Professional Documents
Culture Documents
=
nda kalkulasi
....
....
....
1 1 .... .... Interferensi KK
= =
= = =
Untuk pemetaan kromosom kelamin, ada sedikit
modifikasi pada persilangan, yakni individu F1 trihibrid
tidak diujisilang, melainkan disilangkan dengan individu
jantan normal. Perhatikan contoh berikut ini:
Pada kromosom X lalat buah (Drosophila melanogaster)
dikenal tiga pasang gen berikut: w
+
menentukan warna
mata merah dan alelnya w menentukan warna mata
putih; gen y
+
menentukan warna tubuh kelabu sementara
alelnya y menentukan warna tubuh kuning; gen f
+
menyebabkan bulu tunggal dan alelnya f menyebabkan
bulu bercabang. Gen w
+
dominan terhadap w, y
+
domi-
nan terhadap y, dan f
+
dominan terhadap f.
Bila lalat betina trihibrid disilangkan dengan lalat jantan
normal, didapat keturunan sebagai berikut:
1100 lalat mata merah, tubuh kelabu, bulu tunggal
301 lalat mata merah, tubuh kelabu, bulu tunggal
10 lalat mata putih, tubuh kelabu, bulu tunggal
126 lalat mata merah, tubuh kuning, bulu tunggal
10 lalat mata merah, tubuh kelabu, bulu bercabang
2 lalat mata merah, tubuh kuning, bulu bercabang
102 lalat mata putih, tubuh kelabu, bulu bercabang
290 lalat mata putih, tubuh kuning, bulu bercabang
59 lalat mata putih, tubuh kuning, bulu tunggal
Langkah pertama: Tuliskan genotip masing-masing sifat
yang diberikan, lalu tentukan urutan gen pada kromosom.
Urutan yang benar:
Langkah kedua: menghitung jarak gen, yakni nilai pindah
silang sesuai urutan gen yang benar.
NPS1 : gen dan
NPS2 : gen dan
Langkah ketiga: menggambar peta kromosom
____________________
1 2
Frekuensi pindah silang ganda kalkulasi = NPS NPS
= ..............
frekuensi pindah silang ganda yang didapat
frekuensi pindah silang ga
KK
=
nda kalkulasi
....
....
....
1 1 .... .... Interferensi KK
= =
= = =
b. Persilangan Dua Titik
Pemetaan kromosom juga dapat dilakukan de-
ngan menggunakan persilangan dua titik. Cara ini dapat
digunakan untuk memetakan lebih dari tiga buah gen
pada satu kromosom maupun beberapa kromosom yang
berbeda. Prinsip utama perhitungan/analisis ini adalah
bahwa nilai rekombinasi sebesar 1% (dan kelipatannya)
menunjukkan kedua gen terletak pada kromosom yang
sama dengan jarak sebesar 1 map unit, sedangkan
rekombinasi sebesar 50 % menunjukkan bahwa kedua
gen terletak pada dua kromosom yang berlainan
(sehingga memisah secara independen). Untuk
memahami penggunaan persilangan dua titik ini,
perhatikan contoh berikut.
Dimiliki data frekuensi rekombinasi tujuh buah gen yakni
a, b, c, d, e, f, dan g sebagai berikut. Tentukan peta kro-
mosom gen-gen tersebut.
c. Metode-metode lain
Metode-metode pemetaan kromosom yang lain
dijumpai pada pemetaan kromosom manusia, misalnya
dengan hibridisasi sel somatis. Metode lainnya adalah
pemetaan delesi, pemetaan transformasi dan konjugasi
(pada bakteri), pada kromosom bakteri.
4. Menguji Adanya Pautan
Pada hakekatnya, peristiwa berangkai (pautan)
merupakan penyimpangan dari Hukum Mendel yang me-
nyatakan bahwa setiap gen akan memisah (segregasi)
dan berpasang-pasangan secara bebas (independent
assortment). Bila kita dihadapkan pada suatu data hasil
persilangan, satu pertanyaan yang kadangkala muncul
adalah bagaimana kita dapat membedakan hasil persi-
langan dengan gen terpaut dan persilangan dengan gen
tidak terpaut (independen).
Lihat kembali contoh yang diberikan pada sub-
subbab berangkai tak sempurna di atas. Seandainya
gen M (alelnya m) dan gen B (alelnya b) bersifat indepen-
den, maka testcross individu F1 yang bergenotip MmBb
dengan induknya (mmbb) akan memberikan perbanding-
an genotip MmBb : mmBb : Mmbb : mmbb sama dengan
1:1:1:1. Apakah dalam setiap persilangan akan didapat
perbandingan yang tepat (exact) seperti ini? Tentu tidak
mungkin seperti itu. Oleh karena itu, perlu diberikan suatu
cara menguji apakah dua gen tertentu benar-benar bersi-
fat independen atau bersifat terpaut (berangkai).
Metode yang sering digunakan untuk melakukan
pengujian ini adalah dengan uji chi-kuadrat (chi-square
test). Uji yang ditemukan oleh Karl Pearson (1900) ini
merupakan suatu uji kebaikan-suai (goodness-of-fit test),
yakni prosedur untuk mengetahui apakah suatu data
mengikuti sebaran atau distribusi tertentu. Oleh karena
itu, masih banyak kegunaan uji chi-kuadrat dalam geneti-
ka yang tidak dibahas di sini, misalnya pada pengujian
hukum Hardy-Weinberg (genetika populasi).
Agar memahami langkah-langkah melakukan uji
chi-kuadrat untuk menguji independensi dua gen, perha-
tikanlah contoh di bawah ini.
Seorang ahli genetik menemukan suatu mutasi baru
pada lalat buah Drosophila melanogaster yang menye-
babkan tubuh lalat tersebut selalu gemetaran. Gen yang
termutasi itu disebutnya spastic (sps), diduga terletak pa-
da autosom. Ia menyilangkan lalat yang homozigot untuk
spastic dan sayap vestigial dengan lalat normal (wild
type). Hasil persilangan itu kemudian diujisilang dan
diperoleh hasil sebagai berikut.
lalat buah spastic, sayap vestigial 224 ekor
lalat buah normal, sayap normal 230 ekor
lalat buah spastic, sayap normal 97 ekor
lalat buah normal, sayap vestigial 99 ekor
Dengan menggunakan uji chi-kuadrat, akan ditentukan
apakah gen sps bersifat independen terhadap gen vg.
Mula-mula, kita buat diagram persilangan sesuai dengan
soal, asumsikan kedua gen bersifat independen.
P1 : ><
Gamet : ><
F1 :
Ujisilang F1: ><
Gamet :
Hasil ujisilang:
Bandingkan hasil uji silang di sini dengan hasil uji silang
pada soal, ternyata terdapat perbedaan yang cukup signi-
fikan. Oleh karena itu, kita lakukan pengujian chi-kuadrat.
Langkah 1: Data hasil uji silang soal dimasukkan ke tabel
kontingensi 2 x 2, dengan baris memuat gen-gen pada
lokus pertama dan kolom memuat gen pada lokus kedua.
Gen pada
lokus 1
Gen pada lokus 2
TOTAL
TOTAL
Langkah 2: hitung nilai harapan masing-masing sel, yakni
dengan menggunakan rumus
n persilanga hasil total
kolom total baris total
= harapan
Langkah 3: hitung statistik uji chi-kuadrat dengan rumus:
( )
= =
=
r
i
c
j 1 1
2
2
harapan
harapan - n persilanga hasil
_
(Catatan: hasil persilangan diambil dari tabel pada lang-
kah 1, sedangkan harapan dari tabel pada langkah 2).
Langkah 4: bandingkan statistik uji chi-kuadrat yang telah
dihitung pada langkah 3 dengan tabel chi-kuadrat yang
ada di buku-buku genetika (tingkat signifikansi 5%,
derajat bebas 1). Bila nilai chi kuadrat perhitungan lebih
besar daripada 3,841, simpulkan bahwa kedua gen tidak
bersifat independen.
G. Pewarisan Sifat Kuantitatif
Dalam percobaan Mendel maupun penyimpang-
an-penyimpangan semu yang terjadi, sifat-sifat pada sua-
tu kelas fenotip umumnya mudah dibedakan dengan
kelas fenotip yang lain, misalnya biji bulat dengan biji ke-
riput, Drosophila melanogaster mata merah dengan mata
putih, dan sebagainya. Namun seringkali dalam kelas
fenotip masih dijumpai variasi-variasi yang tinggi, misal-
nya warna bunga dapat dibedakan sebagai merah kelam,
merah darah, merah medium, merah muda, dan sebagai-
nya. Sifat-sifat yang mudah dibedakan satu dengan yang
lain disebut sifat kualitatif, sedangkan sifat yang menun-
jukkan variasi yang tinggi dalam intensitasnya disebut
sifat kuantitatif atau sifat metrik.
Perbedaan sifat kualitatif dan sifat kuantitatif da-
pat dilihat pada tabel berikut ini:
Sifat Kualitatif Sifat Kuantitatif
Karakter bersifat kategorik,
tidak dapat diukur
Karakter memiliki derajat
yang berbeda, dapat diukur
Variasi bersifat diskontinu Variasi bersifat kontinu
Kelas fenotip memiliki ba-
tas yang jelas
Kelas fenotip membentuk
suatu spectrum
Pengaruh gen tunggal da-
pat terlihat jelas
Kontrol poligenik, pengaruh
gen tunggal terlalu kecil
Berkaitan dengan perka-
winan individual
Populasi dengan sejumlah
persilangan
Dianalisis melalui penca-
cahan dan rasio
Dianalisis melalui estimasi
parameter populasi
Gambar 17: Sifat Kualitatif (kiri) dan Kuantitatif (kanan)
1. Asumsi dan Pola Pewarisan
Telah disinggung di atas bahwa pewarisan sifat
kuantitatif menggunakan mekanisme poligen. Istilah poli-
gen berasal dari kata poly (banyak) dan gen, yang secara
sederhana dapat diartikan bahwa fenotip satu sifat ter-
tentu dipengaruhi oleh banyak gen atau alel.
Beberapa asumsi dalam pewarisan sifat kuantita-
tif adalah sebagai berikut:
Tidak ada dominasi, yang ada hanyalah alel efektif
(alel yang memberi tambahan pengaruh) dan alel
non efektif (alel yang tidak memberi tambahan pe-
ngaruh pada sifat yang diatur).
Penentuan genotip individu seringkali sulit dilakukan
dengan pasti.
Tiap alel efektif dalam satu seri alel menghasilkan
pengaruh yang intensitasnya sama. Pengaruh dari
tiap alel efektif bersifat kumulatif.
Tidak ada epistasis antara gen-gen pada lokus yang
berlainan.
Tidak terjadi peristiwa berangkai (pautan).
Untuk memahami proses pewarisan sifat kuanti-
tatif, coba selesaikan diagram persilangan berikut. Ingat
kembali cara memecah persilangan trihibrid yang telah
kalian pelajari di muka.
Disilangkan varietas gandum berbiji merah dan varietas
gandum berbiji putih. Bila diketahui alel untuk biji merah
adalah M1M1M2M2M3M3 dan alel untuk biji putih adalah
m1m1m2m2m3m3, maka F1 dan F2 yang diperoleh:
P1 : ><
Gamet : ><
F1 :
P2 : F1 >< F1
: ><
Bila dilakukan pemecahan menjadi 3 persilangan mono-
hibrid, akan didapat
individu dengan enam faktor M, fenotip
individu dengan lima faktor M, fenotip
individu dengan empat faktor M, fenotip
individu dengan tiga faktor M, fenotip
individu dengan dua faktor M, fenotip
individu dengan satu faktor M, fenotip
individu tanpa faktor M, fenotip
Contoh lain pewarisan sifat kuantitatif yang meli-
batkan perhitungan matematis:
Tinggi suatu tanaman ditentukan oleh tiga pasang alel
yang memiliki pengaruh aditif dengan intensitas sama.
Diketahui tinggi minimum dan maksimum tanaman
tersebut berturut-turut 10 cm dan 46 cm. Galur murni
tanaman tertinggi dan terpendek disilangkan, didapat:
P1 : ><
Gamet : ><
F1 :
P2 : F1 >< F1
: ><
Dengan melakukan pemecahan menjadi tiga persilangan
monohybrid akan didapat:
Genotip Persentase Tinggi (cm)
Gambarlah diagram batang dari hasil persilangan itu.
persentase
0 tinggi (cm)
Kesimpulan:
2. Distribusi Normal dan Ukuran Statistik
Dalam contoh persilangan tinggi tanaman di mu-
ka, kita meninjau pewarisan sifat kuantitatif yang melibat-
kan tiga pasang alel. Muncul pertanyaan, apa yang akan
terjadi bila pewarisan tersebut melibatkan n pasang alel:
P1P1P2P2P3P3 PnPn dan p1p1p2p2p3p3 pnpn
Sudah tentu banyaknya fenotip hasil persilangan
akan semakin beragam dan semakin sulit dibedakan. O-
leh karena itu, dalam pewarisan sifat kuantitatif seperti ini
kita melakukan perhitungan dengan analisis statistik.
Lihat kembali histogram yang telah dibuat pada
contoh persilangan di atas. Bila banyaknya fenotip sema-
kin banyak, bentuk histogram (dan poligon frekuensinya)
akan berbentuk genta seperti di bawah ini:
Gambar 18: Kurva Distribusi Normal
Dalam ilmu statistik, grafik seperti di atas disebut
kurva distribusi Normal atau distribusi Gaussian, untuk
menghargai Carl Frederick Gauss, seorang ilmuwan dari
Jerman. Secara matematis, grafik kurva distribusi normal
dinyatakan oleh persamaan:
( )
2
2
2
1
( )
2
x
f x e
o
o t
=
dengan
e = bilangan euler = 2,718...
= 22/7 = 3,1428...
- < < dan 0 <
2
<
Dari persamaan fungsi distribusi normal, nilai
peluang x berada pada interval (b < x < a) dapat dihitung
sebagai:
( )
( )
2
2
2
1
2
x
a
b
P b x a e dx
o
o t
s s =
}
Nilai peluang di atas bergantung pada nilai dan , yang
merupakan parameter fungsi distribusi normal. Pengu-
bahan nilai-nilai tersebut menyebabkan perubahan
bentuk kurva distribusi normal sebagai berikut:
Gambar 19: bentuk-bentuk distribusi normal
Untuk menghitung peluang distribusi normal, se-
lain menggunakan pendekatan pada gambar di samping,
kita dapat memanfaatkan tabel distribusi normal yang da-
pat dilihat pada buku-buku referensi statistika.
Dalam praktek, nilai-nilai parameter mean popu-
lasi dan standar deviasi populasi seringkali sulit diperoleh,
terutama bila ukuran populasi sangat besar. Oleh karena
itu peneliti mengambil sampel dari populasi, lalu menen-
tukan mean dan standar deviasi dari sampel. Ukuran
yang diperoleh dari sampel ini disebut statistik. Pada
umumnya, rata-rata sampel diberi lambang x , sedang-
kan simpangan baku sampel diberi lambang s.
Nilai rata-rata sampel ( x ) merupakan penduga
takbias untuk , sedangkan simpangan baku sampel,
( )
=
n
1 i
2
i
x x
1 n
1
s
merupakan penduga takbias untuk . Sifat-sifat penduga
ini dapat dipelajari dalam buku-buku referensi statistika.
Diketahui volume produksi susu sapi Jersey yang berusia
10 tahun adalah sebagai berikut:
60, 74, 58, 61, 56, 55, 54, 57, 65, 42
Hitunglah nilai rata-rata dan standar deviasi data di atas.
H. Topik Tambahan
Selain pembahasan tentang hukum Mendel dan
penyimpangannya, alel ganda, rangkai kelamin, pautan,
pindah silang, hingga sifat kuantitatif, masih ada bebera-
pa tema yang terlalu menarik untuk dilewatkan begitu
saja (halah lebay ^^). Beberapa hal yang akan dibahas di
sini adalah pengaruh maternal, pewarisan maternal, dan
jalur biokimia (biochemical pathway) yang berhubungan
dengan hereditas. Hal-hal tersebut sebenarnya tidak sa-
ling terkait satu dengan yang lain, tapi sangat bermanfa-
at untuk memperluas pengetahuan dalam genetika.
1. Jalur Biokimia dan Hereditas
Salah satu ciri makhluk hidup adalah melakukan
metabolisme, yakni terjadinya berbagai reaksi kimia da-
lam tubuh yang dikatalisis oleh enzim. Dalam tubuh,
metabolisme berlangsung membentuk jalur-jalur rang-
kaian reaksi kimia yang saling berhubungan. Karena en-
zim bersifat spesifik, maka setiap tahap dalam jalur
metabolisme membutuhkan enzim yang berbeda.
Gambar 20: contoh jalur metabolisme sederhana
Percobaan Beadle dan Tatum dengan jamur
Neurospora mutan telah membuktikan bahwa setiap en-
zim dalam jalur metabolisme dikode oleh gen yang ber-
beda (prinsip one gene one enzyme). Mutasi pada gen
yang mengkode enzim akan menyebabkan organisme
tersebut tidak mampu membentuk enzim, sehingga jalur
metabolisme akan terputus pada tahapan yang membu-
tuhkan enzim. Pada gambar 20 di atas misalnya, apabila
gen A tidak terekspresi, maka enzim A tidak diproduksi,
sehingga substrat tidak dapat berubah menjadi zat A,
dengan demikian zat B dan zat C tidak dapat terbentuk
karena zat B dibentuk dari zat A, sedangkan zat C diben-
tuk dari zat B. Demikian juga bila gen B tidak terekspresi,
zat B tidak akan terbentuk meskipun zat A terbentuk. Zat
C tidak dapat dibentuk karena zat B tidak ada.
Tidak disintesisnya suatu zat pada jalur metabo-
lisme dapat mengakibatkan perbedaan fenotip organisme
tersebut. Oleh karena itu, bila kita mengetahui pola pewa-
risan sifat gen-gen pengkode enzim tersebut, kita dapat
menentukan fenotipe organisme hasil suatu persilangan.
Perhatikan dan lengkapilah contoh di bawah ini.
Warna bunga pada suatu tanaman hipotetik dikendalikan
oleh tiga gen pada jalur biokimia sebagai berikut:
Gen A memproduksi enzim A, sedangkan alelnya a tidak
memproduksi enzim A; demikian juga dengan gen B dan
C. Disilangkan tanaman berbunga colorless (aaBBCC)
dengan tanaman berbunga green (AABBcc), tentukan
fenotip F1 dan F2 hasilnya!
P1 : ><
Gamet : ><
F1 :
P2 : F1 >< F1
: ><
Gamet :
F2 :
><
Rasio Fenotip:
2. Pewarisan Sitoplasmik
Semua persilangan yang kita bahas di muka se-
lalu didasarkan pada asumsi bahwa gen-gen yang meng-
kode sifat tersebut berada pada kromosom dalam inti sel.
Padahal organisme eukariotik juga memiliki substansi
genetik yang terdapat di luar inti, misalnya pada mitokon-
dria dan pada kloroplas. Meskipun banyaknya gen pada
kedua organel ini sangat kecil dibandingkan gen-gen
dalam inti, namun pola pewarisan sifatnya tidak sama
dengan pewarisan gen pada inti sel. Mengapa demikian ?
Dalam peristiwa pembuahan (fertilisasi), zigot menerima
substansi inti dari gamet jantan maupun betina. Namun,
seringkali organel pada zigot hanya berasal dari salah sa-
tu gamet, umumnya gamet betina.
Untuk memahami pewarisan sifat yang dikendali-
kan oleh gen sitoplasmik, perhatikan contoh berikut:
Gambar 21: warna daun Mirabilis jalappa
Correns (1909) menyerbukkan pollen tumbuhan
Mirabilis jalappa berdaun hijau ke putik tumbuhan berda-
un putih, diperoleh keturunan seluruhnya berdaun putih.
Persilangan resiproknya menghasilkan keturunan yang
seluruhnya berdaun hijau. Demikian juga saat pollen tum-
buhan berdaun hijau disilangkan dengan tumbuhan ber-
daun kombinasi hijau-putih, diperoleh keturunan yang
berdaun hijau, berdaun putih, dan berdaun kombinasi.
Persilangan resiproknya menghasilkan keturunan yang
seluruhnya berdaun hijau.
Bagaimana peristiwa ini dijelaskan? Warna hijau
pada daun disebabkan oleh kloroplas yang mengandung
klorofil. Warna putih disebabkan oleh proplastida mutan
yang tidak mengandung klorofil.
Perbedaan pewarisan nukleair dan pewarisan
sitoplasmik (ekstranukleat) disajikan dalam tabel berikut:
Gen nukleair Gen ekstranukleat
Induk dan memberi
sumbangan genetik sama.
Induk dan memberi
sumbangan genetik beda.
Hasil perkawinan resiprok
sama (kecuali terpaut-X)
Hasil perkawinan resiprok
tidak sama.
Terdapat perbandingan se-
gregasi
Tidak terdapat perbanding-
an segregasi
3. Pengaruh Maternal
Pengaruh maternal (maternal effect) merupakan
peristiwa fenotip keturunan ditentukan oleh genotip induk
betina (gen terletak dalam inti). Gen-gen pengkode sifat
tersebut mengalami segregasi mengikuti pola Mendel,
namun penentuan fenotipnya tidak demikian. Perhatikan
contoh berikut ini!
Pada siput Limnaea peregra, arah rumahnya ada
yang mengikuti arah jarum jam (dekstral) dan melawan
arah jarum jam (sinistral). Sifat ini ditentukan oleh gen D
untuk melingkar dekstral dan gen d untuk sinistral. Dike-
tahui gen D dominan terhadap d. Perhatikan pola
persilangan pada gambar berikut ini!
Gambar 22: pengaruh maternal pada rumah siput
Dari pola di atas, kita lihat bahwa fenotip keturu-
nan ditentukan oleh genotip induk betinanya. Generasi
F1 di sebelah kiri berfenotip dekstral karena induk betina-
nya bergenotip DD, sementara F1 lainnya (kanan)
memiliki fenotip sinistral karena induk betinanya
bergenotip dd. Jadi, walaupun kedua F1 bergenotip Dd,
mereka bisa berfenotip sinistral maupun dekstral.. Selu-
ruh generasi F2 berfenotip dekstral karena genotip induk
betinanya (pada F1) adalah Dd.
Gambar 23: nurse cell dan sel telur
Mekanisme pengaruh maternal dapat dijelaskan
berdasarkan peristiwa oogenesis. Sel telur mendapatkan
hasil ekspresi gen-gen dari nurse cell yang ada di sekitar-
nya. Ekspresi fenotip embrio kemudian dipengaruhi oleh
protein yang dihasilkan oleh nurse cell tersebut.
I. Menguji Diri Sendiri
Setelah memahami uraian dan melengkapi lem-
bar kerja siswa (LKS) ini, kerjakan soal-soal berikut untuk
menguji kemampuan kalian dalam memahami pola-pola
pewarisan sifat.
Informasi untuk soal nomor 1 dan 2
Pada anjing, satu pasang alel menentukan warna rambut
(gelap dan albino). Pasangan alel yang lain menentukan
panjang rambut (pendek dan panjang). Oleh karena itu,
setiap gamet akan memiliki satu dari alel warna rambut,
C atau c, dan satu dari alel panjang rambut, B atau b.
Dilakukan dua persilangan antar anjing: pertama, anjing
berambut gelap dan pendek disilangkan dengan anjing
berambut albino dan panjang; persilangan berikutnya,
anjing berambut gelap rambut pendek disilangkan
dengan anjing berambut gelap dan panjang. Keturunan
yang diperoleh antara lain sebagai berikut
I. Gelap, rambut pendek x Albino, rambut panjang
Keturunan: Semua gelap, rambut pendek
II. Gelap, rambut pendek x Gelap, rambut panjang
Keturunan: 3 gelap, rambut pendek
3 gelap, rambut panjang
1 albino, rambut pendek
1 albino, rambut panjang
1) Pada persilangan II, genotipe dari induk berwarna
gelap dan berambut pendek adalah
A. CcBb
B. ccbb
C. CCBB
D. CCbb
E. ccBB
2) Manakah berikut ini merupakan genotip yang mungkin
dari induk berwarna gelap dan berambut pendek pada
persilangan I?
A. CcBb
B. ccbb
C. CCBB
D. CCbb
E. ccBB
Informasi untuk soal nomor 3 dan 4
Warna buah pada tanaman X diatur secara genetic.
Warna buah dapat putih, kuning, atau hijau. Kemunculan
warna tersebut diatur oleh dua gen, dengan tiap gen
masing-masing memiliki sepasang alel. I memproduksi
pigmen, sedangkan alelnya I tidak memproduksi pigmen;
G menyebabkan warna buah hijau, sedang alelnya g
menyebabkan buah berwarna kuning.
3) Pada suatu toples terdapat biji hasil persilangan.
Setelah biji-biji tersebut ditanam sampai berbuah,
ternyata dihasilkan:
31 tanaman berbuah hijau
10 tanaman berbuah kuning
39 tanaman berbuah putih
Pasangan genotip induk dari tanaman-tanaman tersebut
adalah
A. Iigg >< Iigg
B. iiGg >< IIGg
C. IiGg >< IiGg
D. IiGg >< iiGg
E. IIGg >< Iigg
4) Salah satu tanaman berbuah hijau disilangkan dengan
tanaman homozigot resesif menghasilkan:
45 tanaman berbuah kuning
5 tanaman berbuah hijau
50 tanaman berbuah putih
Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa
A. gen yang memproduksi pigmen dan gen yang menga-
tur warna terletak pada kromosom yang terpisah
B. genotip tanaman berbuah kuning yang di testcross
adalah IiGg
C. alel G dan I terletak pada kromosom yang sama
D. hanya terdapat satu genotip dari tanaman berbuah
pipih
E. terdapat dua fenotip tanaman berbuah hijau
Informasi untuk soal nomor 5--7
Diketahui gen S mengendalikan ketajaman duri pada su-
atu tumbuhan kaktus. Kaktus dengan alel dominan S
memiliki duri tajam, sedangkan kaktus dengan alel resesif
homozigot ss memiliki duri tumpul. Pada kaktus yang sa-
ma, terdapat gen N yang mengendalikan kemunculan
duri. Kaktus dengan alel resesif nn tidak memiliki duri.
5) Hubungan antara gen S dan gen N pada contoh di
atas termasuk peristiwa ...
A. dominansi tak penuh
B. epistasis dominan
C. epistasis resesif
D. dominansi penuh
E. pleiotropi
6). Persilangan galur-murni kaktus berduri tajam dengan
kaktus tak berduri akan menghasilkan keturunan ...
A. 100% duri tajam
B. 50% duri tajam, 50% duri tumpul
C. 25% duri tajam, 50% duri tumpul, 25% tanpa duri
D. 50% duri tajam, 50% tanpa duri
E. 100% tanpa duri
7) Jika kaktus heterozigot SsNn melakukan penyerbukan
sendiri, rasio fenotip pada keturunannya adalah ...
A. 3 duri tajam : 1 tanpa duri
B. 1 duri tajam : 2 duri tumpul : 1 tanpa duri
C. 1 duri tajam : 1 duri tumpul : 1 tanpa duri
D. 1 duri tajam : 1 duri tumpul
E. 9 duri tajam : 3 duri tumpul : 4 tanpa duri
Informasi untuk soal nomor 8-10.
Suatu makhluk mirip tumbuhan dari planet fiktif Pandora
memiliki tiga sifat yang dikendalikan secara genetik: Sifat
dan gen yang dimaksud adalah sebagai berikut.
- Alel a: bluish leaves
- Alel b: feathered stem
- Alel c: hollow roots
Diketahui ketiga gen tersebut saling terpaut. Seorang ahli
genetika melakukan ujisilang (test cross) individu yang
diketahui bergenotip heterozigot terhadap ketiga alel di
atas. Hasil yang diperoleh adalah sebagai berikut (tanda
+ menunjukkan wild type).
Phenotypes Leaves Stems Roots Number
1 a + + 14
2 a + c 0
3 a B + 32
4 a B c 440
5 + B + 0
6 + B c 16
7 + + c 28
8 + + + 470
Total 1,000
8. Fenotip keturunan yang merupakan hasil rekombinasi
antara gen A dan gen B adalah ...
A. 1, 2, 5, dan 6
B. 1, 3, 6, dan 7
C. 2, 4, 5, dan 8
D. 2, 3, 5, dan 7
E. semua keturunan
9. Jika persen rekombinasi ekivalen dengan jarak peta
kromosom sebesar satu centimorgan (cM), estimasi jarak
gen A dan B adalah sebesar ...
A. 1.5 cM
B. 3 cM
C. 6 cM
D. 15 cM
E. 30 cM
10. Dari ketiga gen di atas, diketahui pasangan dengan
jarak terjauh adalah gen A dan gen C. Pernyataan berikut
yang benar adalah ...
A. gen A berjarak paling dekat dengan gen B
B. urutan gen pada kromosom adalah A B C
C. gen A tidak mengalami rekombinasi dengan gen C
D. gen A terletak di antara gen B dan gen C
E. jarak gen A ke B sama dengan jarak gen A ke C
TEMPAT MENULISKAN JAWABAN (hurufnya saja)
1. 6.
2. 7.
3. 8.
4. 9.
5. 10.
J. Referensi
Brooker, Robert J. 2012. Genetics Analysis & Principles.
Fourth edition. New York: McGraw Hill
Klug, William S., dkk. 2012. Principles of Genetics, Tenth
edition. California: Pearson Benjamin Cummings
Pierce. Benjamin A. 2012. Genetics, a Conceptual
Approach. Fourth Edition. New York: W.H Freeman
and Company
Pratiwi, DA., dkk. 2000. Biologi 3 untuk kelas 3 SMU
Program IPA. Jakarta: Erlangga
Reece., dkk. 2012. Campbells Biology. Ninth edition.
California: Pearson Benjamin Cummings
Suryo. 2008. Genetika Manusia. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press
Tjitrosoepomo, Gembong, dkk. 1979. Makhluk Hidup 3.
Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
SELAMAT BELAJAR