Professional Documents
Culture Documents
BAB II
URAIAN PROSES PRODUKSI
Unit produksi pada PT. Pupuk Iskandar Muda yang mengolah bahan baku gas
alam dan air menjadi pupuk urea di PT. Pupuk Iskandar Muda dibagi menjadi tiga
unit, yaitu Ammonia, Urea dan Utilitas.
2.1 Ammonia
Proses pembuatan ammonia di PT. Pupuk Iskandar Muda menggunakan
teknologi Kellog Brown and Root (KBR) dari Amerika Serikat dengan desain operasi
1200 MTPD. Bahan baku yang digunakan untuk memproduksi ammonia adalah gas
alam, steam dan udara.
Proses pembuatan ammonia terdiri dari beberapa unit, yaitu :
a. Unit persiapan gas umpan baku.
b. Unit pembuatan gas sintesa.
c. Unit pemurnian gas sintesa.
d. Unit sintesa ammonia.
e. Unit pendinginan ammonia.
f. Unit daur ulang ammonia.
g. Unit daur ulang hidrogen.
h. Unit pembangkit steam.
2.1.1.1 Desulfurizer
Gas alam sebagai bahan baku proses dialirkan ke dalam Desulfurizer (61-
201-DA/DB/DC) yang berisikan sponge iron yaitu potongan-potongan kayu yang
4
telah di impregnasi dengan Fe2O3. Sponge iron berfungsi menyerap sulfur yang ada
dalam gas alam. Masing-masing Desulfurizer mempunyai volume 68,8 M3. Umur
operasinya diperkirakan 90 hari untuk kandungan H2S di dalam gas alam maksimum
80 ppm dan keluar dari Desulfurizer dengan kandungan H2S dalam gas menjadi 5
ppm. Reaksi yang terjadi adalah :
Fe2O3 + 3H2S Fe2S3 + 3H2O
Operasi dilakukan dalam keadaan jenuh dan basa (pH antara 8,0 sampai 8,5).
Keadaan jenuh dimaksud agar H2S dapat teradsorbsi oleh air dan kemudian bereaksi
dengan Fe2O3, sedangkan kondisi basa diperlukan karena sponge iron bersifat basa.
Untuk mencapai keadaan tersebut maka diinjeksikan Na2CO3 sebanyak 4 sampai
10% wt secara berkala.
produk CO2 hasil regenerasi di CPU tidak dapat digunakan sebagai produk samping
dikarenakan pada proses berikutnya di pabrik urea memerlukan CO2 murni yang
tidak mengandung hidrogen sulfida dan impurities lainnya. Proses penyerapan CO2
dilakukan pada tekanan tinggi dan temperatur rendah sedangkan pelepasan dilakukan
pada tekanan rendah dan temperatur tinggi karena pada kondisi inilah kedua reaksi
diatas berlangsung optimum.
udara dari Air Compressor (61-101-J) yang mengandung O2 dan N2. Gas, steam dan
udara mengalir ke bawah melalui suatu unggun yang berisi katalis nikel tipe C14-
2RR dan C14-4GG Reaksinya adalah sebagai berikut :
2H2 + O2 2H2O
CH4 + H2O CO + 3H2
CO + H2O CO2 + H2
Reaksi utama di Secondary Reformer juga merupakan reaksi endotermis,
dengan memamfaatkan sumber panas yang dihasilkan dari pembakaran H2 oleh O2.
Secondary Reformer beroperasi pada temperatur 1287oC dan tekanan 31 kg/cm2G.
Panas yang dihasilkan pembakaran H2 oleh O2 juga dimanfaatkan oleh Secondary
Reformer Waste Heat Boiler (61-101-C) dan High Pressure Steam Superheater (61-
102-C) sebagai pembangkit steam (boiler feed water). Gas yang keluar dari
Secondary Reformer setelah didinginkan oleh dua buah waste heat exchanger
tersebut temperaturnya menjadi 371oC.
kandungan ammonia yang ada dalam campuran gas buang dilakukan dalam dua
packed absorber dengan sirkulasi yang berlawanan arah antara gas-gas dengan air.
HP Ammonia Scrubber (61-104-E) menyerap ammonia yang terikut dalam
purge gas tekanan tinggi dari sintesa loop dengan temperatur 28,8oC. Gas-gas yang
keluar dari menara absorber dikirim ke unit daur ulang hidrogen (HRU).
LP Ammonia Scrubber (61-103-E) menyerap ammonia yang terikut di dalam
purge gas dari Ammonia Letdown Drum (61-107-F) dan Refrigerant Receiver (61-
109-F) yang bertemperatur -17oC. Gas-gas yang keluar dari menara absorber dikirim
ke primary reformer sebagai bahan bakar.
Larutan aquas ammonia dari HP ammonia scrubber dan LP ammonia
srubber serta kondensat dari HRU dipanaskan sampai 165oC di Ammonia Stripper
Feed/Effluent Exchanger (61-141-C) lalu dialirkan ke Ammonia Stripper (61-105-
E). Pada column ini terjadi pelepasan ammonia dari aquas ammonia, ammonia yang
telah dipisahkan dikirim kembali ke refrigerant system. Untuk menjaga temperatur
ammonia keluar dari top column dispray ammonia cair dari produk panas melalui
inlet sparger di top column. Untuk memberi panas ke column digunakan Ammonia
Stripper Reboiler (61-140-C) dengan menggunakan steam.
Dalam operasi gas memasuki inlet nozzle dan melewati bagian luar hollow
fiber. Hidrogen permeate melalui membran lebih cepat dari pada gas lain. Gas yang
akan di daur ulang memasuki HP prism separator 103-LL1A dan 103-LL1B secara
paralel melalui bottom nozzle dan didistribusikan ke bundle hollow fiber di shell
sidenya. Gas kaya hidrogen permeate lewat melalui pori hollow fiber, melewati
internal tube sheet, dan keluar melalui nozzle outlet. Hidrogen yang keluar dari
kedua prism tersebut merupakan produk high pressure permeate dan dialirkan ke
Syn Gas Compressor 1st Stage Cooler (61-130-C) dengan tekanan 57 kg/cm2g.
Aliran tail gas yang meninggalkan shell side dari HP prism separator di
letdown, kemudian mengalir ke LP prism separator (61-103-LL2A, 2B, 2D, 2E, 2F)
untuk proses pemisahan selanjutnya. Permeate dari LP prism seperator ini
merupakan produk low pressure permeate dan dikirim ke up stream methanator
Effluent Cooler (61-115-C) dengan tekanan 31 kg/cm2g. Tail gas kemudian
meninggalkan shell side LP prism separator dengan kondisi minim hidrogen dan gas
non-permeate. Gas non-permeate terdiri dari inert gas methan dan argon yang di
buang dari ammonia synthesis loop, dan digunakan sebagai bahan bakar di primary
reformer.
2.2 Urea
Unit Urea PT. Pupuk Iskandar Muda mengunakan teknologi ACES,
memproduksi pupuk urea granul dengan kapasitas terpasang 1.725 ton/hari. Proses
ini dipilih karena mempunyai beberapa kelebihan, antara lain mutu produk yang
tinggi, tidak ada problem eksplosive, lowest steam consumption process, dan limbah
yang kurang (tingkat polusi yang rendah).
a. Seksi sintesa.
b. Seksi purifikasi.
c. Seksi kosentrasi.
d. Seksi granulasi.
e. Seksi recoveri.
f. Seksi proses pengolahan kondensat.
dan pemanasan dengan steam pemanas falling film heater. Kondisi operasi di
stripper tekanannya adalah 175 kg/cm2G dan temperatur 178oC.
Gas dari top Reactor, mengandung sejumlah kecil ammonia dan CO2, dikirim
ke scrubber untuk di daur ulang ammonia dan CO2 memakai larutan karbamat
recycle, yang kemudian dikirim ke Reaktor (62-DC-101). Gas yang berasal dari top
scrubber dikirim ke HP Absorber (62-EA-401) untuk selanjutnya ammonia dan CO2
daur ulang kembali. Sebagian gas tersebut, yang masih mengandung oksigen
digunakan kembali sebagai udara anti korosi untuk karbamat kondenser sisi shell.
Reaksi sintesa urea yang terjadi adalah :
2NH3 + CO2 NH2COONH4
NH2COONH4 NH2CONH2 + H2O
Selain reaksi di atas, selama sintesa terjadi juga reaksi samping yaitu
terbentuknya biuret dari urea :
2NH2COONH4 NH2CONHCONH2 + N2
Reaksi antar CO2 dan NH3 menjadi urea berlangsung secara bolak-balik dan
sangat dipengaruhi oleh tekanan, temperatur, komposisi, dan waktu reaksi.
Perubahan ammonium karbamat menjadi urea dalam fase cair, sehingga dibutuhkan
temperatur dan tekanan yang tinggi.
Pada tahap terakhir dari seksi ini, larutan urea yang telah dipekatkan di kirim
ke Evaporator (62-EA-301) dan dipanaskan sampai 135oC dengan steam tekanan
rendah.
Setelah larutan urea dipekatkan sampai 98.5% berat dengan tekanan vakum
dibawah 100 mmHgA di Final Separator (62-FA-302), kemudian dipompakan ke
Granulator (62-MA-601) dengan Urea Feed Pump (62-GA-303 A,B). Uap air dari
konsentrator selanjudnya akan diolah pada seksi pengolahan kondensat.
sebagian besar terletak dikabupaten Aceh Tengah. Air ini dipompa dengan laju alir
normal sebesar 700 sampai 800 ton/jam pada tekanan minimum 2 kg/cm2G.
Pada fasilitas water intake terdapat tiga unit pompa, dimana setiap pompa
memiliki kapasitas 1.250 ton/jam dan dilangkapi dengan :
a. Water Intake Channel, merupakan suatu kolam yang disekat sehingga berbentuk
saluran (channel), serta dilengkapi dengan bar screen yang berfungsi untuk
menyaring benda-benda kasar terapung yang mungkin ada di tempat penyadapan
terutama di bangunan sadap sungai, agar tidak mengganggu proses pengolahan
air berikutnya.
b. Intake Pond, merupakan suatu kolam dengan ukuran 27.900 x 7.600 m2 yang
berfungsi untuk menampung air yang telah disadap dari sumber dan digunakan
sebagai bahan baku. Air tersebut dialirkan ke Settling Basin (bak pengendapan)
dengan menggunakan pompa.
c. Settling Basin, berfungsi untuk mengendapkan partikel-partikel kasar secara
gravitasi dan mengatur aliran yang akan ditransmisikan, basin dibagi menjadi
lima channel dan secara bergantian sebuah channel dibersihkan dan diambil
lumpurnya.
Air yang berasal dari fasilitas Water Intake kemudian dialirkan ke dalam
instalasi pengolahan air di PT. Pupuk Iskandar Muda dan PT. Asean Aceh Fertilizer
dengan laju alir 1.650 ton/jam.
2.3.2.1 Clarifier
Clarifier (63-FD-1001) berfungsi sebagai tempat pengolahan air tahap
pertama yaitu proses penjernihan air untuk menghilangkan zat padat dalam bentuk
suspensi dengan jalan netralisasi, sedimentasi, koagulasi, dan filtrasi.
Clarifier mempunyai kapasitas 1330 ton/jam sedangkan kebutuhan air baku
masuk clarifier adalah 600 sampai 800 ton/jam (normal). Pada inlet clarifier
21
diinjeksikan bahan-bahan kimia yaitu alum sulfat, klorin, soda kaustik, sedangkan
coagulant aid ditambahkan ke dalam clarifier.
Fungsi dari bahan-bahan kimia tersebut adalah :
a. Alum Sulfat (Al2(SO4)3)
Berfungsi untuk membentuk gumpalan dari partikel yang tersuspensi dalam air.
Bila alum dikontakkan dengan air maka akan terjadi hidrolisa yang menghasilkan
alumunium hidroksida (Al2(SO4)3) dan asam sulfat. Reaksi yang terjadi adalah
sebagai berikut :
Al2(SO4)3 . 18 H2O + 6 H2O 2 Al(OH)3 + 3H2SO4 + 18 H2O
Gumpalan Al(OH)3 yang berupa koloid akan mengendap bersama kotoran lain
yang terikut ke dalam air dan H2SO4 akan mengakibatkan air bersifat asam.
Penambahan alum tergantung pada turbiditi dan laju alir air umpan baku.
b. Soda Kaustik (NaOH)
Berfungsi untuk menetralkan air akibat penambahan alum sehingga PHnya
berkisar antara 6 sampai 8.
Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :
H2SO4 + NaOH Na2SO4 + 3 H2O
c. Klorin (Cl2)
Tujuan utama penambahan zat klorin adalah untuk mematikan mikroorganisme
dalam air, disamping itu juga untuk mencegah tumbuhnya lumut pada dinding
clarifier dan akan mengganggu proses selanjutnya.
d. Coagulant Aid (Polymer)
Berfungsi untuk mempercepat proses pengendapan, karena dengan penambahan
bahan ini akan membentuk flok-flok yang lebih besar sehingga akan lebih mudah
dan cepat mengendap.
2.3.2.5 Demineralizer
Unit ini berfungsi untuk membebaskan air dari unsur-unsur silika, sulfat,
klorida dan karbonat dengan menggunakan resin, unit ini terdiri dari :
logam tersebut oleh resin. Resin R-SO3H ini bersifat asam kuat, karena itu
disebut asam kuat cation exchanger resin.
b. Degasifier (63-DA-1002)
Degasifier berfungsi untuk menghilangkan gas CO2 yang terbentuk dari asam
karbonat pada proses sebelumnya, dengan reaksi sebagai berikut :
H2CO3 H2O + CO2
Proses Degasifier ini berlangsung pada tekanan vakum 740 mmHg dengan
menggunakan steam ejektor, di dalam tangki ini terdapat netting ring untuk
memperluas bidang kontak antara air yang masuk dengan steam bertekanan
rendah yang diinjeksikan. Sedangkan outlet steam ejektor dikondensasikan
dengan injeksi air dari bagian atas dan selanjutnya ditampung dalam seal pot
sebagai umpan Recovery Tank.
Reaksi ini menghasilkan H2O, oleh karena itu air demin selalu bersifat netral. Air
keluar tangki ini memiliki pH 7,5 sampai 8,5 konduktifitas kurang dari 3 µΩ.
steam drum dan coil-coil pemanas berlangsung secara alami karena perbedaan berat
jenis air dalam pipa.
Uap yang dihasilkan oleh Package Boiler digunakan pada pabrik utilitas,
pabrik urea, sedangkan pabrik ammonia hanya pada saat tertentu.
a. Unit Pelabuhan PT. Pupuk Iskandar Muda mampu disandari kapal-kapal curah
berbobot mati sampai 25.000 DWT. Kedalaman rata-rata 10,5 meter pada saat air
surut dan dilengkapi dengan sarana untuk membuat pupuk curah ke dalam kapal
(Ship Loader), serta sarana air minum dan sarana navigasi.
b. Gudang urea curah lengkap dengan portal scrapper dan ban berjalan.
c. Laboratorium pengendalian proses produksi yang berada di unit utiliti, unit
ammonia dan unit urea.
d. Laboratorium utama yang selalu memeriksa mutu hasil produksi dan memonitor
limbah.
e. Perbengkelan yang menunjang pemeliharaan pabrik dan bengkel perbaikan alat-
alat berat dan kendaraan.
29
BAB III
TUGAS KHUSUS
PERFORMANCE REAKTOR SINTESIS UREA
(52-DC-101)
A+B C+D
K2
31
d. Katalisator
Katalisator memberikan efek yang sama pada reaksi pembentukan dan
reaksi penguraian. Jadi katalisator tidak mempengaruhi kesetimbangan reaksi.
Pada keadaan tunak (steady state) aliran laju massa dan kondisi adalah tetap,
tidak tergantung pada waktu. Pada kondisi tunak massa yang terakumulasi sangat
kecil sehingga dapat diabaikan (akumulasi = 0), maka akan didapat persamaan
berikut :
Massa masuk reaktor = massa keluar reaktor
Dari perhitungan neraca massa dapat diketahui berapa banyak bahan baku
yang dibutuhkan pada suatu pabrik untuk menghasilkan sejumlah produk tertentu.
Langkah-langkah pembuatan neraca massa :
1. Menggambarkan diagram proses dengan aliran-aliran yang diperlukan.
2. Menentukan batasan-batasan dan data yang diperlukan pada diagram tersebut.
3. Membuat anggapan sebagai basis parameter atau dasar pengukuran dalam
perhitungan.
4. Memeriksa apakah ada komposisi atau massa pada tiap aliran yang dapat
langsung diketahui atau dihitung.
5. Bila jumlah besaran yang tidak diketahui akan dihitung maka besaran
tersebut harus disesuaikan dengan jumlah persamaan neraca yang ada.
6. Bila jumlah besaran neraca massa yang diketahui melebihi, maka diambil
persamaan yang dapat digunakan untuk menyelesaikan persamaan tersebut.
7. Menulis persamaan massa komponen bila dijumlahkan sama dengan neraca
massa total dari perhitungan.
34
Kondisi Uap
Temperatur : 380 oC
Tekanan : 38 kg/cm2G
Asupan : 21,13 ton/Jam
Desain Tekanan : 263 kg/ cm2G
Material
Cassing : carbon stell / 13% Cr
Internal : 13% Cr stell
Kodisi desain operasi
Suction : 24,5 21 kg/cm2G and 37 oC
Discharge : 260 kg/cm2G
Flow suction : 70 m3/Jam (minimum)
Pump speed : 6700 Rpm
BAB IV
DATA DAN HASIL PENGOLAHAN DATA
38
Dari data pengamatan untuk reaktor urea dan umpan masuk reaktor pada
kondis operasi tanggal 14 Agustus 2007 maka, diperoleh hasil sebagai berikut.
Tabel 4.1 Data Reaktor Urea (52-DC-101) Kondisi Operasi Tanggal 14 Agustus
2007
item 52-DC-101
PRCA-101 TR-101
Press Opening Bottom Top NH3 In Linning Shell CO2 In
Waktu (kg/cm2) (%) (oC) (oC) (oC) (oC) (oC) (oC)
199- 180- 130-
Desain 235-240 70-90 180-190 65-90 180-190
202 190 145
00.00 238 78 181,1 199,6 82,0 183,3 184,4 136,9
08.00 238 78 182,1 199,7 80,8 183,8 184,7 138,0
16.00 238 76 181,1 199,5 81,4 179,5 184,4 139,5
22.00 238 77 184,1 199,1 80,9 182,5 183,6 138,6
Rata-
238 77.25 182,08 199,48 81,28 182,28 187,28 138,25
rata
Sumber : Data analisa Operasi, PT. PIM
Tabel 4.2 Data Sistem CO2 Kondisi Operasi Tanggal 14 Agustus 2007
FIC – 203
PIA – 102 TI – 102 – 1 PICA – 903 FRQ – 101 CO2
CO2 to LPD
(kg/cm2) (oC) (kg/cm2 to Urea (Nm3/hr)
Waktu (Nm3/hr)
Desain 0.6 min 32–42 240-260 2600 - 32000 1200 – 1460
00.00 0.74 39.0 250 28700 1237
08.00 0.73 39.2 250 28400 1237
16.00 0.72 39.6 250 29800 1237
22.00 0.74 39.5 250 27600 1237
Rata-rata 0.73 39.33 250 28625 1237
Tabel 4.3 Data Sistem NH3 Kondisi Operasi Tanggal 14 Agustus 2007
item Sistem NH3
39
FRC – 105
PIA – 106 PI – 103 Disc FRC – 102 NH3 in
NH3 in
(kg/cm2) (kg/cm2) (T/H)
Waktu (oC)
Desain 24 – 25 240 – 360 86 – 110 95 – 90
02.00 24 248 98 80
08.00 24 248 98 80
16.00 24 248 96 80
22.00 24 248 96 80
Rata-rata 24 248 97 80
Tabel 4.4 Data Sistem Karbamat Kondisi Operasi Tanggal 14 Agustus 2007
FICA - 106
PIA – 107
PIA – 104 (kg/cm2 TI – 102
Disc
(kg/cm2) Flow (oC)
(kg/cm2) Opening
Waktu (M3 / Hr)
Desain 24 – 25 240 – 260 70 – 90 - 110 max
02.00 24.2 245 78 20 103.2
08.00 24.2 245 78 20 103.6
16.00 24.2 245 76 20 103.3
22.00 24.2 245 76 20 103.1
Rata-rata 24.23 245 77 20 103.3
H2O 19.2
Biuret 0.4
Sumber : Data analisa Operasi, PT. PIM
Tabel 4.8 Data Laju Operasi dan Laju Produksi Kondisi Operasi Tanggal 14
Agustus 2007
Rate Operasi (%) Rate Produksi (%)
100.05 100.08
Sumber : Data analisa Operasi, PT. PIM
4.2 Hasil Pengolahan
Dari pengolahan data hasil pengamatan yang ada di lapangan, maka diperoleh
hasil data perhitungan neraca massa sebagai berikut.
BAB V
PEMBAHASAN
Reaktor Urea dioperasikan pada tekanan 283 kg/cm2 dan pada temperatur
199,48 oC. Ditinjau dari hasil perhitungan neraca massa pada reaktor urea, larutan
urea yang di hasilkan menurut desain dan menurut aktualnya sangat berbeda.
Berdasarkan harga desain besarnya massa larutan urea yang di hasilkan adalah
228112 Kg/jam. Sedangkan berdasarkan harga aktual yang ada dilapangan besarnya
massa urea yang dihasilkan adalah 235984.80 Kg/jam. Dari data tersebut dapat
diketahui bahwa urea yang di hasilkan pada kondisi aktual lebih besar bila di
bandingkan dengan kondisi desain nya. Hal ini dikarenakan konversi kesetimbangan
CO2 lebih kecil pada kondisi aktualnya dibandingkan dengan kondisi desainnya,
yaitu pada kondisi aktual sebesar 72.60 % sedangkan pada kondisi desain konversi
CO2 sebesar 74.80 %. Diharapkan konversi CO2 sesuai dengan desain agar tidak
terjadi perubahan pada hasil produksi dan juga kerusakan – kerusakan pada alat
42
operasi. Dan juga dikarenakan oleh reaktor Urea yang tidak dilengkapi dengan tray
sehingga dapat diasumsikan laju akumulasi adalah 0. Selain itu besarnya komponen
yang masuk ke reaktor (52 – DC 101) lebih besar pada kondisi aktualnya
dibandingkan dengan desainnya. Hal ini disebabkan karena rate operasi lebih besar
Demikian juga halnya dengan NH3 yang masuk ke reaktor pada kondisi
aktual lebih besar daripada kondisi desain. Pada kondisi aktual dilihat jumlah NH3
yang masuk ke reaktor sebesar 97000 Kg/jam, sedangkan pada kondisi desain
sebesar 95745 Kg/Jam. Hal tersebut disebabkan oleh perubahan kemurnian NH3
sebesar 99,87 % yang selebihnya adalah jumlah H2O yang masuk ke reaktor bersama
NH3, yang mana jumlah H2O yang ikut masuk bersama NH3 adalah sebesar 126.10
sebanyak 1 mol, yang semulanya adalah 2 mol mak menjadi 3 mol guna
memperkecil terbentuknya biuret. Dari segi terbentuknya biuret pada kondisi aktual
lebih kecil dan di harapkan lebih kecil dari 1 %. Biuret akan mudah terbentuk pada
dalam proses pembentukan urea, karena biuret merupakan racun bagi tanaman
Dari perhitungan neraca massa dapat dilihat bahwa jumlah recycle carbamat
solution yang masuk ke reaktor adalah lebih tinggi yakni sebesar 84050.36 Kg/Jam
pada kondisi aktual. Sangat jauh berbeda dengan kondisi desainnya yaitu sebesar
81904 Kg/Jam. Hal ini dikarenakan oleh besarnya opening valve rata-rata yang ada
pada high pressure absorber cooler adalah 10 % yang mempengaruhi massa recycle
yang masuk ke rektor. Sehingga jumlah komponen recycle carbamat yang masuk ke
reaktor adalah sebesar 83570.5 Kg/Jam dan juga penambahan jumlah H2O sebesar
480 Kg/Jam, selain itu juga pengaruh mol ratio N/C antar desain dan aktual, pada
43
kondisi desain didapat mol ratio N/C yaitu 4.00 mol sedangkan pada kondisi aktual
sebesar 3.76 mol, diharapkan sesuai kondisi desain agar terjadi kesempurnaan
BAB VI
6.1 Kesimpulan
lain :
1. Pada kondisi aktual lebih banyak dihasilkan urea dibandingkan dengan kondisi
desainkarena rate operasi pada kondisi aktual lebih tinggi dibandingkan kondisi
desain.
2. Dengan menurunnya mol N/C dari 4.00 mol menjadi 3.76 mol maka reaktor dapat
beroperasi di bawah tekanan desain sehingga laju outlet reaktor menurun , dan ini
3. Berdasarkan jumlah pembentukan urea pada kondisi aktual reaktor urea maka
6.2 Saran
agar mempertinggi terbentuknya urea dan juga menjaga mol ratio N/C dan H/C yang
DAFTAR PUSTAKA
Anonymous, 1994, Prinsip-prinsip Dasar dan Operasi, PT. Pupuk Iskandar Muda,
Lhokseumawe
Geankoplis, C.J, 1083, Transport Process and Unit Operations, Second Edition,
Allyn and Bacon, Inc, Boston
Keenan, Kleinfelter, Wood, 1986, Kimia Untuk Universitas, Jilid 1, Edisi Keenam,
Erlangga, Jakarta
McCabe, M.L and Smith, J.E, 1986, Operasi Teknik Kimia, Jilid 1, Edisi Keempat,
Erlangga, Jakarta
Strelzoff, Samuel, 1981, Technology and Manufacture of Ammonia, John Wiley and
Sons, New York, USA
\
46
LAMPIRAN A
PERHITUNGAN AKTUAL
Ke DA-201
F4
52-DC-
101
F1 F2
F3
Total = 235984,80
kg/hr
Selain dari reaksi di atas pada reaktor urea juga terjadi reaksi :
Biuret yang bereaksi dalam reaktor
NH2CONHCONH2 + NH3 2NH2CONH2
Neraca massa design
Biuret masuk reaktor = 364 kg/hr
Biuret keluar reaktor = 252 kg/hr
Biuret yang bereaksi = 364 – 252 = 112 kg/hr
% biuret yang menjadi urea = 112 x 100 %
364
= 30,77 %
Basis : 3,26 kmol/hr biuret masuk reaktor
Biuret yang bereaksi = (0,3077 x 3,26) kmol/hr = 1,00 kmol/hr
Biuret yang tidak bereaksi = (3,26 – 1,00) kmol/hr = 2,26 kmol/hr
NH3 yang dibutuhkan = (1 x 1,00) kmol/hr = 1,00 kmol/hr
NH3 yang tidak bereaksi = (NH3 yang tidak habis bereaksi – NH3 yang
dibutuhkan)
= (4768,18 – 1,00) kmol/hr = 4767,18 kmol/hr
Urea yang terbentuk = (2 x 1,00) kmol/hr = 2,00 kmol/hr
Urea yang terbentuk dari kedua reaksi = (1372,39 + 2,00) kmol/hr
= 1374,39 kmol/hr
Total massa keluar reaktor urea adalah
Urea = (141,49 + 1374,39) kmol/hr = 1515,88 kmol/hr = 90952,80 kg/hr
NH3 = 4767,18 kmol/hr = 81042,06 kg/hr
CO2 = 517,96 kmol/hr = 22790,24 kg/hr
H2O = (903,55 + 1372,39) kmol/hr = 2275,94 kmol/hr = 40966,92 kg/hr
Biuret = 2,26 kmol/hr = 232,78 kg/hr
Total = 235984,80 kg/hr
51
Reaktor
Urea
LAMPIRAN B
PERHITUNGAN DESAIN
Ke DA-201
F4
52-DC-
101