain. Tidak dapat meniru
tindakan temannya dan tidak dapat memulai
permainan yang bersifat pura pura.
Sering memperhatikan jari-jarinya sendiri, kipas
angin yang berputar atau angin yang bergerak.
Perilaku yang ritualistik sering terjadi sulit
mengubah rutinitas sehari hari, misalnya bila
bermain harus melakukan urut-urutan tertentu,
bila bepergian harus melalui rute yang sama.
Gangguan perilaku
Sering dianggap sebagai anak yang senang
kerapian harus menempatkan barang tertentu
pada tempatnya
Anak dapat terlihat hiperaktif misalnya bila masuk
dalam rumah yang baru pertama kali ia datang, ia
akan membuka semua pintu, berjalan kesana
kemari, berlari-lari tak tentu arah.
Mengulang suatu gerakan tertentu (menggerakkan
tangannya seperti burung terbang). Ia juga sering
menyakiti diri sendiri seperti memukul kepala atau
membenturkan kepala di dinding
Dapat menjadi sangat hiperaktif atau sangat pasif
(pendiam), duduk diam bengong dengan tatap
mata kosong. Marah tanpa alasan yang masuk
akal. Amat sangat menaruh perhatian pada satu
benda, ide, aktifitas ataupun orang. Tidak dapat
menunjukkan akal sehatnya. Dapat sangat agresif
ke orang lain atau dirinya sendiri.
Gangguan kognitif tidur, gangguan makan dan
gangguan perilaku lainnya.
Gangguan perasaan dan emosi
Tertawa-tawa sendiri, menangis atau marah tanpa
sebab nyata
Sering mengamuk tak terkendali (temper
tantrum), terutama bila tidak mendapatkan
sesuatu yang diinginkan
Sering mengamuk tak terkendali (temper
tantrum)bila keinginannya tidak didapatkannya,
bahkan bisa menjadi agresif dan merusak.
Tidak dapat berbagi perasaan (empati) dengan
anak lain
Gangguan dalam persepsi sensoris
Sensitif terhadap cahaya, pendengaran, sentuhan,
penciuman dan rasa (lidah) dari mulai ringan
sampai berat.
Menggigit, menjilat atau mencium mainan atau
benda apa saja
Bila mendengar suara keras, menutup teling
Menangis setiap kali dicuci rambutnya
Meraskan tidak nyaman bila diberi pakaian
tertentu
Tidak menyukai rabaan atau pelukan, Bila
digendong sering merosot atau melepaskan diri
dari pelukan.
DIAGNOSIS AUTIS
Menegakkan diagnosis autism memang tidaklah
mudah karena membutuhkan kecermatan,
pengalaman dan mungkin perlu waktu yang tidak
sebentar untuk pengamatan. Sejauh ini tidak
ditemukan tes klinis yang dapat mendiagnosa
langsung autis.
Diagnosa yang paling baik adalah dengan cara
seksama mengamati perlilaku anak dalam
berkomunikasi, bertingkah laku dan tingkat
perkembangannya.
Banyak tanda dan gejala perilaku seperti autism
yang disebabkan oleh adanya gangguan selain
autis.
Pemeriksaan klinis dan penunjang lainnya
mungkin diperlukan untuk memastikan
kemungkinan adanya penyebab lain tersebut.
Karena karakteristik dari penyandang autisme ini
banyak sekali ragamnya sehingga cara diagnosa
yang paling ideal adalah dengan memeriksakan
anak pada beberapa tim dokter ahli seperti ahli
neurologis, ahli psikologi anak, ahli penyakit anak,
ahli terapi bahasa, ahli pengajar dan ahli
profesional lainnya dibidang autis.
Dokter ahli atau praktisi kesehatan profesional
yang hanya mempunyai sedikit pengetahuan dan
wawasan mengenai autis akan mengalami
kesulitan dalam men-diagnosa autis. Kadang
kadang dokter ahli atau praktisi kesehatan
profesional keliru melakukan diagnosa dan tidak
melibatkan orang tua sewaktu melakukan
diagnosa. Kesulitan dalam pemahaman autisme
dapat menjurus pada kesalahan dalam
memberikan pelayanan kepada penyandang
autisme yang secara umum sangat memerlukan
perhatian yang khusus dan rumit.
Hasil pengamatan sesaat belumlah dapat
disimpulkan sebagai hasil mutlak dari kemampuan
dan perilaku seorang anak. Masukkan dari orang
tua mengenai kronologi perkembangan anak
adalah hal terpenting dalam menentukan
keakuratan hasil diagnosa. Secara sekilas,
penyandang autis dapat terlihat seperti anak
dengan keterbelakangan mental, kelainan
perilaku, gangguan pendengaran atau bahkan
berperilaku aneh dan nyentrik. Yang lebih
menyulitkan lagi adalah semua gejala tersebut
diatas dapat timbul secara bersamaan.
Karenanya sangatlah penting untuk membedakan
antara autisme dengan yang lainnya sehingga
diagnosa yang akurat dan penanganan sedini
mungkin dapat dilakukan untuk menentukan
terapi yang tepat.DIAGNOSIS AUTIS
BERDASARKAN DSM IV (Diagnostic and
Statistic manual)
Untuk menetapkan diagnosis gangguan autism
para klinisi sering menggunakan pedoman DSM
IV.Gangguan Autism didiagnosis berdasarkan
DSM-IV:
A. Harus ada sedikitnya 6 gejala dari(1), (2), and
(3), dengan minimla harus ada 2 gejala dari (1),
dan satu gejala masing-masing dari (2) dan (3):
(1) GANGGUAN KUALITATIF DALAM
INTERAKSI SOSIAL, minimal harus ada dua
manifestasi:
Hendaya dalam perilaku non verbal seperti :
kontak mata sangat kurang, ekspresi muka kurang
hidup, sikap tubuh atau gerak tubuh dalam
interaksi sosial
Kegagalan dalam berhubungan dengan anak
sebaya sesuai dengan perkembangannya
Tidak dapat merasakan apa yang dirasakan orang
lain
Kurangnya hubungan sosial dan emosional
(2) GANGGUAN KUALITATIF DALAM BIDANG
KOMUNIKASI, minimal 1 gejala di bawah ini :
Bicara terlambat atau bahkan sama sekali tak
berlkembang (tak ada usaha untuk mengimbangi
komunikasi dengan cara lain tanpa bicara).
Bila bisa bicara tidak dipakai untuk komunikasi
Sering menggunakan bahasa yang aneh dan
diulang-ulang.
Cara bermain kurang variasi, kurang imajinatif
dan kurang bisa meniru.
(3) SUATU POLA YANG DIPERTAHANKAN DAN
DIULANG-ULANG DALAM PERILAKU, MINAT
DAN KEGIATAN. Sedikitnya harus ada 1 gejala di
bawah ini :
Mempertahankan satu minat atau lebih dengan
cara yang sangat khas dan berlebihan.
Terpaku pada satu kegiatan ritual atau rutin yang
tidak ada gunanya
Terdapat gerakan-gerakan aneh yang khas
berulang-ulang.
Seringkali terpukau pada bagian-bagian benda
B. Sebelum usia 3 tahun tampak adanya
keterlambatan atau gangguan dalam bidang :
1. Interaksi sosial
2. Bicara dan berbahasa
3. Cara bermain yang kurang variasi
C. Gangguan tersebut bukan disebabkan karena
sindrom Rett atau Gangguan disintegratif masa
kanak-kanak (Childhood Disintegrative Disorder).
DIAGNOSIS BANDING AUTISM
Referensi baku yang dipakai untuk menjelaskan
jenis autisme adalah standar Amerika DSM revisi
keempat (Diagnostic and Statistical Manual) yang
memuat kriteria yang harus dipenuhi dalam
melakukan diagnosa autisme. Diagnosa ini hanya
dapat dilakukan oleh tim dokter atau praktisi ahli
bersadarkan pengamatan seksama terhadap
perilaku anak autisme dan disertai konsultasi
dengan orang tua anak.
Pada kenyataanya, sangat sulit untuk membagi
kategory atau jenis autisme mengingat tjarang
ditemukan antara satu dan lain penyandang
autisme yang mempunyai gejala yang sama. Setiap
penyandang autisme mempunyai ke-khas-annya
sendiri sendiri. Dengan kata lain ada 1001 jenis
atau mungkin satu juta satu jenis autisme di dunia
ini yang tidak dapat diperinci satu persatu. Istilah
yang lazim dipakai saat ini oleh para ahli adalah
kelainan spektrum autisme atau ASD (Autism
Spectrum Disorder).
Anak yang telah didiagnosa dan masuk dalam
kategori PDD mempunyai persamaan dalam hal
kekurang mampuan bersosialisasi dan
berkomunikasi akan tetapi tingkat kelainan-nya
(spektrum-nya) berbeda satu dengan lainnya.
Terdapat begitu banyaknya jenis atau ciri
penyandang autisme, sehingga lebih berupa
rangkaian dari kelabu muda sekali hingga kelabu
tua sekali (sangat bervariasi). Penggunaan istilah
autisme berat/parah dan autisme ringan dapat
menyesatkan karena jika dikatakan berat atau
parah orang tua dapat merasa frustasi dan
berhenti berusaha karena merasa tidak ada
gunanya lagi. Sebaliknya jika dikatakan ringan
atau tidak parah maka orang tua merasa senang
dan juga dapat berhenti berusaha karena merasa
anaknya akan sembuh sendiri. Pada kenyataannya,
baik ringan ataupun berat, tanpa penanganan
terpadu dan intensif, penyandang autisme sulit
mandiri. Meskipun sejauh nini belum ada
pembagian tegas untuk menunjukkan derajat
autism, apakah ringan, sedang atau berat.
Agar dapat membantu melihat beberapa kelompok
besar spektrum autisme yang ada, dapat dilihat
dari kategori utama dibawah ini:
Gangguan Perkembangan Pervasif (Pervasive
Developmental Disorders /PDD) terdiri dari
beberapa jenis PPD di antaranya adalah :
Autistik
Aspergers
Retts
Childhood Disintegrative Disorder (CDD)
Gangguan pervasive opada masa kanak-kanak
(Pervasive Developmental Disorder) or Not
Otherwise Specified (PDD:NOS)Beberapa
perbedaan antara Autis, Aspergers, Retts,
Gangguan disintegratif padamasa kanak
(Childhood Disintegrative Disorder /CDD),
Pervasive Developmental Disorder or Not
Otherwise Specified (PDD:NOS adalah :
AUTIS
Ketidakmampuan dalam bersosialisasi dan
berkomunikasi. Sampai dengan umur 3 tahun
mempunyai daya imajinasi yang tinggi dalam
bermain dan mempunyai perilaku, minat dan
aktifitas yang unik (aneh).
Dikategorikan sebagai ketidak mampuan dalam
bersosialisasi dan mempunyai minat dan aktifitas
yang terbatas tanpa adanya keterlambatan dalam
kemampuan berbicara. Kecerdasannya berada
pada tingkat normal atau diatas normal.
Terdapat 6 GEJALA UTAMA AUTIS :
1. Kegagalan untuk mengembangkan khidupan
sosial normal
2. Gangguan bicara, Bahasa dan komunikasi
3. Abnormal Relationships to Objects and Events
4. Respon tidak normal terhadap stimulasi
sensoris
5. Perbedaan perkembangan dan keterlambatan
perkembangan
6. Dimulai selama usia bayi atau anakSINDROM
RETTS
Sindrom Rett adalah penyakit degeneratif,
ketidakmampuan yang semakin hari semakin
parah (progresif). Hanya menimpa anak
perempuan. Pertumbuhan normal lalu diikuti
dengan kehilangan keahlian yang sebelumnya
telah dikuasai dengan baik- khususnya kehilangan
kemampuan menggunakan tangan yang kemudian
berganti menjadi pergerakan tangan yang berulang
ulang (seperti mencuci tangan) mulai pada umur 1
hingga 4 tahun.
Gejala dapat dimulai usia 6 bulan hingga usia 18
bulan
* Pertumbuhan kepala lambat
* Kehilangan kemampuan menggunakan gerakan
tangan
* Berkembang seperti gejala khas autism
GANGGUAN DISINTEGRATIF PADA
KANAK-KANAK (Childhood Disintegrative
Disorder /CDD)
Pertumbuhan yang normal pada usia 1 sampai 2
tahun kemudian kehilangan kemampuan yang
sebelumnya telah dikuasai dengan baik.
Anak berkembang normal dalam usia 2 tahun
pertama(seperti : kemampuan kominukasi, sosial,
bermain dan perilaku), namun secara bermakna
kemampuan itu terganggu sebelum usis 10 tahun,
yang tergangggu diantaranya adalah kemampuan :
Bahasa
Kemampuan sosial
Kemampuan buang air besar dan buang air kecil di
toilet
Bermain
Kemampuan motorik
Gejala tambahan, menunjukkan fungus abnormal
sedikitnya dua hal dari :
Interaksi sosial
KomunikasiCommunication
Pola perilaku terbatas : perhatian dan aktifitas
SINDROM ASPERGERS
Aspergers Syndrome gejala khas yang timbul
adalah gangguan intteraksi sosial ditambah gejala
keterbatasan dan pengulangan perilaku,
ketertarikan dan aktifitasis. Mempunyai gangguan
kualitatif dalam interaksi sosial, sedikitnya dua
gejala dari :
Ditandai dengan gangguan penggunaan beberapa
komunikasi non verbal (mata, pandangan, ekspresi
wajah, sikap bada, gerak isyarat)
Tidak bisa bermain dengan anak sebaya
Gangguan dalam menikmati minat atau
keberhasilan
kurangnya hubungan sosial dan emosional
GANGGUAN PERKEMBANGAN PERVASIF
(Pervasive Developmental Disorder Not
Otherwise Specified / PDD-NOS)
Biasa disebut Autis yang tidak umum dimana
diagnosis PDD-NOS dapat dilakukan jika anak
tidak memenuhi kriteria diagnosis yang ada (DSM-
IV) akan tetapi terdapat ketidakmampuan pada
beberapa perilakunya.
MULTISYSTEM DEVELOPMENTAL
DISORDERS (MSDD)
Beberapa ahli perkembangan anak menggunakan
klarifikasi yang disebut sebagai Zero to threes
Diagnostic Classification of Mental Health and
Development Disorders of Infacy and early
Childhood. DC-0-3 menggunakan konsep bahwa
proses diagnosis adalah proses berkelanjutan dan
terus menerus, sehingga dokter yang merawat
dalam pertambahan usia dapat mendalami tanda,
gejala dan diagnosis pada anak. Diagnosis tidak
dapat ditegakkan secara cepat, tapi harus melalui
pengamatan yang cermat dan berulang-ulang.
Dalam penegakkan diagnosis harus berkerjasama
dengan orangtua dengan mengamati
perkembangan hubungan anak dengan orangtua
dan lingkungannya.
Konsep DC 0-3 tersebut digunakan karena
pengalaman kesulitan dalam mendiagnosis Autism
di bawah 3 tahun, khususnya yang mempunyai
gejala yang belum jelas. Faktor inilah yang
menyulitkan apabila anak didiagnosis autism
terlalu dini, padahal dalam perkembangannya
mungkin saja gangguan perkembanagn tersebut
ada kecenderungan membaik atau menghilang.
Sehingga kalau anaknya didiagnosis Autism adalah
sesuatu yang berat bagi orang tua, seolah-olah
sudah tidak harapan bagi si anak.
MSDD adalah diagnosis gangguan perkembangan
dalam hal kesanggupannya berhubungan,
berkomunikasi, bermain dan belajar. Gangguan
MSDD tidak menetap seperti gangguan pada
Autistis Spectrum Disorders, tetapi sangat
mungkin untuk terjadi perubahan dan perbaikkan.
Pengertian MSDD meliputi gangguan sensoris
multipel dan interaksi sensori motor. Gejala
MSDD meliputi :
Gangguan dalam berhubungan sosial dan
emosional dengan orang tua atau pengasuh.
Gangguan dalam mempertahankan dan
mengembangkan komunikai
Gangguan dalam proses auditory
Gangguan dalam proses berbagai sensori lain
atau koordinasi motorik
PEMERIKSAAN YANG DILAKUKAN
Tidak ada satupun pemriksaan medis yang dapat
memastikan suatu diagnosis Autism pada anak.
Tetapi terdapat beberapa pemeriksaan yang dapat
menunjang diagnosis yang dapat digunakan
sebagai dasar intervensi dab strategi pengobatan.
PENDENGARAN: Bila terdapat gangguan
pendengaran harus dilakukan beberapa
pemeriksaan Audio gram and Typanogram.
ELEKTROENSEFALOGRAM (EEG): EEG untuk
memeriksa gelombang otak yang mennujukkan
gangguan kejang, diindikasikan pada kelainan
tumor dan gangguan otak..
SKRENING METABOLIK: Pemeriksaan yang
dilakukan adalah pemeriksaan darah dan urine
untuk melihat metabolisme makanan di dalam
tubuh dan pengaruhnya pada tumbuh kembang
anak. Beberapa spectrum autism dapat
disembuhkan dengan diet khusus.
MAGNETIC RESONANCE IMAGING (MRI) DAN
COMPUTER ASSITED AXIAL TOMOGRAPHY
(CAT SCAN): MRI atau CAT Scans sangat
menolong untuk mendiagnosis kelainan struktur
otak, karena dapat melihat struktur otak secara
lebih detail
PEMERIKSAAN GENETIK: Pemeriksaan darah
untuk melihat kelainan genetik, yang dapat
menyebabkan gangguan perkembangan. Beberapa
penelitian menunjukkkan bahwa penderita autism
telah dapat ditemukan pola DNA dalam tubuhnya.
OBSERVASI SECARA LANGSUNG
OBSERVASI LANGSUNG, INTERAKSI DAN
PENILAIAN WAWANCARA :
Infoemasi tentang emosi anak, sosial, komunikasi,
kemampuan kognitif Information about a childs
emotional, social, communication, and cognitive
abilities is gathered through child directed
interactions, observations in various situations,
and interviews of parents and care givers. Parents
and family members should be actively involved
throughout these assessments. What actually
occurs during a specific assessment depends on
what information parents and evaluators want to
know.
PENILAIAN FUNGSIONAL:
Tujuan untuk mengetahui bagaimana bisa terjadi
perubahan perilaku (seperti perilaku motorik yang
aneh). Berdasarkan pertimbangan itu bahwa
perubahan perilakuj adalah suatu cara untuk
berkomunikasi dengan lingkungan. Penilaian
fungsional termasuk wawancara, observasi
langsung dan interaksi secara langsung untuk
mengetahui apakah anak menderita autism atau
dikaitkan ketidakmampuan dalam komunikasi
melalui perilaku anak.Penilaian secara fungsional
ini akan membantu dalam perencanaan intervensi
atau terapi okupasi yang harus diberikan.
PENILAIAN DASAR BERMAIN :
Melibatkan orang tua, guru, pengasuh atau
anggota keluarga lainnya untuk mengamati situasi
permainan yang dapat memberikan informasi
hubungan sosial, eomosional, kognitif dan
perkembangan komunikasi. Dengan mengetahui
kebiasaan belajar anak dan pola interaksi melalui
penilaian permainan, pengobatan secara
individual dapat direncanakan.
DETEKSI DINI AUTIS

Meskipun sulit namun tanda dan gejala autism
sebenarnya sudah bisa diamati sejak dini bahkan
sejak sebelum usia 6 bulan.
DETEKSI DINI SEJAK DALAM KANDUNGAN
Sampai sejauh ini dengan kemajuan tehnologi
kesehatan di dunia masih juga belum mampu
mendeteksi resiko autism sejak dalam kandungan.
Terdapat beberapa pemeriksaan biomolekular
pada janin bayi untuk mendeteksi autism sejak
dini, namun pemeriksaan ini masih dalam batas
kebutuhan untuk penelitian.
DETEKSI DINI SEJAK LAHIR HINGGA USIA 5
TAHUN
Autisma agak sulit di diagnosis pada usia bayi.
Tetapi amatlah penting untuk mengetahui gejala
dan tanda penyakit ini sejak dini karena
penanganan yang lebih cepat akan memberikan
hasil yang lebih baik. Beberapa pakar
kesehatanpun meyakini bahwa merupahan hal
yang utama bahwa semakin besar kemungkinan
kemajuan dan perbaikan apabila kelainan pada
anak ditemukan pada usia yang semakin mudaAda
beberapa gejala yang harus diwaspadai terlihat
sejak bayi atau anak menurut usia :
USIA 0 6 BULAN
Bayi tampak terlalu tenang ( jarang menangis)
Terlalu sensitif, cepat terganggu/terusik
Gerakan tangan dan kaki berlebihan terutama
bila mandi
Tidak babbling
Tidak ditemukan senyum sosial diatas 10 minggu
Tidak ada kontak mata diatas umur 3 bulan
Perkembangan motor kasar/halus sering tampak
normal
USIA 6 12 BULAN
Bayi tampak terlalu tenang ( jarang menangis)
Terlalu sensitif, cepat terganggu/terusik
Gerakan tangan dan kaki berlebihan
Sulit bila digendong
Tidak babbling
Menggigit tangan dan badan orang lain secara
berlebihan
Tidak ditemukan senyum sosial
Tidak ada kontak mata
Perkembangan motor kasar/halus sering tampak
normal
USIA 6 12 BULAN
Kaku bila digendong
Tidak mau bermain permainan sederhana (ciluk
ba, da-da)
Tidak mengeluarkan kata
Tidak tertarik pada boneka
Memperhatikan tangannya sendiri
Terdapat keterlambatan dalam perkembangan
motor kasar/halus
Mungkin tidak dapat menerima makanan cair
USIA 2 3 TAHUN
Tidak tertarik untuk bersosialisasi dengan anak
lain
Melihat orang sebagai benda
Kontak mata terbatas
Tertarik pada benda tertentu
Kaku bila digendong
USIA 4 5 TAHUN
Sering didapatkan ekolalia (membeo)
Mengeluarkan suara yang aneh (nada tinggi atau
datar)
Marah bila rutinitas yang seharusnya berubah
Menyakiti diri sendiri (membenturkan kepala)
Temperamen tantrum atau agresif
DETEKSI AUTISM DENGAN CHAT (Checklist
Autism in Toddlers, di atas usia 18 bulan).
Terdapat beberapa perangkat diagnosis untuk
screening (uji tapis) pada penderita autism sejak
usia 18 bulan yang banyak dipakai di pusat
kesehatan anak di dunia yaitu CHAT (Checklist
Autism in Toddlers).
CHAT dikembangkan di Inggris dan telah
digunakan untuk penjaringan lebih dari 16.000
balita. Pertanyaan berjumlah 14 buah meliputi
aspek-aspek : imitation, pretend play, and joint
attention.
Menurut American of Pediatrics, Committee on
Children With Disabilities. Technical Report : The
Pediatricians Role in Diagnosis and Management
of Autistic Spectrum Disorder in Children.
Pediatrics !107 : 5, May 2001)
BAGIAN I.
Alo anamnesis (keterangan yang ditanyakan
dokter dan diberikan oleh orang tua atau orang
lain yang biasa mengasuhnya)
Senang diayun-ayun atau diguncang guncang naik-
turun (bounced) di lutut ?
Tertarik (memperhatilan) anak lain ?
Suka memanjat benda-benda, seperti mamanjat
tangga ?
Bisa bermain cilukba, petak umpet ?
Pernah bermain seolah-olah membuat secangkir
teh menggunakan mainan berbentuk cangkir dan
teko, atau permainan lain ?
Pernah menunjuk atau menerima sesuatu dengan
menunjukkan jari ?
Pernah menggunakan jari untuk menunjuk ke
sesuatu agar anda melihat ke sana ?
Dapat bermain dengan mainan yang kecil (mobil
mainan atau balok-balok) ?
Pernah memberikan suatu benda untuk
menunjukkan sesuatu ?
Selama pemeriksaan apakah anak menatap
(kontak mata dengan) pemeriksa ?
Usahakan menarik perhatian anak, kemudian
pemeriksa menunjuk sesuatu di ruangan
pemeriksaan sambil mengatakan : Lihat, itu. Ada
bola (atau mainan lain) Perhatikan mata anak,
apakah anak melihat ke benda yang ditunjuk.
Bukan melihat tangan pemeriksa
Usahakan menarik perhatian anak, berikan
mainan gelas / cangkir dan teko. Katakan pada
anak anda : Apakah kamu bisa membuatkan
secangkir susu untuk mama ? Diharapkan anak
seolah-olah membuat minuman, mengaduk,
menuang, meminum. Atau anak mampu bermain
seolah-olah menghidangkan makanan, minuman,
bercocok tanam, menyapu, mengepel dll.
Tanyakan pada anak : Coba tunjukkan mana
anu (nama benda yang dikenal anak dan ada
disekitar kita). Apakah anak menunjukkan dengan
jarinya ? Atau sambil menatap wajah anda ketika
menunjuk ke suatu benda ?
Dapatkah anak anda menyusun kubus / balok
menjadi suatu menara ?
BAGIAN B. Pengamatan
Interpretasi
Risiko tinggi menderita autis : bila tidak bisa
melakukan A5, A7, B2, B3, dan B4
Risiko kecil menderita autis : tidak bisa melakukan
A7 dan B4
Kemungkinan gangguan perkembangan lain :
tidak bisa melakukan >3
Dalam batas normal : tidak bisa melakukan <3
Keterangan :Pertanyaan A5, 7 dan B2, 3, 4 paling
penting. Anak yang tidak bisa melakukan hal-hal
tersebut ketika di uji 2 kali (jarak 1 bulan) semua
kemudian terdiagnosis sebagai autis ketika
berumur 20 42 bulan. Tetapi anak dengan
keterlambatan perkembangan yang menyeluruh
juga tidak bisa melakukannya. Oleh karena itu
perlu menyingkirkan kemungkinan retardasi
mental
PERANAN ORANG TUA DALAM DETEKSI
DINI
Dalam perkembangannya menjadi manusia
dewasa, seorang anak berkembang melalui
tahapan tertentu.
Diantara jenis perkembangan, yang paling penting
untuk menentukan kemampuan intelegensi di
kemudian hari adalah perkembangan motorik
halus dan pemecahan masalah visuo-motor, serta
perkembangan berbahasa. Kemudian keduanya
berkembang menjadi perkembangan sosial yang
merupakan adaptasi terhadap lingkungan.
Walaupun kecepatan perkembangan setiap anak
berbeda-beda, kita harus waspada apabila seorang
anak mengalami keterlambatan perkembangan
atau penyimpangan perkembangan. Untuk
mendeteksi keterlambatan, dapat digunakan 2
pendekatan :
Memberikan peranan kepada orang tua, nenek,
guru atau pengasuh untuk melakukan deteksi dini
dan melaporkan kepada dokter bila anak
mengalami keterlambatan atau gangguan
perkembangan dan perilaku. Kerugian cara ini
adalah bahwa orang tua sering menganggap bahwa
anak akan dapat menyusul keterlambatannya
dikemudian hari dan cukup ditunggu saja.
Misalnya bila anak mengalami keterlambatan
bicara, nenek mengatakan bahwa ayah atau ibu
juga terlambat bicara, atau anggapan bahwa anak
yang cepat jalan akan lebih lambat bicara. Kadang-
kadang disulitkan oleh reaksi menolak dari orang
tua yang tidak mengakui bahwa anak mengalami
keterlambatan bicara
Pendekatan lainnya adalah dengan deteksi aktif,
membandingkan apakah seorang anak dapat
melakukan fungsi bahasa yang sesuai dengan baku
untuk anak seusianya. Pendekatan kedua juga
mempunyai kelemahan yaitu akan terlalu banyak
anak yang diidentifikasi sebagai abnormal
karena bicara terlambat. Sebagian besar
diantaranya memang secara alamiah akan
menyusul bicara dikemudian hari. Bahkan kadang-
kadang masih ditemukan dokter atau dokter anak
yang masih menganggap bukan kelainan, dan
dikatakan kepada pasien: Tidak apa-apa,
ditunggu saja.
Peranan orang tua untuk melaporkan
kecurigaannya dan peran dokter untuk
menanggapi keluhan tersebut sama pentingnya
dalam penatalaksanaan anak. Bila dijumpai
keterlambatan atau penyimpangan harus
dilakukan pemeriksaan atau menentukan apakah
hal tersebut merupakan variasi normal atau suatu
kelainan yang serius. Jangan berpegang pada
pendapat :Nanti juga akan berkembang sendiri
atau Anak semata-mata hanya terlambat sedikit
tanpa bukti yang kuat, yang akan mengakibatkan
diagnosis yang terlambat dan penatalaksanaan
yang semakin sulit.
FAKTOR RESIKO DAN PENCEGAHAN AUTIS
RESIKO TINGGI TERJADI AUTIS :
Terdapat beberapa hal dan keadaan yang membuat
resiko anak menjadi autism lebih besar. Dengan
diketahui resiko tersebut tentunya dapat dilakukan
tindakan untuk mencegah dan melakukan
intervensi sejak dini pada anak yang beresiko.
Adapun beberapa resiko tersebut dapat
diikelompokkan dalam beberapa periode,
diantaranya adalah :
PERIODE KEHAMILAN
Perkembangan janin dalam kehamilan sangat
banyak yang mempengaruhinya. Pertumbuhan
dan perkembangan otak atau sistem susunan saraf
otak sangat pesat terjadi pada periode ini, sehingga
segala sesuatu gangguan atau penyakit pada ibu
tentunya sangat berpengaruh. Gangguan pada otak
inilah nantinya akan mempengaruhi
perkembangan dan perilaku anak kelak nantinya,
termasuk resiko terjadinya autis.
Beberapa keadaan ibu dan bayi dalam kandungan
yang harus lebih diwaspadai dapat berkembang
jadi autis adalah :
Infeksi selama persalinan terutama infeksi virus
Peradarahan selama kehamilan
Perdarahan selama kehamilan paling sering
disebabkan karena placental complications,
diantaranya placenta previa, abruptio placentae,
vasa previa, circumvallate placenta, and rupture of
the marginal sinus. Kondisi tersebut
mengakibatkan gangguan transportasi oksigen dan
nutrisi ke bayi yang mengakibatkan gangguan
pada otak janin.
Perdarahan awal kehamilan juga berhubungan
dengan kelahiran prematur dan bayi lahir berat
rendah. Prematur dan berat bayi lahior rendah
juga merupakan resiko tinggi terjadinya autism
Obat-obatan yang diminum selama kehamilan
terutama trimester pertama
Merokok saat kehamilan
Stres saat kehamilan
Adanya Fetal Atopi atau Maternal Atopi, yaitu
kondisi alergi pada janin yang diakibatkan
masuknya bahan penyebab alergi melalui ibu.
Menurut pengamatan penulis, hal ini dapat dilihat
adanya Gerakan bayi gerakan refluks oesefagial
(hiccupps/cegukan) yang berlebihan sejak dalam
kandungan terutama terjadi malam hari. Diduga
dalam kedaaan tersebut bayi terpengaruh
pencernaan dan aktifitasnya oleh penyebab
tertentu termasuk alergi ataupun bahan-bahan
toksik lainnya selama kehamilan.
Infeksi saluran kencing, Panas tinggi dan Depresi
Wilkerson dkk telah melakukan penelitian
terhadap riwayat ibu hamil pada 183 anak autism
dibandingkan 209 tanpa autism. Ditemukan
kejadian infeksi saluran kencing, panas tinggi dan
depresi pada ibu tampak jumlahnya bermakna
pada kelompok ibu dengan anak autism.
PERIODE KEHAMILAN
Beberapa keadaan ibu dan bayi dalam kandungan
yang harus lebih diwaspadai dapat berkembang
jadi autism adalah :
Infeksi selama persalinan terutama infeksi virus
Peradarahan selama kehamilan
Perdarahan selama kehamilan paling sering
disebabkan karena placental complications,
diantaranya placenta previa, abruptio placentae,
vasa previa, circumvallate placenta, and rupture of
the marginal sinus. Kondisi tersebut
mengakibatkan gangguan transportasi oksigen dan
nutrisi ke bayi yang mengakibatkan gangguan
pada otak janin.
Perdarahan awal kehamilan juga berhubungan
dengan kelahiran prematur dan bayi lahir berat
rendah. Prematur dan berat bayi lahir rendah juga
merupakan resiko tinggi terjadinya autism
Obat-obatan yang diminum selama kehamilan
terutama trimester pertama.
Peneliti di Swedia melaporkan pemberian obat
Thaliodomide pada awal kehamilan dapat
mengganggu pembentukan sistem susunan saraf
pusat yang mengakibatkan autism
Adanya Fetal Atopi atau Maternal Atopi, yaitu
kondisi alergi pada janin yang diakibatkan
masuknya bahan penyebab alergi melalui ibu.
Menurut pengamatan penulis, hal ini dapat dilihat
adanya Gerakan bayi gerakan refluks oesefagial
(hiccupps/cegukan) yang berlebihan sejak dalam
kandungan terutama terjadi malam hari.
Infeksi saluran kencing, Panas tinggi dan Depresi
Wilkerson dkk telah melakukan penelitian
terhadap riwayat ibu hamil pada 183 anak autism
dibandingkan 209 tanpa autism. Ditemukan
kejadian infeksi saluran kencing, panas tinggi dan
depresi pada ibu tampak jumlahnya bermakna
pada kelompok ibu dengan anak
autism.PERIODE PERSALINAN
Persalinan adalah periode yang paling
menentukan dalam kehidupan bayi selanjutnya.
Beberapa komplikasi yang timbul selama periode
ini sangat menentukan kondisi bayi yang akan
dilahirkan. Bila terjadi gangguan dalam persalinan
maka yang paling berbahaya adalah hambatan
aliran darah dan oksigen ke seluruh organ tubuh
bayi termasuk otak. Organ otak adalah organ yang
paling sensitif dan peka terhadap gangguan ini,
kalau otak terganggu maka sangat mempengaruhi
kualitas hidup anak baik dalam perkembangan dan
perilaku anak nantinya
Gangguan persalinan yang dapat meningkatkan
resiko terjadinya autism adalah :
Pemotongan tali pusat terlalu cepat
Asfiksia pada bayi (nilai APGAR SCORE rendah <
6 )
Komplikasi selama persalinan
Lamanya persalinan
letak presentasi bayi saat lahir
Berat lahir rendah ( < 2500 gram)
PERIODE USIA BAYI
Dalam kehidupan awal di usia bayi, beberapa
kondisi awal atau gangguan yang terjadi dapat
mengakibatkan gangguan pada optak yang
akhirnya dapat beresiko untuk terjadinya
gangguan autism.
Kondisi atau gangguan yang beresiko untuk
terjadinya autism adalah sebagai berikut :
Prematuritas
Alergi makanan
Kegagalan kenaikan berat badan
Kelainan bawaan : kelainan jantung bawaan,
kelainan genetik, kelainan metabolik,
Gangguan pencernaan : sering muntah, kolik, sulit
buang air besar, sering buang air besar
Gangguan neurologI/saraf : trauma kepala, kejang,
otot atipikal, kelemahan otot.
PENCEGAHAN AUTIS
Tindakan pencegahan adalah yang paling utama
dalam resiko terjadinya penyakit atau gangguan.
Demikian pula kelainan autis, meskipun teori
penyebabnya masih belum jelas terungkap namun
beberapa upaya pencegahan dapat dilakukan.
Upaya pencegahan tersebut berdasarkan teori
penyebab ataupun penelitian faktor resiko autis.
Pencegahan ini dapat dilakukan sedini mungkin
sejak merencanakan kehamilan, saat kehamilan,
persalinan dan periode usia anak.
PENCEGAHAN SEJAK KEHAMILAN
Untuk mencegah gangguan perkembangan sejak
kehamilan , kita harus melihat dan mengamati
penyebab dan faktor resiko terjadinya gangguan
perkembangan sejak dalam kehamilan. Untuk
mengurangi atau menghindari resiko yang bisa
timbul dalam kehamilan tersebut dapat melalui
beberapa cara.
Adapun cara untuk mencegah terjadinya gangguan
tumbuh kembang sejak dalam kehamilan tersebut
diantaranya adalah :
Periksa dan konsultasi ke dokter spesialis
kebidanan dan kandungan lebih awal, kalu perlu
berkonsultasi sejak merencanakan kehamilan.
Melakukan pemeriksaan skrening secara lengkap
terutama infeksi virus TORCH (Toxoplasma,
Rubela, Citomegalovirus, herpes atau hepatitis).
Periksa dan konsultasi ke dokter spesialis
kebidanan dan kandungan secara rutin dan
berkala, dan selalu mengikuti nasehat dan
petunjuk dokter dengan baik.
Peradarahan selama kehamilan segera periksa ke
dokter kandungan anda. Perdarahan selama
kehamilan paling sering disebabkan karena
kelainan plasenta. Kondisi tersebut
mengakibatkan gangguan transportasi oksigen dan
nutrisi ke bayi yang mengakibatkan gangguan
pada otak janin.
Perdarahan pada awal kehamilan juga
berhubungan dengan kelahiran prematur dan bayi
lahir berat rendah. Prematur dan berat bayi lahir
rendah juga merupakan resiko tinggi terjadinya
autism dan gangguan bahasa lainnya.
Berhati-hatilah minum obat selama kehamilan,
bila perlu harus konsultasi ke dokter terlebih
dahulu. Obat-obatan yang diminum selama
kehamilan terutama trimester pertama.
Peneliti di Swedia melaporkan pemberian obat
Thaliodomide pada awal kehamilan dapat
mengganggu pembentukan sistem susunan saraf
pusat yang mengakibatkan autism dan gangguan
perkembangan lainnya termasuk gangguan
berbiocara.
Bila bayi beresiko alergi sebaiknya ibu mulai
menghindari paparan alergi berupa asap rokok,
debu atau makanan penyebab alergi sejak usia di
atas 3 bulan.
Hindari paparan makanan atau bahan kimiawi
atau toksik lainnya selama kehamilan.
Jaga higiene, sanitasi dan kebersihan diri dan
lingkungan kita.
Konsumsilah makanan yang bergizi baik dan
dalam jumlah yang cukup. Sekaligus konsumsi
vitamin dan mineral tertentu sesuai anjuran
dokter secara teratur.
Adanya Fetal Atopi atau Maternal Atopi, yaitu
kondisi alergi pada janin yang diakibatkan
masuknya bahan penyebab alergi melalui ibu.
Menurut pengamatan penulis, hal ini dapat dilihat
adanya Gerakan bayi gerakan refluks oesefagial
(hiccupps/cegukan) yang berlebihan sejak dalam
kandungan terutama terjadi malam hari. Diduga
dalam kedaaan tersebut bayi terpengaruh
pencernaan dan aktifitasnya oleh penyebab
tertentu termasuk alergi ataupun bahan-bahan
toksik lainnya selama kehamilan. Bila gerakan bayi
dan gerakan hiccups/cegukan pada janin yang
berlebihan terutama pada malam hari serta
terdapat gejala alergi atau sensitif pencernaan
salah satu atau kedua orang tua. Sebaiknya ibu
menghindari atau mengurangi makanan penyebab
alergi sejak usia kehamilan di atas 3 bulan.
Hindari asap rokok, baik secara langsung atau
jauhi ruangan yang dipenuhi asap rokok.
Beristirahatlah yang cukup, hindari keadaan stres
dan depresi serta selalu mendekatkan diri dengan
Tuhan.PENCEGAHAN SAAT PERSALINAN
Persalinan adalah periode yang paling
menentukan dalam kehidupan bayi selanjutnya.
Beberapa komplikasi yang timbul selama periode
ini sangat menentukan kondisi bayi yang akan
dilahirkan. Bila terjadi gangguan dalam persalinan
maka yang paling berbahaya adalah hambatan
aliran darah dan oksigen ke seluruh organ tubuh
bayi termasuk otak. Organ otak adalah organ yang
paling sensitif dan peka terhadap gangguan ini,
kalau otak terganggu maka sangat mempengaruhi
kualitas hidup anak baik dalam perkembangan dan
perilaku anak nantinya
Beberapa hal yang terjadi saat persalinan yang
dapat meningkatkan resiko terjadinya
perkembangan dan perilaku pada anak, sehingga
harus diperhatikan :
Melakukan konsultasi dengan dokter spesialis
kandungan dan kebidanan tentang rencana
persalinan. Dapatkan informasi secara jelas dan
lengkap tentang resiko yang bisa terjadi selama
persalinan.
Bila terdapat resiko dalam persalinan harus
diantisipasi kalau terjadi sesuatu. Baik dalam hal
bantuan dokter spesialis anak saat persalinan atau
sarana perawatan NICU (Neonatologi Intensive
Care Unit) bila dibutuhkan.
Bila terdapat faktor resiko persalinan seperti :
pemotongan tali pusat terlalu cepat, asfiksia pada
bayi baru lahir (bayi tidak menangis atau nilai
APGAR SCORE rendah < 6 ), komplikasi selama
persalinan, persalinan lama, letak presentasi bayi
saat lahir tidak normal, berat lahir rendah ( <
2500 gram) maka sebaiknya dilakukan
pemantauan perkembangan secara cermat sejak
usia dini.
PENCEGAHAN SEJAK USIA BAYI
Setelah memasuki usia bayi terdapat beberapa
faktor resiko yang harus diwaspadai dan dilakukan
upaya pencegahannya. Bila perlu dilakukan terapi
dan intervensi secara dini bila sudah mulai
dicurigai terdapat gejala atau tanda gangguan
perkembangan. Adapun beberapa tindakan
pencegahan yang dapat dilakukan adalah :
Amati gangguan saluran cerna pada bayi sejak
lahir. Gangguan teresebut meliputi : sering
muntah, tidak buang besar setiap hari, buang air
besar sering (di atas usia 2 minggu lebih 3 kali
perhari), buang air besar sulit (mengejan), sering
kembung, rewel malam hari (kolik), hiccup
(cegukan) berlebihan, sering buang angin. Bila
terdapat keluhan tersebut maka penyebabnya yang
paling sering adalah alergi makanan dan
intoleransi makanan. Jalan terbaik mengatasi
ganggguan tersebut bukan dengan obat tetapi
dengan mencari dan menghindari makanan
penyebab keluhan tersebut. Gangguan saluran
cerna yang berkepanjangan akan dapat
mengganggu fungsi otak yang akhirnya
mempengaruhi perkembangan dan perilaku anak.
Bila terdapat kesulitan kenaikkan berat badan,
harus diwaspadai. Pemberian vitamin nafsu
makan bukan jalan terbaik dalam mengobati
penderita, tetapi harus dicari penyebabnya
Bila terdapat kelainan bawaan : kelainan jantung
bawaan, kelainan genetik, kelainan metabolik,
maka harus dilakukan perawatan oleh dokter ahli.
Harus diamati tanda dan gejala autism secara
cermat sejak dini.
Demikian pula bila terjadi gangguan neurologi
atau saraf seperti trauma kepala, kejang (bukan
kejang demam sederhana) atau gangguan
kelemahan otot maka kita harus lebih cermat
mendeteksi secara dini gangguan perkembangan.
Pada bayi prematur, bayi dengan riwayat kuning
tinggi (hiperbilirubinemi), infeksi berat saat usia
bayi (sepsis dll) atau pemberian antibiotika
tertentu saat bayi harus dilakukan monitoring
tumbuh kembangnya secara rutin dan cermat
terutama gangguan perkembangan dan perilaku
pada anak.
Bila didapatkan penyimpangan gangguan
perkembangan khususnya yang mengarah pada
gangguan perkembangan dan perilaku maka
sebaiknya dilakukan konsultasi sejak dini kepada
ahlinya untuk menegakkan diagnosis dan
intervensi sejak dini.
Pada bayi dengan gangguan pencernaan yang
disertai gejala alergi atau terdapat riwayat alergi
pada orang tua, sebaiknya menunda pemberian
makanan yang beresiko alergi hingga usia diatas 2
atau 3 tahun. Makanan yang harus ditunda adalah
telor, ikan laut, kacang tanah, buah-buahan
tertentu, keju dan sebagainya.
Bayi yang mengalami gangguan pencernaan
sebaiknya juga harus menghindari monosodium
glutamat (MSG), amines, tartarzine (zat warna
makanan),
Bila gangguan pencernaan dicurigai sebagai Celiac
Disease atau Intoleransi Casein dan Gluten maka
diet harus bebas casein dan Gluten,
Ciptakan lingkungan keluarga yang penuh kasih
sayang baik secara kualitas dan kuantitas, hindari
rasa permusuhan, pertentangan, emosi
dan kekerasan.Bila terdapat faKtor resiko tersebut
pada periode kehamilan atau persalinan maka kita
harus lebih waspada. Menurut beberapa penelitian
resiko tersebut akan semakin besar kemungkinan
terjadi autism. Selanjutnya kita harus mengamati
secara cermat tanda dan gejala autism sejak usia 0
bulan.
Bila didapatkan gejala autism pada usia dini, kalau
perlu dilakukan intervensi sejak dini dalam hal
pencegahan dan pengobatan. Lebih dini kita
melakukan intervensi kejadian autism dapat kita
cegah atau paling tidak kita minimalkan keluhan
yang akan timbul.
Bila resiko itu sudah tampak pada usia bayi maka
kondisi tersebut harus kita minimalkan bahkan
kalau perlu kita hilangkan. Misal kegagalan
kenaikkan berat badan harus betul-betul dicari
penyebabnya, pemberian vitamin bukan jalan
terbaik untuk mencari penyebab kelainan tersebut.
Demikan pula gangguan alergi makanan dan
gangguan pencernaan pada bayi, harus segera
dicari penyebabnya. Yang paling sering adalah
karena alergi makanan atau intoleransi makan,
penyebabnya jenis makanan tertentu termasuk
susu bayi. Pemberian obat-obat bukanlah cara
terbaik untuk mencari penyebab gangguan alergi
atau gangguan pencernaan tersebut. Yang paling
ideal adalah kita harus menghindari makanan
penyebab gangguan tersebut tanpa bantuan obat-
obatan. Obat-obatan dapat diberikan sementara
bila keluhan yang terjadi cukup berat, bukan untuk
selamanya.

DETEKSI DINI DAN PENCEGAHAN
PENYAKIT AUTIS PADA ANAK
Posted on August 2, 2009by The Children Indonesia
PENDAHULUAN
Di bidang psikiatri anak, angka kelainan jiwa pada
anak diperkirakan mencapai 5 10% dari populasi
anak. Kelaianan di bidang perkembangan anak
dibagi dalam 2 kelompok besar yaitu kelinan spesifik
serta kelainan yang menyeluruh/pervasiv. Sekalipun
kelainan ini lebih kecil dibandingkan kelainan
psikiatri lainnya, penderita memerlukan perhatian
seumur hidupnya atau setidak-tidaknya sepanjang
masa-masa perkembangan.
Kelainan autistik atau autisma pada anak adalah
salah satu bentuk penyakit yang tergolong dalam
gangguan pervasif. Angka kejadian autisma
tampaknya meningkat pesat dalambeberapa tahun
terahkir ini. Peningkatan ini terutama karena
meningkatnya penyampaian informasi yang
disampaikan berbagai media cetak maupun
elektronik terutama internet. Sehingga baik kalangan
medis maupun awam mengetahui perkembangan
tehnolgi kesehatan yang berkaitan dengan hal
tersebut. Sehingga masalah penyimpangan perilaku
pada anak khususnya autisma ini menjadi persoalan
yang aktual dan menarik yang ingin diketahui oleh
masyarakat baik dari kalangan akademisi maupun
masyarakat umumnya.
Amatlah penting untuk mengetahui gejala dan tanda
penyakit ini sejak dini karena penanganan yang lebih
cepat akan memberikan hasil yang lebih baik.
Beberapa pakar kesehatanpun meyakini bahwa
merupakan hal yang utama bahwa semakin besar
kemungkinan kemajuan dan perbaikan apabila
kelainan pada anak ditemukan pada usia yang
semakin muda.
APAKAH AUTIS ITU ?
Autism adalah gangguan perkembangan pervasif
pada anak yang ditandai dengan adanya gangguan
dan keterlambatan dalam bidang kognitif, bahasa,
perilaku, komunikasi dan interaksi sosial.
Kata autisma berasal dari bahasa Yunani auto
berarti sendiri yang ditujukanpada seseorang yang
menunjukkan gejala hidup dalam dunianya sendiri.
Pada umumnya penderita autisma mengacuhkan
suara, penglihatan ataupun kejadian yang
melibatkan mereka. Jika ada reaksi biasanya reaksi
ini tidak sesuai dengan situasi atau malahan tidak
ada reaksi sama sekali. Mereka menghindari atau
tidak berespon terhadap kontak sosial (pandangan
mata, sentuhan kasih sayang, bermain dengan anak
lain dan sebagainya).
Pemakaian istilah autisma kepada penderita
diperkenalkan pertama kali oleh Leo Kanner,
seorang psikiater dari Harvard (Kanner, Austistic
Disturbance of Affective Contact) pada tahun 1943
berdasarkan pengamatan terhadap 11 penderita yang
menunjukkan gejala kesulitan berhubungan dengan
orang lain, mengisolasi diri, perilaku yang tidak biasa
dan cara berkomunikasi yang aneh.
ANGKA KEJADIAN
Autism dapat terjadipada semua kelompok
masyarakat kaya miskin, di desa dikota,
berpendidikan maupun tidak serta pada semua
kelompok etnis dan budaya di dunia. Sekalipun
demikian anak-anak di negara maju pada umumnya
memiliki kesempatan terdiagnosis lebih awal
sehingga memungkinkan tatalaksana yang lebih dini
dengan hasil yang lebih baik.
Jumlah anak yang terkena autism makin bertambah.
Di Kanada dan Jepang pertambahan ini mencapai 40
persen sejak 1980. Di California sendiri pada tahun
2002 di-simpulkan terdapat 9 kasus autis per-
harinya. Dengan adanya metode diagnosis yang kian
berkembang hampir dipastikan jumlah anak yang
ditemukan terkena Autisme akan semakin besar.
Jumlah tersebut di atas sangat mengkhawatirkan
mengingat sampai saat ini penyebab autisme masih
misterius dan menjadi bahan perdebatan diantara
para ahli dan dokter di dunia.Di Amerika Serikat
disebutkan autisme terjadi pada 60.000 15.000
anak dibawah 15 tahun. Kepustakaan lain
menyebutkan prevalens autisme 10-20 kasus dalam
10.000 orang, bahkan ada yang mengatakan 1
diantara 1000 anak. Di Inggris pada awal tahun 2002
bahkan dilaporkan angka kejadian autisma
meningkat sangat pesat, dicurigai 1 diantara 10 anak
menderita autisma. Perbandingan antara laki dan
perempuan adalah 2,6 4 : 1, namun anak
perempuan yang terkena akan menunjukkan gejala
yang lebih berat.
Di Indonesia yang berpenduduk 200 juta, hingga
saat ini belunm diketahui berapa persisnya jumlah
penderita namun diperkirakanjumlah anak austima
dapat mencapai 150 -200 ribu orang.
Penelitian Deb & Prasad, 1994 di Skotlandia
menemukan bahwa dikalangan anak-anak dengan
gangguan belahjar prevalensi autisma mencapai
14,3% dan di anatara usia sekolah prevalensinya 9
per 10.000. Penderita di perkotaan lebih tinggi
daripada di perdesaan dan angka kejadian dari tahun
ke tahun cenderung terus meningkat.
PENYEBAB AUTIS
Penyebab autis belum diketahui secara pasti.
Beberapa ahli menyebutkan autis disebabkan karena
terdapat gangguan biokimia, ahli lain berpendapat
bahwa autisme disebabkan oleh gangguan
psikiatri/jiwa. Ahli lainnya berpendapat bahwa
autisme disebabkan oleh karena kombinasi makanan
yang salah atau lingkungan yang terkontaminasi zat-
zat beracun yang mengakibatkan kerusakan pada
usus besar yang mengakibatkan masalah dalam
tingkah laku dan fisik termasuk autisme.
Walaupun paparan logam berat (air raksa) terjadi
pada setiap anak, namun hanya sebagian kecil saja
yang mengalami gejala autism. Hal ini mungkin
berkaitan dengan teori genetik, salah satunya
berkaitan dengan teori Metalotionin. Beberapa
penelitian anak autism tampaknya didapatkan
ditemukan adanya gangguan netabolisme
metalotionin.
Metalotionon adalah merupakan sistem yang utama
yang dimiliki oleh tubuh dalam mendetoksifikasi air
raksa, timbal dan logam berat lainnya. Setiap logam
berat memiliki afinitas yang berbeda terhada
metalotionin. Berdasarkan afinitas tersebut air raksa
memiliki afinitas yang paling kuar dengan terhadam
metalotianin dibandingkan logam berat lainnya
sepertoi tenbaga, perak atau zinc.
Berdasarkan beberapa penelitian yang telah
dilaporkan para ahli menunjukkan bahwa gangguan
metalotianin disebabkan oleh beberapa hal di
antaranya adalah :
Defisiensi Zinc
Jumlah logam berat yang berlebihan
Defisiensi sistein
Malfungsi regulasi element Logam
Kelainan genetik, antara lain pada gen pembentuk
netalotianin
Perdebatan yang terjadi akhir akhir ini berkisar pada
kemungkinan penyebab autisme yang disebabkan
oleh vaksinasi anak. Peneliti dari Inggris Andrew
Wakefield, Bernard Rimland dari Amerika
mengadakan penelitian mengenai hubungan antara
vaksinasi terutama MMR (measles, mumps rubella )
dan autis.
Banyak penelitian lainnya yang dilakukan dengan
populasi yang lebih besar dan luas memastikan
bahwa imunisasi MMR tidak menyebabkan Autis,
Beberapa orang tua anak penyandang autisme tidak
puas dengan bantahan tersebut. Bahkan Jeane Smith
seorang warga negara Amerika bersaksi didepan
kongres Amerika : kelainan autis dinegeri ini sudah
menjadi epidemi, dia dan banyak orang tua anak
penderta autisme percaya bahwa anak mereka yang
terkena autisme disebabkan oleh reaksi dari
vaksinasi.
Penelitian dalam jumlah besar dan luas tentunya
lebih bisa dipercaya dibandingkan laporan beberapa
kasus yang jumlahnya relatif tidak bermakna secara
umum. Namun penelitian secara khusus pada
penderita autism, memang menunjukkan hubungan
tersebut. Memang kontroversi itu terus berlanjut
terus, namun kita bisa mengambil hikmah dan jalan
yang terbaik anak kita harus imunisasi MMR atau
tidak ?. Untuk meyakinkan hak tersebut mungkin
kita bisa berpedoman pada penelitian yang lebih
dipercaya validitasnya secara populasi lebih banyak
dan luas yaitu Autism tidak berhubungan dengan
MMR. Tetapi juga mungkin kita harus lebih waspada
bila anak kita sudah mulai tampak ditemukan
penyimpangan perkembangan atau perilaku sejak
dini memang sebaiknya untuk mendapatkan
imunisasi MMR harus berkonsulasi dahulu dengan
dokter tumbuh kembang anak. Artinya MMR tidak
berhubungan dengan Autism memang bila anak kita
tidak berbakat autis. Namun bila anak kita sudah
mempunyai ditemukan bakat kelainan Autis sejak
dini mungkin bisa saja menunda dahulu imunisasi
MMR sebelum dipastikan diagnosis Autis, meskipun
sebenarnya pemicu atau faktor yang memperberat
Autism bukan hanya MMR.
Banyak pula ahli melakukan penelitian dan
menyatakan bahwa bibit autisme telah ada jauh hari
sebelum bayi dilahirkan bahkan sebelum vaksinasi
dilakukan. Kelainan ini dikonfirmasikan dalam hasil
pengamatan beberapa keluarga melalui gen autisme.
Patricia Rodier, ahli embrio dari Amerika bahwa
korelasi antara autisme dan cacat lahir yang
disebabkan oleh thalidomide menyimpulkan bahwa
kerusakan jaringan otak dapat terjadi paling awal 20
hari pada saat pembentukan janin. Peneliti lainnya,
Minshew menemukan bahwa pada anak yang
terkena autisme bagian otak yang mengendalikan
pusat memory dan emosi menjadi lebih kecil dari
pada anak normal. Penelitian ini menyimpulkan
bahwa gangguan perkembangan otak telah terjadi
pada semester ketiga saat kehamilan atau pada saat
kelahiran bayi.
Karin Nelson, ahli neorology Amerika mengadakan
menyelidiki terhadap protein otak dari contoh darah
bayi yang baru lahir. Empat sampel protein dari bayi
normal mempunyai kadar protein yang kecil tetapi
empat sampel berikutnya mempunyai kadar protein
tinggi yang kemudian ditemukan bahwa bayi dengan
kadar protein otak tinggi ini berkembang menjadi
autisme dan keterbelakangan mental. Nelson
menyimpulkan autisme terjadi sebelum kelahiran
bayi.
Saat ini, para pakar kesehatan di negara besar
semakin menaruh perhatian terhadap kelainan
autism pada anak. Sehingga penelitian terhadap
autism semakin pesat dan berkembang. Sebelumnya,
kelainan autisme hanya dianggap sebagai akibat dari
perlakuan orang tua yang otoriter terhadap anaknya.
Kemajuan teknologi memungkinkan untuk
melakukan penelitian mengenai penyebab autisme
secara genetik, neuroimunologi dan metabolik. Pada
bulan Mei 2000 para peneliti di Amerika
menemukan adanya tumpukan protein didalam otak
bayi yang baru lahir yang kemudian bayi tersebut
berkembang menjadi anak autisme. Temuan ini
mungkin dapat menjadi kunci dalam menemukan
penyebab utama autisme sehingga dapat dilakukan
tindakan pencegahannya.
TANDA DAN GEJALA AUTIS
Autisme adalah gangguan perkembangan pervasif
pada anak yang ditandai dengan adanya gangguan
dan keterlambatan dalam bidang kognitif, bahasa,
perilaku, komunikasi dan interaksi sosial.
Gangguan dalam komunikasi verbal maupun
nonverbal
Kemampuan berbahasa mengalami keterlambatan
atau sama sekali tidak dapat berbicara.
Menggunakan kata kata tanpa
menghubungkannya dengan arti yang lazim
digunakan.
Berkomunikasi dengan menggunakan bahasa
tubuh dan hanya dapat berkomunikasi dalam
waktu singkat.
Kata-kata yang tidak dapat dimengerti orang lain
(bahasa planet)
Tidak mengerti atau tidak menggunakan kata-kata
dalam konteks yang sesuai.
Ekolalia (meniru atau membeo), menirukan kata,
kalimat atau lagu tanpa tahu artinya.
Bicaranya monoton seperti robot
Bicara tidak digunakan untuk komunikasi
Mimik datar
Gangguan dalam bidang interaksi sosial
Menolak atau menghindar untuk bertatap muka
Tidak menoleh bila dipanggil, sehingga sering
diduga tuli
Merasa tidak senang atau menolak dipeluk
Bila menginginkan sesuatu, menarik tangan
tangan orang yang terdekat dan berharap orang
tersebut melakukan sesuatu untuknya
Tidak berbagi kesenangan dengan orang lain
Saat bermain bila didekati malah menjauh
Bila menginginkan sesuatu ia menarik tangan
orang lain dan mengharapkan tangan tersebut
melakukan sesuatu untuknya.
Gangguan dalam bermain
Bermain sangat monoton dan aneh misalnya
menderetkan sabun menjadi satu deretan yang
panjang, memutar bola pada mainan mobil dan
mengamati dengan seksama dalam jangka waktu
lama.
Ada kelekatan dengan benda tertentu seperti
kertas, gambar, kartu atau guling, terus dipegang
dibawa kemana saja dia pergi.
Bila senang satu mainan tidak mau mainan
lainnya.
Tidak menyukai boneka, tetapi lebih menyukai
benda yang kurang menarik seperti botol, gelang
karet, baterai atau benda lainnya
Tidak spontan / reflek dan tidak dapat
berimajinasi dalam bermain. Tidak dapat meniru
tindakan temannya dan tidak dapat memulai
permainan yang bersifat pura pura.
Sering memperhatikan jari-jarinya sendiri, kipas
angin yang berputar atau angin yang bergerak.
Perilaku yang ritualistik sering terjadi sulit
mengubah rutinitas sehari hari, misalnya bila
bermain harus melakukan urut-urutan tertentu,
bila bepergian harus melalui rute yang sama.
Gangguan perilaku
Sering dianggap sebagai anak yang senang
kerapian harus menempatkan barang tertentu
pada tempatnya
Anak dapat terlihat hiperaktif misalnya bila masuk
dalam rumah yang baru pertama kali ia datang, ia
akan membuka semua pintu, berjalan kesana
kemari, berlari-lari tak tentu arah.
Mengulang suatu gerakan tertentu (menggerakkan
tangannya seperti burung terbang). Ia juga sering
menyakiti diri sendiri seperti memukul kepala atau
membenturkan kepala di dinding
Dapat menjadi sangat hiperaktif atau sangat pasif
(pendiam), duduk diam bengong dengan tatap
mata kosong. Marah tanpa alasan yang masuk
akal. Amat sangat menaruh perhatian pada satu
benda, ide, aktifitas ataupun orang. Tidak dapat
menunjukkan akal sehatnya. Dapat sangat agresif
ke orang lain atau dirinya sendiri.
Gangguan kognitif tidur, gangguan makan dan
gangguan perilaku lainnya.
Gangguan perasaan dan emosi
Tertawa-tawa sendiri, menangis atau marah tanpa
sebab nyata
Sering mengamuk tak terkendali (temper
tantrum), terutama bila tidak mendapatkan
sesuatu yang diinginkan
Sering mengamuk tak terkendali (temper
tantrum)bila keinginannya tidak didapatkannya,
bahkan bisa menjadi agresif dan merusak.
Tidak dapat berbagi perasaan (empati) dengan
anak lain
Gangguan dalam persepsi sensoris
Sensitif terhadap cahaya, pendengaran, sentuhan,
penciuman dan rasa (lidah) dari mulai ringan
sampai berat.
Menggigit, menjilat atau mencium mainan atau
benda apa saja
Bila mendengar suara keras, menutup teling
Menangis setiap kali dicuci rambutnya
Meraskan tidak nyaman bila diberi pakaian
tertentu
Tidak menyukai rabaan atau pelukan, Bila
digendong sering merosot atau melepaskan diri
dari pelukan.
DIAGNOSIS AUTIS
Menegakkan diagnosis autism memang tidaklah
mudah karena membutuhkan kecermatan,
pengalaman dan mungkin perlu waktu yang tidak
sebentar untuk pengamatan. Sejauh ini tidak
ditemukan tes klinis yang dapat mendiagnosa
langsung autis.
Diagnosa yang paling baik adalah dengan cara
seksama mengamati perlilaku anak dalam
berkomunikasi, bertingkah laku dan tingkat
perkembangannya.
Banyak tanda dan gejala perilaku seperti autism
yang disebabkan oleh adanya gangguan selain
autis.
Pemeriksaan klinis dan penunjang lainnya
mungkin diperlukan untuk memastikan
kemungkinan adanya penyebab lain tersebut.
Karena karakteristik dari penyandang autisme ini
banyak sekali ragamnya sehingga cara diagnosa
yang paling ideal adalah dengan memeriksakan
anak pada beberapa tim dokter ahli seperti ahli
neurologis, ahli psikologi anak, ahli penyakit anak,
ahli terapi bahasa, ahli pengajar dan ahli
profesional lainnya dibidang autis.
Dokter ahli atau praktisi kesehatan profesional
yang hanya mempunyai sedikit pengetahuan dan
wawasan mengenai autis akan mengalami
kesulitan dalam men-diagnosa autis. Kadang
kadang dokter ahli atau praktisi kesehatan
profesional keliru melakukan diagnosa dan tidak
melibatkan orang tua sewaktu melakukan
diagnosa. Kesulitan dalam pemahaman autisme
dapat menjurus pada kesalahan dalam
memberikan pelayanan kepada penyandang
autisme yang secara umum sangat memerlukan
perhatian yang khusus dan rumit.
Hasil pengamatan sesaat belumlah dapat
disimpulkan sebagai hasil mutlak dari kemampuan
dan perilaku seorang anak. Masukkan dari orang
tua mengenai kronologi perkembangan anak
adalah hal terpenting dalam menentukan
keakuratan hasil diagnosa. Secara sekilas,
penyandang autis dapat terlihat seperti anak
dengan keterbelakangan mental, kelainan
perilaku, gangguan pendengaran atau bahkan
berperilaku aneh dan nyentrik. Yang lebih
menyulitkan lagi adalah semua gejala tersebut
diatas dapat timbul secara bersamaan.
Karenanya sangatlah penting untuk membedakan
antara autisme dengan yang lainnya sehingga
diagnosa yang akurat dan penanganan sedini
mungkin dapat dilakukan untuk menentukan
terapi yang tepat.DIAGNOSIS AUTIS
BERDASARKAN DSM IV (Diagnostic and
Statistic manual)
Untuk menetapkan diagnosis gangguan autism
para klinisi sering menggunakan pedoman DSM
IV.Gangguan Autism didiagnosis berdasarkan
DSM-IV:
A. Harus ada sedikitnya 6 gejala dari(1), (2), and
(3), dengan minimla harus ada 2 gejala dari (1),
dan satu gejala masing-masing dari (2) dan (3):
(1) GANGGUAN KUALITATIF DALAM
INTERAKSI SOSIAL, minimal harus ada dua
manifestasi:
Hendaya dalam perilaku non verbal seperti :
kontak mata sangat kurang, ekspresi muka kurang
hidup, sikap tubuh atau gerak tubuh dalam
interaksi sosial
Kegagalan dalam berhubungan dengan anak
sebaya sesuai dengan perkembangannya
Tidak dapat merasakan apa yang dirasakan orang
lain
Kurangnya hubungan sosial dan emosional
(2) GANGGUAN KUALITATIF DALAM BIDANG
KOMUNIKASI, minimal 1 gejala di bawah ini :
Bicara terlambat atau bahkan sama sekali tak
berlkembang (tak ada usaha untuk mengimbangi
komunikasi dengan cara lain tanpa bicara).
Bila bisa bicara tidak dipakai untuk komunikasi
Sering menggunakan bahasa yang aneh dan
diulang-ulang.
Cara bermain kurang variasi, kurang imajinatif
dan kurang bisa meniru.
(3) SUATU POLA YANG DIPERTAHANKAN DAN
DIULANG-ULANG DALAM PERILAKU, MINAT
DAN KEGIATAN. Sedikitnya harus ada 1 gejala di
bawah ini :
Mempertahankan satu minat atau lebih dengan
cara yang sangat khas dan berlebihan.
Terpaku pada satu kegiatan ritual atau rutin yang
tidak ada gunanya
Terdapat gerakan-gerakan aneh yang khas
berulang-ulang.
Seringkali terpukau pada bagian-bagian benda
B. Sebelum usia 3 tahun tampak adanya
keterlambatan atau gangguan dalam bidang :
1. Interaksi sosial
2. Bicara dan berbahasa
3. Cara bermain yang kurang variasi
C. Gangguan tersebut bukan disebabkan karena
sindrom Rett atau Gangguan disintegratif masa
kanak-kanak (Childhood Disintegrative Disorder).
DIAGNOSIS BANDING AUTISM
Referensi baku yang dipakai untuk menjelaskan
jenis autisme adalah standar Amerika DSM revisi
keempat (Diagnostic and Statistical Manual) yang
memuat kriteria yang harus dipenuhi dalam
melakukan diagnosa autisme. Diagnosa ini hanya
dapat dilakukan oleh tim dokter atau praktisi ahli
bersadarkan pengamatan seksama terhadap
perilaku anak autisme dan disertai konsultasi
dengan orang tua anak.
Pada kenyataanya, sangat sulit untuk membagi
kategory atau jenis autisme mengingat tjarang
ditemukan antara satu dan lain penyandang
autisme yang mempunyai gejala yang sama. Setiap
penyandang autisme mempunyai ke-khas-annya
sendiri sendiri. Dengan kata lain ada 1001 jenis
atau mungkin satu juta satu jenis autisme di dunia
ini yang tidak dapat diperinci satu persatu. Istilah
yang lazim dipakai saat ini oleh para ahli adalah
kelainan spektrum autisme atau ASD (Autism
Spectrum Disorder).
Anak yang telah didiagnosa dan masuk dalam
kategori PDD mempunyai persamaan dalam hal
kekurang mampuan bersosialisasi dan
berkomunikasi akan tetapi tingkat kelainan-nya
(spektrum-nya) berbeda satu dengan lainnya.
Terdapat begitu banyaknya jenis atau ciri
penyandang autisme, sehingga lebih berupa
rangkaian dari kelabu muda sekali hingga kelabu
tua sekali (sangat bervariasi). Penggunaan istilah
autisme berat/parah dan autisme ringan dapat
menyesatkan karena jika dikatakan berat atau
parah orang tua dapat merasa frustasi dan
berhenti berusaha karena merasa tidak ada
gunanya lagi. Sebaliknya jika dikatakan ringan
atau tidak parah maka orang tua merasa senang
dan juga dapat berhenti berusaha karena merasa
anaknya akan sembuh sendiri. Pada kenyataannya,
baik ringan ataupun berat, tanpa penanganan
terpadu dan intensif, penyandang autisme sulit
mandiri. Meskipun sejauh nini belum ada
pembagian tegas untuk menunjukkan derajat
autism, apakah ringan, sedang atau berat.
Agar dapat membantu melihat beberapa kelompok
besar spektrum autisme yang ada, dapat dilihat
dari kategori utama dibawah ini:
Gangguan Perkembangan Pervasif (Pervasive
Developmental Disorders /PDD) terdiri dari
beberapa jenis PPD di antaranya adalah :
Autistik
Aspergers
Retts
Childhood Disintegrative Disorder (CDD)
Gangguan pervasive opada masa kanak-kanak
(Pervasive Developmental Disorder) or Not
Otherwise Specified (PDD:NOS)Beberapa
perbedaan antara Autis, Aspergers, Retts,
Gangguan disintegratif padamasa kanak
(Childhood Disintegrative Disorder /CDD),
Pervasive Developmental Disorder or Not
Otherwise Specified (PDD:NOS adalah :
AUTIS
Ketidakmampuan dalam bersosialisasi dan
berkomunikasi. Sampai dengan umur 3 tahun
mempunyai daya imajinasi yang tinggi dalam
bermain dan mempunyai perilaku, minat dan
aktifitas yang unik (aneh).
Dikategorikan sebagai ketidak mampuan dalam
bersosialisasi dan mempunyai minat dan aktifitas
yang terbatas tanpa adanya keterlambatan dalam
kemampuan berbicara. Kecerdasannya berada
pada tingkat normal atau diatas normal.
Terdapat 6 GEJALA UTAMA AUTIS :
1. Kegagalan untuk mengembangkan khidupan
sosial normal
2. Gangguan bicara, Bahasa dan komunikasi
3. Abnormal Relationships to Objects and Events
4. Respon tidak normal terhadap stimulasi
sensoris
5. Perbedaan perkembangan dan keterlambatan
perkembangan
6. Dimulai selama usia bayi atau anakSINDROM
RETTS
Sindrom Rett adalah penyakit degeneratif,
ketidakmampuan yang semakin hari semakin
parah (progresif). Hanya menimpa anak
perempuan. Pertumbuhan normal lalu diikuti
dengan kehilangan keahlian yang sebelumnya
telah dikuasai dengan baik- khususnya kehilangan
kemampuan menggunakan tangan yang kemudian
berganti menjadi pergerakan tangan yang berulang
ulang (seperti mencuci tangan) mulai pada umur 1
hingga 4 tahun.
Gejala dapat dimulai usia 6 bulan hingga usia 18
bulan
* Pertumbuhan kepala lambat
* Kehilangan kemampuan menggunakan gerakan
tangan
* Berkembang seperti gejala khas autism
GANGGUAN DISINTEGRATIF PADA
KANAK-KANAK (Childhood Disintegrative
Disorder /CDD)
Pertumbuhan yang normal pada usia 1 sampai 2
tahun kemudian kehilangan kemampuan yang
sebelumnya telah dikuasai dengan baik.
Anak berkembang normal dalam usia 2 tahun
pertama(seperti : kemampuan kominukasi, sosial,
bermain dan perilaku), namun secara bermakna
kemampuan itu terganggu sebelum usis 10 tahun,
yang tergangggu diantaranya adalah kemampuan :
Bahasa
Kemampuan sosial
Kemampuan buang air besar dan buang air kecil di
toilet
Bermain
Kemampuan motorik
Gejala tambahan, menunjukkan fungus abnormal
sedikitnya dua hal dari :
Interaksi sosial
KomunikasiCommunication
Pola perilaku terbatas : perhatian dan aktifitas
SINDROM ASPERGERS
Aspergers Syndrome gejala khas yang timbul
adalah gangguan intteraksi sosial ditambah gejala
keterbatasan dan pengulangan perilaku,
ketertarikan dan aktifitasis. Mempunyai gangguan
kualitatif dalam interaksi sosial, sedikitnya dua
gejala dari :
Ditandai dengan gangguan penggunaan beberapa
komunikasi non verbal (mata, pandangan, ekspresi
wajah, sikap bada, gerak isyarat)
Tidak bisa bermain dengan anak sebaya
Gangguan dalam menikmati minat atau
keberhasilan
kurangnya hubungan sosial dan emosional
GANGGUAN PERKEMBANGAN PERVASIF
(Pervasive Developmental Disorder Not
Otherwise Specified / PDD-NOS)
Biasa disebut Autis yang tidak umum dimana
diagnosis PDD-NOS dapat dilakukan jika anak
tidak memenuhi kriteria diagnosis yang ada (DSM-
IV) akan tetapi terdapat ketidakmampuan pada
beberapa perilakunya.
MULTISYSTEM DEVELOPMENTAL
DISORDERS (MSDD)
Beberapa ahli perkembangan anak menggunakan
klarifikasi yang disebut sebagai Zero to threes
Diagnostic Classification of Mental Health and
Development Disorders of Infacy and early
Childhood. DC-0-3 menggunakan konsep bahwa
proses diagnosis adalah proses berkelanjutan dan
terus menerus, sehingga dokter yang merawat
dalam pertambahan usia dapat mendalami tanda,
gejala dan diagnosis pada anak. Diagnosis tidak
dapat ditegakkan secara cepat, tapi harus melalui
pengamatan yang cermat dan berulang-ulang.
Dalam penegakkan diagnosis harus berkerjasama
dengan orangtua dengan mengamati
perkembangan hubungan anak dengan orangtua
dan lingkungannya.
Konsep DC 0-3 tersebut digunakan karena
pengalaman kesulitan dalam mendiagnosis Autism
di bawah 3 tahun, khususnya yang mempunyai
gejala yang belum jelas. Faktor inilah yang
menyulitkan apabila anak didiagnosis autism
terlalu dini, padahal dalam perkembangannya
mungkin saja gangguan perkembanagn tersebut
ada kecenderungan membaik atau menghilang.
Sehingga kalau anaknya didiagnosis Autism adalah
sesuatu yang berat bagi orang tua, seolah-olah
sudah tidak harapan bagi si anak.
MSDD adalah diagnosis gangguan perkembangan
dalam hal kesanggupannya berhubungan,
berkomunikasi, bermain dan belajar. Gangguan
MSDD tidak menetap seperti gangguan pada
Autistis Spectrum Disorders, tetapi sangat
mungkin untuk terjadi perubahan dan perbaikkan.
Pengertian MSDD meliputi gangguan sensoris
multipel dan interaksi sensori motor. Gejala
MSDD meliputi :
Gangguan dalam berhubungan sosial dan
emosional dengan orang tua atau pengasuh.
Gangguan dalam mempertahankan dan
mengembangkan komunikai
Gangguan dalam proses auditory
Gangguan dalam proses berbagai sensori lain
atau koordinasi motorik
PEMERIKSAAN YANG DILAKUKAN
Tidak ada satupun pemriksaan medis yang dapat
memastikan suatu diagnosis Autism pada anak.
Tetapi terdapat beberapa pemeriksaan yang dapat
menunjang diagnosis yang dapat digunakan
sebagai dasar intervensi dab strategi pengobatan.
PENDENGARAN: Bila terdapat gangguan
pendengaran harus dilakukan beberapa
pemeriksaan Audio gram and Typanogram.
ELEKTROENSEFALOGRAM (EEG): EEG untuk
memeriksa gelombang otak yang mennujukkan
gangguan kejang, diindikasikan pada kelainan
tumor dan gangguan otak..
SKRENING METABOLIK: Pemeriksaan yang
dilakukan adalah pemeriksaan darah dan urine
untuk melihat metabolisme makanan di dalam
tubuh dan pengaruhnya pada tumbuh kembang
anak. Beberapa spectrum autism dapat
disembuhkan dengan diet khusus.
MAGNETIC RESONANCE IMAGING (MRI) DAN
COMPUTER ASSITED AXIAL TOMOGRAPHY
(CAT SCAN): MRI atau CAT Scans sangat
menolong untuk mendiagnosis kelainan struktur
otak, karena dapat melihat struktur otak secara
lebih detail
PEMERIKSAAN GENETIK: Pemeriksaan darah
untuk melihat kelainan genetik, yang dapat
menyebabkan gangguan perkembangan. Beberapa
penelitian menunjukkkan bahwa penderita autism
telah dapat ditemukan pola DNA dalam tubuhnya.
OBSERVASI SECARA LANGSUNG
OBSERVASI LANGSUNG, INTERAKSI DAN
PENILAIAN WAWANCARA :
Infoemasi tentang emosi anak, sosial, komunikasi,
kemampuan kognitif Information about a childs
emotional, social, communication, and cognitive
abilities is gathered through child directed
interactions, observations in various situations,
and interviews of parents and care givers. Parents
and family members should be actively involved
throughout these assessments. What actually
occurs during a specific assessment depends on
what information parents and evaluators want to
know.
PENILAIAN FUNGSIONAL:
Tujuan untuk mengetahui bagaimana bisa terjadi
perubahan perilaku (seperti perilaku motorik yang
aneh). Berdasarkan pertimbangan itu bahwa
perubahan perilakuj adalah suatu cara untuk
berkomunikasi dengan lingkungan. Penilaian
fungsional termasuk wawancara, observasi
langsung dan interaksi secara langsung untuk
mengetahui apakah anak menderita autism atau
dikaitkan ketidakmampuan dalam komunikasi
melalui perilaku anak.Penilaian secara fungsional
ini akan membantu dalam perencanaan intervensi
atau terapi okupasi yang harus diberikan.
PENILAIAN DASAR BERMAIN :
Melibatkan orang tua, guru, pengasuh atau
anggota keluarga lainnya untuk mengamati situasi
permainan yang dapat memberikan informasi
hubungan sosial, eomosional, kognitif dan
perkembangan komunikasi. Dengan mengetahui
kebiasaan belajar anak dan pola interaksi melalui
penilaian permainan, pengobatan secara
individual dapat direncanakan.
DETEKSI DINI AUTIS

Meskipun sulit namun tanda dan gejala autism
sebenarnya sudah bisa diamati sejak dini bahkan
sejak sebelum usia 6 bulan.
DETEKSI DINI SEJAK DALAM KANDUNGAN
Sampai sejauh ini dengan kemajuan tehnologi
kesehatan di dunia masih juga belum mampu
mendeteksi resiko autism sejak dalam kandungan.
Terdapat beberapa pemeriksaan biomolekular
pada janin bayi untuk mendeteksi autism sejak
dini, namun pemeriksaan ini masih dalam batas
kebutuhan untuk penelitian.
DETEKSI DINI SEJAK LAHIR HINGGA USIA 5
TAHUN
Autisma agak sulit di diagnosis pada usia bayi.
Tetapi amatlah penting untuk mengetahui gejala
dan tanda penyakit ini sejak dini karena
penanganan yang lebih cepat akan memberikan
hasil yang lebih baik. Beberapa pakar
kesehatanpun meyakini bahwa merupahan hal
yang utama bahwa semakin besar kemungkinan
kemajuan dan perbaikan apabila kelainan pada
anak ditemukan pada usia yang semakin mudaAda
beberapa gejala yang harus diwaspadai terlihat
sejak bayi atau anak menurut usia :
USIA 0 6 BULAN
Bayi tampak terlalu tenang ( jarang menangis)
Terlalu sensitif, cepat terganggu/terusik
Gerakan tangan dan kaki berlebihan terutama
bila mandi
Tidak babbling
Tidak ditemukan senyum sosial diatas 10 minggu
Tidak ada kontak mata diatas umur 3 bulan
Perkembangan motor kasar/halus sering tampak
normal
USIA 6 12 BULAN
Bayi tampak terlalu tenang ( jarang menangis)
Terlalu sensitif, cepat terganggu/terusik
Gerakan tangan dan kaki berlebihan
Sulit bila digendong
Tidak babbling
Menggigit tangan dan badan orang lain secara
berlebihan
Tidak ditemukan senyum sosial
Tidak ada kontak mata
Perkembangan motor kasar/halus sering tampak
normal
USIA 6 12 BULAN
Kaku bila digendong
Tidak mau bermain permainan sederhana (ciluk
ba, da-da)
Tidak mengeluarkan kata
Tidak tertarik pada boneka
Memperhatikan tangannya sendiri
Terdapat keterlambatan dalam perkembangan
motor kasar/halus
Mungkin tidak dapat menerima makanan cair
USIA 2 3 TAHUN
Tidak tertarik untuk bersosialisasi dengan anak
lain
Melihat orang sebagai benda
Kontak mata terbatas
Tertarik pada benda tertentu
Kaku bila digendong
USIA 4 5 TAHUN
Sering didapatkan ekolalia (membeo)
Mengeluarkan suara yang aneh (nada tinggi atau
datar)
Marah bila rutinitas yang seharusnya berubah
Menyakiti diri sendiri (membenturkan kepala)
Temperamen tantrum atau agresif
DETEKSI AUTISM DENGAN CHAT (Checklist
Autism in Toddlers, di atas usia 18 bulan).
Terdapat beberapa perangkat diagnosis untuk
screening (uji tapis) pada penderita autism sejak
usia 18 bulan yang banyak dipakai di pusat
kesehatan anak di dunia yaitu CHAT (Checklist
Autism in Toddlers).
CHAT dikembangkan di Inggris dan telah
digunakan untuk penjaringan lebih dari 16.000
balita. Pertanyaan berjumlah 14 buah meliputi
aspek-aspek : imitation, pretend play, and joint
attention.
Menurut American of Pediatrics, Committee on
Children With Disabilities. Technical Report : The
Pediatricians Role in Diagnosis and Management
of Autistic Spectrum Disorder in Children.
Pediatrics !107 : 5, May 2001)
BAGIAN I.
Alo anamnesis (keterangan yang ditanyakan
dokter dan diberikan oleh orang tua atau orang
lain yang biasa mengasuhnya)
Senang diayun-ayun atau diguncang guncang naik-
turun (bounced) di lutut ?
Tertarik (memperhatilan) anak lain ?
Suka memanjat benda-benda, seperti mamanjat
tangga ?
Bisa bermain cilukba, petak umpet ?
Pernah bermain seolah-olah membuat secangkir
teh menggunakan mainan berbentuk cangkir dan
teko, atau permainan lain ?
Pernah menunjuk atau menerima sesuatu dengan
menunjukkan jari ?
Pernah menggunakan jari untuk menunjuk ke
sesuatu agar anda melihat ke sana ?
Dapat bermain dengan mainan yang kecil (mobil
mainan atau balok-balok) ?
Pernah memberikan suatu benda untuk
menunjukkan sesuatu ?
Selama pemeriksaan apakah anak menatap
(kontak mata dengan) pemeriksa ?
Usahakan menarik perhatian anak, kemudian
pemeriksa menunjuk sesuatu di ruangan
pemeriksaan sambil mengatakan : Lihat, itu. Ada
bola (atau mainan lain) Perhatikan mata anak,
apakah anak melihat ke benda yang ditunjuk.
Bukan melihat tangan pemeriksa
Usahakan menarik perhatian anak, berikan
mainan gelas / cangkir dan teko. Katakan pada
anak anda : Apakah kamu bisa membuatkan
secangkir susu untuk mama ? Diharapkan anak
seolah-olah membuat minuman, mengaduk,
menuang, meminum. Atau anak mampu bermain
seolah-olah menghidangkan makanan, minuman,
bercocok tanam, menyapu, mengepel dll.
Tanyakan pada anak : Coba tunjukkan mana
anu (nama benda yang dikenal anak dan ada
disekitar kita). Apakah anak menunjukkan dengan
jarinya ? Atau sambil menatap wajah anda ketika
menunjuk ke suatu benda ?
Dapatkah anak anda menyusun kubus / balok
menjadi suatu menara ?
BAGIAN B. Pengamatan
Interpretasi
Risiko tinggi menderita autis : bila tidak bisa
melakukan A5, A7, B2, B3, dan B4
Risiko kecil menderita autis : tidak bisa melakukan
A7 dan B4
Kemungkinan gangguan perkembangan lain :
tidak bisa melakukan >3
Dalam batas normal : tidak bisa melakukan <3
Keterangan :Pertanyaan A5, 7 dan B2, 3, 4 paling
penting. Anak yang tidak bisa melakukan hal-hal
tersebut ketika di uji 2 kali (jarak 1 bulan) semua
kemudian terdiagnosis sebagai autis ketika
berumur 20 42 bulan. Tetapi anak dengan
keterlambatan perkembangan yang menyeluruh
juga tidak bisa melakukannya. Oleh karena itu
perlu menyingkirkan kemungkinan retardasi
mental
PERANAN ORANG TUA DALAM DETEKSI
DINI
Dalam perkembangannya menjadi manusia
dewasa, seorang anak berkembang melalui
tahapan tertentu.
Diantara jenis perkembangan, yang paling penting
untuk menentukan kemampuan intelegensi di
kemudian hari adalah perkembangan motorik
halus dan pemecahan masalah visuo-motor, serta
perkembangan berbahasa. Kemudian keduanya
berkembang menjadi perkembangan sosial yang
merupakan adaptasi terhadap lingkungan.
Walaupun kecepatan perkembangan setiap anak
berbeda-beda, kita harus waspada apabila seorang
anak mengalami keterlambatan perkembangan
atau penyimpangan perkembangan. Untuk
mendeteksi keterlambatan, dapat digunakan 2
pendekatan :
Memberikan peranan kepada orang tua, nenek,
guru atau pengasuh untuk melakukan deteksi dini
dan melaporkan kepada dokter bila anak
mengalami keterlambatan atau gangguan
perkembangan dan perilaku. Kerugian cara ini
adalah bahwa orang tua sering menganggap bahwa
anak akan dapat menyusul keterlambatannya
dikemudian hari dan cukup ditunggu saja.
Misalnya bila anak mengalami keterlambatan
bicara, nenek mengatakan bahwa ayah atau ibu
juga terlambat bicara, atau anggapan bahwa anak
yang cepat jalan akan lebih lambat bicara. Kadang-
kadang disulitkan oleh reaksi menolak dari orang
tua yang tidak mengakui bahwa anak mengalami
keterlambatan bicara
Pendekatan lainnya adalah dengan deteksi aktif,
membandingkan apakah seorang anak dapat
melakukan fungsi bahasa yang sesuai dengan baku
untuk anak seusianya. Pendekatan kedua juga
mempunyai kelemahan yaitu akan terlalu banyak
anak yang diidentifikasi sebagai abnormal
karena bicara terlambat. Sebagian besar
diantaranya memang secara alamiah akan
menyusul bicara dikemudian hari. Bahkan kadang-
kadang masih ditemukan dokter atau dokter anak
yang masih menganggap bukan kelainan, dan
dikatakan kepada pasien: Tidak apa-apa,
ditunggu saja.
Peranan orang tua untuk melaporkan
kecurigaannya dan peran dokter untuk
menanggapi keluhan tersebut sama pentingnya
dalam penatalaksanaan anak. Bila dijumpai
keterlambatan atau penyimpangan harus
dilakukan pemeriksaan atau menentukan apakah
hal tersebut merupakan variasi normal atau suatu
kelainan yang serius. Jangan berpegang pada
pendapat :Nanti juga akan berkembang sendiri
atau Anak semata-mata hanya terlambat sedikit
tanpa bukti yang kuat, yang akan mengakibatkan
diagnosis yang terlambat dan penatalaksanaan
yang semakin sulit.
FAKTOR RESIKO DAN PENCEGAHAN AUTIS
RESIKO TINGGI TERJADI AUTIS :
Terdapat beberapa hal dan keadaan yang membuat
resiko anak menjadi autism lebih besar. Dengan
diketahui resiko tersebut tentunya dapat dilakukan
tindakan untuk mencegah dan melakukan
intervensi sejak dini pada anak yang beresiko.
Adapun beberapa resiko tersebut dapat
diikelompokkan dalam beberapa periode,
diantaranya adalah :
PERIODE KEHAMILAN
Perkembangan janin dalam kehamilan sangat
banyak yang mempengaruhinya. Pertumbuhan
dan perkembangan otak atau sistem susunan saraf
otak sangat pesat terjadi pada periode ini, sehingga
segala sesuatu gangguan atau penyakit pada ibu
tentunya sangat berpengaruh. Gangguan pada otak
inilah nantinya akan mempengaruhi
perkembangan dan perilaku anak kelak nantinya,
termasuk resiko terjadinya autis.
Beberapa keadaan ibu dan bayi dalam kandungan
yang harus lebih diwaspadai dapat berkembang
jadi autis adalah :
Infeksi selama persalinan terutama infeksi virus
Peradarahan selama kehamilan
Perdarahan selama kehamilan paling sering
disebabkan karena placental complications,
diantaranya placenta previa, abruptio placentae,
vasa previa, circumvallate placenta, and rupture of
the marginal sinus. Kondisi tersebut
mengakibatkan gangguan transportasi oksigen dan
nutrisi ke bayi yang mengakibatkan gangguan
pada otak janin.
Perdarahan awal kehamilan juga berhubungan
dengan kelahiran prematur dan bayi lahir berat
rendah. Prematur dan berat bayi lahior rendah
juga merupakan resiko tinggi terjadinya autism
Obat-obatan yang diminum selama kehamilan
terutama trimester pertama
Merokok saat kehamilan
Stres saat kehamilan
Adanya Fetal Atopi atau Maternal Atopi, yaitu
kondisi alergi pada janin yang diakibatkan
masuknya bahan penyebab alergi melalui ibu.
Menurut pengamatan penulis, hal ini dapat dilihat
adanya Gerakan bayi gerakan refluks oesefagial
(hiccupps/cegukan) yang berlebihan sejak dalam
kandungan terutama terjadi malam hari. Diduga
dalam kedaaan tersebut bayi terpengaruh
pencernaan dan aktifitasnya oleh penyebab
tertentu termasuk alergi ataupun bahan-bahan
toksik lainnya selama kehamilan.
Infeksi saluran kencing, Panas tinggi dan Depresi
Wilkerson dkk telah melakukan penelitian
terhadap riwayat ibu hamil pada 183 anak autism
dibandingkan 209 tanpa autism. Ditemukan
kejadian infeksi saluran kencing, panas tinggi dan
depresi pada ibu tampak jumlahnya bermakna
pada kelompok ibu dengan anak autism.
PERIODE KEHAMILAN
Beberapa keadaan ibu dan bayi dalam kandungan
yang harus lebih diwaspadai dapat berkembang
jadi autism adalah :
Infeksi selama persalinan terutama infeksi virus
Peradarahan selama kehamilan
Perdarahan selama kehamilan paling sering
disebabkan karena placental complications,
diantaranya placenta previa, abruptio placentae,
vasa previa, circumvallate placenta, and rupture of
the marginal sinus. Kondisi tersebut
mengakibatkan gangguan transportasi oksigen dan
nutrisi ke bayi yang mengakibatkan gangguan
pada otak janin.
Perdarahan awal kehamilan juga berhubungan
dengan kelahiran prematur dan bayi lahir berat
rendah. Prematur dan berat bayi lahir rendah juga
merupakan resiko tinggi terjadinya autism
Obat-obatan yang diminum selama kehamilan
terutama trimester pertama.
Peneliti di Swedia melaporkan pemberian obat
Thaliodomide pada awal kehamilan dapat
mengganggu pembentukan sistem susunan saraf
pusat yang mengakibatkan autism
Adanya Fetal Atopi atau Maternal Atopi, yaitu
kondisi alergi pada janin yang diakibatkan
masuknya bahan penyebab alergi melalui ibu.
Menurut pengamatan penulis, hal ini dapat dilihat
adanya Gerakan bayi gerakan refluks oesefagial
(hiccupps/cegukan) yang berlebihan sejak dalam
kandungan terutama terjadi malam hari.
Infeksi saluran kencing, Panas tinggi dan Depresi
Wilkerson dkk telah melakukan penelitian
terhadap riwayat ibu hamil pada 183 anak autism
dibandingkan 209 tanpa autism. Ditemukan
kejadian infeksi saluran kencing, panas tinggi dan
depresi pada ibu tampak jumlahnya bermakna
pada kelompok ibu dengan anak
autism.PERIODE PERSALINAN
Persalinan adalah periode yang paling
menentukan dalam kehidupan bayi selanjutnya.
Beberapa komplikasi yang timbul selama periode
ini sangat menentukan kondisi bayi yang akan
dilahirkan. Bila terjadi gangguan dalam persalinan
maka yang paling berbahaya adalah hambatan
aliran darah dan oksigen ke seluruh organ tubuh
bayi termasuk otak. Organ otak adalah organ yang
paling sensitif dan peka terhadap gangguan ini,
kalau otak terganggu maka sangat mempengaruhi
kualitas hidup anak baik dalam perkembangan dan
perilaku anak nantinya
Gangguan persalinan yang dapat meningkatkan
resiko terjadinya autism adalah :
Pemotongan tali pusat terlalu cepat
Asfiksia pada bayi (nilai APGAR SCORE rendah <
6 )
Komplikasi selama persalinan
Lamanya persalinan
letak presentasi bayi saat lahir
Berat lahir rendah ( < 2500 gram)
PERIODE USIA BAYI
Dalam kehidupan awal di usia bayi, beberapa
kondisi awal atau gangguan yang terjadi dapat
mengakibatkan gangguan pada optak yang
akhirnya dapat beresiko untuk terjadinya
gangguan autism.
Kondisi atau gangguan yang beresiko untuk
terjadinya autism adalah sebagai berikut :
Prematuritas
Alergi makanan
Kegagalan kenaikan berat badan
Kelainan bawaan : kelainan jantung bawaan,
kelainan genetik, kelainan metabolik,
Gangguan pencernaan : sering muntah, kolik, sulit
buang air besar, sering buang air besar
Gangguan neurologI/saraf : trauma kepala, kejang,
otot atipikal, kelemahan otot.
PENCEGAHAN AUTIS
Tindakan pencegahan adalah yang paling utama
dalam resiko terjadinya penyakit atau gangguan.
Demikian pula kelainan autis, meskipun teori
penyebabnya masih belum jelas terungkap namun
beberapa upaya pencegahan dapat dilakukan.
Upaya pencegahan tersebut berdasarkan teori
penyebab ataupun penelitian faktor resiko autis.
Pencegahan ini dapat dilakukan sedini mungkin
sejak merencanakan kehamilan, saat kehamilan,
persalinan dan periode usia anak.
PENCEGAHAN SEJAK KEHAMILAN
Untuk mencegah gangguan perkembangan sejak
kehamilan , kita harus melihat dan mengamati
penyebab dan faktor resiko terjadinya gangguan
perkembangan sejak dalam kehamilan. Untuk
mengurangi atau menghindari resiko yang bisa
timbul dalam kehamilan tersebut dapat melalui
beberapa cara.
Adapun cara untuk mencegah terjadinya gangguan
tumbuh kembang sejak dalam kehamilan tersebut
diantaranya adalah :
Periksa dan konsultasi ke dokter spesialis
kebidanan dan kandungan lebih awal, kalu perlu
berkonsultasi sejak merencanakan kehamilan.
Melakukan pemeriksaan skrening secara lengkap
terutama infeksi virus TORCH (Toxoplasma,
Rubela, Citomegalovirus, herpes atau hepatitis).
Periksa dan konsultasi ke dokter spesialis
kebidanan dan kandungan secara rutin dan
berkala, dan selalu mengikuti nasehat dan
petunjuk dokter dengan baik.
Peradarahan selama kehamilan segera periksa ke
dokter kandungan anda. Perdarahan selama
kehamilan paling sering disebabkan karena
kelainan plasenta. Kondisi tersebut
mengakibatkan gangguan transportasi oksigen dan
nutrisi ke bayi yang mengakibatkan gangguan
pada otak janin.
Perdarahan pada awal kehamilan juga
berhubungan dengan kelahiran prematur dan bayi
lahir berat rendah. Prematur dan berat bayi lahir
rendah juga merupakan resiko tinggi terjadinya
autism dan gangguan bahasa lainnya.
Berhati-hatilah minum obat selama kehamilan,
bila perlu harus konsultasi ke dokter terlebih
dahulu. Obat-obatan yang diminum selama
kehamilan terutama trimester pertama.
Peneliti di Swedia melaporkan pemberian obat
Thaliodomide pada awal kehamilan dapat
mengganggu pembentukan sistem susunan saraf
pusat yang mengakibatkan autism dan gangguan
perkembangan lainnya termasuk gangguan
berbiocara.
Bila bayi beresiko alergi sebaiknya ibu mulai
menghindari paparan alergi berupa asap rokok,
debu atau makanan penyebab alergi sejak usia di
atas 3 bulan.
Hindari paparan makanan atau bahan kimiawi
atau toksik lainnya selama kehamilan.
Jaga higiene, sanitasi dan kebersihan diri dan
lingkungan kita.
Konsumsilah makanan yang bergizi baik dan
dalam jumlah yang cukup. Sekaligus konsumsi
vitamin dan mineral tertentu sesuai anjuran
dokter secara teratur.
Adanya Fetal Atopi atau Maternal Atopi, yaitu
kondisi alergi pada janin yang diakibatkan
masuknya bahan penyebab alergi melalui ibu.
Menurut pengamatan penulis, hal ini dapat dilihat
adanya Gerakan bayi gerakan refluks oesefagial
(hiccupps/cegukan) yang berlebihan sejak dalam
kandungan terutama terjadi malam hari. Diduga
dalam kedaaan tersebut bayi terpengaruh
pencernaan dan aktifitasnya oleh penyebab
tertentu termasuk alergi ataupun bahan-bahan
toksik lainnya selama kehamilan. Bila gerakan bayi
dan gerakan hiccups/cegukan pada janin yang
berlebihan terutama pada malam hari serta
terdapat gejala alergi atau sensitif pencernaan
salah satu atau kedua orang tua. Sebaiknya ibu
menghindari atau mengurangi makanan penyebab
alergi sejak usia kehamilan di atas 3 bulan.
Hindari asap rokok, baik secara langsung atau
jauhi ruangan yang dipenuhi asap rokok.
Beristirahatlah yang cukup, hindari keadaan stres
dan depresi serta selalu mendekatkan diri dengan
Tuhan.PENCEGAHAN SAAT PERSALINAN
Persalinan adalah periode yang paling
menentukan dalam kehidupan bayi selanjutnya.
Beberapa komplikasi yang timbul selama periode
ini sangat menentukan kondisi bayi yang akan
dilahirkan. Bila terjadi gangguan dalam persalinan
maka yang paling berbahaya adalah hambatan
aliran darah dan oksigen ke seluruh organ tubuh
bayi termasuk otak. Organ otak adalah organ yang
paling sensitif dan peka terhadap gangguan ini,
kalau otak terganggu maka sangat mempengaruhi
kualitas hidup anak baik dalam perkembangan dan
perilaku anak nantinya
Beberapa hal yang terjadi saat persalinan yang
dapat meningkatkan resiko terjadinya
perkembangan dan perilaku pada anak, sehingga
harus diperhatikan :
Melakukan konsultasi dengan dokter spesialis
kandungan dan kebidanan tentang rencana
persalinan. Dapatkan informasi secara jelas dan
lengkap tentang resiko yang bisa terjadi selama
persalinan.
Bila terdapat resiko dalam persalinan harus
diantisipasi kalau terjadi sesuatu. Baik dalam hal
bantuan dokter spesialis anak saat persalinan atau
sarana perawatan NICU (Neonatologi Intensive
Care Unit) bila dibutuhkan.
Bila terdapat faktor resiko persalinan seperti :
pemotongan tali pusat terlalu cepat, asfiksia pada
bayi baru lahir (bayi tidak menangis atau nilai
APGAR SCORE rendah < 6 ), komplikasi selama
persalinan, persalinan lama, letak presentasi bayi
saat lahir tidak normal, berat lahir rendah ( <
2500 gram) maka sebaiknya dilakukan
pemantauan perkembangan secara cermat sejak
usia dini.
PENCEGAHAN SEJAK USIA BAYI
Setelah memasuki usia bayi terdapat beberapa
faktor resiko yang harus diwaspadai dan dilakukan
upaya pencegahannya. Bila perlu dilakukan terapi
dan intervensi secara dini bila sudah mulai
dicurigai terdapat gejala atau tanda gangguan
perkembangan. Adapun beberapa tindakan
pencegahan yang dapat dilakukan adalah :
Amati gangguan saluran cerna pada bayi sejak
lahir. Gangguan teresebut meliputi : sering
muntah, tidak buang besar setiap hari, buang air
besar sering (di atas usia 2 minggu lebih 3 kali
perhari), buang air besar sulit (mengejan), sering
kembung, rewel malam hari (kolik), hiccup
(cegukan) berlebihan, sering buang angin. Bila
terdapat keluhan tersebut maka penyebabnya yang
paling sering adalah alergi makanan dan
intoleransi makanan. Jalan terbaik mengatasi
ganggguan tersebut bukan dengan obat tetapi
dengan mencari dan menghindari makanan
penyebab keluhan tersebut. Gangguan saluran
cerna yang berkepanjangan akan dapat
mengganggu fungsi otak yang akhirnya
mempengaruhi perkembangan dan perilaku anak.
Bila terdapat kesulitan kenaikkan berat badan,
harus diwaspadai. Pemberian vitamin nafsu
makan bukan jalan terbaik dalam mengobati
penderita, tetapi harus dicari penyebabnya
Bila terdapat kelainan bawaan : kelainan jantung
bawaan, kelainan genetik, kelainan metabolik,
maka harus dilakukan perawatan oleh dokter ahli.
Harus diamati tanda dan gejala autism secara
cermat sejak dini.
Demikian pula bila terjadi gangguan neurologi
atau saraf seperti trauma kepala, kejang (bukan
kejang demam sederhana) atau gangguan
kelemahan otot maka kita harus lebih cermat
mendeteksi secara dini gangguan perkembangan.
Pada bayi prematur, bayi dengan riwayat kuning
tinggi (hiperbilirubinemi), infeksi berat saat usia
bayi (sepsis dll) atau pemberian antibiotika
tertentu saat bayi harus dilakukan monitoring
tumbuh kembangnya secara rutin dan cermat
terutama gangguan perkembangan dan perilaku
pada anak.
Bila didapatkan penyimpangan gangguan
perkembangan khususnya yang mengarah pada
gangguan perkembangan dan perilaku maka
sebaiknya dilakukan konsultasi sejak dini kepada
ahlinya untuk menegakkan diagnosis dan
intervensi sejak dini.
Pada bayi dengan gangguan pencernaan yang
disertai gejala alergi atau terdapat riwayat alergi
pada orang tua, sebaiknya menunda pemberian
makanan yang beresiko alergi hingga usia diatas 2
atau 3 tahun. Makanan yang harus ditunda adalah
telor, ikan laut, kacang tanah, buah-buahan
tertentu, keju dan sebagainya.
Bayi yang mengalami gangguan pencernaan
sebaiknya juga harus menghindari monosodium
glutamat (MSG), amines, tartarzine (zat warna
makanan),
Bila gangguan pencernaan dicurigai sebagai Celiac
Disease atau Intoleransi Casein dan Gluten maka
diet harus bebas casein dan Gluten,
Ciptakan lingkungan keluarga yang penuh kasih
sayang baik secara kualitas dan kuantitas, hindari
rasa permusuhan, pertentangan, emosi
dan kekerasan.Bila terdapat faKtor resiko tersebut
pada periode kehamilan atau persalinan maka kita
harus lebih waspada. Menurut beberapa penelitian
resiko tersebut akan semakin besar kemungkinan
terjadi autism. Selanjutnya kita harus mengamati
secara cermat tanda dan gejala autism sejak usia 0
bulan.
Bila didapatkan gejala autism pada usia dini, kalau
perlu dilakukan intervensi sejak dini dalam hal
pencegahan dan pengobatan. Lebih dini kita
melakukan intervensi kejadian autism dapat kita
cegah atau paling tidak kita minimalkan keluhan
yang akan timbul.
Bila resiko itu sudah tampak pada usia bayi maka
kondisi tersebut harus kita minimalkan bahkan
kalau perlu kita hilangkan. Misal kegagalan
kenaikkan berat badan harus betul-betul dicari
penyebabnya, pemberian vitamin bukan jalan
terbaik untuk mencari penyebab kelainan tersebut.
Demikan pula gangguan alergi makanan dan
gangguan pencernaan pada bayi, harus segera
dicari penyebabnya. Yang paling sering adalah
karena alergi makanan atau intoleransi makan,
penyebabnya jenis makanan tertentu termasuk
susu bayi. Pemberian obat-obat bukanlah cara
terbaik untuk mencari penyebab gangguan alergi
atau gangguan pencernaan tersebut. Yang paling
ideal adalah kita harus menghindari makanan
penyebab gangguan tersebut tanpa bantuan obat-
obatan. Obat-obatan dapat diberikan sementara
bila keluhan yang terjadi cukup berat, bukan untuk
selamanya.

DETEKSI DINI DAN PENCEGAHAN
PENYAKIT AUTIS PADA ANAK
Posted on August 2, 2009by The Children Indonesia
PENDAHULUAN
Di bidang psikiatri anak, angka kelainan jiwa pada
anak diperkirakan mencapai 5 10% dari populasi
anak. Kelaianan di bidang perkembangan anak
dibagi dalam 2 kelompok besar yaitu kelinan spesifik
serta kelainan yang menyeluruh/pervasiv. Sekalipun
kelainan ini lebih kecil dibandingkan kelainan
psikiatri lainnya, penderita memerlukan perhatian
seumur hidupnya atau setidak-tidaknya sepanjang
masa-masa perkembangan.
Kelainan autistik atau autisma pada anak adalah
salah satu bentuk penyakit yang tergolong dalam
gangguan pervasif. Angka kejadian autisma
tampaknya meningkat pesat dalambeberapa tahun
terahkir ini. Peningkatan ini terutama karena
meningkatnya penyampaian informasi yang
disampaikan berbagai media cetak maupun
elektronik terutama internet. Sehingga baik kalangan
medis maupun awam mengetahui perkembangan
tehnolgi kesehatan yang berkaitan dengan hal
tersebut. Sehingga masalah penyimpangan perilaku
pada anak khususnya autisma ini menjadi persoalan
yang aktual dan menarik yang ingin diketahui oleh
masyarakat baik dari kalangan akademisi maupun
masyarakat umumnya.
Amatlah penting untuk mengetahui gejala dan tanda
penyakit ini sejak dini karena penanganan yang lebih
cepat akan memberikan hasil yang lebih baik.
Beberapa pakar kesehatanpun meyakini bahwa
merupakan hal yang utama bahwa semakin besar
kemungkinan kemajuan dan perbaikan apabila
kelainan pada anak ditemukan pada usia yang
semakin muda.
APAKAH AUTIS ITU ?
Autism adalah gangguan perkembangan pervasif
pada anak yang ditandai dengan adanya gangguan
dan keterlambatan dalam bidang kognitif, bahasa,
perilaku, komunikasi dan interaksi sosial.
Kata autisma berasal dari bahasa Yunani auto
berarti sendiri yang ditujukanpada seseorang yang
menunjukkan gejala hidup dalam dunianya sendiri.
Pada umumnya penderita autisma mengacuhkan
suara, penglihatan ataupun kejadian yang
melibatkan mereka. Jika ada reaksi biasanya reaksi
ini tidak sesuai dengan situasi atau malahan tidak
ada reaksi sama sekali. Mereka menghindari atau
tidak berespon terhadap kontak sosial (pandangan
mata, sentuhan kasih sayang, bermain dengan anak
lain dan sebagainya).
Pemakaian istilah autisma kepada penderita
diperkenalkan pertama kali oleh Leo Kanner,
seorang psikiater dari Harvard (Kanner, Austistic
Disturbance of Affective Contact) pada tahun 1943
berdasarkan pengamatan terhadap 11 penderita yang
menunjukkan gejala kesulitan berhubungan dengan
orang lain, mengisolasi diri, perilaku yang tidak biasa
dan cara berkomunikasi yang aneh.
ANGKA KEJADIAN
Autism dapat terjadipada semua kelompok
masyarakat kaya miskin, di desa dikota,
berpendidikan maupun tidak serta pada semua
kelompok etnis dan budaya di dunia. Sekalipun
demikian anak-anak di negara maju pada umumnya
memiliki kesempatan terdiagnosis lebih awal
sehingga memungkinkan tatalaksana yang lebih dini
dengan hasil yang lebih baik.
Jumlah anak yang terkena autism makin bertambah.
Di Kanada dan Jepang pertambahan ini mencapai 40
persen sejak 1980. Di California sendiri pada tahun
2002 di-simpulkan terdapat 9 kasus autis per-
harinya. Dengan adanya metode diagnosis yang kian
berkembang hampir dipastikan jumlah anak yang
ditemukan terkena Autisme akan semakin besar.
Jumlah tersebut di atas sangat mengkhawatirkan
mengingat sampai saat ini penyebab autisme masih
misterius dan menjadi bahan perdebatan diantara
para ahli dan dokter di dunia.Di Amerika Serikat
disebutkan autisme terjadi pada 60.000 15.000
anak dibawah 15 tahun. Kepustakaan lain
menyebutkan prevalens autisme 10-20 kasus dalam
10.000 orang, bahkan ada yang mengatakan 1
diantara 1000 anak. Di Inggris pada awal tahun 2002
bahkan dilaporkan angka kejadian autisma
meningkat sangat pesat, dicurigai 1 diantara 10 anak
menderita autisma. Perbandingan antara laki dan
perempuan adalah 2,6 4 : 1, namun anak
perempuan yang terkena akan menunjukkan gejala
yang lebih berat.
Di Indonesia yang berpenduduk 200 juta, hingga
saat ini belunm diketahui berapa persisnya jumlah
penderita namun diperkirakanjumlah anak austima
dapat mencapai 150 -200 ribu orang.
Penelitian Deb & Prasad, 1994 di Skotlandia
menemukan bahwa dikalangan anak-anak dengan
gangguan belahjar prevalensi autisma mencapai
14,3% dan di anatara usia sekolah prevalensinya 9
per 10.000. Penderita di perkotaan lebih tinggi
daripada di perdesaan dan angka kejadian dari tahun
ke tahun cenderung terus meningkat.
PENYEBAB AUTIS
Penyebab autis belum diketahui secara pasti.
Beberapa ahli menyebutkan autis disebabkan karena
terdapat gangguan biokimia, ahli lain berpendapat
bahwa autisme disebabkan oleh gangguan
psikiatri/jiwa. Ahli lainnya berpendapat bahwa
autisme disebabkan oleh karena kombinasi makanan
yang salah atau lingkungan yang terkontaminasi zat-
zat beracun yang mengakibatkan kerusakan pada
usus besar yang mengakibatkan masalah dalam
tingkah laku dan fisik termasuk autisme.
Walaupun paparan logam berat (air raksa) terjadi
pada setiap anak, namun hanya sebagian kecil saja
yang mengalami gejala autism. Hal ini mungkin
berkaitan dengan teori genetik, salah satunya
berkaitan dengan teori Metalotionin. Beberapa
penelitian anak autism tampaknya didapatkan
ditemukan adanya gangguan netabolisme
metalotionin.
Metalotionon adalah merupakan sistem yang utama
yang dimiliki oleh tubuh dalam mendetoksifikasi air
raksa, timbal dan logam berat lainnya. Setiap logam
berat memiliki afinitas yang berbeda terhada
metalotionin. Berdasarkan afinitas tersebut air raksa
memiliki afinitas yang paling kuar dengan terhadam
metalotianin dibandingkan logam berat lainnya
sepertoi tenbaga, perak atau zinc.
Berdasarkan beberapa penelitian yang telah
dilaporkan para ahli menunjukkan bahwa gangguan
metalotianin disebabkan oleh beberapa hal di
antaranya adalah :
Defisiensi Zinc
Jumlah logam berat yang berlebihan
Defisiensi sistein
Malfungsi regulasi element Logam
Kelainan genetik, antara lain pada gen pembentuk
netalotianin
Perdebatan yang terjadi akhir akhir ini berkisar pada
kemungkinan penyebab autisme yang disebabkan
oleh vaksinasi anak. Peneliti dari Inggris Andrew
Wakefield, Bernard Rimland dari Amerika
mengadakan penelitian mengenai hubungan antara
vaksinasi terutama MMR (measles, mumps rubella )
dan autis.
Banyak penelitian lainnya yang dilakukan dengan
populasi yang lebih besar dan luas memastikan
bahwa imunisasi MMR tidak menyebabkan Autis,
Beberapa orang tua anak penyandang autisme tidak
puas dengan bantahan tersebut. Bahkan Jeane Smith
seorang warga negara Amerika bersaksi didepan
kongres Amerika : kelainan autis dinegeri ini sudah
menjadi epidemi, dia dan banyak orang tua anak
penderta autisme percaya bahwa anak mereka yang
terkena autisme disebabkan oleh reaksi dari
vaksinasi.
Penelitian dalam jumlah besar dan luas tentunya
lebih bisa dipercaya dibandingkan laporan beberapa
kasus yang jumlahnya relatif tidak bermakna secara
umum. Namun penelitian secara khusus pada
penderita autism, memang menunjukkan hubungan
tersebut. Memang kontroversi itu terus berlanjut
terus, namun kita bisa mengambil hikmah dan jalan
yang terbaik anak kita harus imunisasi MMR atau
tidak ?. Untuk meyakinkan hak tersebut mungkin
kita bisa berpedoman pada penelitian yang lebih
dipercaya validitasnya secara populasi lebih banyak
dan luas yaitu Autism tidak berhubungan dengan
MMR. Tetapi juga mungkin kita harus lebih waspada
bila anak kita sudah mulai tampak ditemukan
penyimpangan perkembangan atau perilaku sejak
dini memang sebaiknya untuk mendapatkan
imunisasi MMR harus berkonsulasi dahulu dengan
dokter tumbuh kembang anak. Artinya MMR tidak
berhubungan dengan Autism memang bila anak kita
tidak berbakat autis. Namun bila anak kita sudah
mempunyai ditemukan bakat kelainan Autis sejak
dini mungkin bisa saja menunda dahulu imunisasi
MMR sebelum dipastikan diagnosis Autis, meskipun
sebenarnya pemicu atau faktor yang memperberat
Autism bukan hanya MMR.
Banyak pula ahli melakukan penelitian dan
menyatakan bahwa bibit autisme telah ada jauh hari
sebelum bayi dilahirkan bahkan sebelum vaksinasi
dilakukan. Kelainan ini dikonfirmasikan dalam hasil
pengamatan beberapa keluarga melalui gen autisme.
Patricia Rodier, ahli embrio dari Amerika bahwa
korelasi antara autisme dan cacat lahir yang
disebabkan oleh thalidomide menyimpulkan bahwa
kerusakan jaringan otak dapat terjadi paling awal 20
hari pada saat pembentukan janin. Peneliti lainnya,
Minshew menemukan bahwa pada anak yang
terkena autisme bagian otak yang mengendalikan
pusat memory dan emosi menjadi lebih kecil dari
pada anak normal. Penelitian ini menyimpulkan
bahwa gangguan perkembangan otak telah terjadi
pada semester ketiga saat kehamilan atau pada saat
kelahiran bayi.
Karin Nelson, ahli neorology Amerika mengadakan
menyelidiki terhadap protein otak dari contoh darah
bayi yang baru lahir. Empat sampel protein dari bayi
normal mempunyai kadar protein yang kecil tetapi
empat sampel berikutnya mempunyai kadar protein
tinggi yang kemudian ditemukan bahwa bayi dengan
kadar protein otak tinggi ini berkembang menjadi
autisme dan keterbelakangan mental. Nelson
menyimpulkan autisme terjadi sebelum kelahiran
bayi.
Saat ini, para pakar kesehatan di negara besar
semakin menaruh perhatian terhadap kelainan
autism pada anak. Sehingga penelitian terhadap
autism semakin pesat dan berkembang. Sebelumnya,
kelainan autisme hanya dianggap sebagai akibat dari
perlakuan orang tua yang otoriter terhadap anaknya.
Kemajuan teknologi memungkinkan untuk
melakukan penelitian mengenai penyebab autisme
secara genetik, neuroimunologi dan metabolik. Pada
bulan Mei 2000 para peneliti di Amerika
menemukan adanya tumpukan protein didalam otak
bayi yang baru lahir yang kemudian bayi tersebut
berkembang menjadi anak autisme. Temuan ini
mungkin dapat menjadi kunci dalam menemukan
penyebab utama autisme sehingga dapat dilakukan
tindakan pencegahannya.
TANDA DAN GEJALA AUTIS
Autisme adalah gangguan perkembangan pervasif
pada anak yang ditandai dengan adanya gangguan
dan keterlambatan dalam bidang kognitif, bahasa,
perilaku, komunikasi dan interaksi sosial.
Gangguan dalam komunikasi verbal maupun
nonverbal
Kemampuan berbahasa mengalami keterlambatan
atau sama sekali tidak dapat berbicara.
Menggunakan kata kata tanpa
menghubungkannya dengan arti yang lazim
digunakan.
Berkomunikasi dengan menggunakan bahasa
tubuh dan hanya dapat berkomunikasi dalam
waktu singkat.
Kata-kata yang tidak dapat dimengerti orang lain
(bahasa planet)
Tidak mengerti atau tidak menggunakan kata-kata
dalam konteks yang sesuai.
Ekolalia (meniru atau membeo), menirukan kata,
kalimat atau lagu tanpa tahu artinya.
Bicaranya monoton seperti robot
Bicara tidak digunakan untuk komunikasi
Mimik datar
Gangguan dalam bidang interaksi sosial
Menolak atau menghindar untuk bertatap muka
Tidak menoleh bila dipanggil, sehingga sering
diduga tuli
Merasa tidak senang atau menolak dipeluk
Bila menginginkan sesuatu, menarik tangan
tangan orang yang terdekat dan berharap orang
tersebut melakukan sesuatu untuknya
Tidak berbagi kesenangan dengan orang lain
Saat bermain bila didekati malah menjauh
Bila menginginkan sesuatu ia menarik tangan
orang lain dan mengharapkan tangan tersebut
melakukan sesuatu untuknya.
Gangguan dalam bermain
Bermain sangat monoton dan aneh misalnya
menderetkan sabun menjadi satu deretan yang
panjang, memutar bola pada mainan mobil dan
mengamati dengan seksama dalam jangka waktu
lama.
Ada kelekatan dengan benda tertentu seperti
kertas, gambar, kartu atau guling, terus dipegang
dibawa kemana saja dia pergi.
Bila senang satu mainan tidak mau mainan
lainnya.
Tidak menyukai boneka, tetapi lebih menyukai
benda yang kurang menarik seperti botol, gelang
karet, baterai atau benda lainnya
Tidak spontan / reflek dan tidak dapat
berimajinasi dalam bermain. Tidak dapat meniru
tindakan temannya dan tidak dapat memulai
permainan yang bersifat pura pura.
Sering memperhatikan jari-jarinya sendiri, kipas
angin yang berputar atau angin yang bergerak.
Perilaku yang ritualistik sering terjadi sulit
mengubah rutinitas sehari hari, misalnya bila
bermain harus melakukan urut-urutan tertentu,
bila bepergian harus melalui rute yang sama.
Gangguan perilaku
Sering dianggap sebagai anak yang senang
kerapian harus menempatkan barang tertentu
pada tempatnya
Anak dapat terlihat hiperaktif misalnya bila masuk
dalam rumah yang baru pertama kali ia datang, ia
akan membuka semua pintu, berjalan kesana
kemari, berlari-lari tak tentu arah.
Mengulang suatu gerakan tertentu (menggerakkan
tangannya seperti burung terbang). Ia juga sering
menyakiti diri sendiri seperti memukul kepala atau
membenturkan kepala di dinding
Dapat menjadi sangat hiperaktif atau sangat pasif
(pendiam), duduk diam bengong dengan tatap
mata kosong. Marah tanpa alasan yang masuk
akal. Amat sangat menaruh perhatian pada satu
benda, ide, aktifitas ataupun orang. Tidak dapat
menunjukkan akal sehatnya. Dapat sangat agresif
ke orang lain atau dirinya sendiri.
Gangguan kognitif tidur, gangguan makan dan
gangguan perilaku lainnya.
Gangguan perasaan dan emosi
Tertawa-tawa sendiri, menangis atau marah tanpa
sebab nyata
Sering mengamuk tak terkendali (temper
tantrum), terutama bila tidak mendapatkan
sesuatu yang diinginkan
Sering mengamuk tak terkendali (temper
tantrum)bila keinginannya tidak didapatkannya,
bahkan bisa menjadi agresif dan merusak.
Tidak dapat berbagi perasaan (empati) dengan
anak lain
Gangguan dalam persepsi sensoris
Sensitif terhadap cahaya, pendengaran, sentuhan,
penciuman dan rasa (lidah) dari mulai ringan
sampai berat.
Menggigit, menjilat atau mencium mainan atau
benda apa saja
Bila mendengar suara keras, menutup teling
Menangis setiap kali dicuci rambutnya
Meraskan tidak nyaman bila diberi pakaian
tertentu
Tidak menyukai rabaan atau pelukan, Bila
digendong sering merosot atau melepaskan diri
dari pelukan.
DIAGNOSIS AUTIS
Menegakkan diagnosis autism memang tidaklah
mudah karena membutuhkan kecermatan,
pengalaman dan mungkin perlu waktu yang tidak
sebentar untuk pengamatan. Sejauh ini tidak
ditemukan tes klinis yang dapat mendiagnosa
langsung autis.
Diagnosa yang paling baik adalah dengan cara
seksama mengamati perlilaku anak dalam
berkomunikasi, bertingkah laku dan tingkat
perkembangannya.
Banyak tanda dan gejala perilaku seperti autism
yang disebabkan oleh adanya gangguan selain
autis.
Pemeriksaan klinis dan penunjang lainnya
mungkin diperlukan untuk memastikan
kemungkinan adanya penyebab lain tersebut.
Karena karakteristik dari penyandang autisme ini
banyak sekali ragamnya sehingga cara diagnosa
yang paling ideal adalah dengan memeriksakan
anak pada beberapa tim dokter ahli seperti ahli
neurologis, ahli psikologi anak, ahli penyakit anak,
ahli terapi bahasa, ahli pengajar dan ahli
profesional lainnya dibidang autis.
Dokter ahli atau praktisi kesehatan profesional
yang hanya mempunyai sedikit pengetahuan dan
wawasan mengenai autis akan mengalami
kesulitan dalam men-diagnosa autis. Kadang
kadang dokter ahli atau praktisi kesehatan
profesional keliru melakukan diagnosa dan tidak
melibatkan orang tua sewaktu melakukan
diagnosa. Kesulitan dalam pemahaman autisme
dapat menjurus pada kesalahan dalam
memberikan pelayanan kepada penyandang
autisme yang secara umum sangat memerlukan
perhatian yang khusus dan rumit.
Hasil pengamatan sesaat belumlah dapat
disimpulkan sebagai hasil mutlak dari kemampuan
dan perilaku seorang anak. Masukkan dari orang
tua mengenai kronologi perkembangan anak
adalah hal terpenting dalam menentukan
keakuratan hasil diagnosa. Secara sekilas,
penyandang autis dapat terlihat seperti anak
dengan keterbelakangan mental, kelainan
perilaku, gangguan pendengaran atau bahkan
berperilaku aneh dan nyentrik. Yang lebih
menyulitkan lagi adalah semua gejala tersebut
diatas dapat timbul secara bersamaan.
Karenanya sangatlah penting untuk membedakan
antara autisme dengan yang lainnya sehingga
diagnosa yang akurat dan penanganan sedini
mungkin dapat dilakukan untuk menentukan
terapi yang tepat.DIAGNOSIS AUTIS
BERDASARKAN DSM IV (Diagnostic and
Statistic manual)
Untuk menetapkan diagnosis gangguan autism
para klinisi sering menggunakan pedoman DSM
IV.Gangguan Autism didiagnosis berdasarkan
DSM-IV:
A. Harus ada sedikitnya 6 gejala dari(1), (2), and
(3), dengan minimla harus ada 2 gejala dari (1),
dan satu gejala masing-masing dari (2) dan (3):
(1) GANGGUAN KUALITATIF DALAM
INTERAKSI SOSIAL, minimal harus ada dua
manifestasi:
Hendaya dalam perilaku non verbal seperti :
kontak mata sangat kurang, ekspresi muka kurang
hidup, sikap tubuh atau gerak tubuh dalam
interaksi sosial
Kegagalan dalam berhubungan dengan anak
sebaya sesuai dengan perkembangannya
Tidak dapat merasakan apa yang dirasakan orang
lain
Kurangnya hubungan sosial dan emosional
(2) GANGGUAN KUALITATIF DALAM BIDANG
KOMUNIKASI, minimal 1 gejala di bawah ini :
Bicara terlambat atau bahkan sama sekali tak
berlkembang (tak ada usaha untuk mengimbangi
komunikasi dengan cara lain tanpa bicara).
Bila bisa bicara tidak dipakai untuk komunikasi
Sering menggunakan bahasa yang aneh dan
diulang-ulang.
Cara bermain kurang variasi, kurang imajinatif
dan kurang bisa meniru.
(3) SUATU POLA YANG DIPERTAHANKAN DAN
DIULANG-ULANG DALAM PERILAKU, MINAT
DAN KEGIATAN. Sedikitnya harus ada 1 gejala di
bawah ini :
Mempertahankan satu minat atau lebih dengan
cara yang sangat khas dan berlebihan.
Terpaku pada satu kegiatan ritual atau rutin yang
tidak ada gunanya
Terdapat gerakan-gerakan aneh yang khas
berulang-ulang.
Seringkali terpukau pada bagian-bagian benda
B. Sebelum usia 3 tahun tampak adanya
keterlambatan atau gangguan dalam bidang :
1. Interaksi sosial
2. Bicara dan berbahasa
3. Cara bermain yang kurang variasi
C. Gangguan tersebut bukan disebabkan karena
sindrom Rett atau Gangguan disintegratif masa
kanak-kanak (Childhood Disintegrative Disorder).
DIAGNOSIS BANDING AUTISM
Referensi baku yang dipakai untuk menjelaskan
jenis autisme adalah standar Amerika DSM revisi
keempat (Diagnostic and Statistical Manual) yang
memuat kriteria yang harus dipenuhi dalam
melakukan diagnosa autisme. Diagnosa ini hanya
dapat dilakukan oleh tim dokter atau praktisi ahli
bersadarkan pengamatan seksama terhadap
perilaku anak autisme dan disertai konsultasi
dengan orang tua anak.
Pada kenyataanya, sangat sulit untuk membagi
kategory atau jenis autisme mengingat tjarang
ditemukan antara satu dan lain penyandang
autisme yang mempunyai gejala yang sama. Setiap
penyandang autisme mempunyai ke-khas-annya
sendiri sendiri. Dengan kata lain ada 1001 jenis
atau mungkin satu juta satu jenis autisme di dunia
ini yang tidak dapat diperinci satu persatu. Istilah
yang lazim dipakai saat ini oleh para ahli adalah
kelainan spektrum autisme atau ASD (Autism
Spectrum Disorder).
Anak yang telah didiagnosa dan masuk dalam
kategori PDD mempunyai persamaan dalam hal
kekurang mampuan bersosialisasi dan
berkomunikasi akan tetapi tingkat kelainan-nya
(spektrum-nya) berbeda satu dengan lainnya.
Terdapat begitu banyaknya jenis atau ciri
penyandang autisme, sehingga lebih berupa
rangkaian dari kelabu muda sekali hingga kelabu
tua sekali (sangat bervariasi). Penggunaan istilah
autisme berat/parah dan autisme ringan dapat
menyesatkan karena jika dikatakan berat atau
parah orang tua dapat merasa frustasi dan
berhenti berusaha karena merasa tidak ada
gunanya lagi. Sebaliknya jika dikatakan ringan
atau tidak parah maka orang tua merasa senang
dan juga dapat berhenti berusaha karena merasa
anaknya akan sembuh sendiri. Pada kenyataannya,
baik ringan ataupun berat, tanpa penanganan
terpadu dan intensif, penyandang autisme sulit
mandiri. Meskipun sejauh nini belum ada
pembagian tegas untuk menunjukkan derajat
autism, apakah ringan, sedang atau berat.
Agar dapat membantu melihat beberapa kelompok
besar spektrum autisme yang ada, dapat dilihat
dari kategori utama dibawah ini:
Gangguan Perkembangan Pervasif (Pervasive
Developmental Disorders /PDD) terdiri dari
beberapa jenis PPD di antaranya adalah :
Autistik
Aspergers
Retts
Childhood Disintegrative Disorder (CDD)
Gangguan pervasive opada masa kanak-kanak
(Pervasive Developmental Disorder) or Not
Otherwise Specified (PDD:NOS)Beberapa
perbedaan antara Autis, Aspergers, Retts,
Gangguan disintegratif padamasa kanak
(Childhood Disintegrative Disorder /CDD),
Pervasive Developmental Disorder or Not
Otherwise Specified (PDD:NOS adalah :
AUTIS
Ketidakmampuan dalam bersosialisasi dan
berkomunikasi. Sampai dengan umur 3 tahun
mempunyai daya imajinasi yang tinggi dalam
bermain dan mempunyai perilaku, minat dan
aktifitas yang unik (aneh).
Dikategorikan sebagai ketidak mampuan dalam
bersosialisasi dan mempunyai minat dan aktifitas
yang terbatas tanpa adanya keterlambatan dalam
kemampuan berbicara. Kecerdasannya berada
pada tingkat normal atau diatas normal.
Terdapat 6 GEJALA UTAMA AUTIS :
1. Kegagalan untuk mengembangkan khidupan
sosial normal
2. Gangguan bicara, Bahasa dan komunikasi
3. Abnormal Relationships to Objects and Events
4. Respon tidak normal terhadap stimulasi
sensoris
5. Perbedaan perkembangan dan keterlambatan
perkembangan
6. Dimulai selama usia bayi atau anakSINDROM
RETTS
Sindrom Rett adalah penyakit degeneratif,
ketidakmampuan yang semakin hari semakin
parah (progresif). Hanya menimpa anak
perempuan. Pertumbuhan normal lalu diikuti
dengan kehilangan keahlian yang sebelumnya
telah dikuasai dengan baik- khususnya kehilangan
kemampuan menggunakan tangan yang kemudian
berganti menjadi pergerakan tangan yang berulang
ulang (seperti mencuci tangan) mulai pada umur 1
hingga 4 tahun.
Gejala dapat dimulai usia 6 bulan hingga usia 18
bulan
* Pertumbuhan kepala lambat
* Kehilangan kemampuan menggunakan gerakan
tangan
* Berkembang seperti gejala khas autism
GANGGUAN DISINTEGRATIF PADA
KANAK-KANAK (Childhood Disintegrative
Disorder /CDD)
Pertumbuhan yang normal pada usia 1 sampai 2
tahun kemudian kehilangan kemampuan yang
sebelumnya telah dikuasai dengan baik.
Anak berkembang normal dalam usia 2 tahun
pertama(seperti : kemampuan kominukasi, sosial,
bermain dan perilaku), namun secara bermakna
kemampuan itu terganggu sebelum usis 10 tahun,
yang tergangggu diantaranya adalah kemampuan :
Bahasa
Kemampuan sosial
Kemampuan buang air besar dan buang air kecil di
toilet
Bermain
Kemampuan motorik
Gejala tambahan, menunjukkan fungus abnormal
sedikitnya dua hal dari :
Interaksi sosial
KomunikasiCommunication
Pola perilaku terbatas : perhatian dan aktifitas
SINDROM ASPERGERS
Aspergers Syndrome gejala khas yang timbul
adalah gangguan intteraksi sosial ditambah gejala
keterbatasan dan pengulangan perilaku,
ketertarikan dan aktifitasis. Mempunyai gangguan
kualitatif dalam interaksi sosial, sedikitnya dua
gejala dari :
Ditandai dengan gangguan penggunaan beberapa
komunikasi non verbal (mata, pandangan, ekspresi
wajah, sikap bada, gerak isyarat)
Tidak bisa bermain dengan anak sebaya
Gangguan dalam menikmati minat atau
keberhasilan
kurangnya hubungan sosial dan emosional
GANGGUAN PERKEMBANGAN PERVASIF
(Pervasive Developmental Disorder Not
Otherwise Specified / PDD-NOS)
Biasa disebut Autis yang tidak umum dimana
diagnosis PDD-NOS dapat dilakukan jika anak
tidak memenuhi kriteria diagnosis yang ada (DSM-
IV) akan tetapi terdapat ketidakmampuan pada
beberapa perilakunya.
MULTISYSTEM DEVELOPMENTAL
DISORDERS (MSDD)
Beberapa ahli perkembangan anak menggunakan
klarifikasi yang disebut sebagai Zero to threes
Diagnostic Classification of Mental Health and
Development Disorders of Infacy and early
Childhood. DC-0-3 menggunakan konsep bahwa
proses diagnosis adalah proses berkelanjutan dan
terus menerus, sehingga dokter yang merawat
dalam pertambahan usia dapat mendalami tanda,
gejala dan diagnosis pada anak. Diagnosis tidak
dapat ditegakkan secara cepat, tapi harus melalui
pengamatan yang cermat dan berulang-ulang.
Dalam penegakkan diagnosis harus berkerjasama
dengan orangtua dengan mengamati
perkembangan hubungan anak dengan orangtua
dan lingkungannya.
Konsep DC 0-3 tersebut digunakan karena
pengalaman kesulitan dalam mendiagnosis Autism
di bawah 3 tahun, khususnya yang mempunyai
gejala yang belum jelas. Faktor inilah yang
menyulitkan apabila anak didiagnosis autism
terlalu dini, padahal dalam perkembangannya
mungkin saja gangguan perkembanagn tersebut
ada kecenderungan membaik atau menghilang.
Sehingga kalau anaknya didiagnosis Autism adalah
sesuatu yang berat bagi orang tua, seolah-olah
sudah tidak harapan bagi si anak.
MSDD adalah diagnosis gangguan perkembangan
dalam hal kesanggupannya berhubungan,
berkomunikasi, bermain dan belajar. Gangguan
MSDD tidak menetap seperti gangguan pada
Autistis Spectrum Disorders, tetapi sangat
mungkin untuk terjadi perubahan dan perbaikkan.
Pengertian MSDD meliputi gangguan sensoris
multipel dan interaksi sensori motor. Gejala
MSDD meliputi :
Gangguan dalam berhubungan sosial dan
emosional dengan orang tua atau pengasuh.
Gangguan dalam mempertahankan dan
mengembangkan komunikai
Gangguan dalam proses auditory
Gangguan dalam proses berbagai sensori lain
atau koordinasi motorik
PEMERIKSAAN YANG DILAKUKAN
Tidak ada satupun pemriksaan medis yang dapat
memastikan suatu diagnosis Autism pada anak.
Tetapi terdapat beberapa pemeriksaan yang dapat
menunjang diagnosis yang dapat digunakan
sebagai dasar intervensi dab strategi pengobatan.
PENDENGARAN: Bila terdapat gangguan
pendengaran harus dilakukan beberapa
pemeriksaan Audio gram and Typanogram.
ELEKTROENSEFALOGRAM (EEG): EEG untuk
memeriksa gelombang otak yang mennujukkan
gangguan kejang, diindikasikan pada kelainan
tumor dan gangguan otak..
SKRENING METABOLIK: Pemeriksaan yang
dilakukan adalah pemeriksaan darah dan urine
untuk melihat metabolisme makanan di dalam
tubuh dan pengaruhnya pada tumbuh kembang
anak. Beberapa spectrum autism dapat
disembuhkan dengan diet khusus.
MAGNETIC RESONANCE IMAGING (MRI) DAN
COMPUTER ASSITED AXIAL TOMOGRAPHY
(CAT SCAN): MRI atau CAT Scans sangat
menolong untuk mendiagnosis kelainan struktur
otak, karena dapat melihat struktur otak secara
lebih detail
PEMERIKSAAN GENETIK: Pemeriksaan darah
untuk melihat kelainan genetik, yang dapat
menyebabkan gangguan perkembangan. Beberapa
penelitian menunjukkkan bahwa penderita autism
telah dapat ditemukan pola DNA dalam tubuhnya.
OBSERVASI SECARA LANGSUNG
OBSERVASI LANGSUNG, INTERAKSI DAN
PENILAIAN WAWANCARA :
Infoemasi tentang emosi anak, sosial, komunikasi,
kemampuan kognitif Information about a childs
emotional, social, communication, and cognitive
abilities is gathered through child directed
interactions, observations in various situations,
and interviews of parents and care givers. Parents
and family members should be actively involved
throughout these assessments. What actually
occurs during a specific assessment depends on
what information parents and evaluators want to
know.
PENILAIAN FUNGSIONAL:
Tujuan untuk mengetahui bagaimana bisa terjadi
perubahan perilaku (seperti perilaku motorik yang
aneh). Berdasarkan pertimbangan itu bahwa
perubahan perilakuj adalah suatu cara untuk
berkomunikasi dengan lingkungan. Penilaian
fungsional termasuk wawancara, observasi
langsung dan interaksi secara langsung untuk
mengetahui apakah anak menderita autism atau
dikaitkan ketidakmampuan dalam komunikasi
melalui perilaku anak.Penilaian secara fungsional
ini akan membantu dalam perencanaan intervensi
atau terapi okupasi yang harus diberikan.
PENILAIAN DASAR BERMAIN :
Melibatkan orang tua, guru, pengasuh atau
anggota keluarga lainnya untuk mengamati situasi
permainan yang dapat memberikan informasi
hubungan sosial, eomosional, kognitif dan
perkembangan komunikasi. Dengan mengetahui
kebiasaan belajar anak dan pola interaksi melalui
penilaian permainan, pengobatan secara
individual dapat direncanakan.
DETEKSI DINI AUTIS

Meskipun sulit namun tanda dan gejala autism
sebenarnya sudah bisa diamati sejak dini bahkan
sejak sebelum usia 6 bulan.
DETEKSI DINI SEJAK DALAM KANDUNGAN
Sampai sejauh ini dengan kemajuan tehnologi
kesehatan di dunia masih juga belum mampu
mendeteksi resiko autism sejak dalam kandungan.
Terdapat beberapa pemeriksaan biomolekular
pada janin bayi untuk mendeteksi autism sejak
dini, namun pemeriksaan ini masih dalam batas
kebutuhan untuk penelitian.
DETEKSI DINI SEJAK LAHIR HINGGA USIA 5
TAHUN
Autisma agak sulit di diagnosis pada usia bayi.
Tetapi amatlah penting untuk mengetahui gejala
dan tanda penyakit ini sejak dini karena
penanganan yang lebih cepat akan memberikan
hasil yang lebih baik. Beberapa pakar
kesehatanpun meyakini bahwa merupahan hal
yang utama bahwa semakin besar kemungkinan
kemajuan dan perbaikan apabila kelainan pada
anak ditemukan pada usia yang semakin mudaAda
beberapa gejala yang harus diwaspadai terlihat
sejak bayi atau anak menurut usia :
USIA 0 6 BULAN
Bayi tampak terlalu tenang ( jarang menangis)
Terlalu sensitif, cepat terganggu/terusik
Gerakan tangan dan kaki berlebihan terutama
bila mandi
Tidak babbling
Tidak ditemukan senyum sosial diatas 10 minggu
Tidak ada kontak mata diatas umur 3 bulan
Perkembangan motor kasar/halus sering tampak
normal
USIA 6 12 BULAN
Bayi tampak terlalu tenang ( jarang menangis)
Terlalu sensitif, cepat terganggu/terusik
Gerakan tangan dan kaki berlebihan
Sulit bila digendong
Tidak babbling
Menggigit tangan dan badan orang lain secara
berlebihan
Tidak ditemukan senyum sosial
Tidak ada kontak mata
Perkembangan motor kasar/halus sering tampak
normal
USIA 6 12 BULAN
Kaku bila digendong
Tidak mau bermain permainan sederhana (ciluk
ba, da-da)
Tidak mengeluarkan kata
Tidak tertarik pada boneka
Memperhatikan tangannya sendiri
Terdapat keterlambatan dalam perkembangan
motor kasar/halus
Mungkin tidak dapat menerima makanan cair
USIA 2 3 TAHUN
Tidak tertarik untuk bersosialisasi dengan anak
lain
Melihat orang sebagai benda
Kontak mata terbatas
Tertarik pada benda tertentu
Kaku bila digendong
USIA 4 5 TAHUN
Sering didapatkan ekolalia (membeo)
Mengeluarkan suara yang aneh (nada tinggi atau
datar)
Marah bila rutinitas yang seharusnya berubah
Menyakiti diri sendiri (membenturkan kepala)
Temperamen tantrum atau agresif
DETEKSI AUTISM DENGAN CHAT (Checklist
Autism in Toddlers, di atas usia 18 bulan).
Terdapat beberapa perangkat diagnosis untuk
screening (uji tapis) pada penderita autism sejak
usia 18 bulan yang banyak dipakai di pusat
kesehatan anak di dunia yaitu CHAT (Checklist
Autism in Toddlers).
CHAT dikembangkan di Inggris dan telah
digunakan untuk penjaringan lebih dari 16.000
balita. Pertanyaan berjumlah 14 buah meliputi
aspek-aspek : imitation, pretend play, and joint
attention.
Menurut American of Pediatrics, Committee on
Children With Disabilities. Technical Report : The
Pediatricians Role in Diagnosis and Management
of Autistic Spectrum Disorder in Children.
Pediatrics !107 : 5, May 2001)
BAGIAN I.
Alo anamnesis (keterangan yang ditanyakan
dokter dan diberikan oleh orang tua atau orang
lain yang biasa mengasuhnya)
Senang diayun-ayun atau diguncang guncang naik-
turun (bounced) di lutut ?
Tertarik (memperhatilan) anak lain ?
Suka memanjat benda-benda, seperti mamanjat
tangga ?
Bisa bermain cilukba, petak umpet ?
Pernah bermain seolah-olah membuat secangkir
teh menggunakan mainan berbentuk cangkir dan
teko, atau permainan lain ?
Pernah menunjuk atau menerima sesuatu dengan
menunjukkan jari ?
Pernah menggunakan jari untuk menunjuk ke
sesuatu agar anda melihat ke sana ?
Dapat bermain dengan mainan yang kecil (mobil
mainan atau balok-balok) ?
Pernah memberikan suatu benda untuk
menunjukkan sesuatu ?
Selama pemeriksaan apakah anak menatap
(kontak mata dengan) pemeriksa ?
Usahakan menarik perhatian anak, kemudian
pemeriksa menunjuk sesuatu di ruangan
pemeriksaan sambil mengatakan : Lihat, itu. Ada
bola (atau mainan lain) Perhatikan mata anak,
apakah anak melihat ke benda yang ditunjuk.
Bukan melihat tangan pemeriksa
Usahakan menarik perhatian anak, berikan
mainan gelas / cangkir dan teko. Katakan pada
anak anda : Apakah kamu bisa membuatkan
secangkir susu untuk mama ? Diharapkan anak
seolah-olah membuat minuman, mengaduk,
menuang, meminum. Atau anak mampu bermain
seolah-olah menghidangkan makanan, minuman,
bercocok tanam, menyapu, mengepel dll.
Tanyakan pada anak : Coba tunjukkan mana
anu (nama benda yang dikenal anak dan ada
disekitar kita). Apakah anak menunjukkan dengan
jarinya ? Atau sambil menatap wajah anda ketika
menunjuk ke suatu benda ?
Dapatkah anak anda menyusun kubus / balok
menjadi suatu menara ?
BAGIAN B. Pengamatan
Interpretasi
Risiko tinggi menderita autis : bila tidak bisa
melakukan A5, A7, B2, B3, dan B4
Risiko kecil menderita autis : tidak bisa melakukan
A7 dan B4
Kemungkinan gangguan perkembangan lain :
tidak bisa melakukan >3
Dalam batas normal : tidak bisa melakukan <3
Keterangan :Pertanyaan A5, 7 dan B2, 3, 4 paling
penting. Anak yang tidak bisa melakukan hal-hal
tersebut ketika di uji 2 kali (jarak 1 bulan) semua
kemudian terdiagnosis sebagai autis ketika
berumur 20 42 bulan. Tetapi anak dengan
keterlambatan perkembangan yang menyeluruh
juga tidak bisa melakukannya. Oleh karena itu
perlu menyingkirkan kemungkinan retardasi
mental
PERANAN ORANG TUA DALAM DETEKSI
DINI
Dalam perkembangannya menjadi manusia
dewasa, seorang anak berkembang melalui
tahapan tertentu.
Diantara jenis perkembangan, yang paling penting
untuk menentukan kemampuan intelegensi di
kemudian hari adalah perkembangan motorik
halus dan pemecahan masalah visuo-motor, serta
perkembangan berbahasa. Kemudian keduanya
berkembang menjadi perkembangan sosial yang
merupakan adaptasi terhadap lingkungan.
Walaupun kecepatan perkembangan setiap anak
berbeda-beda, kita harus waspada apabila seorang
anak mengalami keterlambatan perkembangan
atau penyimpangan perkembangan. Untuk
mendeteksi keterlambatan, dapat digunakan 2
pendekatan :
Memberikan peranan kepada orang tua, nenek,
guru atau pengasuh untuk melakukan deteksi dini
dan melaporkan kepada dokter bila anak
mengalami keterlambatan atau gangguan
perkembangan dan perilaku. Kerugian cara ini
adalah bahwa orang tua sering menganggap bahwa
anak akan dapat menyusul keterlambatannya
dikemudian hari dan cukup ditunggu saja.
Misalnya bila anak mengalami keterlambatan
bicara, nenek mengatakan bahwa ayah atau ibu
juga terlambat bicara, atau anggapan bahwa anak
yang cepat jalan akan lebih lambat bicara. Kadang-
kadang disulitkan oleh reaksi menolak dari orang
tua yang tidak mengakui bahwa anak mengalami
keterlambatan bicara
Pendekatan lainnya adalah dengan deteksi aktif,
membandingkan apakah seorang anak dapat
melakukan fungsi bahasa yang sesuai dengan baku
untuk anak seusianya. Pendekatan kedua juga
mempunyai kelemahan yaitu akan terlalu banyak
anak yang diidentifikasi sebagai abnormal
karena bicara terlambat. Sebagian besar
diantaranya memang secara alamiah akan
menyusul bicara dikemudian hari. Bahkan kadang-
kadang masih ditemukan dokter atau dokter anak
yang masih menganggap bukan kelainan, dan
dikatakan kepada pasien: Tidak apa-apa,
ditunggu saja.
Peranan orang tua untuk melaporkan
kecurigaannya dan peran dokter untuk
menanggapi keluhan tersebut sama pentingnya
dalam penatalaksanaan anak. Bila dijumpai
keterlambatan atau penyimpangan harus
dilakukan pemeriksaan atau menentukan apakah
hal tersebut merupakan variasi normal atau suatu
kelainan yang serius. Jangan berpegang pada
pendapat :Nanti juga akan berkembang sendiri
atau Anak semata-mata hanya terlambat sedikit
tanpa bukti yang kuat, yang akan mengakibatkan
diagnosis yang terlambat dan penatalaksanaan
yang semakin sulit.
FAKTOR RESIKO DAN PENCEGAHAN AUTIS
RESIKO TINGGI TERJADI AUTIS :
Terdapat beberapa hal dan keadaan yang membuat
resiko anak menjadi autism lebih besar. Dengan
diketahui resiko tersebut tentunya dapat dilakukan
tindakan untuk mencegah dan melakukan
intervensi sejak dini pada anak yang beresiko.
Adapun beberapa resiko tersebut dapat
diikelompokkan dalam beberapa periode,
diantaranya adalah :
PERIODE KEHAMILAN
Perkembangan janin dalam kehamilan sangat
banyak yang mempengaruhinya. Pertumbuhan
dan perkembangan otak atau sistem susunan saraf
otak sangat pesat terjadi pada periode ini, sehingga
segala sesuatu gangguan atau penyakit pada ibu
tentunya sangat berpengaruh. Gangguan pada otak
inilah nantinya akan mempengaruhi
perkembangan dan perilaku anak kelak nantinya,
termasuk resiko terjadinya autis.
Beberapa keadaan ibu dan bayi dalam kandungan
yang harus lebih diwaspadai dapat berkembang
jadi autis adalah :
Infeksi selama persalinan terutama infeksi virus
Peradarahan selama kehamilan
Perdarahan selama kehamilan paling sering
disebabkan karena placental complications,
diantaranya placenta previa, abruptio placentae,
vasa previa, circumvallate placenta, and rupture of
the marginal sinus. Kondisi tersebut
mengakibatkan gangguan transportasi oksigen dan
nutrisi ke bayi yang mengakibatkan gangguan
pada otak janin.
Perdarahan awal kehamilan juga berhubungan
dengan kelahiran prematur dan bayi lahir berat
rendah. Prematur dan berat bayi lahior rendah
juga merupakan resiko tinggi terjadinya autism
Obat-obatan yang diminum selama kehamilan
terutama trimester pertama
Merokok saat kehamilan
Stres saat kehamilan
Adanya Fetal Atopi atau Maternal Atopi, yaitu
kondisi alergi pada janin yang diakibatkan
masuknya bahan penyebab alergi melalui ibu.
Menurut pengamatan penulis, hal ini dapat dilihat
adanya Gerakan bayi gerakan refluks oesefagial
(hiccupps/cegukan) yang berlebihan sejak dalam
kandungan terutama terjadi malam hari. Diduga
dalam kedaaan tersebut bayi terpengaruh
pencernaan dan aktifitasnya oleh penyebab
tertentu termasuk alergi ataupun bahan-bahan
toksik lainnya selama kehamilan.
Infeksi saluran kencing, Panas tinggi dan Depresi
Wilkerson dkk telah melakukan penelitian
terhadap riwayat ibu hamil pada 183 anak autism
dibandingkan 209 tanpa autism. Ditemukan
kejadian infeksi saluran kencing, panas tinggi dan
depresi pada ibu tampak jumlahnya bermakna
pada kelompok ibu dengan anak autism.
PERIODE KEHAMILAN
Beberapa keadaan ibu dan bayi dalam kandungan
yang harus lebih diwaspadai dapat berkembang
jadi autism adalah :
Infeksi selama persalinan terutama infeksi virus
Peradarahan selama kehamilan
Perdarahan selama kehamilan paling sering
disebabkan karena placental complications,
diantaranya placenta previa, abruptio placentae,
vasa previa, circumvallate placenta, and rupture of
the marginal sinus. Kondisi tersebut
mengakibatkan gangguan transportasi oksigen dan
nutrisi ke bayi yang mengakibatkan gangguan
pada otak janin.
Perdarahan awal kehamilan juga berhubungan
dengan kelahiran prematur dan bayi lahir berat
rendah. Prematur dan berat bayi lahir rendah juga
merupakan resiko tinggi terjadinya autism
Obat-obatan yang diminum selama kehamilan
terutama trimester pertama.
Peneliti di Swedia melaporkan pemberian obat
Thaliodomide pada awal kehamilan dapat
mengganggu pembentukan sistem susunan saraf
pusat yang mengakibatkan autism
Adanya Fetal Atopi atau Maternal Atopi, yaitu
kondisi alergi pada janin yang diakibatkan
masuknya bahan penyebab alergi melalui ibu.
Menurut pengamatan penulis, hal ini dapat dilihat
adanya Gerakan bayi gerakan refluks oesefagial
(hiccupps/cegukan) yang berlebihan sejak dalam
kandungan terutama terjadi malam hari.
Infeksi saluran kencing, Panas tinggi dan Depresi
Wilkerson dkk telah melakukan penelitian
terhadap riwayat ibu hamil pada 183 anak autism
dibandingkan 209 tanpa autism. Ditemukan
kejadian infeksi saluran kencing, panas tinggi dan
depresi pada ibu tampak jumlahnya bermakna
pada kelompok ibu dengan anak
autism.PERIODE PERSALINAN
Persalinan adalah periode yang paling
menentukan dalam kehidupan bayi selanjutnya.
Beberapa komplikasi yang timbul selama periode
ini sangat menentukan kondisi bayi yang akan
dilahirkan. Bila terjadi gangguan dalam persalinan
maka yang paling berbahaya adalah hambatan
aliran darah dan oksigen ke seluruh organ tubuh
bayi termasuk otak. Organ otak adalah organ yang
paling sensitif dan peka terhadap gangguan ini,
kalau otak terganggu maka sangat mempengaruhi
kualitas hidup anak baik dalam perkembangan dan
perilaku anak nantinya
Gangguan persalinan yang dapat meningkatkan
resiko terjadinya autism adalah :
Pemotongan tali pusat terlalu cepat
Asfiksia pada bayi (nilai APGAR SCORE rendah <
6 )
Komplikasi selama persalinan
Lamanya persalinan
letak presentasi bayi saat lahir
Berat lahir rendah ( < 2500 gram)
PERIODE USIA BAYI
Dalam kehidupan awal di usia bayi, beberapa
kondisi awal atau gangguan yang terjadi dapat
mengakibatkan gangguan pada optak yang
akhirnya dapat beresiko untuk terjadinya
gangguan autism.
Kondisi atau gangguan yang beresiko untuk
terjadinya autism adalah sebagai berikut :
Prematuritas
Alergi makanan
Kegagalan kenaikan berat badan
Kelainan bawaan : kelainan jantung bawaan,
kelainan genetik, kelainan metabolik,
Gangguan pencernaan : sering muntah, kolik, sulit
buang air besar, sering buang air besar
Gangguan neurologI/saraf : trauma kepala, kejang,
otot atipikal, kelemahan otot.
PENCEGAHAN AUTIS
Tindakan pencegahan adalah yang paling utama
dalam resiko terjadinya penyakit atau gangguan.
Demikian pula kelainan autis, meskipun teori
penyebabnya masih belum jelas terungkap namun
beberapa upaya pencegahan dapat dilakukan.
Upaya pencegahan tersebut berdasarkan teori
penyebab ataupun penelitian faktor resiko autis.
Pencegahan ini dapat dilakukan sedini mungkin
sejak merencanakan kehamilan, saat kehamilan,
persalinan dan periode usia anak.
PENCEGAHAN SEJAK KEHAMILAN
Untuk mencegah gangguan perkembangan sejak
kehamilan , kita harus melihat dan mengamati
penyebab dan faktor resiko terjadinya gangguan
perkembangan sejak dalam kehamilan. Untuk
mengurangi atau menghindari resiko yang bisa
timbul dalam kehamilan tersebut dapat melalui
beberapa cara.
Adapun cara untuk mencegah terjadinya gangguan
tumbuh kembang sejak dalam kehamilan tersebut
diantaranya adalah :
Periksa dan konsultasi ke dokter spesialis
kebidanan dan kandungan lebih awal, kalu perlu
berkonsultasi sejak merencanakan kehamilan.
Melakukan pemeriksaan skrening secara lengkap
terutama infeksi virus TORCH (Toxoplasma,
Rubela, Citomegalovirus, herpes atau hepatitis).
Periksa dan konsultasi ke dokter spesialis
kebidanan dan kandungan secara rutin dan
berkala, dan selalu mengikuti nasehat dan
petunjuk dokter dengan baik.
Peradarahan selama kehamilan segera periksa ke
dokter kandungan anda. Perdarahan selama
kehamilan paling sering disebabkan karena
kelainan plasenta. Kondisi tersebut
mengakibatkan gangguan transportasi oksigen dan
nutrisi ke bayi yang mengakibatkan gangguan
pada otak janin.
Perdarahan pada awal kehamilan juga
berhubungan dengan kelahiran prematur dan bayi
lahir berat rendah. Prematur dan berat bayi lahir
rendah juga merupakan resiko tinggi terjadinya
autism dan gangguan bahasa lainnya.
Berhati-hatilah minum obat selama kehamilan,
bila perlu harus konsultasi ke dokter terlebih
dahulu. Obat-obatan yang diminum selama
kehamilan terutama trimester pertama.
Peneliti di Swedia melaporkan pemberian obat
Thaliodomide pada awal kehamilan dapat
mengganggu pembentukan sistem susunan saraf
pusat yang mengakibatkan autism dan gangguan
perkembangan lainnya termasuk gangguan
berbiocara.
Bila bayi beresiko alergi sebaiknya ibu mulai
menghindari paparan alergi berupa asap rokok,
debu atau makanan penyebab alergi sejak usia di
atas 3 bulan.
Hindari paparan makanan atau bahan kimiawi
atau toksik lainnya selama kehamilan.
Jaga higiene, sanitasi dan kebersihan diri dan
lingkungan kita.
Konsumsilah makanan yang bergizi baik dan
dalam jumlah yang cukup. Sekaligus konsumsi
vitamin dan mineral tertentu sesuai anjuran
dokter secara teratur.
Adanya Fetal Atopi atau Maternal Atopi, yaitu
kondisi alergi pada janin yang diakibatkan
masuknya bahan penyebab alergi melalui ibu.
Menurut pengamatan penulis, hal ini dapat dilihat
adanya Gerakan bayi gerakan refluks oesefagial
(hiccupps/cegukan) yang berlebihan sejak dalam
kandungan terutama terjadi malam hari. Diduga
dalam kedaaan tersebut bayi terpengaruh
pencernaan dan aktifitasnya oleh penyebab
tertentu termasuk alergi ataupun bahan-bahan
toksik lainnya selama kehamilan. Bila gerakan bayi
dan gerakan hiccups/cegukan pada janin yang
berlebihan terutama pada malam hari serta
terdapat gejala alergi atau sensitif pencernaan
salah satu atau kedua orang tua. Sebaiknya ibu
menghindari atau mengurangi makanan penyebab
alergi sejak usia kehamilan di atas 3 bulan.
Hindari asap rokok, baik secara langsung atau
jauhi ruangan yang dipenuhi asap rokok.
Beristirahatlah yang cukup, hindari keadaan stres
dan depresi serta selalu mendekatkan diri dengan
Tuhan.PENCEGAHAN SAAT PERSALINAN
Persalinan adalah periode yang paling
menentukan dalam kehidupan bayi selanjutnya.
Beberapa komplikasi yang timbul selama periode
ini sangat menentukan kondisi bayi yang akan
dilahirkan. Bila terjadi gangguan dalam persalinan
maka yang paling berbahaya adalah hambatan
aliran darah dan oksigen ke seluruh organ tubuh
bayi termasuk otak. Organ otak adalah organ yang
paling sensitif dan peka terhadap gangguan ini,
kalau otak terganggu maka sangat mempengaruhi
kualitas hidup anak baik dalam perkembangan dan
perilaku anak nantinya
Beberapa hal yang terjadi saat persalinan yang
dapat meningkatkan resiko terjadinya
perkembangan dan perilaku pada anak, sehingga
harus diperhatikan :
Melakukan konsultasi dengan dokter spesialis
kandungan dan kebidanan tentang rencana
persalinan. Dapatkan informasi secara jelas dan
lengkap tentang resiko yang bisa terjadi selama
persalinan.
Bila terdapat resiko dalam persalinan harus
diantisipasi kalau terjadi sesuatu. Baik dalam hal
bantuan dokter spesialis anak saat persalinan atau
sarana perawatan NICU (Neonatologi Intensive
Care Unit) bila dibutuhkan.
Bila terdapat faktor resiko persalinan seperti :
pemotongan tali pusat terlalu cepat, asfiksia pada
bayi baru lahir (bayi tidak menangis atau nilai
APGAR SCORE rendah < 6 ), komplikasi selama
persalinan, persalinan lama, letak presentasi bayi
saat lahir tidak normal, berat lahir rendah ( <
2500 gram) maka sebaiknya dilakukan
pemantauan perkembangan secara cermat sejak
usia dini.
PENCEGAHAN SEJAK USIA BAYI
Setelah memasuki usia bayi terdapat beberapa
faktor resiko yang harus diwaspadai dan dilakukan
upaya pencegahannya. Bila perlu dilakukan terapi
dan intervensi secara dini bila sudah mulai
dicurigai terdapat gejala atau tanda gangguan
perkembangan. Adapun beberapa tindakan
pencegahan yang dapat dilakukan adalah :
Amati gangguan saluran cerna pada bayi sejak
lahir. Gangguan teresebut meliputi : sering
muntah, tidak buang besar setiap hari, buang air
besar sering (di atas usia 2 minggu lebih 3 kali
perhari), buang air besar sulit (mengejan), sering
kembung, rewel malam hari (kolik), hiccup
(cegukan) berlebihan, sering buang angin. Bila
terdapat keluhan tersebut maka penyebabnya yang
paling sering adalah alergi makanan dan
intoleransi makanan. Jalan terbaik mengatasi
ganggguan tersebut bukan dengan obat tetapi
dengan mencari dan menghindari makanan
penyebab keluhan tersebut. Gangguan saluran
cerna yang berkepanjangan akan dapat
mengganggu fungsi otak yang akhirnya
mempengaruhi perkembangan dan perilaku anak.
Bila terdapat kesulitan kenaikkan berat badan,
harus diwaspadai. Pemberian vitamin nafsu
makan bukan jalan terbaik dalam mengobati
penderita, tetapi harus dicari penyebabnya
Bila terdapat kelainan bawaan : kelainan jantung
bawaan, kelainan genetik, kelainan metabolik,
maka harus dilakukan perawatan oleh dokter ahli.
Harus diamati tanda dan gejala autism secara
cermat sejak dini.
Demikian pula bila terjadi gangguan neurologi
atau saraf seperti trauma kepala, kejang (bukan
kejang demam sederhana) atau gangguan
kelemahan otot maka kita harus lebih cermat
mendeteksi secara dini gangguan perkembangan.
Pada bayi prematur, bayi dengan riwayat kuning
tinggi (hiperbilirubinemi), infeksi berat saat usia
bayi (sepsis dll) atau pemberian antibiotika
tertentu saat bayi harus dilakukan monitoring
tumbuh kembangnya secara rutin dan cermat
terutama gangguan perkembangan dan perilaku
pada anak.
Bila didapatkan penyimpangan gangguan
perkembangan khususnya yang mengarah pada
gangguan perkembangan dan perilaku maka
sebaiknya dilakukan konsultasi sejak dini kepada
ahlinya untuk menegakkan diagnosis dan
intervensi sejak dini.
Pada bayi dengan gangguan pencernaan yang
disertai gejala alergi atau terdapat riwayat alergi
pada orang tua, sebaiknya menunda pemberian
makanan yang beresiko alergi hingga usia diatas 2
atau 3 tahun. Makanan yang harus ditunda adalah
telor, ikan laut, kacang tanah, buah-buahan
tertentu, keju dan sebagainya.
Bayi yang mengalami gangguan pencernaan
sebaiknya juga harus menghindari monosodium
glutamat (MSG), amines, tartarzine (zat warna
makanan),
Bila gangguan pencernaan dicurigai sebagai Celiac
Disease atau Intoleransi Casein dan Gluten maka
diet harus bebas casein dan Gluten,
Ciptakan lingkungan keluarga yang penuh kasih
sayang baik secara kualitas dan kuantitas, hindari
rasa permusuhan, pertentangan, emosi
dan kekerasan.Bila terdapat faKtor resiko tersebut
pada periode kehamilan atau persalinan maka kita
harus lebih waspada. Menurut beberapa penelitian
resiko tersebut akan semakin besar kemungkinan
terjadi autism. Selanjutnya kita harus mengamati
secara cermat tanda dan gejala autism sejak usia 0
bulan.
Bila didapatkan gejala autism pada usia dini, kalau
perlu dilakukan intervensi sejak dini dalam hal
pencegahan dan pengobatan. Lebih dini kita
melakukan intervensi kejadian autism dapat kita
cegah atau paling tidak kita minimalkan keluhan
yang akan timbul.
Bila resiko itu sudah tampak pada usia bayi maka
kondisi tersebut harus kita minimalkan bahkan
kalau perlu kita hilangkan. Misal kegagalan
kenaikkan berat badan harus betul-betul dicari
penyebabnya, pemberian vitamin bukan jalan
terbaik untuk mencari penyebab kelainan tersebut.
Demikan pula gangguan alergi makanan dan
gangguan pencernaan pada bayi, harus segera
dicari penyebabnya. Yang paling sering adalah
karena alergi makanan atau intoleransi makan,
penyebabnya jenis makanan tertentu termasuk
susu bayi. Pemberian obat-obat bukanlah cara
terbaik untuk mencari penyebab gangguan alergi
atau gangguan pencernaan tersebut. Yang paling
ideal adalah kita harus menghindari makanan
penyebab gangguan tersebut tanpa bantuan obat-
obatan. Obat-obatan dapat diberikan sementara
bila keluhan yang terjadi cukup berat, bukan untuk
selamanya.

DETEKSI DINI DAN PENCEGAHAN
PENYAKIT AUTIS PADA ANAK
Posted on August 2, 2009by The Children Indonesia
PENDAHULUAN
Di bidang psikiatri anak, angka kelainan jiwa pada
anak diperkirakan mencapai 5 10% dari populasi
anak. Kelaianan di bidang perkembangan anak
dibagi dalam 2 kelompok besar yaitu kelinan spesifik
serta kelainan yang menyeluruh/pervasiv. Sekalipun
kelainan ini lebih kecil dibandingkan kelainan
psikiatri lainnya, penderita memerlukan perhatian
seumur hidupnya atau setidak-tidaknya sepanjang
masa-masa perkembangan.
Kelainan autistik atau autisma pada anak adalah
salah satu bentuk penyakit yang tergolong dalam
gangguan pervasif. Angka kejadian autisma
tampaknya meningkat pesat dalambeberapa tahun
terahkir ini. Peningkatan ini terutama karena
meningkatnya penyampaian informasi yang
disampaikan berbagai media cetak maupun
elektronik terutama internet. Sehingga baik kalangan
medis maupun awam mengetahui perkembangan
tehnolgi kesehatan yang berkaitan dengan hal
tersebut. Sehingga masalah penyimpangan perilaku
pada anak khususnya autisma ini menjadi persoalan
yang aktual dan menarik yang ingin diketahui oleh
masyarakat baik dari kalangan akademisi maupun
masyarakat umumnya.
Amatlah penting untuk mengetahui gejala dan tanda
penyakit ini sejak dini karena penanganan yang lebih
cepat akan memberikan hasil yang lebih baik.
Beberapa pakar kesehatanpun meyakini bahwa
merupakan hal yang utama bahwa semakin besar
kemungkinan kemajuan dan perbaikan apabila
kelainan pada anak ditemukan pada usia yang
semakin muda.
APAKAH AUTIS ITU ?
Autism adalah gangguan perkembangan pervasif
pada anak yang ditandai dengan adanya gangguan
dan keterlambatan dalam bidang kognitif, bahasa,
perilaku, komunikasi dan interaksi sosial.
Kata autisma berasal dari bahasa Yunani auto
berarti sendiri yang ditujukanpada seseorang yang
menunjukkan gejala hidup dalam dunianya sendiri.
Pada umumnya penderita autisma mengacuhkan
suara, penglihatan ataupun kejadian yang
melibatkan mereka. Jika ada reaksi biasanya reaksi
ini tidak sesuai dengan situasi atau malahan tidak
ada reaksi sama sekali. Mereka menghindari atau
tidak berespon terhadap kontak sosial (pandangan
mata, sentuhan kasih sayang, bermain dengan anak
lain dan sebagainya).
Pemakaian istilah autisma kepada penderita
diperkenalkan pertama kali oleh Leo Kanner,
seorang psikiater dari Harvard (Kanner, Austistic
Disturbance of Affective Contact) pada tahun 1943
berdasarkan pengamatan terhadap 11 penderita yang
menunjukkan gejala kesulitan berhubungan dengan
orang lain, mengisolasi diri, perilaku yang tidak biasa
dan cara berkomunikasi yang aneh.
ANGKA KEJADIAN
Autism dapat terjadipada semua kelompok
masyarakat kaya miskin, di desa dikota,
berpendidikan maupun tidak serta pada semua
kelompok etnis dan budaya di dunia. Sekalipun
demikian anak-anak di negara maju pada umumnya
memiliki kesempatan terdiagnosis lebih awal
sehingga memungkinkan tatalaksana yang lebih dini
dengan hasil yang lebih baik.
Jumlah anak yang terkena autism makin bertambah.
Di Kanada dan Jepang pertambahan ini mencapai 40
persen sejak 1980. Di California sendiri pada tahun
2002 di-simpulkan terdapat 9 kasus autis per-
harinya. Dengan adanya metode diagnosis yang kian
berkembang hampir dipastikan jumlah anak yang
ditemukan terkena Autisme akan semakin besar.
Jumlah tersebut di atas sangat mengkhawatirkan
mengingat sampai saat ini penyebab autisme masih
misterius dan menjadi bahan perdebatan diantara
para ahli dan dokter di dunia.Di Amerika Serikat
disebutkan autisme terjadi pada 60.000 15.000
anak dibawah 15 tahun. Kepustakaan lain
menyebutkan prevalens autisme 10-20 kasus dalam
10.000 orang, bahkan ada yang mengatakan 1
diantara 1000 anak. Di Inggris pada awal tahun 2002
bahkan dilaporkan angka kejadian autisma
meningkat sangat pesat, dicurigai 1 diantara 10 anak
menderita autisma. Perbandingan antara laki dan
perempuan adalah 2,6 4 : 1, namun anak
perempuan yang terkena akan menunjukkan gejala
yang lebih berat.
Di Indonesia yang berpenduduk 200 juta, hingga
saat ini belunm diketahui berapa persisnya jumlah
penderita namun diperkirakanjumlah anak austima
dapat mencapai 150 -200 ribu orang.
Penelitian Deb & Prasad, 1994 di Skotlandia
menemukan bahwa dikalangan anak-anak dengan
gangguan belahjar prevalensi autisma mencapai
14,3% dan di anatara usia sekolah prevalensinya 9
per 10.000. Penderita di perkotaan lebih tinggi
daripada di perdesaan dan angka kejadian dari tahun
ke tahun cenderung terus meningkat.
PENYEBAB AUTIS
Penyebab autis belum diketahui secara pasti.
Beberapa ahli menyebutkan autis disebabkan karena
terdapat gangguan biokimia, ahli lain berpendapat
bahwa autisme disebabkan oleh gangguan
psikiatri/jiwa. Ahli lainnya berpendapat bahwa
autisme disebabkan oleh karena kombinasi makanan
yang salah atau lingkungan yang terkontaminasi zat-
zat beracun yang mengakibatkan kerusakan pada
usus besar yang mengakibatkan masalah dalam
tingkah laku dan fisik termasuk autisme.
Walaupun paparan logam berat (air raksa) terjadi
pada setiap anak, namun hanya sebagian kecil saja
yang mengalami gejala autism. Hal ini mungkin
berkaitan dengan teori genetik, salah satunya
berkaitan dengan teori Metalotionin. Beberapa
penelitian anak autism tampaknya didapatkan
ditemukan adanya gangguan netabolisme
metalotionin.
Metalotionon adalah merupakan sistem yang utama
yang dimiliki oleh tubuh dalam mendetoksifikasi air
raksa, timbal dan logam berat lainnya. Setiap logam
berat memiliki afinitas yang berbeda terhada
metalotionin. Berdasarkan afinitas tersebut air raksa
memiliki afinitas yang paling kuar dengan terhadam
metalotianin dibandingkan logam berat lainnya
sepertoi tenbaga, perak atau zinc.
Berdasarkan beberapa penelitian yang telah
dilaporkan para ahli menunjukkan bahwa gangguan
metalotianin disebabkan oleh beberapa hal di
antaranya adalah :
Defisiensi Zinc
Jumlah logam berat yang berlebihan
Defisiensi sistein
Malfungsi regulasi element Logam
Kelainan genetik, antara lain pada gen pembentuk
netalotianin
Perdebatan yang terjadi akhir akhir ini berkisar pada
kemungkinan penyebab autisme yang disebabkan
oleh vaksinasi anak. Peneliti dari Inggris Andrew
Wakefield, Bernard Rimland dari Amerika
mengadakan penelitian mengenai hubungan antara
vaksinasi terutama MMR (measles, mumps rubella )
dan autis.
Banyak penelitian lainnya yang dilakukan dengan
populasi yang lebih besar dan luas memastikan
bahwa imunisasi MMR tidak menyebabkan Autis,
Beberapa orang tua anak penyandang autisme tidak
puas dengan bantahan tersebut. Bahkan Jeane Smith
seorang warga negara Amerika bersaksi didepan
kongres Amerika : kelainan autis dinegeri ini sudah
menjadi epidemi, dia dan banyak orang tua anak
penderta autisme percaya bahwa anak mereka yang
terkena autisme disebabkan oleh reaksi dari
vaksinasi.
Penelitian dalam jumlah besar dan luas tentunya
lebih bisa dipercaya dibandingkan laporan beberapa
kasus yang jumlahnya relatif tidak bermakna secara
umum. Namun penelitian secara khusus pada
penderita autism, memang menunjukkan hubungan
tersebut. Memang kontroversi itu terus berlanjut
terus, namun kita bisa mengambil hikmah dan jalan
yang terbaik anak kita harus imunisasi MMR atau
tidak ?. Untuk meyakinkan hak tersebut mungkin
kita bisa berpedoman pada penelitian yang lebih
dipercaya validitasnya secara populasi lebih banyak
dan luas yaitu Autism tidak berhubungan dengan
MMR. Tetapi juga mungkin kita harus lebih waspada
bila anak kita sudah mulai tampak ditemukan
penyimpangan perkembangan atau perilaku sejak
dini memang sebaiknya untuk mendapatkan
imunisasi MMR harus berkonsulasi dahulu dengan
dokter tumbuh kembang anak. Artinya MMR tidak
berhubungan dengan Autism memang bila anak kita
tidak berbakat autis. Namun bila anak kita sudah
mempunyai ditemukan bakat kelainan Autis sejak
dini mungkin bisa saja menunda dahulu imunisasi
MMR sebelum dipastikan diagnosis Autis, meskipun
sebenarnya pemicu atau faktor yang memperberat
Autism bukan hanya MMR.
Banyak pula ahli melakukan penelitian dan
menyatakan bahwa bibit autisme telah ada jauh hari
sebelum bayi dilahirkan bahkan sebelum vaksinasi
dilakukan. Kelainan ini dikonfirmasikan dalam hasil
pengamatan beberapa keluarga melalui gen autisme.
Patricia Rodier, ahli embrio dari Amerika bahwa
korelasi antara autisme dan cacat lahir yang
disebabkan oleh thalidomide menyimpulkan bahwa
kerusakan jaringan otak dapat terjadi paling awal 20
hari pada saat pembentukan janin. Peneliti lainnya,
Minshew menemukan bahwa pada anak yang
terkena autisme bagian otak yang mengendalikan
pusat memory dan emosi menjadi lebih kecil dari
pada anak normal. Penelitian ini menyimpulkan
bahwa gangguan perkembangan otak telah terjadi
pada semester ketiga saat kehamilan atau pada saat
kelahiran bayi.
Karin Nelson, ahli neorology Amerika mengadakan
menyelidiki terhadap protein otak dari contoh darah
bayi yang baru lahir. Empat sampel protein dari bayi
normal mempunyai kadar protein yang kecil tetapi
empat sampel berikutnya mempunyai kadar protein
tinggi yang kemudian ditemukan bahwa bayi dengan
kadar protein otak tinggi ini berkembang menjadi
autisme dan keterbelakangan mental. Nelson
menyimpulkan autisme terjadi sebelum kelahiran
bayi.
Saat ini, para pakar kesehatan di negara besar
semakin menaruh perhatian terhadap kelainan
autism pada anak. Sehingga penelitian terhadap
autism semakin pesat dan berkembang. Sebelumnya,
kelainan autisme hanya dianggap sebagai akibat dari
perlakuan orang tua yang otoriter terhadap anaknya.
Kemajuan teknologi memungkinkan untuk
melakukan penelitian mengenai penyebab autisme
secara genetik, neuroimunologi dan metabolik. Pada
bulan Mei 2000 para peneliti di Amerika
menemukan adanya tumpukan protein didalam otak
bayi yang baru lahir yang kemudian bayi tersebut
berkembang menjadi anak autisme. Temuan ini
mungkin dapat menjadi kunci dalam menemukan
penyebab utama autisme sehingga dapat dilakukan
tindakan pencegahannya.
TANDA DAN GEJALA AUTIS
Autisme adalah gangguan perkembangan pervasif
pada anak yang ditandai dengan adanya gangguan
dan keterlambatan dalam bidang kognitif, bahasa,
perilaku, komunikasi dan interaksi sosial.
Gangguan dalam komunikasi verbal maupun
nonverbal
Kemampuan berbahasa mengalami keterlambatan
atau sama sekali tidak dapat berbicara.
Menggunakan kata kata tanpa
menghubungkannya dengan arti yang lazim
digunakan.
Berkomunikasi dengan menggunakan bahasa
tubuh dan hanya dapat berkomunikasi dalam
waktu singkat.
Kata-kata yang tidak dapat dimengerti orang lain
(bahasa planet)
Tidak mengerti atau tidak menggunakan kata-kata
dalam konteks yang sesuai.
Ekolalia (meniru atau membeo), menirukan kata,
kalimat atau lagu tanpa tahu artinya.
Bicaranya monoton seperti robot
Bicara tidak digunakan untuk komunikasi
Mimik datar
Gangguan dalam bidang interaksi sosial
Menolak atau menghindar untuk bertatap muka
Tidak menoleh bila dipanggil, sehingga sering
diduga tuli
Merasa tidak senang atau menolak dipeluk
Bila menginginkan sesuatu, menarik tangan
tangan orang yang terdekat dan berharap orang
tersebut melakukan sesuatu untuknya
Tidak berbagi kesenangan dengan orang lain
Saat bermain bila didekati malah menjauh
Bila menginginkan sesuatu ia menarik tangan
orang lain dan mengharapkan tangan tersebut
melakukan sesuatu untuknya.
Gangguan dalam bermain
Bermain sangat monoton dan aneh misalnya
menderetkan sabun menjadi satu deretan yang
panjang, memutar bola pada mainan mobil dan
mengamati dengan seksama dalam jangka waktu
lama.
Ada kelekatan dengan benda tertentu seperti
kertas, gambar, kartu atau guling, terus dipegang
dibawa kemana saja dia pergi.
Bila senang satu mainan tidak mau mainan
lainnya.
Tidak menyukai boneka, tetapi lebih menyukai
benda yang kurang menarik seperti botol, gelang
karet, baterai atau benda lainnya
Tidak spontan / reflek dan tidak dapat
berimajinasi dalam bermain. Tidak dapat meniru
tindakan temannya dan tidak dapat memulai
permainan yang bersifat pura pura.
Sering memperhatikan jari-jarinya sendiri, kipas
angin yang berputar atau angin yang bergerak.
Perilaku yang ritualistik sering terjadi sulit
mengubah rutinitas sehari hari, misalnya bila
bermain harus melakukan urut-urutan tertentu,
bila bepergian harus melalui rute yang sama.
Gangguan perilaku
Sering dianggap sebagai anak yang senang
kerapian harus menempatkan barang tertentu
pada tempatnya
Anak dapat terlihat hiperaktif misalnya bila masuk
dalam rumah yang baru pertama kali ia datang, ia
akan membuka semua pintu, berjalan kesana
kemari, berlari-lari tak tentu arah.
Mengulang suatu gerakan tertentu (menggerakkan
tangannya seperti burung terbang). Ia juga sering
menyakiti diri sendiri seperti memukul kepala atau
membenturkan kepala di dinding
Dapat menjadi sangat hiperaktif atau sangat pasif
(pendiam), duduk diam bengong dengan tatap
mata kosong. Marah tanpa alasan yang masuk
akal. Amat sangat menaruh perhatian pada satu
benda, ide, aktifitas ataupun orang. Tidak dapat
menunjukkan akal sehatnya. Dapat sangat agresif
ke orang lain atau dirinya sendiri.
Gangguan kognitif tidur, gangguan makan dan
gangguan perilaku lainnya.
Gangguan perasaan dan emosi
Tertawa-tawa sendiri, menangis atau marah tanpa
sebab nyata
Sering mengamuk tak terkendali (temper
tantrum), terutama bila tidak mendapatkan
sesuatu yang diinginkan
Sering mengamuk tak terkendali (temper
tantrum)bila keinginannya tidak didapatkannya,
bahkan bisa menjadi agresif dan merusak.
Tidak dapat berbagi perasaan (empati) dengan
anak lain
Gangguan dalam persepsi sensoris
Sensitif terhadap cahaya, pendengaran, sentuhan,
penciuman dan rasa (lidah) dari mulai ringan
sampai berat.
Menggigit, menjilat atau mencium mainan atau
benda apa saja
Bila mendengar suara keras, menutup teling
Menangis setiap kali dicuci rambutnya
Meraskan tidak nyaman bila diberi pakaian
tertentu
Tidak menyukai rabaan atau pelukan, Bila
digendong sering merosot atau melepaskan diri
dari pelukan.
DIAGNOSIS AUTIS
Menegakkan diagnosis autism memang tidaklah
mudah karena membutuhkan kecermatan,
pengalaman dan mungkin perlu waktu yang tidak
sebentar untuk pengamatan. Sejauh ini tidak
ditemukan tes klinis yang dapat mendiagnosa
langsung autis.
Diagnosa yang paling baik adalah dengan cara
seksama mengamati perlilaku anak dalam
berkomunikasi, bertingkah laku dan tingkat
perkembangannya.
Banyak tanda dan gejala perilaku seperti autism
yang disebabkan oleh adanya gangguan selain
autis.
Pemeriksaan klinis dan penunjang lainnya
mungkin diperlukan untuk memastikan
kemungkinan adanya penyebab lain tersebut.
Karena karakteristik dari penyandang autisme ini
banyak sekali ragamnya sehingga cara diagnosa
yang paling ideal adalah dengan memeriksakan
anak pada beberapa tim dokter ahli seperti ahli
neurologis, ahli psikologi anak, ahli penyakit anak,
ahli terapi bahasa, ahli pengajar dan ahli
profesional lainnya dibidang autis.
Dokter ahli atau praktisi kesehatan profesional
yang hanya mempunyai sedikit pengetahuan dan
wawasan mengenai autis akan mengalami
kesulitan dalam men-diagnosa autis. Kadang
kadang dokter ahli atau praktisi kesehatan
profesional keliru melakukan diagnosa dan tidak
melibatkan orang tua sewaktu melakukan
diagnosa. Kesulitan dalam pemahaman autisme
dapat menjurus pada kesalahan dalam
memberikan pelayanan kepada penyandang
autisme yang secara umum sangat memerlukan
perhatian yang khusus dan rumit.
Hasil pengamatan sesaat belumlah dapat
disimpulkan sebagai hasil mutlak dari kemampuan
dan perilaku seorang anak. Masukkan dari orang
tua mengenai kronologi perkembangan anak
adalah hal terpenting dalam menentukan
keakuratan hasil diagnosa. Secara sekilas,
penyandang autis dapat terlihat seperti anak
dengan keterbelakangan mental, kelainan
perilaku, gangguan pendengaran atau bahkan
berperilaku aneh dan nyentrik. Yang lebih
menyulitkan lagi adalah semua gejala tersebut
diatas dapat timbul secara bersamaan.
Karenanya sangatlah penting untuk membedakan
antara autisme dengan yang lainnya sehingga
diagnosa yang akurat dan penanganan sedini
mungkin dapat dilakukan untuk menentukan
terapi yang tepat.DIAGNOSIS AUTIS
BERDASARKAN DSM IV (Diagnostic and
Statistic manual)
Untuk menetapkan diagnosis gangguan autism
para klinisi sering menggunakan pedoman DSM
IV.Gangguan Autism didiagnosis berdasarkan
DSM-IV:
A. Harus ada sedikitnya 6 gejala dari(1), (2), and
(3), dengan minimla harus ada 2 gejala dari (1),
dan satu gejala masing-masing dari (2) dan (3):
(1) GANGGUAN KUALITATIF DALAM
INTERAKSI SOSIAL, minimal harus ada dua
manifestasi:
Hendaya dalam perilaku non verbal seperti :
kontak mata sangat kurang, ekspresi muka kurang
hidup, sikap tubuh atau gerak tubuh dalam
interaksi sosial
Kegagalan dalam berhubungan dengan anak
sebaya sesuai dengan perkembangannya
Tidak dapat merasakan apa yang dirasakan orang
lain
Kurangnya hubungan sosial dan emosional
(2) GANGGUAN KUALITATIF DALAM BIDANG
KOMUNIKASI, minimal 1 gejala di bawah ini :
Bicara terlambat atau bahkan sama sekali tak
berlkembang (tak ada usaha untuk mengimbangi
komunikasi dengan cara lain tanpa bicara).
Bila bisa bicara tidak dipakai untuk komunikasi
Sering menggunakan bahasa yang aneh dan
diulang-ulang.
Cara bermain kurang variasi, kurang imajinatif
dan kurang bisa meniru.
(3) SUATU POLA YANG DIPERTAHANKAN DAN
DIULANG-ULANG DALAM PERILAKU, MINAT
DAN KEGIATAN. Sedikitnya harus ada 1 gejala di
bawah ini :
Mempertahankan satu minat atau lebih dengan
cara yang sangat khas dan berlebihan.
Terpaku pada satu kegiatan ritual atau rutin yang
tidak ada gunanya
Terdapat gerakan-gerakan aneh yang khas
berulang-ulang.
Seringkali terpukau pada bagian-bagian benda
B. Sebelum usia 3 tahun tampak adanya
keterlambatan atau gangguan dalam bidang :
1. Interaksi sosial
2. Bicara dan berbahasa
3. Cara bermain yang kurang variasi
C. Gangguan tersebut bukan disebabkan karena
sindrom Rett atau Gangguan disintegratif masa
kanak-kanak (Childhood Disintegrative Disorder).
DIAGNOSIS BANDING AUTISM
Referensi baku yang dipakai untuk menjelaskan
jenis autisme adalah standar Amerika DSM revisi
keempat (Diagnostic and Statistical Manual) yang
memuat kriteria yang harus dipenuhi dalam
melakukan diagnosa autisme. Diagnosa ini hanya
dapat dilakukan oleh tim dokter atau praktisi ahli
bersadarkan pengamatan seksama terhadap
perilaku anak autisme dan disertai konsultasi
dengan orang tua anak.
Pada kenyataanya, sangat sulit untuk membagi
kategory atau jenis autisme mengingat tjarang
ditemukan antara satu dan lain penyandang
autisme yang mempunyai gejala yang sama. Setiap
penyandang autisme mempunyai ke-khas-annya
sendiri sendiri. Dengan kata lain ada 1001 jenis
atau mungkin satu juta satu jenis autisme di dunia
ini yang tidak dapat diperinci satu persatu. Istilah
yang lazim dipakai saat ini oleh para ahli adalah
kelainan spektrum autisme atau ASD (Autism
Spectrum Disorder).
Anak yang telah didiagnosa dan masuk dalam
kategori PDD mempunyai persamaan dalam hal
kekurang mampuan bersosialisasi dan
berkomunikasi akan tetapi tingkat kelainan-nya
(spektrum-nya) berbeda satu dengan lainnya.
Terdapat begitu banyaknya jenis atau ciri
penyandang autisme, sehingga lebih berupa
rangkaian dari kelabu muda sekali hingga kelabu
tua sekali (sangat bervariasi). Penggunaan istilah
autisme berat/parah dan autisme ringan dapat
menyesatkan karena jika dikatakan berat atau
parah orang tua dapat merasa frustasi dan
berhenti berusaha karena merasa tidak ada
gunanya lagi. Sebaliknya jika dikatakan ringan
atau tidak parah maka orang tua merasa senang
dan juga dapat berhenti berusaha karena merasa
anaknya akan sembuh sendiri. Pada kenyataannya,
baik ringan ataupun berat, tanpa penanganan
terpadu dan intensif, penyandang autisme sulit
mandiri. Meskipun sejauh nini belum ada
pembagian tegas untuk menunjukkan derajat
autism, apakah ringan, sedang atau berat.
Agar dapat membantu melihat beberapa kelompok
besar spektrum autisme yang ada, dapat dilihat
dari kategori utama dibawah ini:
Gangguan Perkembangan Pervasif (Pervasive
Developmental Disorders /PDD) terdiri dari
beberapa jenis PPD di antaranya adalah :
Autistik
Aspergers
Retts
Childhood Disintegrative Disorder (CDD)
Gangguan pervasive opada masa kanak-kanak
(Pervasive Developmental Disorder) or Not
Otherwise Specified (PDD:NOS)Beberapa
perbedaan antara Autis, Aspergers, Retts,
Gangguan disintegratif padamasa kanak
(Childhood Disintegrative Disorder /CDD),
Pervasive Developmental Disorder or Not
Otherwise Specified (PDD:NOS adalah :
AUTIS
Ketidakmampuan dalam bersosialisasi dan
berkomunikasi. Sampai dengan umur 3 tahun
mempunyai daya imajinasi yang tinggi dalam
bermain dan mempunyai perilaku, minat dan
aktifitas yang unik (aneh).
Dikategorikan sebagai ketidak mampuan dalam
bersosialisasi dan mempunyai minat dan aktifitas
yang terbatas tanpa adanya keterlambatan dalam
kemampuan berbicara. Kecerdasannya berada
pada tingkat normal atau diatas normal.
Terdapat 6 GEJALA UTAMA AUTIS :
1. Kegagalan untuk mengembangkan khidupan
sosial normal
2. Gangguan bicara, Bahasa dan komunikasi
3. Abnormal Relationships to Objects and Events
4. Respon tidak normal terhadap stimulasi
sensoris
5. Perbedaan perkembangan dan keterlambatan
perkembangan
6. Dimulai selama usia bayi atau anakSINDROM
RETTS
Sindrom Rett adalah penyakit degeneratif,
ketidakmampuan yang semakin hari semakin
parah (progresif). Hanya menimpa anak
perempuan. Pertumbuhan normal lalu diikuti
dengan kehilangan keahlian yang sebelumnya
telah dikuasai dengan baik- khususnya kehilangan
kemampuan menggunakan tangan yang kemudian
berganti menjadi pergerakan tangan yang berulang
ulang (seperti mencuci tangan) mulai pada umur 1
hingga 4 tahun.
Gejala dapat dimulai usia 6 bulan hingga usia 18
bulan
* Pertumbuhan kepala lambat
* Kehilangan kemampuan menggunakan gerakan
tangan
* Berkembang seperti gejala khas autism
GANGGUAN DISINTEGRATIF PADA
KANAK-KANAK (Childhood Disintegrative
Disorder /CDD)
Pertumbuhan yang normal pada usia 1 sampai 2
tahun kemudian kehilangan kemampuan yang
sebelumnya telah dikuasai dengan baik.
Anak berkembang normal dalam usia 2 tahun
pertama(seperti : kemampuan kominukasi, sosial,
bermain dan perilaku), namun secara bermakna
kemampuan itu terganggu sebelum usis 10 tahun,
yang tergangggu diantaranya adalah kemampuan :
Bahasa
Kemampuan sosial
Kemampuan buang air besar dan buang air kecil di
toilet
Bermain
Kemampuan motorik
Gejala tambahan, menunjukkan fungus abnormal
sedikitnya dua hal dari :
Interaksi sosial
KomunikasiCommunication
Pola perilaku terbatas : perhatian dan aktifitas
SINDROM ASPERGERS
Aspergers Syndrome gejala khas yang timbul
adalah gangguan intteraksi sosial ditambah gejala
keterbatasan dan pengulangan perilaku,
ketertarikan dan aktifitasis. Mempunyai gangguan
kualitatif dalam interaksi sosial, sedikitnya dua
gejala dari :
Ditandai dengan gangguan penggunaan beberapa
komunikasi non verbal (mata, pandangan, ekspresi
wajah, sikap bada, gerak isyarat)
Tidak bisa bermain dengan anak sebaya
Gangguan dalam menikmati minat atau
keberhasilan
kurangnya hubungan sosial dan emosional
GANGGUAN PERKEMBANGAN PERVASIF
(Pervasive Developmental Disorder Not
Otherwise Specified / PDD-NOS)
Biasa disebut Autis yang tidak umum dimana
diagnosis PDD-NOS dapat dilakukan jika anak
tidak memenuhi kriteria diagnosis yang ada (DSM-
IV) akan tetapi terdapat ketidakmampuan pada
beberapa perilakunya.
MULTISYSTEM DEVELOPMENTAL
DISORDERS (MSDD)
Beberapa ahli perkembangan anak menggunakan
klarifikasi yang disebut sebagai Zero to threes
Diagnostic Classification of Mental Health and
Development Disorders of Infacy and early
Childhood. DC-0-3 menggunakan konsep bahwa
proses diagnosis adalah proses berkelanjutan dan
terus menerus, sehingga dokter yang merawat
dalam pertambahan usia dapat mendalami tanda,
gejala dan diagnosis pada anak. Diagnosis tidak
dapat ditegakkan secara cepat, tapi harus melalui
pengamatan yang cermat dan berulang-ulang.
Dalam penegakkan diagnosis harus berkerjasama
dengan orangtua dengan mengamati
perkembangan hubungan anak dengan orangtua
dan lingkungannya.
Konsep DC 0-3 tersebut digunakan karena
pengalaman kesulitan dalam mendiagnosis Autism
di bawah 3 tahun, khususnya yang mempunyai
gejala yang belum jelas. Faktor inilah yang
menyulitkan apabila anak didiagnosis autism
terlalu dini, padahal dalam perkembangannya
mungkin saja gangguan perkembanagn tersebut
ada kecenderungan membaik atau menghilang.
Sehingga kalau anaknya didiagnosis Autism adalah
sesuatu yang berat bagi orang tua, seolah-olah
sudah tidak harapan bagi si anak.
MSDD adalah diagnosis gangguan perkembangan
dalam hal kesanggupannya berhubungan,
berkomunikasi, bermain dan belajar. Gangguan
MSDD tidak menetap seperti gangguan pada
Autistis Spectrum Disorders, tetapi sangat
mungkin untuk terjadi perubahan dan perbaikkan.
Pengertian MSDD meliputi gangguan sensoris
multipel dan interaksi sensori motor. Gejala
MSDD meliputi :
Gangguan dalam berhubungan sosial dan
emosional dengan orang tua atau pengasuh.
Gangguan dalam mempertahankan dan
mengembangkan komunikai
Gangguan dalam proses auditory
Gangguan dalam proses berbagai sensori lain
atau koordinasi motorik
PEMERIKSAAN YANG DILAKUKAN
Tidak ada satupun pemriksaan medis yang dapat
memastikan suatu diagnosis Autism pada anak.
Tetapi terdapat beberapa pemeriksaan yang dapat
menunjang diagnosis yang dapat digunakan
sebagai dasar intervensi dab strategi pengobatan.
PENDENGARAN: Bila terdapat gangguan
pendengaran harus dilakukan beberapa
pemeriksaan Audio gram and Typanogram.
ELEKTROENSEFALOGRAM (EEG): EEG untuk
memeriksa gelombang otak yang mennujukkan
gangguan kejang, diindikasikan pada kelainan
tumor dan gangguan otak..
SKRENING METABOLIK: Pemeriksaan yang
dilakukan adalah pemeriksaan darah dan urine
untuk melihat metabolisme makanan di dalam
tubuh dan pengaruhnya pada tumbuh kembang
anak. Beberapa spectrum autism dapat
disembuhkan dengan diet khusus.
MAGNETIC RESONANCE IMAGING (MRI) DAN
COMPUTER ASSITED AXIAL TOMOGRAPHY
(CAT SCAN): MRI atau CAT Scans sangat
menolong untuk mendiagnosis kelainan struktur
otak, karena dapat melihat struktur otak secara
lebih detail
PEMERIKSAAN GENETIK: Pemeriksaan darah
untuk melihat kelainan genetik, yang dapat
menyebabkan gangguan perkembangan. Beberapa
penelitian menunjukkkan bahwa penderita autism
telah dapat ditemukan pola DNA dalam tubuhnya.
OBSERVASI SECARA LANGSUNG
OBSERVASI LANGSUNG, INTERAKSI DAN
PENILAIAN WAWANCARA :
Infoemasi tentang emosi anak, sosial, komunikasi,
kemampuan kognitif Information about a childs
emotional, social, communication, and cognitive
abilities is gathered through child directed
interactions, observations in various situations,
and interviews of parents and care givers. Parents
and family members should be actively involved
throughout these assessments. What actually
occurs during a specific assessment depends on
what information parents and evaluators want to
know.
PENILAIAN FUNGSIONAL:
Tujuan untuk mengetahui bagaimana bisa terjadi
perubahan perilaku (seperti perilaku motorik yang
aneh). Berdasarkan pertimbangan itu bahwa
perubahan perilakuj adalah suatu cara untuk
berkomunikasi dengan lingkungan. Penilaian
fungsional termasuk wawancara, observasi
langsung dan interaksi secara langsung untuk
mengetahui apakah anak menderita autism atau
dikaitkan ketidakmampuan dalam komunikasi
melalui perilaku anak.Penilaian secara fungsional
ini akan membantu dalam perencanaan intervensi
atau terapi okupasi yang harus diberikan.
PENILAIAN DASAR BERMAIN :
Melibatkan orang tua, guru, pengasuh atau
anggota keluarga lainnya untuk mengamati situasi
permainan yang dapat memberikan informasi
hubungan sosial, eomosional, kognitif dan
perkembangan komunikasi. Dengan mengetahui
kebiasaan belajar anak dan pola interaksi melalui
penilaian permainan, pengobatan secara
individual dapat direncanakan.
DETEKSI DINI AUTIS

Meskipun sulit namun tanda dan gejala autism
sebenarnya sudah bisa diamati sejak dini bahkan
sejak sebelum usia 6 bulan.
DETEKSI DINI SEJAK DALAM KANDUNGAN
Sampai sejauh ini dengan kemajuan tehnologi
kesehatan di dunia masih juga belum mampu
mendeteksi resiko autism sejak dalam kandungan.
Terdapat beberapa pemeriksaan biomolekular
pada janin bayi untuk mendeteksi autism sejak
dini, namun pemeriksaan ini masih dalam batas
kebutuhan untuk penelitian.
DETEKSI DINI SEJAK LAHIR HINGGA USIA 5
TAHUN
Autisma agak sulit di diagnosis pada usia bayi.
Tetapi amatlah penting untuk mengetahui gejala
dan tanda penyakit ini sejak dini karena
penanganan yang lebih cepat akan memberikan
hasil yang lebih baik. Beberapa pakar
kesehatanpun meyakini bahwa merupahan hal
yang utama bahwa semakin besar kemungkinan
kemajuan dan perbaikan apabila kelainan pada
anak ditemukan pada usia yang semakin mudaAda
beberapa gejala yang harus diwaspadai terlihat
sejak bayi atau anak menurut usia :
USIA 0 6 BULAN
Bayi tampak terlalu tenang ( jarang menangis)
Terlalu sensitif, cepat terganggu/terusik
Gerakan tangan dan kaki berlebihan terutama
bila mandi
Tidak babbling
Tidak ditemukan senyum sosial diatas 10 minggu
Tidak ada kontak mata diatas umur 3 bulan
Perkembangan motor kasar/halus sering tampak
normal
USIA 6 12 BULAN
Bayi tampak terlalu tenang ( jarang menangis)
Terlalu sensitif, cepat terganggu/terusik
Gerakan tangan dan kaki berlebihan
Sulit bila digendong
Tidak babbling
Menggigit tangan dan badan orang lain secara
berlebihan
Tidak ditemukan senyum sosial
Tidak ada kontak mata
Perkembangan motor kasar/halus sering tampak
normal
USIA 6 12 BULAN
Kaku bila digendong
Tidak mau bermain permainan sederhana (ciluk
ba, da-da)
Tidak mengeluarkan kata
Tidak tertarik pada boneka
Memperhatikan tangannya sendiri
Terdapat keterlambatan dalam perkembangan
motor kasar/halus
Mungkin tidak dapat menerima makanan cair
USIA 2 3 TAHUN
Tidak tertarik untuk bersosialisasi dengan anak
lain
Melihat orang sebagai benda
Kontak mata terbatas
Tertarik pada benda tertentu
Kaku bila digendong
USIA 4 5 TAHUN
Sering didapatkan ekolalia (membeo)
Mengeluarkan suara yang aneh (nada tinggi atau
datar)
Marah bila rutinitas yang seharusnya berubah
Menyakiti diri sendiri (membenturkan kepala)
Temperamen tantrum atau agresif
DETEKSI AUTISM DENGAN CHAT (Checklist
Autism in Toddlers, di atas usia 18 bulan).
Terdapat beberapa perangkat diagnosis untuk
screening (uji tapis) pada penderita autism sejak
usia 18 bulan yang banyak dipakai di pusat
kesehatan anak di dunia yaitu CHAT (Checklist
Autism in Toddlers).
CHAT dikembangkan di Inggris dan telah
digunakan untuk penjaringan lebih dari 16.000
balita. Pertanyaan berjumlah 14 buah meliputi
aspek-aspek : imitation, pretend play, and joint
attention.
Menurut American of Pediatrics, Committee on
Children With Disabilities. Technical Report : The
Pediatricians Role in Diagnosis and Management
of Autistic Spectrum Disorder in Children.
Pediatrics !107 : 5, May 2001)
BAGIAN I.
Alo anamnesis (keterangan yang ditanyakan
dokter dan diberikan oleh orang tua atau orang
lain yang biasa mengasuhnya)
Senang diayun-ayun atau diguncang guncang naik-
turun (bounced) di lutut ?
Tertarik (memperhatilan) anak lain ?
Suka memanjat benda-benda, seperti mamanjat
tangga ?
Bisa bermain cilukba, petak umpet ?
Pernah bermain seolah-olah membuat secangkir
teh menggunakan mainan berbentuk cangkir dan
teko, atau permainan lain ?
Pernah menunjuk atau menerima sesuatu dengan
menunjukkan jari ?
Pernah menggunakan jari untuk menunjuk ke
sesuatu agar anda melihat ke sana ?
Dapat bermain dengan mainan yang kecil (mobil
mainan atau balok-balok) ?
Pernah memberikan suatu benda untuk
menunjukkan sesuatu ?
Selama pemeriksaan apakah anak menatap
(kontak mata dengan) pemeriksa ?
Usahakan menarik perhatian anak, kemudian
pemeriksa menunjuk sesuatu di ruangan
pemeriksaan sambil mengatakan : Lihat, itu. Ada
bola (atau mainan lain) Perhatikan mata anak,
apakah anak melihat ke benda yang ditunjuk.
Bukan melihat tangan pemeriksa
Usahakan menarik perhatian anak, berikan
mainan gelas / cangkir dan teko. Katakan pada
anak anda : Apakah kamu bisa membuatkan
secangkir susu untuk mama ? Diharapkan anak
seolah-olah membuat minuman, mengaduk,
menuang, meminum. Atau anak mampu bermain
seolah-olah menghidangkan makanan, minuman,
bercocok tanam, menyapu, mengepel dll.
Tanyakan pada anak : Coba tunjukkan mana
anu (nama benda yang dikenal anak dan ada
disekitar kita). Apakah anak menunjukkan dengan
jarinya ? Atau sambil menatap wajah anda ketika
menunjuk ke suatu benda ?
Dapatkah anak anda menyusun kubus / balok
menjadi suatu menara ?
BAGIAN B. Pengamatan
Interpretasi
Risiko tinggi menderita autis : bila tidak bisa
melakukan A5, A7, B2, B3, dan B4
Risiko kecil menderita autis : tidak bisa melakukan
A7 dan B4
Kemungkinan gangguan perkembangan lain :
tidak bisa melakukan >3
Dalam batas normal : tidak bisa melakukan <3
Keterangan :Pertanyaan A5, 7 dan B2, 3, 4 paling
penting. Anak yang tidak bisa melakukan hal-hal
tersebut ketika di uji 2 kali (jarak 1 bulan) semua
kemudian terdiagnosis sebagai autis ketika
berumur 20 42 bulan. Tetapi anak dengan
keterlambatan perkembangan yang menyeluruh
juga tidak bisa melakukannya. Oleh karena itu
perlu menyingkirkan kemungkinan retardasi
mental
PERANAN ORANG TUA DALAM DETEKSI
DINI
Dalam perkembangannya menjadi manusia
dewasa, seorang anak berkembang melalui
tahapan tertentu.
Diantara jenis perkembangan, yang paling penting
untuk menentukan kemampuan intelegensi di
kemudian hari adalah perkembangan motorik
halus dan pemecahan masalah visuo-motor, serta
perkembangan berbahasa. Kemudian keduanya
berkembang menjadi perkembangan sosial yang
merupakan adaptasi terhadap lingkungan.
Walaupun kecepatan perkembangan setiap anak
berbeda-beda, kita harus waspada apabila seorang
anak mengalami keterlambatan perkembangan
atau penyimpangan perkembangan. Untuk
mendeteksi keterlambatan, dapat digunakan 2
pendekatan :
Memberikan peranan kepada orang tua, nenek,
guru atau pengasuh untuk melakukan deteksi dini
dan melaporkan kepada dokter bila anak
mengalami keterlambatan atau gangguan
perkembangan dan perilaku. Kerugian cara ini
adalah bahwa orang tua sering menganggap bahwa
anak akan dapat menyusul keterlambatannya
dikemudian hari dan cukup ditunggu saja.
Misalnya bila anak mengalami keterlambatan
bicara, nenek mengatakan bahwa ayah atau ibu
juga terlambat bicara, atau anggapan bahwa anak
yang cepat jalan akan lebih lambat bicara. Kadang-
kadang disulitkan oleh reaksi menolak dari orang
tua yang tidak mengakui bahwa anak mengalami
keterlambatan bicara
Pendekatan lainnya adalah dengan deteksi aktif,
membandingkan apakah seorang anak dapat
melakukan fungsi bahasa yang sesuai dengan baku
untuk anak seusianya. Pendekatan kedua juga
mempunyai kelemahan yaitu akan terlalu banyak
anak yang diidentifikasi sebagai abnormal
karena bicara terlambat. Sebagian besar
diantaranya memang secara alamiah akan
menyusul bicara dikemudian hari. Bahkan kadang-
kadang masih ditemukan dokter atau dokter anak
yang masih menganggap bukan kelainan, dan
dikatakan kepada pasien: Tidak apa-apa,
ditunggu saja.
Peranan orang tua untuk melaporkan
kecurigaannya dan peran dokter untuk
menanggapi keluhan tersebut sama pentingnya
dalam penatalaksanaan anak. Bila dijumpai
keterlambatan atau penyimpangan harus
dilakukan pemeriksaan atau menentukan apakah
hal tersebut merupakan variasi normal atau suatu
kelainan yang serius. Jangan berpegang pada
pendapat :Nanti juga akan berkembang sendiri
atau Anak semata-mata hanya terlambat sedikit
tanpa bukti yang kuat, yang akan mengakibatkan
diagnosis yang terlambat dan penatalaksanaan
yang semakin sulit.
FAKTOR RESIKO DAN PENCEGAHAN AUTIS
RESIKO TINGGI TERJADI AUTIS :
Terdapat beberapa hal dan keadaan yang membuat
resiko anak menjadi autism lebih besar. Dengan
diketahui resiko tersebut tentunya dapat dilakukan
tindakan untuk mencegah dan melakukan
intervensi sejak dini pada anak yang beresiko.
Adapun beberapa resiko tersebut dapat
diikelompokkan dalam beberapa periode,
diantaranya adalah :
PERIODE KEHAMILAN
Perkembangan janin dalam kehamilan sangat
banyak yang mempengaruhinya. Pertumbuhan
dan perkembangan otak atau sistem susunan saraf
otak sangat pesat terjadi pada periode ini, sehingga
segala sesuatu gangguan atau penyakit pada ibu
tentunya sangat berpengaruh. Gangguan pada otak
inilah nantinya akan mempengaruhi
perkembangan dan perilaku anak kelak nantinya,
termasuk resiko terjadinya autis.
Beberapa keadaan ibu dan bayi dalam kandungan
yang harus lebih diwaspadai dapat berkembang
jadi autis adalah :
Infeksi selama persalinan terutama infeksi virus
Peradarahan selama kehamilan
Perdarahan selama kehamilan paling sering
disebabkan karena placental complications,
diantaranya placenta previa, abruptio placentae,
vasa previa, circumvallate placenta, and rupture of
the marginal sinus. Kondisi tersebut
mengakibatkan gangguan transportasi oksigen dan
nutrisi ke bayi yang mengakibatkan gangguan
pada otak janin.
Perdarahan awal kehamilan juga berhubungan
dengan kelahiran prematur dan bayi lahir berat
rendah. Prematur dan berat bayi lahior rendah
juga merupakan resiko tinggi terjadinya autism
Obat-obatan yang diminum selama kehamilan
terutama trimester pertama
Merokok saat kehamilan
Stres saat kehamilan
Adanya Fetal Atopi atau Maternal Atopi, yaitu
kondisi alergi pada janin yang diakibatkan
masuknya bahan penyebab alergi melalui ibu.
Menurut pengamatan penulis, hal ini dapat dilihat
adanya Gerakan bayi gerakan refluks oesefagial
(hiccupps/cegukan) yang berlebihan sejak dalam
kandungan terutama terjadi malam hari. Diduga
dalam kedaaan tersebut bayi terpengaruh
pencernaan dan aktifitasnya oleh penyebab
tertentu termasuk alergi ataupun bahan-bahan
toksik lainnya selama kehamilan.
Infeksi saluran kencing, Panas tinggi dan Depresi
Wilkerson dkk telah melakukan penelitian
terhadap riwayat ibu hamil pada 183 anak autism
dibandingkan 209 tanpa autism. Ditemukan
kejadian infeksi saluran kencing, panas tinggi dan
depresi pada ibu tampak jumlahnya bermakna
pada kelompok ibu dengan anak autism.
PERIODE KEHAMILAN
Beberapa keadaan ibu dan bayi dalam kandungan
yang harus lebih diwaspadai dapat berkembang
jadi autism adalah :
Infeksi selama persalinan terutama infeksi virus
Peradarahan selama kehamilan
Perdarahan selama kehamilan paling sering
disebabkan karena placental complications,
diantaranya placenta previa, abruptio placentae,
vasa previa, circumvallate placenta, and rupture of
the marginal sinus. Kondisi tersebut
mengakibatkan gangguan transportasi oksigen dan
nutrisi ke bayi yang mengakibatkan gangguan
pada otak janin.
Perdarahan awal kehamilan juga berhubungan
dengan kelahiran prematur dan bayi lahir berat
rendah. Prematur dan berat bayi lahir rendah juga
merupakan resiko tinggi terjadinya autism
Obat-obatan yang diminum selama kehamilan
terutama trimester pertama.
Peneliti di Swedia melaporkan pemberian obat
Thaliodomide pada awal kehamilan dapat
mengganggu pembentukan sistem susunan saraf
pusat yang mengakibatkan autism
Adanya Fetal Atopi atau Maternal Atopi, yaitu
kondisi alergi pada janin yang diakibatkan
masuknya bahan penyebab alergi melalui ibu.
Menurut pengamatan penulis, hal ini dapat dilihat
adanya Gerakan bayi gerakan refluks oesefagial
(hiccupps/cegukan) yang berlebihan sejak dalam
kandungan terutama terjadi malam hari.
Infeksi saluran kencing, Panas tinggi dan Depresi
Wilkerson dkk telah melakukan penelitian
terhadap riwayat ibu hamil pada 183 anak autism
dibandingkan 209 tanpa autism. Ditemukan
kejadian infeksi saluran kencing, panas tinggi dan
depresi pada ibu tampak jumlahnya bermakna
pada kelompok ibu dengan anak
autism.PERIODE PERSALINAN
Persalinan adalah periode yang paling
menentukan dalam kehidupan bayi selanjutnya.
Beberapa komplikasi yang timbul selama periode
ini sangat menentukan kondisi bayi yang akan
dilahirkan. Bila terjadi gangguan dalam persalinan
maka yang paling berbahaya adalah hambatan
aliran darah dan oksigen ke seluruh organ tubuh
bayi termasuk otak. Organ otak adalah organ yang
paling sensitif dan peka terhadap gangguan ini,
kalau otak terganggu maka sangat mempengaruhi
kualitas hidup anak baik dalam perkembangan dan
perilaku anak nantinya
Gangguan persalinan yang dapat meningkatkan
resiko terjadinya autism adalah :
Pemotongan tali pusat terlalu cepat
Asfiksia pada bayi (nilai APGAR SCORE rendah <
6 )
Komplikasi selama persalinan
Lamanya persalinan
letak presentasi bayi saat lahir
Berat lahir rendah ( < 2500 gram)
PERIODE USIA BAYI
Dalam kehidupan awal di usia bayi, beberapa
kondisi awal atau gangguan yang terjadi dapat
mengakibatkan gangguan pada optak yang
akhirnya dapat beresiko untuk terjadinya
gangguan autism.
Kondisi atau gangguan yang beresiko untuk
terjadinya autism adalah sebagai berikut :
Prematuritas
Alergi makanan
Kegagalan kenaikan berat badan
Kelainan bawaan : kelainan jantung bawaan,
kelainan genetik, kelainan metabolik,
Gangguan pencernaan : sering muntah, kolik, sulit
buang air besar, sering buang air besar
Gangguan neurologI/saraf : trauma kepala, kejang,
otot atipikal, kelemahan otot.
PENCEGAHAN AUTIS
Tindakan pencegahan adalah yang paling utama
dalam resiko terjadinya penyakit atau gangguan.
Demikian pula kelainan autis, meskipun teori
penyebabnya masih belum jelas terungkap namun
beberapa upaya pencegahan dapat dilakukan.
Upaya pencegahan tersebut berdasarkan teori
penyebab ataupun penelitian faktor resiko autis.
Pencegahan ini dapat dilakukan sedini mungkin
sejak merencanakan kehamilan, saat kehamilan,
persalinan dan periode usia anak.
PENCEGAHAN SEJAK KEHAMILAN
Untuk mencegah gangguan perkembangan sejak
kehamilan , kita harus melihat dan mengamati
penyebab dan faktor resiko terjadinya gangguan
perkembangan sejak dalam kehamilan. Untuk
mengurangi atau menghindari resiko yang bisa
timbul dalam kehamilan tersebut dapat melalui
beberapa cara.
Adapun cara untuk mencegah terjadinya gangguan
tumbuh kembang sejak dalam kehamilan tersebut
diantaranya adalah :
Periksa dan konsultasi ke dokter spesialis
kebidanan dan kandungan lebih awal, kalu perlu
berkonsultasi sejak merencanakan kehamilan.
Melakukan pemeriksaan skrening secara lengkap
terutama infeksi virus TORCH (Toxoplasma,
Rubela, Citomegalovirus, herpes atau hepatitis).
Periksa dan konsultasi ke dokter spesialis
kebidanan dan kandungan secara rutin dan
berkala, dan selalu mengikuti nasehat dan
petunjuk dokter dengan baik.
Peradarahan selama kehamilan segera periksa ke
dokter kandungan anda. Perdarahan selama
kehamilan paling sering disebabkan karena
kelainan plasenta. Kondisi tersebut
mengakibatkan gangguan transportasi oksigen dan
nutrisi ke bayi yang mengakibatkan gangguan
pada otak janin.
Perdarahan pada awal kehamilan juga
berhubungan dengan kelahiran prematur dan bayi
lahir berat rendah. Prematur dan berat bayi lahir
rendah juga merupakan resiko tinggi terjadinya
autism dan gangguan bahasa lainnya.
Berhati-hatilah minum obat selama kehamilan,
bila perlu harus konsultasi ke dokter terlebih
dahulu. Obat-obatan yang diminum selama
kehamilan terutama trimester pertama.
Peneliti di Swedia melaporkan pemberian obat
Thaliodomide pada awal kehamilan dapat
mengganggu pembentukan sistem susunan saraf
pusat yang mengakibatkan autism dan gangguan
perkembangan lainnya termasuk gangguan
berbiocara.
Bila bayi beresiko alergi sebaiknya ibu mulai
menghindari paparan alergi berupa asap rokok,
debu atau makanan penyebab alergi sejak usia di
atas 3 bulan.
Hindari paparan makanan atau bahan kimiawi
atau toksik lainnya selama kehamilan.
Jaga higiene, sanitasi dan kebersihan diri dan
lingkungan kita.
Konsumsilah makanan yang bergizi baik dan
dalam jumlah yang cukup. Sekaligus konsumsi
vitamin dan mineral tertentu sesuai anjuran
dokter secara teratur.
Adanya Fetal Atopi atau Maternal Atopi, yaitu
kondisi alergi pada janin yang diakibatkan
masuknya bahan penyebab alergi melalui ibu.
Menurut pengamatan penulis, hal ini dapat dilihat
adanya Gerakan bayi gerakan refluks oesefagial
(hiccupps/cegukan) yang berlebihan sejak dalam
kandungan terutama terjadi malam hari. Diduga
dalam kedaaan tersebut bayi terpengaruh
pencernaan dan aktifitasnya oleh penyebab
tertentu termasuk alergi ataupun bahan-bahan
toksik lainnya selama kehamilan. Bila gerakan bayi
dan gerakan hiccups/cegukan pada janin yang
berlebihan terutama pada malam hari serta
terdapat gejala alergi atau sensitif pencernaan
salah satu atau kedua orang tua. Sebaiknya ibu
menghindari atau mengurangi makanan penyebab
alergi sejak usia kehamilan di atas 3 bulan.
Hindari asap rokok, baik secara langsung atau
jauhi ruangan yang dipenuhi asap rokok.
Beristirahatlah yang cukup, hindari keadaan stres
dan depresi serta selalu mendekatkan diri dengan
Tuhan.PENCEGAHAN SAAT PERSALINAN
Persalinan adalah periode yang paling
menentukan dalam kehidupan bayi selanjutnya.
Beberapa komplikasi yang timbul selama periode
ini sangat menentukan kondisi bayi yang akan
dilahirkan. Bila terjadi gangguan dalam persalinan
maka yang paling berbahaya adalah hambatan
aliran darah dan oksigen ke seluruh organ tubuh
bayi termasuk otak. Organ otak adalah organ yang
paling sensitif dan peka terhadap gangguan ini,
kalau otak terganggu maka sangat mempengaruhi
kualitas hidup anak baik dalam perkembangan dan
perilaku anak nantinya
Beberapa hal yang terjadi saat persalinan yang
dapat meningkatkan resiko terjadinya
perkembangan dan perilaku pada anak, sehingga
harus diperhatikan :
Melakukan konsultasi dengan dokter spesialis
kandungan dan kebidanan tentang rencana
persalinan. Dapatkan informasi secara jelas dan
lengkap tentang resiko yang bisa terjadi selama
persalinan.
Bila terdapat resiko dalam persalinan harus
diantisipasi kalau terjadi sesuatu. Baik dalam hal
bantuan dokter spesialis anak saat persalinan atau
sarana perawatan NICU (Neonatologi Intensive
Care Unit) bila dibutuhkan.
Bila terdapat faktor resiko persalinan seperti :
pemotongan tali pusat terlalu cepat, asfiksia pada
bayi baru lahir (bayi tidak menangis atau nilai
APGAR SCORE rendah < 6 ), komplikasi selama
persalinan, persalinan lama, letak presentasi bayi
saat lahir tidak normal, berat lahir rendah ( <
2500 gram) maka sebaiknya dilakukan
pemantauan perkembangan secara cermat sejak
usia dini.
PENCEGAHAN SEJAK USIA BAYI
Setelah memasuki usia bayi terdapat beberapa
faktor resiko yang harus diwaspadai dan dilakukan
upaya pencegahannya. Bila perlu dilakukan terapi
dan intervensi secara dini bila sudah mulai
dicurigai terdapat gejala atau tanda gangguan
perkembangan. Adapun beberapa tindakan
pencegahan yang dapat dilakukan adalah :
Amati gangguan saluran cerna pada bayi sejak
lahir. Gangguan teresebut meliputi : sering
muntah, tidak buang besar setiap hari, buang air
besar sering (di atas usia 2 minggu lebih 3 kali
perhari), buang air besar sulit (mengejan), sering
kembung, rewel malam hari (kolik), hiccup
(cegukan) berlebihan, sering buang angin. Bila
terdapat keluhan tersebut maka penyebabnya yang
paling sering adalah alergi makanan dan
intoleransi makanan. Jalan terbaik mengatasi
ganggguan tersebut bukan dengan obat tetapi
dengan mencari dan menghindari makanan
penyebab keluhan tersebut. Gangguan saluran
cerna yang berkepanjangan akan dapat
mengganggu fungsi otak yang akhirnya
mempengaruhi perkembangan dan perilaku anak.
Bila terdapat kesulitan kenaikkan berat badan,
harus diwaspadai. Pemberian vitamin nafsu
makan bukan jalan terbaik dalam mengobati
penderita, tetapi harus dicari penyebabnya
Bila terdapat kelainan bawaan : kelainan jantung
bawaan, kelainan genetik, kelainan metabolik,
maka harus dilakukan perawatan oleh dokter ahli.
Harus diamati tanda dan gejala autism secara
cermat sejak dini.
Demikian pula bila terjadi gangguan neurologi
atau saraf seperti trauma kepala, kejang (bukan
kejang demam sederhana) atau gangguan
kelemahan otot maka kita harus lebih cermat
mendeteksi secara dini gangguan perkembangan.
Pada bayi prematur, bayi dengan riwayat kuning
tinggi (hiperbilirubinemi), infeksi berat saat usia
bayi (sepsis dll) atau pemberian antibiotika
tertentu saat bayi harus dilakukan monitoring
tumbuh kembangnya secara rutin dan cermat
terutama gangguan perkembangan dan perilaku
pada anak.
Bila didapatkan penyimpangan gangguan
perkembangan khususnya yang mengarah pada
gangguan perkembangan dan perilaku maka
sebaiknya dilakukan konsultasi sejak dini kepada
ahlinya untuk menegakkan diagnosis dan
intervensi sejak dini.
Pada bayi dengan gangguan pencernaan yang
disertai gejala alergi atau terdapat riwayat alergi
pada orang tua, sebaiknya menunda pemberian
makanan yang beresiko alergi hingga usia diatas 2
atau 3 tahun. Makanan yang harus ditunda adalah
telor, ikan laut, kacang tanah, buah-buahan
tertentu, keju dan sebagainya.
Bayi yang mengalami gangguan pencernaan
sebaiknya juga harus menghindari monosodium
glutamat (MSG), amines, tartarzine (zat warna
makanan),
Bila gangguan pencernaan dicurigai sebagai Celiac
Disease atau Intoleransi Casein dan Gluten maka
diet harus bebas casein dan Gluten,
Ciptakan lingkungan keluarga yang penuh kasih
sayang baik secara kualitas dan kuantitas, hindari
rasa permusuhan, pertentangan, emosi
dan kekerasan.Bila terdapat faKtor resiko tersebut
pada periode kehamilan atau persalinan maka kita
harus lebih waspada. Menurut beberapa penelitian
resiko tersebut akan semakin besar kemungkinan
terjadi autism. Selanjutnya kita harus mengamati
secara cermat tanda dan gejala autism sejak usia 0
bulan.
Bila didapatkan gejala autism pada usia dini, kalau
perlu dilakukan intervensi sejak dini dalam hal
pencegahan dan pengobatan. Lebih dini kita
melakukan intervensi kejadian autism dapat kita
cegah atau paling tidak kita minimalkan keluhan
yang akan timbul.
Bila resiko itu sudah tampak pada usia bayi maka
kondisi tersebut harus kita minimalkan bahkan
kalau perlu kita hilangkan. Misal kegagalan
kenaikkan berat badan harus betul-betul dicari
penyebabnya, pemberian vitamin bukan jalan
terbaik untuk mencari penyebab kelainan tersebut.
Demikan pula gangguan alergi makanan dan
gangguan pencernaan pada bayi, harus segera
dicari penyebabnya. Yang paling sering adalah
karena alergi makanan atau intoleransi makan,
penyebabnya jenis makanan tertentu termasuk
susu bayi. Pemberian obat-obat bukanlah cara
terbaik untuk mencari penyebab gangguan alergi
atau gangguan pencernaan tersebut. Yang paling
ideal adalah kita harus menghindari makanan
penyebab gangguan tersebut tanpa bantuan obat-
obatan. Obat-obatan dapat diberikan sementara
bila keluhan yang terjadi cukup berat, bukan untuk
selamanya.

You might also like