You are on page 1of 26

1

BAB I
LAPORAN KASUS

I. Identitas Pasien
a. Nama/Jenis Kelamin/Umur : An. S / Perempuan / 11 tahun
b. Pekerjaan : Pelajar
c. Alamat : RT.19 Pematang Sulur

II. Latar Belakang Sosio-ekonomi-demografi-lingkungan-keluarga
a. Status Perkawinan : Belum menikah
b. Jumlah anak/saudara : 3 bersaudara, pasien anak ke dua
c. Status ekonomi keluarga : Menengah Keatas
d. KB : -
e. Kondisi Rumah : pasien tinggal dirumah yang cukup
baik, lingkungan sekitar rumah pasien bersih, memiliki 4 kamar tidur, 1
dapur, 3 unit wc, 1 ruang tamu dan pekarangan rumah pasien cukup
bersih.
f. Kondisi Lingkungan Keluarga :
Jarak antar rumah 1 dan rumah lainnya 3 m. Sampah keluarga langsung
dibuang di tempat sampah yang tersedia dirumah os, setelah penuh akan
dibuang ke tempat pembuangan sampah sementara sekitar rumah pasien.


2

III. Aspek Psikologis di Keluarga :
Pasien merupakan anak kedua dari 3 bersaudara. Kakak pasien berusia 15
tahun dan bersekolah di SMP. Ayah pasien berprofesi sebagai karyawaan
bank, dan mampu menafkahi keluarganya. Ibu pasien juga seorang
karyawan bank.

IV. Riwayat Penyakit Dahulu/keluarga :
- Keluhan yang sama sebelumnya (+)
- Riwayat TB (-)

V. Keluhan Utama :
Os datang dengan keluhan demam yang disertai sakit menelan sejak
3 hr yll.

VI. Riwayat Penyakit Sekarang : (auto dan alloanamnesa)
Ibu pasien mengeluh anaknya demam yang turun naik sejak 3 hari
yll, demam yang diderita os juga disertai sakit saat menelan. Nyeri disertai
batuk berdahak, batuk berdarah (-), pilek (-). Ibu os sebenarnya sudah
memberikan obat penurun panas, beberapa saat setelah minum obat tersebut
suhu tubuh os mulai turun kemudian naik kembali, demam disertai
menggigil (-), berkeringat setelah demam (-). Demam disertai bintik-bintik
merah pada kulit (-), gusi berdarah/mimisan (-). BAK lancer, BAB lancar.
Os juga mengeluhkan badanya tersa pegal dan pusing, dan tidak mau makan
karena os merasa sangat sakit saat menelan terutama makan-makanan keras.
Sebelum keluhan os muncul, os minum es yang dibeli disekolah os.
3

Pasien sudah memiliki riwayat amandel sejak saat usia os 6 tahun
yang lalu dan sering kambuh bila anak kecapaian dan minum es, namun
pada 1 tahun terakhir penyakit os lebih sering kambuh dari pada biasanya.
Os juga sudah beberapa kali berobat ke dokter untuk penyakit yang sama
namun kambuh kembali, oleh dokter yang memeriksa os, os sudah
disarankan untuk dilakukan operasi pengangkatan amandel, namun os dan
ibunya menolak karena takut. Ibu os juga mengaku anaknya tidur mengorok,
sesak nafas (-). Rasa nyeri ditelinga (-), keluar air dari liang telinga (-).
VII. Pemeriksaan Fisik :
Keadaan Umum
1. Keadaan sakit : tampak sakit ringan
2. Kesadaran : compos mentis
3. Suhu : 37,9C
4. Nadi : 90 x/menit
5. Pernafasan
- Frekuensi : 22 x/menit
- Irama : reguler
- Tipe : thorakoabdominal
6. Kulit
- Turgor : baik
- Lembab / kering : lembab
- Lapisan lemak : cukup
8. Berat badan : 30 Kg

Pemeriksaan Organ
1. Kepala Bentuk : normocephal
4

Simetri : simetris
2. Mata Exopthalmus/enophtal: (-)
Kelopak : normal
Conjungtiva : anemis (-)
Sklera : ikterik (-)
Kornea : normal
Pupil : bulat, isokor, reflex cahaya
+
/
+

Lensa : normal, kekeruhan (-)
Gerakan bola mata : baik
3. Telinga : tidak ada kelainan
4. Hidung : tidak ada kelainan
5. Mulut Bibir : lembab
Bau pernafasan : normal
Gigi geligi : lengkap
Palatum : deviasi (-)
Gusi :warna merah muda,
perdarahan (-)
Selaput Lendir : normal
Lidah : lidah kotor (-), ulkus (-)
Tenggorokkan Mukosa faring : Hiperemis
Tonsil : T3/T3
Mukosa hiperemis : + / +
Kripta lebar : + / +
5

Detritus : + / +
Perlengketan : - / -

6. Leher KGB : tak ada pembengkakan
Kel.tiroid : tak ada pembesaran
JVP : normal

7. Thorax Bentuk : simetris
Pergerakan dinding dada : tidak ada yang
tertinggal.
Pulmo
Pemeriksaan Kanan Kiri
Inspeksi Statis & dinamis:
simetris
Statis & dinamis :
simetris
Palpasi Stem fremitus normal Stem fremitus normal
Perkusi Sonor
Batas paru-hepar :ICS
VI kanan
Sonor
Auskultasi Vesikuler (+) Normal,
Wheezing (-), rhonki
(-)
Vesikuler (+) normal.
Wheezing (-), rhonki
(-)

Jantung
Inspeksi Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi Ictus cordis teraba di ICS IV linea midclavicula
kiri, tidak kuat angkat
Perkusi Batas-batas jantung :
Atas : ICS II kiri
Kanan : linea sternalis kanan
Kiri : ICS IV linea midclavicula kiri
Auskultasi BJ I/II regular, murmur (-), gallop (-)

6


8. Abdomen
Inspeksi
Datar, skar (-), venektasi (-), spidernevi (-)
Palpasi Nyeri tekan regio epigastrium (-), defans
musculer (-), , hepatomegali (-), splenomegali (-
), nyeri ketok costovertebra (-/-)
Perkusi
Timpani
Auskultasi
Bising usus (+) normal

9. Ekstremitas Atas
Edema (-), akral hangat, kekuatan otot 5 - 5
10. Ekstremitas bawah
Edema (-), akral hangat., kekuatan otot 5 5

VIII. Diagnosis :
Tonsilitis Kronis Eksaserbasi Akut
IX. Diagnosis Banding
- Abses Peritonsil
X. Pemeriksaan Anjuran
- Darah rutin
- Kultur dan resistensi
XI. Manajemen
a. Preventif :
- Menjaga kebersihan mulut dengan rajin menggosok gigi dan
kumur-kumur terutama sesudah makan dan sebelum tidur.
7

- Menjaga pola makan dan minum, hindari minuman dan makanan
yang dingin
- Hindari makan makanan ringan seperti snack dan makan
makanan yang pedas dan berbahan pengawet.
b. Promotif :
- Menjelaskan pada orang tua pasien mengenai penyakit anaknya
dan disarankan berobat ke dokter spesialis THT.
- Tidak makan dan minum yang merangsang seperti minuman
yang dingin dan makan jajanan sembarangan.
c. Kuratif :
Non Medikamentosa
Meningkatkan daya tahan tubuh pasien dengan mengatur pola makan
yang bergizi dan istirahat teratur.
Medikamentosa
Parasetamol tablet 250 mg 3 x 1 tablet sehari atau setiap 4 jam sekali
bila masih demam.
Amoxicilin tablet 250 mg 3 x 1 tablet sehari
Betadine obat kumur 2 x 1 cup
d. Rehabilitatif
- Meningkatkan daya tahan tubuh.
- Mengatur pola makan yang gizi seimbang
- Menjaga higienitas gigi dan mulut.





8




Dinas Kesehatan Kota Jambi

Puskesmas : Simpang IV Sipin
Dokter : Tata Maretha O.M
SIP : 234/SIP/2014
Tanggal : 24 September 2014

R/ Amoksisilin tab 250 mg NO. X
S 3 d d 1 tab
R/ Paracetamol tab 250 mg NO. X
S 3 d d 1 tab
R/ Vitamin C tab NO.X
S 1 dd 1 tab
R/ Betadine obat kumur fls NO. I
S 2 dd 1 cup garg


Pro : An. S Umur : 11 tahun
Alamat : RT. 19 Pematang Sulur



9

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. DEFINISI
Tonsillitis adalah peradangan tonsil palatina yang merupakan bagian dari
cincin Waldeyer terdiri atas susunan kelenjar limfa yang terdapat dalam rongga
mulut yaitu : tonsil faringeal, tonsil palatina, tonsil lingual, tonsil tuba eustachius.
1

Saat bakteri dan virus masuk ke dalam tubuh melalui hidung atau mulut,
tonsil berfungis sebagai filter atau penyaring organisme yang berbahaya tersebut
dengan sel-sel darah putih. Hal ini akan memicu sistem kekebalan tubuh untuk
membentuk antibody terhadap infeksi yang akan datang. Tetapi bila tonsil sudah
tidak dapat menahan infeksi dari bakteri atauvirus tersebut maka akan timbul
tonsillitis.
2


Gambar 1.1 tonsil normal dan tonsillitis kronis
2.2. KLASIFIKASI TONSILLITIS
Dalam beberapa kasus ditemukan 3 macam tonsillitis, yaitu : Tonsillitis
akut, tonsillitis membranosa dan tonsillitis kronis.
1,2



10

2.2.1. Tonsillitis Viral
Gejala tonsillitis viral lebih menyerupai common cold yang disertai rasa
nyeri tenggorokan. Penyebab paling sering adalah virus Ebstein Barr. H influenza
merupakan adalah penyebab tonsillitis akut supuratif. Jika terjadi infeksi virus
coxschakie, maka pada pemeriksaan rongga mulut akan tampak luka-luka kecil
pada palatum dan tonsil yang sangat nyer dirasakan pasien.
1
Terapi yaitu istirahat, minum cukup, analgetika dan antivirus diberikan
jika gejala berat.
1

2.2.2. Tonsilitis Bakterial
Etiologi
Tonsilitis akut ini lebih banyak disebabkan oleh kuman grup A
Streptokokus beta hemolitikus, pneumokokus, streptokokus viridian dan
streptokokus piogenes. Virus terkadang juga menjadi penyebab penyakit ini.
Tonsillitis ini seringkali terjadi mendadak pada anak-anak dengan peningkatan
suhu 1-4 derajat celcius.
1

Patofisiologi
Penularan penyakit ini terjadi melalui droplet. Kuman menginfiltrasi
lapisan epitel jaringan tonsil, kemudian bila kuman ini terkikis maka jaringan
limfoid superficial bereaksi, terjadi pembendungan radang dengan keluarnya
leukosit polimorfonuklear sehingga terbentuk detritus. Kumpulan leukosit, bakteri
yang mati dan epitel yang terlepas disebut detritus. Secara klinis detritus ini
mengisi kriptus tonsil dan tampak sebagai bercak kuning. Tonsilitis akut dengan
detritus yang jelas disebut tonsilitis folikularis. Tonsilitis akut dengan detritus
yang menyatu lalu membentuk kanal-kanaldisebut tonsillitis lakunaris.

Manifestasi Klinik
Masa inkubasi 2-4 hari. Tonsillitis Streptokokus grup A harus dibedakan
dari difteri, faringitis non bakterial, faringitis bakteri bentuk lain dan
mononukleosis infeksiosa.Gejala dan tanda-tanda yang ditemukan dalam
11

tonsillitis akut ini meliputi suhu tubuh naik hingga 40

celcius, nyeri tenggorok dan
nyeri sewaktu menelan,nafas yang berbau, suara akan menjadi serak, demam
dengan suhu tubuh yang tinggi, rasa lesu, rasa nyeri di persendian, tidak nafsu
makan dan rasa nyeri di telinga karena nyeri alih (referred pain) melalui saraf
n.glossofaringeus n (IX).
1
Pada pemeriksaan juga akan nampak tonsil membengkak, hiperemis, dan
terdapat detritus berbentuk folikel, lakuna akan tertutup oleh membran semu.
Kelenjar submandibula membengkak dan nyeri tekan.
1
Komplikasi
Pada anak sering menimbulkan komplikasi otitis media akut, sinusitis,
abses peritonsil (Quincy throat), abses parafaring,toksemia,GNA, septikemia
karena infeksi v jugularis interna (sindrom lmierre), bronkitis, nefritis akut,
miokarditis, dan arthritis.
1
Akibat hipertropi tonsil akan menyebabkan pasien bernapas melalui mulut,
tidur mengorok, gangguan tidur karena terjadi sleep apnue yang dikenal sebagai
Obstructive Sleep Apnea Syndrome (OSAS).
1
Pemeriksaan
1. Tes Laboratorium
Tes laboratorium ini digunakan untuk menentukan apakah bakteri yang
adadalam tubuh pasien merupkan bakteri grup A, karena grup ini disertaidengan
demam reumatik, glomerulonefritis dan demam.
2
2. Pemeriksaan penunjang
Kultur dan uji resistensi bila diperlukan.
Terapi
Dengan menggunakan antibiotik spektrum luas penisilin, eritromisin dan
sulfonamide, antipiretik dan obat kumur yang mengandung desinfektan.
1

Perawatan
Perawatan yang dilakukan pada penderita tonsillitis biasanya
dengan perawatan sendiri dan dengan menggunakan antibiotik. Tindakan
operasinya dilakukan jika sudah mencapai tonsilitis yang tidak dapat ditangani
sendiri.
2
12

1) Perawatan sendiri
Apabila penderita tonsilitis diserang karena virus sebaiknya biarkan virus itu
hilang dengan sendirinya. Selama satu atau dua minggu sebaiknya penderita
banyak istirahat, minum minuman hangat juga mengkonsumsu cairan
menyejukkan.
2) Antibiotik
Jika tonsilitis disebabkan oleh bakteri maka antibiotic yang akan berperan
dalam proses penyembuhan. Antibiotik oral perlu dimakan selama setidaknya
10 hari.
3) Tindakan operasi
Tonsilektomi biasanya dilakukan pada anak-anak jika anak
mengalamitonsillitis selama tujuh kali atau lebih dalam setahun, anak
mengalamitonsillitis lima kali atau lebih dalam dua tahun, tonsil
membengkak dan berakibat sulit bernafas, adanya abses.

2.2.2 Tonsilitis Membranosa
Ada beberapa macam penyakit yang termasuk dalam tonsillitis
membranosa beberapa diantaranya yaitu ; tonsillitis difteri, tonsillitis septik,
angina Plaut Vincent.
1

A. TONSILITIS DIFTERI
1) Etiologi
Penyebab penyakit ini adalah corynebacterium diphteriae yaitu suatu
bakteri gram positif pleomorfik penghuni saluran pernapasan atas yang dapat
menimbulkan abnormalitas toksik yang dapat mematikan bila terinfeksi
bakteriofag.
1

2) Patofisiologi
Bakteri masuk melalui mukosa lalu merekat serta berkembang biak pada
permukaan saluran pernapasan atas dan mulai memproduksi toksin yang
merembes merembes ke sekeliling lalu selanjutnya menyebar ke seluruh tubuh
13

melalu pembuluh darah dan limfe. Toksin ini merupakan suatu protein yang
mempunyai 2 fragmen yaitu aminoterminal sebagai fragmmen A dan fragmen B,
carboxyterminal yang disatukan melalui ikatan disulfide.
1

3) Manifestasi klinis
Tonsilitis difteri ini lebih sering terjadi pada anak-anak pada usia 2-5
tahun. Penularan melalui udara, benda atau makanan uang terkontaminasi dengan
masa inkubasi 2-7 hari. Gejala umum dari penyakit ini adalah terjadi kenaikan
suhu subfebril, nyeri tenggorok, nyeri kepala, tidak nafsu makan, badan lemah,
dan nadi lambat. Gejala lokal berupa nyeri tenggorok, tonsil membengkak ditutupi
bercak putih kotor makin lama makin meluas dan menyatu membentuk membran
semu.
1
Membran ini melekat erat pada dasar dan bila diangkat akan timbul
pendarahan. Jikamenutupi laring akan menimbulkan serak dan stridor inspirasi,
bila menghebat akan terjadi sesak nafas. Bila infeksi tidak terbendung
kelenjar limfa leher akan membengkak menyerupai leher sapi. Gejala
eksotoksinakan menimbulkan kerusakan pada jantung berupa miokarditis
sampaidekompensasio kordis.
1
4) Komplikasi
Laringitis difteri, miokarditis, kelumpuhan otot palatum mole, kelumpuhan
otot mata, otot faring laring sehingga suara parau, kelumpuhan otot pernapasan,
dan albuminuria.
1
5) Diagnosis
Diagnosis tonsillitis difteri harus dibuat berdasarkan pemeriksaan klinis
karena penundaan pengobatan akan membahayakan jiwa penderita.Pemeriksaan
preparat langsung diidentifikasi secara fluorescent antibodytechnique yang
memerlukan seorang ahli. Diagnosis pasti dengan isolasiC, diphteriae dengan
pembiakan pada media Loffler dilanjutkan testoksinogenesitas secara vivo dan
vitro. Cara PCR (Polymerase ChainReaction) dapat membantu menegakkan
diagnosis tapi pemeriksaan inimahal dan masih memerlukan penjagaan lebih
lanjut untuk menggunakansecara luas.
1
14


6) Pemeriksaan
Tes Laboratorium Dilakukan dengan cara preparat langsung kuman(dari
permukaan bawahmembrane semu). Medium transport yang dapat dipaki adalah
agar Macconkey atau Loffler.Tes Schick (tes kerentanan terhadap difhteria)Terapi
Anti difteri serum diberikan segera tanpa menunggu hasil kultur dengan dosis
20.000-100.000 unit tergantung dari umur dan beratnya penyakit itu.
1,2,3,
7) Terapi
Tujuan dari pengobatan penderita diphtheria adalah menginaktivasi toksin
yang belum terikat secepatnya, mencegah dan mnegusahakan agar penyulit yang
terjadi minimal, mengeliminasi C.diphteria untuk mencegah penularan serta
mengobati infeksi penyerta dan penyulit diphtheria. Secara umum dapat dilakukan
dengan cara istirahat selama kurang lebih 2 minggu serta pemberian cairan.Secara
khusus dapat dilakukakan dengan pemberian1. Antitoksin : serum anti diphtheria
(ADS)2. Anti microbial : untuk menghentikan produksi toksin, yaitu penisilin
prokain 50.000-100.000 KI/BB/hari selama 7-10 hari, bila alergi diberikan
eritromisin 40 mg/kg/hari.3. Kortikosteroid : diberikan kepada penderita dengan
gejala obstruksi saluran nafas bagian atas dan bila terdapat penyulit
miokardiopatitoksik.4. Pengobatan penyulit : untuk menjaga agar hemodinamika
penderitatetap baik oleh karena penyulit yang disebabkan oleh toksin
umumnyareversible.5. Pengobatan carrier : ditujukan bagi penderita yang tidak
mempunyai keluhan.
1


8) Pencegahan
Untuk mencegah penyakit ini dapat dilakukan dengan menjaga
kebersihan pada diri anak serta memberikan penyuluhan tentang penyakit ini pada
anak-anak. Selain itu juga diberikan imunisasi yang terdiri dari imunisasiDPT dan
pengobatan carrier.
1,2,3,4
Tes kekebalan
1. Kekebalan aktif diperoleh dengan cara inapparent infection dan imunisasi
dengan toksoid dipteria.
15

2. Kekebalan pasif diperoleh secara tranplasental dari ibu yang kebal
terhadap dipteria (sampai 6 bulan) dan suntikan antitoksin (2-3 minggu).
B. TONSILITIS SEPTIK
Penyebab dari tonsillitis ini adalah Streptokokus hemolitikus yang terdapat
dalam susu sapi sehingga dapat timbul epidemic. Oleh karena itu perluadanya
pasteurisasi sebelum mengkonsumsi susu sapi tersebut.
1

C. ANGINA PLAUT VINCENT ( STOMATITIS ULSEROMEMBRANOSA )
1) Etiologi
Penyakit ini disebabkan karena kurangnya hygiene mulut, defisiensi vitamin C
serta kuman spirilum dan basil fusiform.
1
2) Manifestasi klinis
Penyakit ini biasanya ditandai dengan demam sampai 39 celcius, nuyeri
kepala, badan lemah, dan terkadang terdapat gangguan pencernaan. Rasa nyeri
di mulut, hipersalivasi, gigi, dan gusi berdarah.
1
3) Pemeriksaan
Mukosa mulut dan faring hiperemis, tampak membrane putih keabuan diatas
tonsil, uvula, dinding faring, gusi serta prosesus alveolaris, mulut berbau dan
kelenjar submanibula membesar.
1
4) Terapi
Memperbaiki higiene mulut, antibiotika spektrum lebar selama 1 minggu, juga
pemberian vitamin C dan B kompleks.
1


2.2.3. TONSILITIS KRONIK
Definisi
Tonsillitis merupakan peradangan kronis yang mengenai seluruh jaringan
tonsil yang umumnya didahului oleh suatu keradangan di bagian tubuh lain,
misalnya sinusitis, rhinitis, infeksi umum seperti morbili dan sebagainya.
Sedangkan Tonsillitis Kronis adalah peradangan kronis Tonsilsetelah serangan
akut yang terjadi berulang-ulang atau infeksi subklinis.Tonsillitis berulang
terutama terjadi pada anak-anak dan diantara serangantidak jarang tonsil tampak
16

sehat. Tetapi tidak jarang keadaan tonsil diluar serangan terlihat membesar
disertai dengan hipermi ringan yang mengenai pilar anterior dan apabila tonsil
ditekan keluar detritus.
1
Etiologi berdasarkan Morrison yang mengutip hasil penyelidikan dari
Commission on Acute Respiration Disease bekerja sama dengan Surgeon
General of the Army America dimana dari 169 kasus didapatkan data sebagai
berikut :
1,2

25% disebabkan oleh Streptokokus hemolitikus yang pada
masa penyembuhan tampak adanya kenaikan titer Streptokokus
antibodidalam serum penderita.
25% disebabkan oleh Streptokokus golongan lain yang tidak
menunjukkan kenaikan titer Streptokokus antibodi dalam serum
penderita.
Sisanya adalah Pneumokokus, Stafilokokus, Hemofilus influenza
Adapula yang menyatakan etiologi terjadinya tonsillitis sebagai berikut :
1) Streptokokus hemolitikus Grup A
2) Hemofilus influenza
3) Streptokokus pneumonia
4) Stafilokokus (dengan dehidrasi, antibiotika)
5) Tuberkulosis (pada keadaan immunocompromise).
Faktor Predisposisi
Adapun beberapa faktor predisposisi timbulnya kejadian tonsilitis
kronis yaitu:
1
Rangsangan kronis (rokok, makanan).
Higiene mulut yang buruk.
Pengaruh cuaca (udara dingin, lembab, suhu yang berubah- ubah)
Alergi (iritasi kronis dari allergen).
Keadaan umum (kurang gizi, kelelahan fisik).
Pengobatan Tonsillitis Akut yang tidak adekuat.
Patologi
17

Proses peradangan dimulai pada satu atau lebih kripte tonsil.
Karena proses radang berulang, maka epitel mukosa dan jaringan limfoid
terkikis,sehingga pada proses penyembuhan jaringan limfoid akan diganti
oleh jaringan parut. Jaringan ini akan mengerut sehingga kripte akan
melebar.Secara klinis kripte ini akan tampak diisi oleh Detritus (akumulasi
epitelyang mati, sel leukosit yang mati dan bakteri yang menutupi kripte
berupa eksudat berwarna kekuning-kuningan). Proses ini meluas hingga
menembus kapsul dan akhirnya timbul perlekatan dengan jaringan sekitar
fossa tonsilaris. Pada anak-anak proses ini akan disertai dengan
pembesaran kelenjar submandibula.
1
Manifestasi Klinis
Pada umumnya penderita sering mengeluh oleh karena serangan
tonsillitisakut yang berulangulang, adanya rasa sakit (nyeri) yang terus-
menerus pada tenggorokan (odinofagi), nyeri waktu menelan atau ada
sesuatu yangmengganjal di kerongkongan bila menelan,terasa kering dan
pernafasan berbau.Pada pemeriksaan, terdapat dua macam gambaran tonsil
dari TonsillitisKronis yang mungkin tampak, yakni :1)Tampak
pembesaran tonsil oleh karena hipertrofi dan perlengketan ke jaringan
sekitar, kripte yang melebar, tonsil ditutupi oleh eksudat purulen atau
seperti keju. Mungkin juga dijumpai tonsil tetap kecil, mengeriput,
kadang-kadang seperti terpendam di dalam tonsil bed dengan tepi yang
hiperemis, kripte yang melebar dan ditutupi eksudat yang purulen.
1

Berdasarkan rasio perbandingan tonsil dengan orofaring, dengan
mengukur jarak antara kedua pilar anterior dibandingkan dengan
jarak permukaan medial kedua tonsil, maka gradasi pembesaran tonsil dapat
dibagi menjadi :
2,3
T 0 : Tonsil masuk di dalam fossa
T 1 : <25% volume tonsil dibandingkan dengan volume orofaring
T 2 : 25-50% volume tonsil dibandingkan dengan volume orofaring
T 3 : 50-75% volume tonsil dibandingkan dengan volume orofaring
18

T 4 : >75% volume tonsil dibandingkan dengan volume orofaring


Gambar 2.1 ukuran tonsil

Diagnosis
Adapun tahapan menuju diagnosis tonsillitis kronis adalah sebagai berikut
1) Anamnesa
Anamnesa ini merupakan hal yang sangat penting karena hampir
50% diagnosa dapat ditegakkan dari anamnesa saja. Penderita sering
datangdengan keluhan rasa sakit pada tenggorok yang terus menerus, sakit
waktu menelan, nafas bau busuk, malaise, sakit pada sendi, kadang-kadang
ada demam dan nyeri pada leher.
4
2) Pemeriksaan Fisik
Tampak tonsil membesar dengan adanya hipertrofi dan jaringan
parut. Sebagian kripta mengalami stenosis, tapi eksudat (purulen) dapat
diperlihatkan dari kripta-kripta tersebut. Pada beberapa kasus,
kriptamembesar, dan suatu bahan seperti keju atau dempul amat banyak
terlihat pada kripta. Gambaran klinis yang lain yang sering adalah dari
tonsil yang kecil, biasanya membuat lekukan dan seringkali dianggap
sebagai kuburan dimana tepinya hiperemis dan sejumlah kecil sekret
purulenyang tipis terlihat pada kripta.
3) Pemeriksaan Penunjang
19

Dapat dilakukan kultur dan uji resistensi (sensitifitas) kuman dari
sediaanapus tonsil. Biakan swab sering menghasilkan beberapa macam
kumandengan derajat keganasan yang rendah, seperti Streptokokus
hemolitikus,Streptokokus viridans, Stafilokokus, atau Pneumokokus.
4

Komplikasi
Komplikasi dari tonsillitis kronis dapat terjadi secara
perkontinuitatum kedaerah sekitar atau secara hematogen atau limfogen ke
organ yang jauh dar itonsil.adapun berbagai komplikasi yang kerap
ditemui adalah sebagai berikut :
3,4
1) Komplikasi sekitar tonsila
Peritonsillitis
Peradangan tonsil dan daerah sekitarnya yang berat tanpa adanya
trismus dan abses.
Abses Peritonsilar (Quinsy)
Kumpulan nanah yang terbentuk di dalam ruang peritonsil. Sumber
infeksi berasal dari penjalaran tonsilitis akut yang mengalami supurasi,
menembus kapsul tonsil dan penjalaran dari infeksi gigi.
Abses Parafaringeal
Infeksi dalam ruang parafaring dapat terjadi melalui aliran getah
bening atau pembuluh darah, infeksi berasal dari daerah tonsil, faring,
sinus paranasal, adenoid, kelenjar limfe faringeal, os mastoid dan os
petrosus.
Abses Retrofaring
Merupakan pengumpulan pus dalam ruang retrofaring. Biasanya
terjadi pada usia 3 bulan sampai 5 tahun karena ruang retrofaring
masih berisi kelenjar limfe.
Krista Tonsil
Sisa makanan terkumpul dalam kripta mungkin tertutup oleh jaringan
fibrosa dan ini menimbulkan krista berupa tonjolan pada tonsil
berwarna putih dan berupa cekungan, biasanya kecil dan multipel.
Tonsilolith (Kalkulus dari tonsil)
20

Terjadinya deposit kalsium fosfat dan kalsium karbonat dalam jaringan
tonsil yang membentuk bahan keras seperti kapur.
2) Komplikasi Organ jauh
Demam rematik dan penyakit jantung rematik
Glomerulonefritis
Episkleritis, konjungtivitis berulang dan koroiditis
Psoriasiseritema multiforme, kronis urtikaria dan purpura
Artritis dan fibrositis

h) Penatalaksanaan
Pengobatan pasti untuk tonsillitis kronis adalah pembedahan
pengangkatan tonsil (Adenotonsilektomi). Tindakan ini dilakukan pada kasus-
kasus dimana penatalaksanaan medis atau terapi konservatif yang gagal
untuk meringankan gejala-gejala. Penatalaksanaan medis termasuk pemberian
antibiotika penisilin yang lama, irigasi tenggorokan sehari-hari dan usaha
untuk membersihkan kripta tonsillaris dengan alat irigasi gigi (oral). Ukuran
jaringan tonsil tidak mempunyai hubungan dengan infeksi kronisatau
berulang-ulang. Tonsilektomi merupakan suatu prosedur pembedahan yang
diusulkan oleh Celsus dalam buku De Medicina (tahun 10 Masehi). Jenis
tindakan ini juga merupakan tindakan pembedahan yang pertama kali
didokumentasikan secara ilmiah oleh Lague dari Rheims (1757).
3,4


2.4. Tonsilektomi
Indikasi tonsilektomi menurut The American Academy of
Otolaryngology Head and Neck Surgery Clinical Indicator Compendium thn
1995 menetapkan :
1

1. Serangan tonsilitis lebih dari tiga kali pertahun walaupun telah
mendapatkan terapi yang adekuat.
2. Tonsil hipertrofi yang menimbulkan maloklusi gigi dan
menyebabkan gangguan pertumbuhan orofasial.
21

3. Sumbatan jalan nafas yang berupa hipertropi tonsil dengan sumbatan
jalan napas, sleep apnea, gangguan menelan, gangguan berbicara,
dan cor pulmonale.
4. Rinitis dan sinusitits yang kronis, peritonsilitis, abses peritonsil yang
tidak berhasil hilang dengan pengobatan.
5. Napas bau yang tidak berhasil dengan pengobatan.
6. Tonsilitis berulang yang disebabkan oleh bakteri A streptococcus B
hemolitikus.
7. Hipertrofi tonsil yang dicurigai adanya keganasan.
8. Otitis media efusa / otitis media supuratif.
Indikasi absolut
a. Hipertrofi tonsil yang menyebabkan :
1,5
Obstruksi saluran napas misal pada OSAS (Obstructive Sleep
ApneaSyndrome).
Disfagia berat yang disebabkan obstruksi.
Gangguan tidur.
Gangguan pertumbuhan dentofacial.
Gangguan bicara (hiponasal).
Komplikasi kardiopulmoner
b. Riwayat abses peritonsil.
1,5

c. Tonsillitis yang membutuhkan biopsi untuk menentukan patologi
anatomi terutama untuk hipertrofi tonsil unilateral.
1,5

d. Tonsilitis kronis atau berulang sebagai fokal infeksi untuk penyakit-
penyakit lain.
1,5

Indikasi relatif
a. Terjadi 7 episode atau lebih infeksi tonsil pada tahun sebelumnya atau
5 episode atau lebih infeksi tonsil tiap tahun pada 2 tahun sebelumnya
atau 3 episode atau lebih infeksi tonsil tiap tahun pada 3 tahun
sebelumnyadengan terapi antibiotik adekuat.
5

b. Kejang demam berulang yang disertai tonsillitis.
22

c. Halitosis akibat tonsillitis kronis yang tidak membaik dengan
pemberian terapi medis.
5

d. Tonsillitis kronis atau berulang pada karier streptokokus B-
hemolitikusyang tidak membaik dengan pemberian antibiotik resisten
-laktamase.
5

e. Pembesaran tonsil di salah satu sisi (unilateral) yang dicurigai
berhubungan dengan keganasan (neoplastik).
5

Operasi tonsilektomi pada anak-anak tidak selalu disertai
adenoidektomi, adenoidektomi dilakukan hanya bila ditemukan
pembesaran adenoid.

2.4.1 Kontraindikasi
Terdapat beberapa keadaan yang disebutkan sebagai
kontraindikasi, namun bila sebelumnya dapat diatasi, operasi dapat
dilaksanakan dengan tetapmemperhitungkan imbang manfaat dan risiko.
Keadaan tersebut adalah:
a. Gangguan perdarahan
b. Risiko anestesi yang besar atau penyakit berat
c. Anemia
d. Infeksi akut yang berat

2.4.2 Komplikasi Bedah
a) Perdarahan
Merupakan komplikasi tersering (0,1-8,1% dari jumlah kasus). Perdarahan
dapat terjadi selama operasi, segera sesudah operasi atau di rumah.
Kematian akibat perdarahan terjadi pada 1: 35.000 pasien. sebanyak 1 dari
100 pasien kembali karena perdarahan dan dalam jumlahyang sama
membutuhkan transfusi darah.
3
b) Nyeri
Nyeri pasca operasi muncul karena kerusakan mukosa dan serabut
saraf glosofaringeus atau vagal,inflamasi dan spasme otot faringeus yang
23

menyebabkan iskemia dan siklus nyeri berlanjut sampai otot diliputi
kembali oleh mukosa, biasanya 14-21 hari setelah operasi.
2
c) Komplikasi lain
Dehidrasi, demam, kesulitan bernapas, gangguan terhadap suara
(1:10.000),aspirasi, otalgia, pembengkakan uvula, insufisiensi
velopharingeal,stenosis faring, lesi dibibir, lidah, gigi dan pneumonia.
2
24

BAB III
ANALISA KASUS

Studi kasus, An. S, usia 11 tahun datang dengan keluhan demam disertai
nyeri saat menelan sejak 3 hari yang lalu. Diagnosis tonsilitis kronik ditegakkan
berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Pada anamnesis didapatkan
keterangan nyeri menelan, dan terasa ada sesuatu yang mengganjal saat menela
dan demam. pasien tidur mengorok. Ibu pasien mengaku anaknya sering batuk
pilek yang tidak kunjung sembuh. Keluhan yang dirasakan pasien sudah pernah
dialami os, namun hanya sembuh sementara beberapa bulan kemudian kambuh
kembali terutama apabila os kelelahan dan banyak minum atau makan makanan
yang dingin, dan os sudah berobat ke dokter namun penyakitnya masih kambuh
juga. Os sudah pernah disarankan untuk dilakukan operasi pengangkatan amandel
namun os menolak lantaran takut.
Berdasarkan anamnesis yang didapat maka penyakit pasien mengarah ke
tonsillitis kronis, untuk memastikannya maka dapat dilakukan pemeriksaan fisik
terutama menyangkut pemeriksaan bagian tenggorokkan dan sekitarnya.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan :
Pembesaran Tonsil yakni dengan ukuran T3/T3 disertai mukosa yang
hiperemis. Pada pasien ini diberikan tertapi berupa preventif, promotif dan
kuratif.
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik maka dapat disimpulkan
penyakit yang diderita os adalah tonsilitis kronis akseserbasi akut. Maka tindakan
selanjutnya yang dapat diberikan pada pasien ini adalah :
Manajemen preventif berupa :
Menjaga higieni mulut dan pola makan.
Tidak makan atau minum yang dingin
Jangan makan snack atau makanan ringan yang berpengawet.
Manajemen promotif pada pasien ini berupa :
Tidak makan dan minum yang merangsang sakit.
25

Berobat ke dokter spesialis THT untuk mengetahui tindakan yang
sebaiknya dilakukan pada pasien ini.
Manajemen kuratif berupa :
Antipiretik : Paracetamol tablet 3 x 250 mg
Antibiotik : amoxicilin tablet 3 x 250 mg
Vitamin C 1x1 serta diberikan antiseptik kumur.

Indikasi tonsilektomi menurut The American Academy of Otolaryngology
Head and Neck Surgery Clinical Indicator Compendium tahun 1995 menetapkan :
Serangan tonsilitis lebih dari tiga kali pertahun walaupun telah
mendapatkan terapi yang adekuat.
Tonsil hipertrofi yang menimbulkan maloklusi gigi dan menyebabkan
gangguan pertumbuhan orofasial.
Sumbatan jalan nafas yang berupa hipertropi tonsil dengan sumbatan jalan
napas, sleep apnea, gangguan menelan, gangguan berbicara, dan cor
pulmonale.
Rinitis dan sinusitits yang kronis, peritonsilitis, abses peritonsil yang tidak
berhasil hilang dengan pengobatan.
Napas bau yang tidak berhasil dengan pengobatan.
Tonsilitis berulang yang disebabkan oleh bakteri A streptococcus B
hemolitikus.
Hipertrofi tonsil yang dicurigai adanya keganasan.
Otitis media efusa / otitis media supuratif.
Pada kasus ini berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik maka
memenuhi indikasi untuk dilakukannya tonsilektomi, karena adanya gangguan
menelan (nyeri) disertai keluhan yang timbul berulang kali dalam setahun terakhir
dan tidur mengorok.


26

DAFTAR PUSTAKA

1. Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti RD. Buku Ajar Ilmu
Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala & Leher. Edisi keenam. Jakarta
: Balai Pnerbit FK UI ;2007
2. Saiful Bahri. Tonsilitis. Diunduh dari :
http://www.scribd.com/doc/61923646/Tonsil (24 September 2014)
3. Prayoga P. Tonsilitis kronik. Diunduh dari :
https://www.scribd.com/doc/166687252/Tonsilitis-Kronis-Referat (24
September 2014)
4. Indonesian Children. Tonsilitis akut atau penyakit amandel. Diunduh dari :
file:///C:/Users/user/Documents/tonsilitis/TonsilitisAkutatau
PenyakitAmandelCHILDRENALLERGYCENTER.htm (24 September 2014)
5. Depkes. Tonsilektomi . diunduh dari : URL:
https://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&c
ad=rja&uact=8&ved=0CCEQFjAA&url=http%3A%2F%2Fbuk.depkes.go.id
%2Findex.php%3Foption%3Dcom_docman%26task%3Ddoc_download%26
gid%3D349%26Itemid%3D112&ei=17kuVKj3B4rX8gXSlYHQBg&usg=AF
QjCNHbjWAA7isj0AZNu1mx7rYBXnVTQA&bvm=bv.76802529,d.dGc
(24 September 2014)

You might also like