You are on page 1of 25

Laporan Praktikum

PLANT ANATOMY AND PHYSIOLOGY



KURVA SIGMOID PERTUMBUHAN





DISUSUN OLEH

Dika Muftia Patappa
NIM F05112072


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2014







ABSTRACT
Growth is defined as an increase that can not be reversed in the measurements on
biological systems. In general growth means an increase in size because multicellular
organism grows from a zygote, the growth is not only in volume, but also in weight, cell
number, the number of protoplasm, and the level of complexity.
Rapid growth of the plants is very important note. For that at this time the practical
use of corn (Zea mays) is grown to produce flowers with two types of behavior that is
destructive and non-destructive. Destructive behavior by performing extraction of corn per
week while on the treatment of non-destructive no corn had been extracted. From
observations obtained higher growth rate in destructive behavior compared with non-
destructive conduct. The data were also formed sigmoid growth curve that is forming the
letter S. The growth is also influenced by external factors including air temperature, soil
temperature, rainfall, humidity, dry, wet, and evaporation.
Growth and development is an important crop in the life and perkembangbiakan a
species. Growth and development take place continuously throughout the life cycle,
depending on the availability of the meristem, as a result of assimilation, hormones, and
other growth substance, as well as the environment that support it.
Keyword: growth, development, sigmoid curve











ABSTRAK
Pertumbuhan didefinisikan sebagai pertambahan yang tidak dapat dibalikkan dalam
ukuran pada sistem biologi. Secara umum pertumbuhan berarti pertambahan ukuran karena
organisme multisel tumbuh dari zigot, pertumbuhan itu bukan hanya dalam volume, tapi juga
dalam bobot, jumlah sel, banyaknya protoplasma, dan tingkat kerumitan.
Laju pertumbuhan tanaman sangat penting diperhatikan. Untuk itu pada praktikum
kali ini digunakan tanaman jagung (Zea mays) yang ditanam hingga menghasilkan bunga
dengan dua jenis perlakuan yaitu destruktif dan non-destruktif. Perlakuan destruktif dengan
melakukan pencabutan tanaman jagung setiap minggu sedangkan pada perlakuan non-
destruktif tidak ada tanaman jagung yang dicabut. Dari hasil pengamatan didapatkan laju
pertumbuhan yang lebih tinggi pada perlakuan destruktif dibandingkan dengan perlakuan
non-destruktif. Data yang diperoleh juga membentuk kurva sigmoid pertumbuhan yakni
membentuk huruf S. Selain itu pertumbuhan juga dipengaruhi faktor eksternal meliputi suhu
udara, suhu tanah, curah hujan, kelembaban, dry, wet, dan evaporasi.
Pertumbuhan dan perkembangan tanaman merupakan proses yang penting dalam
kehidupan dan perkembangbiakan suatu spesies. Pertumbuhan dan perkembangan
berlangsung secara terus-menerus sepanjang daur hidup, bergantung pada tersedianya
meristem, hasil asimilasi, hormon, dan substansi pertumbuhan lainnya, serta lingkungan yang
mendukungnya.
Keyword : pertumbuhan, perkembangan, kurva sigmoid









PENDAHULUAN
Kata jagung mempunyai suatu arti khusus di Amerika Serikat dan diterapkan hanya
untuk jagung atau maizena/sejenis tanaman jagung di negara-negara yang lain itu berlaku
bagi semua bulir. Di Eropa, kata-kata itu digunakan untuk ditunjukkan pada gandum, wheat,
rye dan bazley, karena seperti jagung. Acuan jagung dalam kitab yang mungkin berarti hanya
bulir yang kecil karena jagung atau maizena tanaman jagung tidak dikenal di daerah
ketimuran di belahan bumi sebelumditemukan oleh Amerika (Thompson, 1949).
Para ahli botani dan pertanian memeperkirakan tanaman jagung berasal dari benua
Amerika yang beriklim tropis. Nikolai Ivanovich Vavilow memastikan daerah asal sentrum
tanaman jagung adalah Meksiko bagian Selatan dan Amerika bagian Tengah. Penyebaran
tanaman jagung ke berbagai negara di dunia diperkirakan dibawa oleh Christopher Colombus
sekitar tahun 1942, kemudian menyebar ke seluruh dunia (Rukmana, 1997).
Jagung digambarkan oleh Lyle (1916) suatu tanaman yang mengagumkan,
barangkali hanya dikenal di Amerika dalam periode sebelum Colombus. Sekarang ini
mempunyai peringkat dalam produksi dunia di antara tiga tanaman padi-padian utama. Ia
ditanam lebih banyak di negara daripada setiap padi-padian lain, dan telah menghasilkan
hasil bijian yang paling besar di antara setiap tanaman padi-padian lain. Kebanyakan daerah
yang ditanami jagung (58 persen) adalah di negara-negara yang sedang berkembang, dan
daripadanya kira-kira 50 juta hektar terdapat di daerah tropik, terutama pada ketinggian yang
rendah (kira-kira 46 juta ha). Walaupun demikian, kira-kira dua pertiga jagung dunia
dihasilkan di negara-negara yang berkembang, yang iklimnya hampir seluruhnya iklim
sedang (Goldsworthy and Fisher, 1992).
Kata jagung diberlakukan bagi sejenis gandum, barley, wheat, atau rye di Eropa. Di
Amerika, itu mengacu pada jagung atau sejenis tanaman jagung. Jagung tumbuh di Amerika
Utara sebelum 2000 SM. Jenis jagung yang dikenal sebagai jagung manis (Zea mays var
rugosa) dipercaya untuk menjadi mutasi bidang atau lekukan jagung. Itu ditumbuhkan oleh
orang Indian dan dikumpulkan pertama yang untuk diuraika oleh penetap di tahun 1780,
dengan 1900 hadir, di atas 63 lahan sudah diuraikan. Hal ini, di atas 2000 lahan dan bastar
ada tersedia (Splittstoesser, 1984).



Botani Tanaman
Menurut Rukmana (1997) kedudukan tanaman jagung (termasuk Baby Corn) dalam
sistematika tumbuhan, adalah sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub-divisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledoneae
Ordo : Poales
Famili : Poacea
Genus : Zea
Spesie : Zea mays L.
Sistem akar primer terdiri atas radikula dan akar-akar seminal yang muncul dari
bagian pangkal biji ketika kecambah. Kemudian sistem akar yang tetap akan berkembang
dari empat sampai lima buku pertama dari batang yang tetp di bawah tanah (Goldsworthy dan
Fisher, 1992).
Batang tanaman yang kaku ini tingginya berkisar antara 1,5 m dan 2,5 m dan
terbungkus oleh pelepah daun yang berselang-seling yang berasal dari setiap buku. Buku
batang mudah terlihat. Pelepah daun terbentuk pada buku dan membungkus rapat-rapat
panjang batang utama, sering melingkupi hingga batang berikutnya. Pada lidah daun (ligula),
setiap pelepah daun kemudian membengkok menjadi batang sebagai daun yang panjang luas
dan melengkung (Rubatzky, 1995).
Helaian dauan berbentuk pita 35-100 kali 3-12 cm. Anak bulir berkelamin serumah.
Yang jantan terkumpul pada satu batang menjadi bulir yang rapat, ynag betina menjadi bulir
yang solitair (Steenis, 1998).
Perbungaan jantan bentuknya longgar (tassel) dan diproduksi setelah 50-60 hari.
Perbungaan betina tumbuh pada ujung tongkol yang berasal dari ketiak daun. Sekitar 5% dari
bunga jagung akan menyerbuk sendiri dan selebihnya akan menyerbuk silang (Pain dan
Gibbon, 1999).
Tanaman ini meiliki buah matang berbiji tunggal yang disebut karyopis. Buah ini
gepeng dengn permukaan cembung atau sekung, dan dasar runcing. Buah ini terdiri dari
endospermae yang mengelilingi embrio, lapisan aleuron dan jaringan perikarp yang
merupakan lapisan pembungkus(Rubatzky dan Yamaghuci, 1995).
Biji-biji menempel kuat pada suatu poros yang kuat janggae dan tidak seluruhnya
tertutup oleh daun pelindung atau sekam-sekam sebagaimana kebanyakan padi-padi lainnya
(biji-bijinya dilindungi) secara individual, pada jagung biji-biji tertutup sleuruhnya bersama-
sama. Ini menghasilkan suatu prlindungan alami tongkol yang sedang masak terhadap banyak
harap di lapangan dan suatu ketergantungan pada manusia untuk penyebaran dan
kelangsubngan hidupnya (Goldsworthy dan Fisherr, 1992).
Syarat tumbuh
Iklim
Jagung manis beradaptasi cukup baik terhadap iklim bebas bunga es dan ditanam
hingga lintang sejauah 50
0
dari khatulistiwa. Namun jagung manis tidak beradaptasi dengan
baik padadaerah kondisi troipk basah (Rubatzky dan Yamaghuci, 1998).
Umumnya tanaman jagung (Zea mays L.) memiliki daya adapatasi yang baik di
daerah tropis seperti di Indonesia. Tanaman ini dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik di
dataran rendah sampai ke daratan tinggi. Daerah perkembangan baby corn yang paling baik
adalah dataran rendah berketinggian 750 m dpl, tergantung daya adaptasi suatu varietas
jagung (Rukmana, 1997).
Agar tumbuh dengan baik, tanaman jagung memerlukan temperatur rata-rata antara
14-30
0
celcius. Pada daerah dengan ketinggian sekitar 2-200 m dpl, dengan curah hujan
sekitar 600 mm-1.200 mm per tahun yang terdistribusi rata selama musim tahunan
(Kartasapoetra, 1988).
Selama pertumbuhan, tanaman jagung membutuhkan suhu optimum antara 23-27
0

celcius. Meskipun keadaan suhu Indonesia tidak merupakan masalah lagi pengembangan
usaha tanai jagung, tetapi panen pada musim kemarau lebih baik daripada panen pada musim
penghujan. Panen pada musim penghujan berpengaruh terhadap makin cepatnya kemasakan
biji dan mempermudah prosses pengeringan biji di bawah sinar matahari (Rukmana, 1997).

Tanah
Jagung menghendaki struktur tanah yang gembur dan berdrainase baik. Oleh
karenanya, lahan yang akan ditanamai perlu diadakan pengolahan. Tidak seperti padi,
tanaman jagungb tidak tahan terhadap genangan, sehingga budi daya yang sangat ideal jika
tersedia (air) mencukupi (Wirawan dan Wahyuni, 2002).
Tanah sebagai media tumbuh tanaman dapat pula dimanipulasi dengan maksud agar
pertumbuhan tanaman di atasnya menjadi semakin baik sehingga dapat diproduksi secara
maksimal (Ashari, 1995).
Tanaman kedelai sebenarnya dapat tumbuh di semua jenis tanah. Namun demikian,
untuk mencapai tingkat pertumbuhan dan produktivitas yang optimal, kedelai harus di tanam
pada jenis tanah berstruktur lempung berpasir atau liat berpasir (Adisarwanto, 2005).
Tanah ber-PH 5,5 yang diberi kapur 2-4 ton/ha terbukti dapat menaikan hasil. Untuk
tanah kurang subur dianjurakan diberi pupuk kandang terlebih dahulu sebagai pupuk dasar
sebanyak 10-15 ton/ ha (Lingga dan Marsono, 2005).
Tanah merupakan sistem despersi tiga fase yang selalu berada dalam keadaan
seimbang, dinamis. Ketiga fase tersebut, yaitu fase padat, fase cair, dan fase gas, merupakan
sistem yang selalu berubah tetapi berada dalam keadaan seimbang (Islami dan Wani, 1995).
Tanaman kedelai tumbuh baik pada tanah yang subur dan memiliki drainase yang
baik, tetapi kedelai toleran pada hampir semua jenis tanah. Tanah untuk pertumbuhan kacang
kedelai sebaiknya mengandung Nitrogen dan campuran Bakteri. Kacang kedelai yang di
tanam pada lahan yang sama selama 2-3 tahun berturut-turut akan memberikan hasil panen
yang baik pada tahun- tahun berikutnya (Duke, 1983).

Pertumbuhan dan Perkembangan
Pertumbuhan berarti pertambahan ukuran. Karena organism multisel tumbuh dari
zigot, pertambahan itu bukan hanya dalam volume, tetapi juga dalam bobot, jumlah sel,
banyak protoplasma, dan pertumbuhan perlu diukur (Salisbury dan Ross, 1986).
Agar dapat menjelaskan peranan masing-masing fase pada pertumbuhan tanaman dan
membuat perhitungan secara kuantitatif diperlukan kejelasan hubungan antara ketiga fase
tersebut. Jika tanah disederhanakan sebagai sistem 3 fase yang masing-masing fase
digambarkan secara terpisah (Islami dan Wani, 1995).
Pertumbuhan pada tumbuhan tidak terbatas karena meristem pucuk pada selalu
membela dan menambah jumlah sel-sel. Sel-sel tersebut sebagian besar mengalami
diferensiasi menjadi jaringan dewasa, sedangkan yang lain tetap bersifat embrional /
meristematik (Nugroho dan Issirep, 2005).
Pertumbuhan pada pertumbuhan langsung terbatas pada beberapa bagian tertentu
yang terdiri dari sejumlah sel yang baru saja dihasilkan melalui proses pembelahan dan
meristem (Salisbury dan Ross, 1986).
Perkembangan merupakan semua kejadian yang secara rinci
mendukung/berpartisipasi dalam membentuk badan tumbuhan. Dalam perkembangan terjadi
proses tumbuh dan berdiferensiasi. Tumbuh dapat didefinisikan sebagai pertambahan
volume/ukuran secara irreversible yang diikuti oleh pembelahan sel. Pembentukan sel,
sintesis protein, sintesis dinding sel, pembentukan organel dan lain-lain. Sementara
berdiferensiasi merupakan modifikai untuk memiliki fungsi khusus (Nugroho dan Issirep,
2005).
Perkembangan reproduktif tanaman kedelai di bagi dalam delapan tahap, dari tahap
mulai berbunga hingga tahap matang penuh. Selama perkembangan reproduktif ini tanaman
kedelai sensitif terhadap cekaman lingkungan, termasuk kompetisi dengan tanaman lain di
sekitarnya. (Harjoni, 2006).
Pengertian pertumbuhan membutuhkan ukuran secara tepat dan dapat dibaca dengan
bentuk kuantitatif yang dapat diukur. Analisis pertumbuhan merupakan suatu cara untuk
mengikuti dinamika fotosintesis yang diukur oleh produksi bahan kering (Sumarsono, 2000).
Pertumbuhan beberapa spesies tanaman akan berhenti ketika memasuki masa
generatif. Sedangkan spesies lain akan berlanjut selama tumbuhan tersebut hidup.
Pertumbuhan yang berhenti ketika memasuki massa generatif disebut pertumbuhan
determinate, sedangkan pertumbuhan yang berlangsung selama tumbuhan tersebut hidup
disebut pertumbuhann indeterminate. (Salisbury dan Ross, 1995).
Setiap tanaman mempunyai koordinasi yang baik pada perkembangan bagian-bagian
tanaman. Hal ini terlihat pada ukuran bagian-bagian tanaman yang berkembang sesuai
dengan tingkat pertumbuhan tanaman (Islami dan Wani,1995).
Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan, yang secara luas dapat dikategorikan
sebagai faktor eksternal (lingkungan) dan faktor internal (genetik), dikelompokan sebagai
berikut : I. Faktor Eksternal : a. iklim = cahaya, temperatur, air, panjang hari, angin dan gas
(CO
2
, O
2
, N
2
, SO
2
, Nitrogen (N) Oksida, Fl, Cl, dan O3, b. edafik (tanah) = tekstur, struktur,
bahan organic, kapasitas pertukaran katian (catio exchange capacity, CEC), pH, kejenuhan
basa, dan ketersedian nutrient, c. biologi= gulma, serangga, organisme penyebab penyakit
nematoda macam-macam tipe herbivor, dan mikro organisme tanah, seperti bakteri
pemfiksasi N
2
dan bakteri denitrifikasi, serta mikorhiza (asosiasi simbiotik antara jamur
dengan akar tanaman). II. Faktor Internal : 1.ketahanan terhadap tekanan iklim, tanah dan
biologis, 2. Laju fotosintetik, 3. Respirasi, 4. Pembagian hasil asimilasi dan N, 5. Klorofil,
keroten dan kandungan pigmen lainny, 6. Tipe dan letak meristem, 7. Kapasitas untuk
menyimpan cadangan makanan, 8. Aktifitas enzim, 9. Pengaruh langsung gen (misalnya
heterosis, epistasis), 10. Diferensiasi. Faktor-faktor yang ada dibawah pengendalian genetik
yang menyumbang hasil panen sangatlah banyak, ini hanyalah sebagian daftar (Salisbury
dan Ross, 1995).

METODOLOGI
Praktikum kurva sigmoid pertmbuhan ini dilaksanakan pada 30 Maret 23 Mei 2014,
pada rentang pukul 14.00 WIB 17.00 WIB di lapangan Laboratorium Pendidikan Biologi
FKIP UNTAN.
Pada praktikum kurva sigmoid pertumbuhan menggunakan beberapa bahan yaitu biji
jagung dan media tanah. Selain itu digunakan pula peralatan laboratorium yang mendukung
praktikum ini yaitu kertas milimeter blok, pisau, pilibag/pot, penggaris, oven, dan timbangan,
thermometer, dry and wet thermometer.
Langkah kerja yang dilakukan dalam praktikum ini yaitu pertama-tama siapkan media
tanah dan diisi polibag dengan media tanah tersebut, kemudian setiap polibag yang telah diisi
diberi label. Setelah itu pilih biji jagung yang baik dan rendam sebelum ditanam. Tanam biji
jagung sebanyak 7 biji pada setiap polibag yang telah terisi media tanah dan disiram.
Kemudian letakkan pot tersebut pada lapangan terbuka dan siram secukupnya. Cek
pertumbuhan setiap minggu dengan cara destruktif dan nondestruktif. Kemudian diukur
tinggi tanaman, luas daun dan jumlah daun, berat basah dan kering dari bagian atas (batang
dan daun) dan bagian bawah akar setelah dibersikan terlebih dahulu (dalam hal ini berat
basah yang ditimbang tanaman dalam keadaan tidak basah), berat kering didapatkan dengan
mengukur berat tanaman yang telah dikeringkan dengan oven pada suhu 80
0
C dimana berat
tidak berubah lagi (minimal 3 hari). Kemudian catat tempetatur tanah dan udara, kelembaban
relative, dan curah hujan setiap hari sebagai data pendukung setiap hari. Setelah itu dibuat
tabel pengamatan untuk pertumbuhan dan faktor iklim, dibuat grafik rerata dari pertumbuhan
tanaman dan faktor iklim dengan waktu sebagai absisa. Seterusnya dibuat estimasi
pertumbuhan dengan regresi.
























HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN
LAMPIRAN
Tabel 1. Hasil Pengukuran Jagung Destruktif Pupuk:
N
o
Min
ggu
Ke
Tin
ggi

(c
m)
Ju
mla
h
Da
un
Lu
as
Da
un
(c
m)
BB
Ba
gia
n
Ata
s
(g)
BB
Ba
gia
n
Ak
ar
(g)
BK
Ba
gia
n
Ata
s
(g)
BK
Ba
gia
n
Ak
ar
(g)
Su
hu
Ta
na
h
(C
)
Su
hu
Ud
ara
(C
)
Dr
y
(C
)
We
t
(C
)
Kelem
baban
(%)
Evap
orasi
(ml)
Cu
rah
Hu
jan
(m
m)
1 1 4,2
3
2,5 12 0,2
5
0,3
5
0,0
3
0,0
2
30,
84
26,
14
25,
92
27,
07
0,86 1,27 9,6
3
2 2 16,
32
3,88 22 0,0
6
0,0
8
0,2
4
0,0
4
31,
66
30,
28

27,
78
27,
71
0,82 2,77 7
3 3 23,
75
5,61 37,
33
1,9
8
0,8 0,0
3
0,1 32,
16
28,
92
27,
85
29,
42
0,89 2,85 0,4
4 4 21,
37
3,72 0 0 0 0 0 35,
52
31 28,
83
30,
33
0,86 1,08 9,1
6
5 5 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
6 6 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
7 7 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
8 8 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Jumlah 65,
7
15,7
1
71,
23
2,2
9
1,2
3
0,4
2
0,1
6
130
,19
11
6,3
5
11
0,4
0
11
4,5
4
3,40 7,98 26,
20
Rata-
rata
16,
42
3,92 17,
80
0,5
7
0,3
0
0,1
0
0,0
4
32,
54
29,
08
27,
60
28,
63
0,85 1,99 6,5
5





Tabel 2. Hasil Pengukuran Jagung Destruktif Tanpa Pupuk
N
o
Mi
ng
gu
ke
Tin
ggi

(c
m)
Ju
ml
ah
Da
un
Lu
as
Da
un
(cm
)
BB
Bagi
an
Atas
(g)
BB
Ba
gia
n
Ak
ar
(g)
BK
Ba
gia
n
At
as
(g)
B
K
Ba
gia
n
Ak
ar
(g)
Suh
u
Tan
ah
(C
)
Suhu
Udar
a
(C)
Dr
y
(C
)
Wet
(C)
Ke
le
m
ba
ba
n
(
%
)
Ev
ap
ora
si
(ml
)

C
ur
ah
H
uj
an
(
m
m
)
1 1 3,9
9
2,
07
15 0,4 0,4
6
29,6
3
27,57 25,
92
26,9
2
15,
00
6
0,9
7
9,
37
2 2 14,
71
3,
67
23,
76
1,02 0,5
2
0,0
4
0,0
2
32,2
1
29,78 28,
78
28,5
7
0,9
1
2,8
5
7
3 3 25,
96
5,
04
70,
23
1,98 0,8 1,2
4
1,1 32,8
2
29,71 29,
28
30,8
5
0,8
3
1,3
4
3
4 4 38,
31
5,
89
120
,07
5,94 1,9
9
3,2
6
2,0
4
36,1
2
31,14 29,
28
30,8
5
0,8
2
0,9
7
7,
71
5 5 45,
2
6,
42
306
,41
15,3
3
3,4
1
4,0
7
3,0
8
32,1
5
28,57 27,
78
28,8
5
50,
58
0,8
4
26
,2
1
6 6 51,
01
5,
65
309
,12
22,8
7
4,9 6,1
7
3,9
2
35,2
4
31,85 30,
5
31 0,9
0
1,2 10
,7
1
7 7 55,
51
5,
44
525
,45
33,9
4
5,3
6
7,9
4
4,2 32,4
2
29,85 27,
71
30,1
4
60,
67
2,6
7
4,
85
8 8 59,
39
5,
87
669
,75
51,3
4
7,7
6
9,1
2
5,4
5
34,3
3
30,71 30 31,5
7
38,
05
4,6
7
10
,7
1
J
u
m
l
a
h
294
,11
40
,0
9
203
9,7
9
132,
82
25,
2
31,
84
19,
81
264,
95
239,2 229
,2
238,
7
16
7,8
1
15,
53
79
,5
9
R
a
t
a
-
R
a
t
a
36,
76
5,
01
1
254
,97
16,6
0
3,1
5
4,5
4
2,8
3
33,1
1
29,90 28,
66
29,8
4
20,
97
1,9
4
9,
94


Tabel 3. Hasil Pengukuran Jagung Non Destruktif Pupuk
No Minggu
ke
Tinggi
(cm)
Jumlah
Daun
Luas
Daun
(cm)
Suhu
Tanah
(C)
Suhu
Udara
(C)
Dry
(C)
Wet
(C)
Kelembaban
(%)
Evaporasi
(ml)
Curah
Hujan
(mm)
1 1 4,31 2,00 4.67 33,00 33,00 33,00 32,50 36,00 0,90 0,45
2 2 15,71 3,67 42,67 31,18 29,86 28,00 29,14 81,13 9,31 3,87
3 3 22,81 4,61 81,56 32,38 29,71 28,50 29,14 89,40 5,13 2,47
4 4 28,55 4,83 119,10 36,31 33,67 30,83 31,50 86,34 13,73 1,67
5 5 0 0,00 0 0 0 0 0 0 0 0
6 6 0 0,00 0 0 0 0 0 0 0 0
7 7 0 0,00 0 0 0 0 0 0 0 0
8 8 0 0,00 0 0 0 0 0 0 0 0
Jumlah 71,38 15,11 243,33 132,87 126,24 120,33 122,29 292,87 29,08 8,45
Rata-
Rata
7,93 1,68 30,42 14,76 14,03 13,37 13,59 32,54 3,23 0,94


















Tabel 4. Hasil Pengukuran Jagung Non Destruktif Tanpa Pupuk
No
Minggu
Ke-
Tinggi
(cm)
Jumlah
Daun
Luas
Daun
(cm)
Suhu
Tanah
(C)
Suhu
Udara
(C)
Dry
(C)
Wet
(C)
Kelembaban
(%)
Evaporasi
(ml)
Curah
Hujan
(mm)
1
1 (30
Maret -
5April) 2.97 1.13 29.33 29.74 27.43 26 26.79 87.88 1.04 9.49
2
2 (6 - 12
April) 14.83 3.94 40.00 32.29 29.00 28.79 29.14 93.10 0.61 7.00
3
3 (13 -
19 April) 29.38 5.51 73.6 33.73 30.29 28.57 30.64 82.5 1.04 3.14
4
4 (20 -
26 April) 42.18 6.61 127.2 33.73 30.71 28.86 30.93 84.24 0.96 11.29
5
5 (27
April - 3
Mei) 54.26 7.55 208.8 31.96 28.36 27.36 28.71 89.59 0.91 16.86
6
6 (4 - 10
Mei) 58.46 7.57 311.7 32.55 29.79 28.29 29.29 91.26 1.2 9.43
7
7 (11 -
16 Mei) 63.4 7.62 556 32.62 29.86 27.71 30.29 82.89 0.96 4.86
8
8 (17 -
23 Mei) 64.44 7.7 677.33 31.13 28.36 27.57 29.5 85.93 0.6 12.36
Jumlah 329.91 47.62 2023.96 257.76 233.80 223.15 235.29 697.39 7.32 74.43
Rata-Rata 41.24 5.95 253.00 32.22 29.22 27.89 29.41 87.17 0.92 9.30









Percobaan kali ini menggunakan jagung (Zea mays) yang bertujuan untuk
mengukur laju tumbuh tanaman jagung. Laju pertumbuhan jagung nantinya akan
digambarkan dengan suatu grafik, dengan laju tumbuh ordinat dan waktu pada
absis maka grafik tersebut akan membentuk suatu kurva berbentuk S yang disebut
kurva sigmoid. Kurva sigmoid hanya dapat berlaku bagi tumbuhan lengkap,
bagian-bagian atau sel-selnya, dan jagung memenuhi syarat itu. Tanaman jagung
(Zea mays) ditanam selama 1 bulan Dilakukan 2 macam perlakuan pada
pengamatan laju pertumbuhannya yakni dengan cara nondekstruktif dan
destruktif. secara nondekstruktif, tumbuhan jagung dilakukan pengukuran suhu
tanah, suhu udara, kelembaban, dry, wet, evaporasi, tinggi tanaman, dan jumlah
daun. Sedangkan pada destruktif , tumbuhan jagung diukur pertumbuhannya
dengan mengambil organ tanaman secara lengkap, kemudian mengukur berat
basah dan berat kering dari tajuk tanaman (batang dan daun) serta akar. Dengan
adanya pencabutan tanaman pada perlakuan destruktif membuat tanaman yang
lainnya lebih cepat tumbuh dibandingkan pertumbuhan tanaman secara
nondestruktif. Hal ini dikarenakan saat tanaman dicabut dari pot, maka akan
mengurangi persaingan tanaman dalam menyerap zat hara yang ada dalam pot.


Grafik 1. Pertumbuhan Tinggi Tanaman Jagung
0
10
20
30
40
50
60
70
1 2 3 4 5 6 7 8 9
t
i
n
g
g
i

(
c
m
)

Grafik Pertumbuhan Tinggi Tanaman Jagung
Destruktif pupuk
Destruktif non-pupuk
Non-destruktif pupuk
Non-destruktif non-
pupuk
Dari grafik 1 yaitu pertumbuhan tinggi tanaman jagung dapat dilihat
bahwa pada perlakuan mengalami pertambahan tinggi. Hal ini membuktikan
bahwa tumbuhan mengalami pertumbuhan dan perkembangan.

Grafik 2: Luas Daun Tanaman Jagung

Grafik 3: Jumlah Daun Tanaman Jagung
0
100
200
300
400
500
600
700
800
1 2 3 4 5 6 7 8 9
L
u
a
s

(
c
m

)

Grafik Luas Daun Tanaman Jagung
Destruktif pupuk
Destruktif non-pupuk
Non-destruktif pupuk
Non-destruktif non-
pupuk
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
1 2 3 4 5 6 7 8 9
J
u
m
l
a
h

d
a
u
n

Grafik Jumlah Daun Tanaman Jagung
Nondestruktif pupuk
Nondestruktif non-
pupuk
Destruktif pupuk
Destruktif non pupuk

Grafik 4: Berat Basah Destruktif Pupuk

Grafik 5: Berat Basah Destruktif Non-Pupuk
0
0.5
1
1.5
2
2.5
3
1 2 3 4 5 6 7 8 9
B
e
r
a
t

(
g
r
a
m
)

Grafik Berat Basah Desktruktif Pupuk
BB BAWAH
BB ATAS
0
10
20
30
40
50
60
70
80
1 2 3 4 5 6 7 8 9
B
e
r
a
t

(
g
r
a
m
)

Grafik Berat Basah Desktruktif Non Pupuk
BB BAWAH
BB ATAS

Grafik 6: Berat Kering Destruktif Pupuk

Grafik 7: Berat Kering Destruktif Non Pupuk

Pada pengamatan kali ini digunakan tanaman jagung (Zea mays) untuk
membandingkan tingkat pertumbuhannya pada dua pengamatan yakni destruktif
dan non destruktif. Adapun menurut Ewusie (1990) Pengujian lapangan bersifat
dekstruktif dilakukan dengan mencabut sampel tanaman secara perminggu.
Tanaman jagung yang dicabut tersebut diambil batang dan daun, serta akarnya
untuk kemudian diukur berat basah maupun berat keringnya. Sedangkan menurut
Achmad (2010) Non destrtructive testing (NDT) adalah aktivitas tes atau inspeksi
0
0.05
0.1
0.15
0.2
0.25
0.3
1 2 3 4 5 6 7 8 9
B
e
r
a
t

(
g
r
a
m
)

Grafik Berat Kering Desktruktif Pupuk
BK BAWAH
BK ATAS
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
1 2 3 4 5 6 7 8 9
B
e
r
a
t

(
g
r
a
m
)

Grafik Berat Kering Desktruktif Non Pupuk
BK BAWAH
BK ATAS
terhadap suatu benda untuk mengetahui adanya cacat, retak, atau discontinuity
lain tanpa merusak benda yang kita tes atau inspeksi. Pada dasarnya, tes ini
dilakukan untuk menjamin bahwa material yang kita gunakan masih aman dan
belum melewati damage tolerance. Jadi pada pengamatan secara non destruktif,
tidak dilakukan pencabutan terhadap tanaman jagung. Untuk itulah pertumbuhan
tanaman jagung yang lebih cepat terdapat pada pengamatan destruktif yang
disebabkan sedikitnya atau berkurangnya persaingan dalam memperebutkan
nutrisi/ makanana pada tanaman jagung karena banyaknya tanaman jagung yang
dicabut. Hal ini makin diperkuat dengan kurva sigmoid yang dihasilkan antara
tanaman destruktif dan non destruktif yang ada.
Percobaan kali ini menggunakan jagung (Zea mays) yang bertujuan untuk
mengukur laju tumbuh tanaman jagung. Laju pertumbuhan jagung nantinya akan
digambarkan dengan suatu grafik, dengan laju tumbuh ordinat dan waktu pada
absis maka grafik tersebut a kan membentuk suatu kurva berbentuk S yang
disebut kurva sigmoid. Kurva sigmoid hanya dapat berlaku bagi tumbuhan
lengkap, bagian-bagian atau sel-selnya, dan jagung memenuhi syarat itu.Tanaman
jagung (Zea mays) ditanam selama 2 bulan sampai menunggu organ generatifnya
berkembang. Dilakukan 2 macam perlakuan pada pengamatan laju
pertumbuhannya yakni dengan cara nondekstruktif dan destruktif. secara
nondekstruktif, tumbuhan jagung dilakukan pengukuran suhu tanah, suhu udara,
kelembaban, dry, wet, evaporasi, tinggi tanaman, dan jumlah daun. Sedangkan
pada destruktif , tumbuhan jagung diukur pertumbuhannya dengan mengambil
organ tanaman secara lengkap, kemudian mengukur berat basah dan berat kering
dari tajuk tanaman (batang dan daun) serta akar.disediakan. dengan adanya
pencabutan tanaman pada perlakuan destruktif membuat tanaman yang lainnya
lebih cepat tumbuh dibandingkan pertumbuhan tanaman secara nondestruktif. Hal
ini dikarenakan saat tanaman dicabut dari pot, maka akan mengurangi persaingan
tanaman dalam menyerap zat hara yang ada dalam pot.
Berdasarkan pengamatan tinggi tanaman, jagung yang diberi pupuk
memiliki tinggi tanaman lebih tinggi dan batang yang lebih kokok dibandingkan
dengan tanaman yang tidak diberi pupuk. Hal ini dikarenakan pupuk memberikan
tambahan nutrisi bagi tanaman untuk mengalami pertumbuhan. Diperoleh juga
tinggi tanaman pada pengamatan kurva sigmoid mulai minggu pertama sampai
minggu kesembilan pertumbuhan tunggi tanamannya logaritmik. Belum terjadi
fase linier dan fase penuaan pada tahap ini. Tanaman belum menghasilkan buah.
Kurva pertumbuhan berbentuk S (Sigmoid) yang ideal, yang dihasilkan oleh
banyak tumbuhan setahun dan beberapa bagian tertentu dari tumbuhan setahun
maupun bertahun, dengan mengambil contoh tanaman jagung. Tiga fase utama
biasanya mudah dikenali: fase logaritmik, fase linear, dan fase penuaan. Pada fase
logaritmik laju pertumbuhan lambat pada awalnya, tapi kemudian meingkat terus.
Padafase linier pertambahan ukuran berlangsung konstan. Fase penuaan dicirikan
oleh laju pertumnuhan yang menurun saat tumbuhan sudah mencapai kematangan.

Semakin lama, tanaman semakin tinggi. pada fase pertumbuhan vegetatif ini
ada tiga aspek penting yang perlu diketahui, yaitu pembelahan sel (cell division),
pembesaran sel (cell enlargemen), dan diferensiasi (penggandaan) sel (cell
differentiation). Terjadinya perbedaan pertumbuhan tinggi tanaman bisa
disebabkan beberapa faktor yakni volume, biomassa, dan diameter umur tanaman
mengikuti bentuk ideal pertumbuhan. pola pertumbuhan tegakan antara lain dapat
dinyatakan dalam bentuk kurva pertumbuhan yang merupakan hubungan
fungsional antara sifat tertentu tegakan, antara lain volume, tinggi, bidang dasar,
biomassa, dan diameter dengan umur tegakan. Bentuk kurva pertumbuhan
tegakan yang ideal akan mengikuti bentuk ideal bagi pertumbuhan organisme
yaitu berbentuk kurva sigmoid.Pada pengamatan jumlah daun, terjadi juga
pertumbuhan dan perkembangan. Hal ini dapat kita lihat Jumlah daun, dari
minggu pertama hanya 2- 3 daun, rataan akhir pada minggu kesembilan menjadi
7-8. fase vegetatif terjadi pada perkembangan akar, batang, daun dan batang yang
baru, terutama saat awal pertumbuhan atau setelah massa berbunga dan berbuah.
Terjadi penurunan jumlah daun dan kenaikan jumlah daun merupakan suatu
proses pertumbuhan dan perkembangan.
Pada fase pertumbuhan vegetatif ini ada tiga aspek penting yang perlu
diketahui, yaitu pembelahan sel, pembesaran sel, dan diferensiasi (penggandaan)
sel. Terdapat juga perbedaan warna daun antara tanaman jagung yang diberi
pupuk dan yang tidak. Tanaman yang diberi pupuk akan memiliki warna daun
lebih hijau dan lebih banyak dibandingkan tanaman yag tidak diberi pupuk. Hal
ini dikarenakan tanaman yang diberui pupuk memiliki nutrisi lebih banyak untuk
melakukan metabolisme pertumbuhan.
Pengamatan pada panjang daun juga dilakukan, terjadi kenaikan pemanjangan
daun setiap minggunya. Meskipun begitu, terjadi perbedaan panjang daun antara
pot 1 dengan yang lainnya, hal ini bisa disebabkan oleh beberapa faktor yaitu :
1. Kualitas biji Sulitnya pematahan dormansi
3. Kurangnya unsur hara dalam tanah
4. Kurangnya penyiraman atau pemberian air terhadap tanaman
Pada perlakuan destruktif, ditambah lagi pengamatan terhadap berat basah dan
berat kering bagian atas tanaman dan bagian bawah tanaman(akar). Setelah
diamati selama 10 minggu terjadi peningkatan berat dari 0,21 menjadi 0,67. Tidak
terlalu banyak perubahan berat dari minggu pertama minggu terakhir.
Untuk menghitung luas daunnya pada perlakuan destruktif dibantu dengan kertas
HVS yang digunting sesuai dengan bentuk daun sebenarnya. Pada pengamatan
secara non destruktif, tidak dilakukan pencabutan terhadap tanaman jagung.
Untuk itulah pertumbuhan tanaman jagung yang lebih cepat terdapat pada
pengamatan destruktif yang disebabkan sedikitnya atau berkurangnya
persaingan dalam memperebutkan nutrisi/ makanana pada tanaman jagung
karena banyaknya tanaman jagung yang dicabut. Tetapi pada saat praktikum
tanaman yang mendapat perlakuan destruktif pupuk dan non-destruktif non
pupuk tanaman jagung mati. Hal ini terjadi karena pemberian pupuk yang
berlebihan, sehingga mengakibatkan tanaman jaguung mati.
Pertumbuhan dan perkembangan pada tumbuhan merupaka hasil interaksi
antara dua faktor, yaiu faktor luar dan faktor dalam. Faktor dalam adalah faktor
yang berasal dari dalam tubuh tumbuhan sendiri yang berpengaruh terhadap
pertumbuhan yang dapa dibedakan menjadi faktor intrasel dan intersel. Yang
termasuk faktor intrasel adalah sifat menurun atau faktor hereditas, sedangkan
yang termasuk faktor intersel adalah hormone. Faktor luar yang mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan adalah air tanah dan mineral, kelembaban udara,
suhu tanah, cahaya, dan evaporasi, serta curah hujan.

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan, daun yang berwarna hijau
mengandung karbohidrat dan daun berwarna putih tidak mengandung karbohidrat
dari hasil fotosintesis.
SARAN
Semoga praktikum selanjutnya lebih baik lagi..


DAFTAR PUSTAKA
Gardner, F. P., R. B. Pearce, dan R. L. Mitchell, 1991. Fisiologi Tanaman
Budidaya. Terjemahan Herawati Susilo. UI-Press, Jakarta.

Golsworthy, P. R. dan N. M. Fisher, 1992. Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik.
Terjemahan Tohari. Gajah Mada University Press, Yogyakarta.
Ashari.,S.,1995.Hortikultura Aspek Budi Daya.UI Press, Jakarta.
Fisher,N.M., and Goldsworthy, P.R., UGM Press.Yogyakarta.
Fitter,A.H., and R.K.M.Hay., 1991.Fisiologi Lingkungan Tanaman. Terjemahan
Sri Andini dan E.D Purbayanti. UGM Press.Yogyakarta.

Hartman,H.T., and Flocker,W.J.198.Growth.Development aand Utilization of
Cultivated Plants.Englewood Cliffs,New Jersey.

Jain,V.K.,1982. 1982. Fundamental of Plant Physiology. S. Chand & Company. New
Delhi

Kartasapoetra, A.G. 1988. Teknologi Budidaya Tanaman Pangan di Daerah
Tropik. Bina Aksara. Jakarta

Lakitan, B. 1996. Fisiologi Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman. Raja Grafindo
Persada. Jakarta

_________. 1996. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Raja Grafindo Persada. Jakarta

Nugroho dan Sumardi. 1989. Biologi Dasar. Penebar Swadaya. Jakarta

Pain, A dan Gibbon, D. 1999. Crops of The Driver Regions of The Tropics. Intermediate
Tropical Agriculture Series. New York

Pradhan, S. 2001. Plant Physiology. HAR-ANAND PUBLICATIONS PVT-ltd. New
Delhi

Rukmana, H.R. 1997. Budidaya Baby Corn. Kanisus. Jakarta
____________. 1997. Usaha Tani Jagung. Kanisius. Jakarta






LAMPIRAN


sebelum


Direbus



setelah

You might also like