You are on page 1of 19

Kerusakan Hutan, Masalah, Dampak dan

Penanggulangannya



Oleh :
Ina Wahyuna Darusman
D12113021


UNIVERSITAS HASANUDDIN
PRODI TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK
MAKASSAR
2013
2

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa.
Karena berkat rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah dengan judul
Kerusakan Hutan, Masalah, Dampak, dan Penanggulangannya dapat disusun
dan diselesaikan tepat pada waktunya.

Rasa syukur sebenarnya atas selesainya makalah ini dengan
kerendahan hati penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih sebesar-
besarnya kepada semua pihak yang telah membantu, mengarahkan dan
memotivasi dalam pembuatan tulisan ini.

Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih terdapat kekurangan
dalam penyusunannya, oleh karena itu penulis memohon maaf jika dalam
penyampaiannya nanti tidak sesuai dengan hal yang sebenarnya. Kritik dan
saran yang konstruktif dari pembaca dapat bermanfaat bagi kesempurnaan
penulisan untuk kedepannya.



Penulis



3

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................2
DAFTAR ISI.................................................................................................................3
BAB 1 PENDAHULUAN..............................................................................................4
A. Latar Belakang..................................................................................................4
B. Rumusan masalah............................................................................................4
C. Tujuan.............................................................................................................. 4
D. Manfaat............................................................................................................ 4
BAB 2 PEMBAHASAN.................................................................................................5
A. Hakikat Hutan...................................................................................................6
B. Peran Hutan Terhadap Lingkungan..................................................................7
C. Penyebab Kerusakan Hutan...........................................................................12
D. Akibat Kerusakan Hutan.................................................................................14
E. Penanggulangan Kerusakan Hutan................................................................16
BAB 3 PENUTUP......................................................................................................18
A. Kesimpulan.....................................................................................................18
B. Saran..............................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................19





4

BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hutan merupakan sumber daya alam yang tidak ternilai karena
didalamnya terkandung keanekaragaman hayati sebagai sumber plasma
nutfah, sumber hasil hutan kayu dan non-kayu, pengatur tata air, pencegah
banjir dan erosi serta kesuburan tanah, perlindungan alam hayati untuk
kepentingan ilmu pengetahuan, kebudayaan, rekreasi, pariwisata dan
sebagainya. Karena itu pemanfaatan hutan dan perlindungannya telah diatur
dalam UUD 45, UU No. 5 tahun 1990, UU No 23 tahun 1997, UU No. 41
tahun 1999, PP No 28 tahun 1985 dan beberapa keputusan Menteri
Kehutanan serta beberapa keputusan Dirjen PHPA dan Dirjen Pengusahaan
Hutan. Namun gangguan terhadap sumber daya hutan terus berlangsung
bahkan intensitasnya makin meningkat.
Kerusakan hutan yang meliputi : kebakaran hutan, penebangan liar
dan lainnya merupakan salah satu bentuk gangguan yang makin sering
terjadi. Dampak negatif yang ditimbulkan oleh kerusakan hutan cukup besar
mencakup kerusakan ekologis, menurunnya keanekaragaman hayati,
merosotnya nilai ekonomi hutan dan produktivitas tanah, perubahan iklim
mikro maupun global, dan asap dari kebakaran hutan mengganggu
kesehatan masyarakat serta mengganggu transportasi baik darat, sungai,
danau, laut dan udara. Dan juga gangguan asap karena kebakaran hutan
Indonesia akhir-akhir ini telah melintasi batas negara.
Berbagai upaya pencegahan dan perlindungan kebakaran hutan dan
penebangan liar telah dilakukan termasuk mengefektifkan perangkat hukum
(undang-undang, PP, dan SK Menteri sampai Dirjen), namun belum
memberikan hasil yang optimal. Sejak kebakaran hutan yang cukup besar
tahun 1982/83 di Kalimantan Timur, intensitas kebakaran hutan makin sering
terjadi dan sebarannya makin meluas. Tercatat beberapa kebakaran cukup
besar berikutnya yaitu tahun 1987, 1991, 1994 dan 1997 hingga 2003. Oleh
5

karena itu perlu pengkajian yang mendalam untuk mencegah dan
menanggulangi kebakaran hutan.
Tulisan ini merupakan sintesa dari berbagai pengetahuan tentang
hutan, kebakaran hutan dan penebangan liar penanggulangannya yang
dikumpulkan dari berbagai sumber dengan harapan dapat dijadikan sebagai
bahan masukan bagi para peneliti, pengambil kebijakan dan pengembangan
ilmu pengetahuan bagi para pencinta lingkungan dan kehutanan.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana peran hutan terhadap lingkungan kita?
2. Apa saja penyebab kerusakan hutan?
3. Bagaimana cara penanggulangan kerusakan hutan?

C. Tujuan
Penulisan paper ini bertujuan agar seluruh lapisan masyarakat
utamanya penulis sendiri menyadari arti penting dari eksistensi hutan di
dunia, dan menerapkan berbagai cara penanggulangan kerusakan hutan.

D. Manfaat
Seluruh masyarakat dapat mengetahui cara penanggulangan
kerusakan hutan dan menjaganya untuk tetap lestari.







6

BAB 2
PEMBAHASAN
A. Hakikat Hutan

Pada eksistensinya hutan merupakan subekosistem global yang menenpati
posisi penting sebagai paru-paru dunia (Zain, 1996). Senada dengan itu, Radon
(2009) menjelaskan hutan adalah sebuah kawasan yang ditumbuhi dengan lebat
oleh pepohonan dan tumbuhan lainnya. Kawasan-kawasan semacam ini
terdapat di wilayah-wilayah yang luas di dunia dan berfungsi sebagai
penampung karbon dioksida, habitat hewan, serta pelestari tanah, dan
merupakan salah satu aspek biosfera Bumi yang paling penting.
Dari uraian di atas jelaslah bahwa hutan merupakan bentuk kehidupan yang
tersebar di seluruh dunia. Kita dapat menemukan hutan baik di daerah tropis
maupun daerah beriklim dingin, di dataran rendah maupun di pegunungan, di
pulau kecil maupun di benua besar. Orang awam mungkin memandang hutan
sebagai sekumpulan pohon kehijauan dengan beraneka jenis satwa dan
tumbuhan liar yang terkesan gelap, tak beraturan, dan jauh dari pusat
peradaban dan bahkan menganggapnya sebagai sesuatu yang menakutkan.
Namun, jika kita mengikuti pengertian hutan secara konsepsional yuridis
dirumuskan di dalam Pasal 1 Ayat (1) Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999
tentang Kehutanan. Menurut Undang-undang tersebut, hutan adalah suatu
kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati
yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungan, yang satu
dengan yang lainnya tidak dapat dipisahkan. Selain itu, jika dikaji dari sisi ilmu
kehutanan, hutan merupakan suatu kumpulan tetumbuhan, terutama pepohonan
atau tumbuhan berkayu lain, yang menempati daerah yang cukup luas. Pohon
sendiri adalah tumbuhan cukup tinggi dengan masa hidup bertahun-tahun. Jadi,
tentu berbeda dengan sayur-sayuran atau padi-padian yang hidup semusim
saja. Pohon juga berbeda karena secara mencolok memiliki sebatang pokok
tegak berkayu yang cukup panjang dan bentuk tajuk (mahkota daun) yang jelas.
Suatu kumpulan pepohonan dianggap hutan jika mampu menciptakan iklim dan
7

kondisi lingkungan yang khas setempat, yang berbeda daripada daerah di
luarnya.

B. Peran Hutan Terhadap Lingkungan
Hutan bukanlah warisan nenek moyang, tetapi pinjaman anak cucu kita yang
harus dilestarikan. Jika terjadi bencana, maka dipastikan, biaya recovery jauh lebih
besar ketimbang melakukan pencegahan secara dini. Begitu pentingnya fungsi
hutan sehingga pada 21 Januari 2004 Presiden Megawati merasa perlu
mencanangkan Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan (GN-RHL) yaitu
gerakan moral yang melibatkan semua komponen masyarakat bangsa untuk
memperbaiki kondisi hutan dan lahan kritis. Dengan harapan, agar lahan kritis itu
dapat berfungsi optimal, yang juga pada gilirannya bermanfaat bagi masyarakat
sendiri. Tujuan melibatkan komponen masyarakat, tentu saja, agar mereka
menyadari bahwa hutan dan lingkungan itu sangat penting dijaga kelestariannya.
Hutan memiliki fungsi yang penting bagi kehidupan manusia diantaranya sebagai
berikut :
1. Pelestarian Plasma Nutfah
Plasma nutfah merupakan bahan baku yang penting untuk pembangunan di masa
depan, terutama di bidang pangan, sandang, papan, obat-obatan dan industri.
Penguasaannya merupakan keuntungan komparatif yang besar bagi Indonesia di
masa depan. Oleh karena itu, plasma nutfah perlu terus dilestarikan dan
dikembangkan bersama untuk mempertahankan keanekaragaman hayati.
2. Penahan dan Penyaring Partikel Padat dari Udara
Udara alami yang bersih sering dikotori oleh debu, baik yang dihasilkan oleh
kegiatan alami maupun kegiatan manusia. Dengan adanya hutan, partikel padat
yang tersuspensi pada lapisan biosfer bumi akan dapat dibersihkan oleh tajuk pohon
melalui proses jerapan dan serapan. Partikel yang melayang-layang di permukaan
bumi sebagian akan terjerap pada permukaan daun, khususnya daun yang berbulu
8

dan yang mempunyai permukaan yang kasar dan sebagian lagi terserap masuk ke
dalam ruang stomata daun. Ada juga partikel yang menempel pada kulit pohon,
cabang dan ranting. Dengan demikian hutan menyaring udara menjadi lebih bersih
dan sehat.
3. Penyerap Partikel Timbal dan Debu Semen
Kendaraan bermotor merupakan sumber utama timbal yang mencemari udara di
daerah perkotaan. Diperkirakan sekitar 60-70 % dari partikel timbal di udara
perkotaan berasal dari kendaraan bermotor. Hutan dengan kanekaragaman
tumbuhan yang terkandung di dalamnya mempunyai kemampuan menurunkan
kandungan timbal dari udara.
Debu semen merupakan debu yang sangat berbahaya bagi kesehatan, karena
dapat mengakibatkan penyakit sementosis. Oleh karena itu debu semen yang
terdapat di udara bebas harus diturunkan kadarnya.
4. Peredam Kebisingan
Pohon dapat meredam suara dan menyerap kebisingan sampai 95% dengan cara
mengabsorpsi gelombang suara oleh daun, cabang dan ranting. Jenis tumbuhan
yang paling efektif untuk meredam suara ialah yang mempunyai tajuk yang tebal
dengan daun yang rindang. Berbagai jenis tanaman dengan berbagai strata yang
cukup rapat dan tinggi akan dapat mengurangi kebisingan, khususnya dari
kebisingan yang sumbernya berasal dari bawah.
5. Mengurangi Bahaya Hujan Asam
Pohon dapat membantu dalam mengatasi dampak negatif hujan asam melalui
proses fisiologis tanaman yang disebut proses gutasi. Proses gutasi akan
memberikan beberapa unsur diantaranya ialah : Ca, Na, Mg, K dan bahan organik
seperti glumatin dan gula. Bahan an-organik yang diturunkan ke lantai hutan dari
tajuk melalui proses through fall dengan urutan K>Ca> Mg>Na baik untuk tajuk dari
tegakan daun lebar maupun dari daun jarum.
9

Hujan yang mengandung H2SO4 atau HNO3 apabila tiba di permukaan daun akan
mengalami reaksi. Pada saat permukaan daun mulai dibasahi, maka asam seperti
H2SO4 akan bereaksi dengan Ca yang terdapat pada daun membentuk garam
CaSO4 yang bersifat netral. Dengan demikian adanya proses intersepsi dan gutasi
oleh permukaan daun akan sangat membantu dalam menaikkan pH, sehingga air
hujan menjadi tidak begitu berbahaya lagi bagi lingkungan. pH air hujan yang telah
melewati tajuk pohon lebih tinggi, jika dibandingkan dengan pH air hujan yang tidak
melewati tajuk pohon.
6. Penyerap Karbon-monoksida
Mikro organisme serta tanah pada lantai hutan mempunyai peranan yang baik dalam
menyerap gas. Tanah dengan mikroorganismenya dapat menyerap gas ini dari
udara yang semula konsentrasinya sebesar 120 ppm (13,8 x 104 ug/m3) menjadi
hampir mendekati nol hanya dalam waktu 3 jam saja.
7. Penyerap Karbon-dioksida dan Penghasil Oksigen
Hutan merupakan penyerap gas CO2 yang cukup penting, selain dari fitoplankton,
ganggang dan rumput laut di samudera. Cahaya matahari akan dimanfaatkan oleh
semua tumbuhan baik di hutan kota, hutan alami, tanaman pertanian dan lainnya
dalam proses fotosintesis yang berfungsi untuk mengubah gas CO2 dan air menjadi
karbohidrat dan oksigen. Dengan demikian proses ini sangat bermanfaat bagi
manusia, karena dapat menyerap gas yang bila konsentrasinya meningkat akan
beracun bagi manusia dan hewan serta akan mengakibatkan efek rumah kaca. Di
lain pihak proses ini menghasilkan gas oksigen yang sangat diperlukan oleh
manusia dan hewan.
8. Penahan Angin
Angin kencang dapat dikurangi 75-80% oleh suatu penahan angin yang berupa
hutan kota.
9. Penyerap dan Penapis Bau
10

Daerah yang merupakan tempat penimbunan sampah sementara atau permanen
mempunyai bau yang tidak sedap. Tanaman dapat menyerap bau secara langsung,
atau tanaman akan menahan gerakan angin yang bergerak dari sumber bau.
10. Mengatasi Penggenangan
Daerah bawah yang sering digenangi air perlu ditanami dengan jenis tanaman yang
mempunyai kemampuan evapotranspirasi yang tinggi. Jenis tanaman yang
memenuhi kriteria ini adalah tanaman yang mempunyai jumlah daun yang banyak,
sehingga mempunyai stomata yang banyak pula.
11. Mengatasi Intrusi Air Laut dan Abrasi
Kota-kota yang terletak di tepi pantai seperti DKI Jakarta pada beberapa tahun
terakhir ini dihantui oleh intrusi air laut. Pemilihan jenis tanaman dalam
pembangunan hutan kota pada kota yang mempunyai masalah intrusi air laut harus
betul-betul diperhatikan. Upaya untuk mengatasi masalah ini yakni membangun
hutan lindung kota pada daerah resapan air dengan tanaman yang mempunyai daya
evapotranspirasi yang rendah.
Hutan berupa formasi hutan mangrove dapat bekerja meredam gempuran ombak
dan dapat membantu proses pengendapan lumpur di pantai. Dengan demikian
hutan selain dapat mengurangi bahaya abrasi pantai, juga dapat berperan dalam
proses pembentukan daratan.
12. Produksi Terbatas
Hutan memiliki fungsi in-tangible juga tangible. Sebagai contoh, pohon mahoni di
hutan kota Sukabumi sebanyak 490 pohon telah dilelang dengan harga Rp. 74 juta.
Penanaman dengan tanaman yang menghasilkan biji atau buah yang dapat
dipergunakan untuk berbagai macam keperluan warga masyarakat dapat
meningkatkan taraf gizi dan penghasilan masyarakat.
13. Ameliorasi Iklim
11

Salah satu masalah penting yang cukup merisaukan penduduk perkotaan adalah
berkurangnya rasa kenyamanan sebagai akibat meningkatnya suhu udara di
perkotaan. Hutan kota dapat dibangun untuk mengelola lingkungan perkotaan agar
pada saat siang hari tidak terlalu panas, sebagai akibat banyaknya jalan aspal,
gedung bertingkat, jembatan layang, papan reklame, menara, antene pemancar
radio, televisi dan lain-lain. sebaliknya pada malam hari dapat lebih hangat karena
tajuk pepohonan dapat menahan radiasi balik (reradiasi) dari bumi.
14. Pelestarian Air Tanah
Sistem perakaran tanaman dan serasah yang berubah menjadi humus akan
memperbesar jumlah pori tanah. Karena humus bersifat lebih higroskopis dengan
kemampuan menyerap air yang besar maka kadar air tanah hutan akan meningkat.
Jika hujan lebat terjadi, maka air hujan akan turun masuk meresap ke lapisan tanah
yang lebih dalam menjadi air infiltrasi dan air tanah dan hanya sedikit yang menjadi
air limpasan. Dengan demikian pelestarian hutan pada daerah resapan air dari kota
yang bersangkutan akan dapat membantu mengatasi masalah air dengan kualitas
yang baik.
15. Penapis Cahaya Silau
Manusia sering dikelilingi oleh benda-benda yang dapat memantulkan cahaya
seperti kaca, aluminium, baja, beton dan air. Apabila permukaan yang halus dari
benda-benda tersebut memantulkan cahaya akan terasa sangat menyilaukan dari
arah depan, akan mengurangi daya pandang pengendara.
Keefektifan pohon dalam meredam dan melunakkan cahaya tersebut bergantung
pada ukuran dan kerapatannya.
16. Mengurangi Stress, Meningkatkan Pariwisata dan Pencinta Alam
Kehidupan masyarakat di lingkungan hidup kota mempunyai kemungkinan yang
sangat tinggi untuk tercemar, baik oleh kendaraan bermotor maupun industri.
Petugas lalu lintas sering bertindak galak serta pengemudi dan pemakai jalan
12

lainnya sering mempunyai temperamen yang tinggi diakibatkan oleh cemaran timbal
dan karbon-monoksida. Oleh sebab itu gejala stress (tekanan psikologis) dan
tindakan ugal-ugalan sangat mudah ditemukan pada anggota masyarakat yang
tinggal dan berusaha di kota atau mereka yang hanya bekerja untuk memenuhi
keperluannya saja di kota. Hutan kota juga dapat mengurangi kekakuan dan
monotonitas.
C. Penyebab Kerusakan Hutan
a) Kebakaran Hutan
Penyebab kebakaran hutan sampai saat ini masih menjadi topik
perdebatan, apakah karena alami atau karena kegiatan manusia. Namun
berdasarkan beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa penyebab utama
kebakaran hutan adalah faktor manusia yang berawal dari kegiatan atau
permasalahan sebagai berikut:
Sistem perladangan tradisional dari penduduk setempat yang berpindah-
pindah.
Pembukaan hutan oleh para pemegang Hak Pengusahaan Hutan (HPH)
ntuk insdustri kayu maupun perkebunan kelapa sawit.
Penyebab struktural, yaitu kombinasi antara kemiskinan, kebijakan
pembangunan dan tata pemerintahan, sehingga menimbulkan konflik
antar hukum adat dan hukum positif negara.
Perladangan berpindah merupakan upaya pertanian tradisional di
kawasan hutan dimana pembukaan lahannya selalu dilakukan dengan cara
pembakaran karena cepat, murah dan praktis. Namun pembukaan lahan
untuk perladangan tersebut umumnya sangat terbatas dan terkendali karena
telah mengikuti aturan turun temurun (Dove, 1988). Kebakaran liar mungkin
terjadi karena kegiatan perladangan hanya sebagai kamuflasa dari penebang
liar yang memanfaatkan jalan HPH dan berada di kawasan HPH.
Pembukaan hutan oleh pemegang HPH dan perusahaan perkebunan
untuk pengembangan tanaman industri dan perkebunan umumnya mencakup
areal yang cukup luas. Metoda pembukaan lahan dengan cara tebang habis
dan pembakaran merupakan alternatif pembukaan lahan yang paling murah,
mudah dan cepat. Namun metoda ini sering berakibat kebakaran tidak hanya
13

terbatas pada areal yang disiapkan untuk pengembangan tanaman industri
atau perkebunan, tetapi meluas ke hutan lindung, hutan produksi dan lahan
lainnya.
Sedangkan penyebab struktural, umumnya berawal dari suatu konflik
antara para pemilik modal industri perkayuan maupun pertambangan, dengan
penduduk asli yang merasa kepemilikan tradisional (adat) mereka atas lahan,
hutan dan tanah dikuasai oleh para investor yang diberi pengesahan melalui
hukum positif negara. Akibatnya kekesalan masyarakat dilampiaskan dengan
melakukan pembakaran demi mempertahankan lahan yang telah mereka
miliki secara turun temurun. Disini kemiskinan dan ketidak adilan menjadi
pemicu kebakaran hutan dan masyarakat tidak akan mau berpartisipasi untuk
memadamkannya.
b) Penebangan hutan secara sembarangan
Menebang hutan sembarangan akan menyebabkan hutan menjadi
gundul. Ditambah lagi akhir-akhir ini penebangan hutan liar semakin marak
terjadi,
c) Penegakan Hukum yang Lemah
Menteri Kehutanan Republik Indonesia M.S.Kaban SE.MSi
menyebutkan bahwa lemahnya penegakan hukum di Indonesia telah turut
memperparah kerusakan hutan Indonesia. Menurut Kaban penegakan
hukum barulah menjangkau para pelaku di lapangan saja. Biasanya mereka
hanya orang-orang upahan yang bekerja untuk mencukupi kebutuhan hidup
mereka sehari-harinya. Mereka hanyalah suruhan dan bukan orang yang
paling bertanggungjawab. Orang yang menyuruh mereka dan paling
bertanggungjawab sering belum disentuh hukum. Mereka biasanya
mempunyai modal yang besar dan memiliki jaringan kepada penguasa.
Kejahatan seperti ini sering juga melibatkan aparat pemerintahan yang
berwenang dan seharusnya menjadi benteng pertahanan untuk menjaga
kelestarian hutan seperti polisi kehutanan dan dinas kehutanan.
Keadaan ini sering menimbulkan tidak adanya koordinasi yang maksimal
baik diantara kepolisian, kejaksaan dan pengadilan sehingga banyak kasus
yang tidak dapat diungkap dan penegakan hukum menjadi sangat lemah.

14

d) Mentalitas Manusia.
Manusia sering memposisikan dirinya sebagai pihak yang memiliki
otonomi untuk menyusun blue print dalam perencanaan dan pengelolaan
hutan, baik untuk kepentingan generasi sekarang maupun untuk anak
cucunya. Hal ini kemungkinan disebabkan karena manusia sering
menganggap dirinya sebagai ciptaan yang lebih sempurna dari yang lainnya.
Pemikiran antrhroposentris seperti ini menjadikan manusia sebagai pusat.
Bahkan posisi seperti ini sering ditafsirkan memberi lisensi kepada manusia
untuk menguasai hutan. Karena manusia memposisikan dirinya sebagai
pihak yang dominan, maka keputusan dan tindakan yang dilaksanakanpun
sering lebih banyak di dominasi untuk kepentingan manusia dan sering
hanya memikirkan kepentingan sekarang daripada masa yang akan datang.
Akhirnya hutanpun dianggap hanya sebagai sumber penghasilan yang dapat
dimanfaatkan dengan sesuka hati. Masyarakat biasa melakukan pembukaan
hutan dengan berpindah-pindah dengan alasan akan dijadikan sebagai lahan
pertanian. Kalangan pengusaha menjadikan hutan sebagai lahan
perkebunan atau penambangan dengan alasan
untuk pembangunan serta menampung tenaga kerja yang akan mengurangi
jumlah pengangguran. Tetapi semua itu dilaksanakan dengan cara
pengelolaan yang exploitative yang akhirnya menimbulkan kerusakan hutan.
Dalam struktur birokrasi pemerintahan mentalitas demikian juga seakan-akan
telah membuat aparat tidak serius untuk menegakkan hukum dalam
mengatasi kerusakan hutan bahkan terlibat di dalamnya.

D. Akibat Kerusakan Hutan

Kerusakan hutan akan menimbulkan beberapa dampak negatif yang besar di
bumi:
1. Efek Rumah Kaca (Green house effect).
Hutan merupakan paru-paru bumi yang mempunyai fungsi
mengabsorsi gas Co2. Berkurangnya hutan dan meningkatnya pemakaian
energi fosil (minyak, batubara dll) akan menyebabkan kenaikan gas Co2 di
atmosfer yang menyelebungi bumi. Gas ini makin lama akan semakin
15

banyak, yang akhirnya membentuk satu lapisan yang mempunyai sifat
seperti kaca yang mampu meneruskan pancaran sinar matahari yang
berupa energi cahaya ke permukaan bumi, tetapi tidak dapat dilewati oleh
pancaran energi panas dari permukaan bumi. Akibatnya energi panas
akan dipantulkan kembali kepermukaan bumi oleh lapisan Co2 tersebut,
sehingga terjadi pemanasan di permukaan bumi. Inilah yang disebut efek
rumah kaca. Keadaan ini menimbulkan kenaikan suhu atau
perubahan iklim bumi pada umumnya. Kalau ini berlangsung terus maka
suhu bumi akan semakin meningkat, sehingga gumpalan es di kutub utara
dan selatan akan mencair. Hal ini akhirnya akan berakibat naiknya
permukaan air laut, sehingga beberapa kota dan wilayah di pinggir pantai
akan terbenam air, sementara daerah yang kering karena kenaikan suhu
akan menjadi semakin kering.
2. Kerusakan Lapisan Ozon
Lapisan Ozon (O3) yang menyelimuti bumi berfungsi menahan radiasi
sinar ultraviolet yang berbahaya bagi kehidupan di bumi. Di tengah-tengah
kerusakan hutan, meningkatnya zat-zat kimia di bumi akan dapat
menimbulkan rusaknya lapisan ozon. Kerusakan itu akan menimbulkan
lubang-lubang pada lapisan ozon yang makin lama dapat semakin
bertambah besar. Melalui lubang-lubang itu sinar ultraviolet akan
menembus sampai ke bumi, sehingga dapat menyebabkan kanker kulit
dan kerusakan pada tanaman-tanaman di bumi.
3. Kepunahan Species
Hutan di Indonesia dikenal dengan keanekaragaman hayati di
dalamnya. Dengan rusaknya hutan sudah pasti keanekaragaman ini tidak
lagi dapat dipertahankan bahkan akan mengalami kepunahan. Dalam
peringatan Hari Keragaman Hayati Sedunia dua tahun yang lalu
Departemen Kehutanan mengumumkan bahwa setiap harinya Indonesia
kehilangan satu species (punah) dan kehilangan hampir 70% habitat alami
pada sepuluh tahun terakhir ini.
4. Merugikan Keuangan Negara.
Sebenarnya bila pemerintah mau mengelola hutan dengan lebih baik,
jujur dan adil, pendapatan dari sektor kehutanan sangat besar. Tetapi
16

yang terjadi adalah sebaliknya. Misalnya tahun 2003 jumlah produksi kayu
bulat yang legal (ada ijinnya) adalah sebesar 12 juta m3/tahun. Padahal
kebutuhan konsumsi kayu keseluruhan sebanyak 98 juta m3/tahun. Data
ini menunjukkan terdapat kesenjangan antara pasokan dan permintaan
kayu bulat sebesar 86 juta m3. Kesenjangan teramat besar ini dipenuhi
dari pencurian kayu (illegal loging). Dari praktek tersebut diperkirakan
kerugian yang dialami Indonesia mencapai Rp.30 trilyun/tahun. Hal inilah
yang menyebabkan pendapatan sektor kehutanan dianggap masih kecil
yang akhirnya mempengaruhi pengembangan program pemerintah untuk
masyarakat Indonesia.
5. Banjir.
Dalam peristiwa banjir yang sering melanda Indonesia akhir-akhir ini,
disebutkan bahwa salah satu akar penyebabnya adalah karena rusaknya
hutan yang berfungsi sebagai daerah resapan dan tangkapan air
(catchment area). Hutan yang berfungsi untuk mengendalikan banjir di
waktu musim hujan dan menjamin ketersediaan air di waktu musim
kemarau, akibat kerusakan hutan makin hari makin berkurang luasnya.
Tempat-tempat untuk meresapnya air hujan (infiltrasi) sangat berkurang,
sehingga air hujan yang mengalir di permukaan tanah jumlahnya semakin
besar dan mengerosi daerah yang dilaluinya. Limpahannya akan menuju
ke tempat yang lebih rendah sehingga menyebabkan banjir.
Bencana banjir dapat akan semakin bertambah dan akan berulang apabila
hutan semakin mengalami kerusakan yang parah. Tidak hanya akan
menimbulkan kerugian materi, tetapi nyawa manusia akan menjadi
taruhannya. Banjir di Jawatimur dan Jawa tengah adalah contoh nyata.

E. PENANGGULANGAN KERUSAKAN HUTAN SECARA UMUM
Langkah pertama yang harus dilakukan oleh pemerintah sebagai penentu
kebijakan harus segera melakukan pemulihan terhadap kerusakan hutan harus
untuk menjaga agar tidak terjadi kerusakan yang lebih parah. Untuk
melaksanakan pemulihan terhadap kerusakan hutan yang telah terjadi,
pemerintah dengan mengajak seluruh lapisan masyarakat, dari kalangan
individu, kelompok maupun organisasi perlu secara serentak mengadakan
17

reboisasi hutan dalam rangka penghijauan hutan kembali sehingga pada 10 - 15
tahun ke depan kondisi hutan Indonesia dapat kembali seperti sedia kala.
Pelaksanaan penghijauan tersebut harus lebih mengaktifkan masyarakat lokal
(masyarakat yang berada di sekitar hutan) untuk secara sadar dan spontan turut
menjaga kelestarian hutan tersebut.
Langkah kedua, pemerintah harus menerapkan cara-cara baru dalam
penanganan kerusakan hutan. Pemerintah mengikutsertakan peran serta
masyarakat terutama peningkatan pelestarian dan pemanfaatan hutan alam
berupa upaya pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, pendidikan dan
latihan serta rekayasa kehutanan.
Langkah ketiga adalah pencegahan dan peringanan. Pencegahan di sini
dimaksud kegiatan penyuluhan / penerangan kepada masyarakat lokal akan
penting menjaga fungsi dan manfaat hutan agar dapat membantu dalam
menjaga kelestarian hutan dan penegakan hukum yang tegas oleh aparat
penegak hukum, POLRI yang dibantu oleh POL HUT dalam melaksanakan
penyelidikan terhadap para oknum pemerintahan daerah atau desa yang
menyalahgunakan wewenang untuk memperdagangkan kayu pada hutan
lindung serta menangkap dan melakukan penyidikan secara tuntas terhadap
para cukong - cukong kayu yang merugikan negara trilyunan rupiah setiap
tahunnya. Peringanan yang dimaksud di sini adalah pemerintah harus
melaksanakan analisa terhadap pelaksanaan peraturan tersebut di dalam
masyarakat. Bila ditemukan hal - hal yang tidak cocok bagi masyarakat
sebaiknya pemerintah mengadakan revisi terhadap undang - undang tersebut
sepanjang tujuan awal pembuatan undang - undang itu tidak dilanggar.
Langkah terkahir adalah adanya kesiapsiagaan yang berlangsung selama 24
jam terhadap penjagaan terhadap kelestarian hutan ini. Pemerintah harus
melaksanakan pengawasan dan pengendalian secara rutin dan situasional
terhadap segala hal yang berkaitan adanya informasi kerusakan hutan yang
didapatkan melalui media massa cetak maupun elektronik ataupun informasi
yang berasal dari masyarakat sendiri. Pemerintah harus melakukannya secara
kontinyu dan terus - menerus sehingga kalaupun ada kerusakan hutan yang
dilakukan oleh oknum tertentu dapat segera diambil langkah yang tepat serta
dapat mengurangi akibat bencana/ disaster yang akan ditimbulkan kemudian.
18

BAB 3
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dengan kerusakan hutan Indonesia, kita akan kehilangan beragam
hewan dan tumbuhan yang selama ini menjadi kebanggaan bangsa
Indonesia. Sementara itu, hutan Indonesia selama ini merupakan sumber
kehidupan bagi sebagian rakyat Indonesia. Hutan merupakan tempat
penyedia makanan, penyedia obat-obatan serta menjadi tempat hidup bagi
sebagian besar rakyat Indonesia. Dengan hilangnya hutan di Indonesia,
menyebabkan mereka kehilangan sumber makanan dan obat-obatan. Seiring
dengan meningkatnya kerusakan hutan Indonesia, menunjukkan semakin
tingginya tingkat kemiskinan rakyat Indonesia dan sebagian masyarakat
miskin di Indonesia hidup berdampingan dengan hutan. Oleh karenanya mulai
saat ini marilah kita menjaga hutan kita, untuk masa depan yang lebih baik.


B. Saran
Peranan pemerintah untuk menjaga keletarian dan pemanfaatan hutan
dengan baik sangat penting. Pemerintah harus memiliki:
o Keahlian, kemampuan dan keterampilan teknis kerja yang bagus untuk
bisa mengelola hutan Indonesia secara tepat dan benar
o Mempunyai sikap mental yang positif terhadap kelestarian hutan, bukan
untuk kepentingan pribadi atau golongan
o Berdisiplin yang tinggi dan memiliki dedikasi yang tinggi terhadap tugas
yang dibebankan kepadanya
Selain pemerintah masyarakat juga harus ikut berpartisipasi menjaga
keletarian dan pemanfaatan hutan dengan cara mendukung dan
melaksanakan berbagai kebijakan pemerintah untuk kelestarian hutan.

19

DAFTAR PUSTAKA
http://komunitasarekips.blogspot.com/2011/11/makalah-kerusakan-hutan-
mempengaruhi.html
http://sangsurya-wahana.blogspot.com/2011/07/penyebab-akibat-dan-cara-
penangulangan.html
http://michaelnorman.blogspot.com/2012/04/penanggulangan-masalah-kerusakan-
hutan.html

You might also like