You are on page 1of 8

TEGANGAN PADA SISTEM PEMBEBANAN LINTANG

Tegangan normal dan tegangan geser langsung dibahas pada bab sebelumnya. Tegangan ini terjadi
akibat adanya beban yang bekerja pada penampang bahan baik beban yang arah kerjanya sejajar
dan berada pada penampang bahan maupun beban-beban yang arah normal terhadap penampang
beban. Pada kenyataannya pada sistem pembebanan gaya-gaya yang bekerja tegak lurus terhadap
sumbu longitudinal.
Efek dari sistem pembebanan adalah adanya lenturan yang arahnya tegak lurus sumbu longitudinal.
Karena adanya lengkungan pada bahan akibat beban, maka terjadi tegangan normal dan tegangan
geser pada titik-titik tertentu dan penampang bahan yang menopangnya. Tujuan analisa bab ini
adalah untuk mengetahui nilai tegangan normal dan tegangan geser akibat adanya sistem
pembebanan.
Bentuk-bentuk Momen Lentur
Pada sistem pembebanan ada dua besaran yang penting yaitu momen lentur dan gaya geser dimana
kedua besaran ini mempunyai hubungan fungsi deferensial. Pada keadaan tertentu sistem
pembebanan suatu keadaan dimana pada bagian bahan didapatkan kedua besaran ini akan tetapi
sering juga didapatkan hanya ada satu besaran yaitu momen lentur tetapi tidak terdapat gaya
gesernya.
Momen lentur yang bekerja sendiri pada bagian bahan tanpa adanya gaya geser disebut lekukan
mueni (pure bending), sebaliknya bila momen lentur ini bekerja bersama dengan gaya geser lekukan
yang terjadi disebut lekukan biasa (ordinary bending).
Pada bagian dimana terjadi lekukan murni hanya mengakibatkan terjadinya tegangan normal pada
serat tanpa adanya tegangan geser, sedangkan bagian bahan dengan tenturan biasa menimbulkan
terjadinya kedua tegangan ini berhubungan erat dengan analisa gaya geser dan momen lentur
karena kedua besaran inilah yang menimbulkan tegangan pada bahan.
Tegangan Normal pada Sistem Pembebanan
Pada kopel sebesar M yang bekerja berlawanan arah diperlihatkan pada Gambar 9.1 menjadikan
sistem ada pada keadaan statis. Dua kopel ini menimbulkan momen lentur yang besarnya sama
pada semua titik sepanjang sumbu dan besarnya gaya geser adalah nol. Momen lentur yang terjadi
mengakibatkan tekukan murni.
Untuk menghitung tegangan normal yang terjadi pada bahan dianalisa pada potongan pada bagian
a-a dan digambar seperti pada Gambar 7.1.b. Momen yang digambarkan disini mewakili semua
momen lentur yang terjadi pada sebelah kiri titik yang dianalisa. Karena sistem dalam keadaan
keseimbangan stats, momen reaksi yang terjadi pada ujung sebelah kanan sama dengan momen
yang mendahuluinya dari sebelah kiri.
Beberapa asumsi yang digunakan pada penurunan rumus tegangan normal akibat momen lentur,
antara lain :
Serat bahan sepanjabg sumbu longitudinal tidak saling tergantung pada serat bahan pada titik lain,
Tidak tegangan lateral atau tegangan geser diantara serat-serat yang dianalisa dimana hanya ada
tegangan normal aksial,
Penampang bahan pada titik yang dianalisa tegak lurus terhadap sumbu longitudinal bahan, baik
sebelum terkena pembebanan maupun setelah adanya pembebanan,
Analisa pada kisaran hukum Hooks dimana modulus elastisitas bahan untuk tegangan tekan dan
tegangan tarik sama besarnya.
Akibat adanya momen lentur, bagian potongan bahan yang dianalisa menjadi pemendekan
membentuk suatu kurva seperti diperlihatkan pada Gambar 7.2. Kurva yang terjadi membentuk
busur lingkaran dengan jari-jari R dan pusatnya O.
Pada bentuk kurva seperti pada Gambar 7.2, bagian dalam busur terjadi pemndekan sedangkan
pada bagian luar bahan terjadi pemanjangan bahan. Artinya bahwa pada bagian busur terjadi
tegangan tekan sedangkan pada bagian luar busur terjadi tegangan tarik. Karena pada dua sisi
permukaan (luar busur dan dalam busur) ada tegangan yang berbeda yaitu tegangan tekan dan
tegangan tarik, maka pada penampang bahan ada suatu titik yang sama sekali tidak terjadi tegangan
( = 0). Anggap pada busur bahan yang tidak terjadi regangan maupun tegangan adalah garis CD,
garis ini disebut sumbu netral.
Pada jarak y dari sumbu netral diambil suatu titik f maka y=df. Bila dari titik D ditarik garis sejajar ac
didapatkan garis de dimana e terdapat pada suatu ordinat f. Oleh karena itu pada jarak y dari sumbu
netral terjadi regangan yang besarnya e = df/cd.
Segitiga def sebangun dengan segitiga ocd dan berlaku hukum persamaan kesebangunan cf:cd = de :
cd dan besarnya regangan pada jarak y dari sumbu netral menjadi :

Artinya bahwa besarnya regangan pada jarak y proporsional atau berbanding lurus dengan jaraknya
dari sumbu netral (y).
Menurut Hukum Hooks besarnya modulus elastisitas bahan adalah ..... atau ....... dengan persamaan
1.a bisa disubstitusikan dengan persamaan
.....
......
Bila penampang bahan berbentuk empat persegi panjang, sebaran gaya dan bending diperlihatkan
pada Gambar 7.3.b. Apabila da mewakili luas elemen pada jarak y dan sumbu netral maka gaya yang
bekerja pada luasan da adalah
..........
Gaya tekan dan gaya tarikan pada penamang bahan bekerja pada arah yang berlawanan. Karena
bahan ada dalam keadaan statis maka jumlah paya yang terjadi pada penampang tersebut sama
dengan nol. Jumlah gaya ini merupakan nilai integrasi dari Persamaan (3c).
......
......
.....
Karena E = 0 dan R= 0 maka jelas bahwa yang bernilai 0 adalah ....... adalah momen pertama dari
penampang bahan terhadap sumbu netral. Nilai y.da bila ditulis dengan y.A. Karena luas
penampang bahan tidak sama dengan nol maka y = 0.
Kembali ke Persamaan (7.1.c), bila persamaan dF dikalikan dengan y maka hasilnya merupakan nilai
momennya.
.....
.......
......
Resultan momen pada penampang yang dianalisa harus sama dengan momen lentur yang terjadi
pada titik dari sumbu longitudinal yang dianalisa karena titik tersebut juga berada dalam keadaan
statis.
......
.....
......merupakan momen inersia penampang bahan terhadap bahan terhadap sumbu netralnya. Oleh
karena itu persamaan bisa disederhanakan menjad :
.........
Nilai R disubstitusikan dan Persamaan (7.1.b) maka persamaan menjadi :
......
......
Rumus ini disebut rumus tegangan lentur pada suatu bahan. M adalah momen lentur pada titik yang
dianalisa, l adalah momen inersia penampang bahan terhadap sumbu netral dan y adalah jarak titik
yang dianalisa terhadap sumbu netral.
Berdasarkan rumus 7.1 tegangan normal maksimum bisa ditentuan. Tegangan normal maksimum ini
terjadi pada nilai y maksimum atau sama dengan titik terluar peampang bahan. Persamaan ini bisa
dituliskan sebagai berikut :
........
........
I/c disebut modulus penampang dan diberi simbol Z. Nilai Z dalam bidang keteknikan merupakan
salah satu sifat penampang bahan yang pada berbagai bentuk telah diterapkan. Persamaan tersebut
lebih sederhana bila dituliskan :
.......
Dimana = Tegangan Lentur Maksimum (Pa)
Z = Modulus Penampang (m2)
Contoh 7.1
Suatu sistem pembebanan pada balok dengan penampang berbentuk lingkaran berdiameter 200
mm, 2 gaya bekerja masing-masing sebesar 100 KN seperti pada gambar. Hitung tegangan
maksimum yang terjadi pada tengah-tengah sumbu longitudinal bahan.
Penyelesaian :
Diketahui : D = 200 mm, P = 100 KN
Ditanya : tegangan maksimum?
Penyelesaian
I = D2/64
= (200)2/64
= 76,5 x 106 mm2
Dengan momen lentur



Z = I/c =(78,5 x 106)/10004
= 78 500 mm2


Contoh 7.2
Sistem pembebanan kantilever dengann panjang 5 meter dikenai gaya terpusat pada ujung sebesar
1 KN. Bila penampang bahan berbentuk kanal l dengan dimensi ditunjukkan pad gambar, tentukan
tegangan maksimum yang terjadi.







Penyelesaian
Diketahui P = 1 kN, penampang kanal l
Ditanya :
max
Jawab :



Diagram momen lentur :

C Tegangan Geser pada Sistem Pembebanan
Tegangan normal akibat bending pada titik sepanjang sumbu y, nilai numeriknya proposional dengan
jaraknya dari sumbu netral. Apabila pada suatu jarak x nilai momen lenturnya M, maka pada jarak x
+ dx nilai momen lenturnya adalah M + dM. Bila y adalah jarak titik dari sumbu netral maka
tegangan yang terjadi pada jarak x adalah




Jarak x adalah :
......
Dan pada jarak x + dx nilai tegangan normalnya adalah :
.......
Untuk luas penampang da gaya yang dihasilkan pada jarak x adalah
........
Sedangkan pada jarak x + dx gaya yang dihasilkan sebesar
........
Bila total gaya yang dihasilkan pada jarak x adalah F, dan pada jarak x + dx adalah F2 dengan nilainya
masing-masing adalah :
.......
.........
F1 dan F2 ini besarnya tidak sama, oleh karena itu agar sistem gaya tetap berada dalam keadaan
kesetimbangan, maka harus ada gaya lain yang menyebabkan kesetimbangan arah horizontal terjadi.
Gaya ini ditimbulkan oleh tegangan yang bekerja pada bagian cd dengan luas penampang (b) (dx),
menghasilkan gaya horizontal sebesar ()(b)(dx). Kesetimbangan arah horizontal terjadi :





Pada analisa dan momen lentur nilai sM/dx merupakan gaya geser V(x) dan y da adalah momen
pertama dari penampang bahan denga batas yo sampai dengan c terhadap sumbu netral yang
disimbolkan dengan notasi Q. Oleh karena itu rumus di atas bisa disederhanakan menjadi
.......
Perlu hati-hati dalam analisa tegangan geser yaitu nilai Q adalah momen pertama pada penampang
bahan yang dibatasi oleh yo dengan c, bukan momen kelembaman dari luas pennampang
keseluruhan, sedangkan nilai I merupakan nilai momen inersia dan total luas penampang bahan
terhadap sumbu netralnya.
Tegangan geser pada Persamaan (7.4) hanya diturunkan untuk tegangan geser arah vertikal. Bila
diasumsikan titik merupakan suatu empat persegi panjang dengan panjang dx dan tinggi dy dan
disamping tegangan geser arah horizontal juga ada tegangan geser arah vertikal, maka
keseimbangan statik kopel pada titik tersebut juga harus terjadi. Tegangan geser bekerja pada luas
penampang (t) (dy) menghasilkan gaya geser sebesar (t)(dy) dan tegangan geser bekerja pada
penampang dengan luas (t)(dx) menghasilkan gaya geser sebesar (t)(dx). Terhadap titik pusatc
terjadi kesetimbangan kopel.
......
.......
Hal ini menunjukkan bahwa nilai numerik tegangan geser suatu titik pada arah vertikal dan arah
horizontal besarnya sama. Penjabaran ini juga sekaligus membuktikan bahwa 2 tegangan geser
saling tegak lurus yang bekerja pada suatu titik besarnya sama.
Persamaan 7.4 memperlihatkan hubungan nilai tegangan geser dengan momen kelembaman dari
luasan yang dibatasi oleh c dan yc. Nilai momen kelembaman ini maksimum pada yo = 0 atau sumbu
netral. Oleh karena itu maka tegangan geser maksimum terjadi pada sumbu netral.










Contoh 7.5
Dapatkan nilai tegangan geser maksimum yang terjadi pada soal 7.5
Solusi :
Diagram Gaya geser :



Tegangan geser maksimum terjadi di ujung bahan pada penampang bahan, dimana V = 15 kN.
Momen pertama dihitung pada setengah penampang.
Mpmen pertama penampang


Tegangan geser maksimum

You might also like