You are on page 1of 13

MODUL PELATIHAN

DIKLAT PENGEMBANG TEKNOLOGI PEMBELAJARAN








PENULISAN KARYA TULIS ILMIAH
(TATA CARA PENULISAN KARYA ILMIAH/KARYA TULIS ILMIAH)







Penulis:
Drs. SUDIRMAN SIAHAAN, M.Pd













KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
PUSAT TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI PENDIDIKAN
2012






1. Petunjuk Belajar

Materi pelajaran yang akan ANDA pelajari dalam Kegiatan Belajar-2 ini mencakup: (a) identifikasi
dan perumusan topik/judul artikel ilmiah, (b) pertimbangan dalam perumusan topik/judul artikel
ilmiah, (c) penulisan abstrak, dan (d) penulisan rujukan/referensi. Pelajarilah secara seksama
materi pelajaran yang diuraikan pada masing-masing topik berikut ini. Satu hal yang penting adalah
membuat catatan tentang materi pelajaran yang sulit ANDA pahami. Cobalah diskusikan materi
pelajaran yang sulit dengan sesama peserta pelatihan terlebih dahulu. Apabila memang masih
dibutuhkan, ANDA dianjurkan untuk mendiskusikannya dengan nara sumber pelatihan pada saat
dilaksanakan kegiatan pembelajaran secara tatap muka.

Dalam mempelajari materi pelajaran yang disajikan pada Kegiatan Belajaran-2 ini, ANDA akan
menjumpai soal-soal latihan. Usahakanlah semaksimal mungkin untuk mengerjakan semua soal
latihan tanpa terlebih dahulu melihat Kunci Jawaban yang disediakan pada bagian akhir modul ini.
ANDA barulah diperkenankan untuk mempelajari materi pelajaran berikutnya yang diuraikan pada
Kegiatan Belajar-3 setelah ANDA berhasil mengerjakan 80% benar soal-soal latihan mengenai
Kegiatan Belajar-2.

Seandainya setelah mengerjakan soal-soal latihan, ANDA masih belum berhasil menjawab 80%
benar, janganlah berkecil hati. Cobalah pelajari kembali dengan lebih cermat materi pelajaran yang
masih belum ANDA pahami. Kemudian, kerjakan kembali soal-soal latihannya. Semoga kali ini
ANDA lebih berhasil. Ingatlah bahwa dengan penuh semangat disertai rasa percaya diri, ANDA
pasti dapat menyelesaikan materi pelajaran yang disajikan pada modul ini. Selamat belajar dan
sukses.

2. Uraian Materi

a. Identifikasi dan Perumusan Topik/Judul Karya Ilmiah/Karya Tulis Ilmiah

Setiap penulis pemula akan mengatakan bahwa dirinya mengalami kesulitan untuk
mengidentifikasi dan merumuskan judul/topik dari artikel ilmiah yang akan ditulis. Bahkan lebih
jauh lagi dikemukakan bahwa sangat sulit untuk mendapatkan topik/judul artikel yang akan
ditulis. Keadaan yang demikian ini adalah wajar sebagaimana yang dikatakan oleh orang bijak
bahwa setiap permulaan itu memang sulit (every beginning is difficult). Atau, pepatah yang
dikenal dalam lingkup bahasa Indonesia yang mengatakan: bisa karena biasa. Oleh karena
itu, sebagai calon tenaga fungsional tidaklah tepat untuk mengatakan bahwa saya tidak bisa
menulis, tetapi lebih bijaksana apabila mengatakan bahwa kalau orang lain bisa, saya
tentunya juga bisa.

Ada 2 cara untuk merumuskan judul atau topik dari artikel ilmiah yang akan ditulis, yaitu dapat
berupa/berbentuk pertanyaan (question) dan dapat juga dalam bentuk pernyataan (statement).
Masing-masing cara ini tentunya dapat dicoba oleh setiap penulis pemula. Tidak ada maksud
untuk mengatakan atau menekankan untuk menerapkan cara yang pertama atau yang kedua
karena dipandang lebih mudah. Seorang penulis dapat saja suatu ketika memilih cara yang
pertama dan pada ketika yang lain justru memilih cara yang kedua.
1) Merumuskan judul/topik artikel ilmiah dalam bentuk pertanyaan

Salah satu cara untuk mempermudah seseorang mengemukakan pendapat atau
pemikirannya adalah dengan cara mengajukan pertanyaan. Dengan adanya pertanyaan,
seseorang akan terdorong/tergugah untuk mencari jawabannya. Manakala seseorang
sudah berupaya untuk mencari jawaban atas pertanyaan, berarti berbagai sumber akan
dicari/digali guna mendapatkan jawaban. Dengan demikian, setidak-tidaknya, pada tahap
awal, yang bersangkutan telah mulai menstimulasi pikirannya unuk memberikan jawaban.
Tentunya, seseorang tidak akan berpuas hati apabila hanya mengandalkan buah
pikirannya sendiri. Dirinya justru akan lebih tergugah lagi untuk mengetahui bagaimana
pendapat/pemikiran dari orang lain.

Sama halnya seorang anak kecil. Di saat dia melihat atau mengamati sesuatu yang belum
diketahuinya, maka ia akan bertanya kepada orang yang ada di sekitarnya. Sebagai
contoh, misalnya seorang anak kecil melihat perut ibunya yang membesar (hamil) akan
bertanya: Mama, perut mama kog besar? atau Mengapa perut mama besar, perut aku
kog kecil?. Contoh lainnya adalah apabila seorang anak kecil yang telah berupaya
mencari mainan mobil-mobilannya tetapi tidak menemukannya, maka ia akan bertanya:
Siapa ya yang melihat mainan mobil-mobilanku?. Seorang anak akan berhenti bertanya
manakala jawaban yang dibutuhkannya telah diperoleh. Tentu sangat berbeda dengan
sikap orang dewasa. Dapat saja jawaban yang diperoleh justru dipertanyakan kembali
melalui pertanyaan: Mengapa jawabannya kog seperti begitu ya?.

Dalam proses mencari judul/topik dari artikel ilmiah yang akan ditulis, janganlah terlalu
bersusah payah memikirkannya. Cobalah berpaling kepada anak kecil yang suka bertanya
tentang yang ada di sekitarnya yang belum atau tidak dipahaminya. Sebagai analoginya,
usahakanlah barang sejenak untuk mengamati berbagai keadaan yang terjadi di
lingkungan pekerjaan atau produk yang telah dihasilkan oleh lembaga tempat bekerja, dan
kemudian cobalah ajukan serangkaian pertanyaan.

Tuliskanlah satu demi satu pertanyaan-pertanyaan yang teridentifikasi. Setelah semua
pertanyaan dituliskan, cobalah pelajari kembali semua pertanyaan dan pilihlah beberapa di
antaranya yang menarik perhatian dan kemudian cobalah kembangkan pemikiran yang
berkaitan dengan pertanyaan yang dipilih. Dalam proses penulisan dapat saja judul/topik
yang telah dipilih tersebut mengalami penyempurnaan atau bahkan mengalami perubahan,
tidak lagi berupa pertanyaan tetapi telah menjadi pernyataan. Artinya, penulisan artikel
dapat dikerjakan dengan berpegang pada judul/ topik artikel yang sekalipun mungkin
masih bersifat sementara. Janganlah berhenti mengolah alam pikiran hanya karena
judul/topik artikel yang belum final sifatnya.

2) Merumuskan judul/topik artikel ilmiah dalam bentuk pernyataan
Perumusan judul/topik artikel ilmiah yang akan ditulis dapat juga berbentuk pernyataan
(statement). Ada ungkapan yang mengatakan bahwa semakin banyak yang diketahui
seseorang, maka semakin banyak yang tidak diketahuinya. Pegawai yang telah bekerja di
Pustekkom dalam jangka waktu yang lama (pegawai senior) pastilah mengetahui banyak
hal mengenai ke-Pustekkom-an. Pada saat yang bersamaan juga pastilah banyak tentang
ke-Pustekkom-an yang kemungkinan tidak atau belum diketahui oleh pegawai senior yang
bersangkutan. Keadaan yang sedemikian inilah yang mendorong setiap pegawai untuk
terus mencari informasi atau mengikuti perkembangan yang terjadi. Secara singkat, dapat
dikatakan bahwa seorang PNS haruslah terus-menerus meng-update dirinya agar tidak
tertinggal.

Dari serangkaian program atau rencana kerja yang telah dilaksanakan lembaga tempat
bekerja dapat dipilih salah satu di antaranya untuk dijadikan sebagai judul/topik artikel
yang akan ditulis. Sudah barang tentu program yang akan dipilih adalah program yang
dinilai menarik dan sekaligus juga tentunya dipahami. Kemudian, cobalah telaah ulang
konsep judul/topik yang ada dan bilamana perlu dapat disempurnakan kembali
perumusannya.

Rujukan untuk mengetahui program kerja yang telah diterapkan Pustekkom adalah brosur,
booklet, leaflet atau buku laporan tahunan. Katakan saja yang dipilih adalah Siaran Radio
Pendidikan untuk Penataran Guru Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah. Siapapun PNS
yang bekerja di Pustekkom pastilah mempunyai pengetahuan tentang siaran radio,
pendidikan, penataran, guru, sekolah, dan SD atau MI.

Berangkat dari pemahaman yang terbatas, seseorang dapat memulai kegiatan penulisan
artikel ilmiah. Dalam kondisi yang demikian ini dapatlah dipastikan bahwa penulis artikel
pastilah mengalami ketidakpuasan karena keterbatasan informasi yang dimiliki sehingga
tergugah untuk menggali atau mencari lebih banyak lagi informasi, misalnya, bertanya
kepada pegawai yang pernah menangani kegiatan Siaran Radio Pendidikan untuk
Penataran Guru SD/MI. Atau mencari berbagai sumber lainnya, baik yang berupa
dokumen tercetak maupun melalui akses internet. Pada tahap ini, sebenarnya, yang
bersangkutan telah mulai masuk ke dalam proses penulisan artikel ilmiah. Yang jelas,
judul/topik artikel ilmiah yang akan ditulis sudah ada.

Cara lain adalah dengan mencoba menggali rumusan judul/topik artikel ilmiah dari pikiran
sendiri dan kemudian mengemasnya dengan menggunakan bahasa sendiri. Dasar atau
acuannya dapat saja menggunakan program kerja yang telah diterapkan Pustekkom.
Misalnya saja judul/topik yang akan ditulis adalah Mengenal Pembelajaran Elektronik,
Konsepsi dan Aplikasi Sekolah Menengah Pertama Terbuka, Sejarah Perkembangan
Siaran Televisi Pendidikan di Indonesia, atau Perkembangan dan Tantangan
Pembelajaran Berbasis Aneka Sumber.

Berikut ini dikemukakan beberapa judul artikel yang diterbitkan oleh:
a) Lembaga Penelitian Universitas Terbuka dengan Jurnal Pendidikan Terbuka dan Jarak
Jauh, Volume 3 No. 1 Maret 2002:
(1) Studi tentang Pengelolaan Pendidikan Terbuka/Jarak jauh di Era Otonomi Daerah
di kabupaten Deli Serdang, Propinsi Sumatera Utara,
(2) Biaya Penyelenggaraan Sistem Pendidikan Jarak Jauh: Benarkah Lebih Murah,
(3) Potensi Teknologi Komunikasi dan Informasi dalam Mendukung Penyelenggaraan
Pendidikan Jarak Jauh di Indonesia, dan
(4) Kemauan Belajar (Learning Volition) Mahasiswa Pendidikan Jarak Jauh (Studi
Kasus di Universitas Terbuka).



b) Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pendidikan Nasional dengan
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan edisi November 2006 Tahun Ke-12, No. 063:
(1) Pesona karya Sastra dalam Pendidikan dan Pengajaran,
(2) Pengembangan Kreativitas Siswa melalui Pertanyaan Divergen pada Mata
Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA),
(3) Model Penilaian dalam Pendidikan Civics: Refleksi Pengalaman dari Sekolah-
sekolah Menengah di Indiana, USA,
(4) Media Pembelajaran: Mitra atau Kompetitor bagi Guru dalam Kegiatan
Pembelajaran?,
(5) Kebijakan Assessment dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP),
(6) Pola Kerjasama Usaha Perguruan Tinggi dengan Dunia Usaha: Studi Kasus di
Universitas Muslim Indonesia Makassar,
(7) Pengaruh Metode Latihan dan Asam Laktat terhadap Hasil Belajar Renang 100
meter Gaya Bebas,
(8) Hubungan antara Pengetahuan Awal dan Penguasaan Kosakata terhadap
Keterampilan Membaca Pemahaman Mahasiswa, dan
(9) Pengaruh Variabel-variabel Kognitif terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa
Kelas XI-IPA SMA Negeri 3 Makassar.

c) Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi Pendidikan-Kementerian Pendidikan
Nasional dengan Jurnal TEKNODIK Volume XIII, No. 2, Desember 2009:
(1) Studi Pengembangan pada Sekolah Menengah Kejuruan (SMK),
(2) Pemanfaatan Media Pembelajaran Komputer dan Tingkat Berpikir Kreatif
terhadap Prestasi di SMK Negeri 1 Seyegan, Sleman,
(3) Hubungan antara Sikap Siswa SMA dalam Penggunaan Media Pembelajaran
Fisika (VCD) terhadap Hasil Belajar,
(4) Difusi dan Institusionalisasi Inovasi dalam Teknologi Pembelajaran,
(5) Studi Khalayak Pendengar Radio Edukasi/Analisis Kebutuhan Masyarakat akan
Siaran Radio Edukasi,
(6) Siaran Televisi sebagai Media Pembelajaran di Sekolah,
(7) Standarsisasi Tes Bakat Skolastik (TBS),
(8) Masihkah Relevan Model Penataran Guru SD melalui Siaran Radio Pendidikan?,
(9) Strategi Pembelajaran untuk Kegiatan Pendidikan dan Pelatihan (Diklat)
Penulisan Naskah Program Televisi/Video Pembelajaran, dan
(10) Pengukuran dan Instrumen Alat Ukur Pendidikan.

b. Pertimbangan dalam Merumuskan Topik/Judul Artikel Ilmiah

1) Menulis sesuai dengan Spesialisasi

Sebagai pejabat fungsional di bidang teknologi pendidikan/pembelajaran, maka bidang
spesialisasinya adalah mengenai teknologi pendidikan/pembelajaran, teknologi informasi
dan komunikasi (TIK), atau pendidikan terbuka dan jarak jauh (PTJJ). Dengan demikian,
pejabat fungsional Pengembang Teknologi Pembelajaran sejatinya memfokuskan diri
dalam menghasilkan artikel ilmiah yang berkaitan dengan teknologi
pendidikan/pembelajaran, teknologi informasi dan komunikasi (TIK), atau pendidikan
terbuka dan jarak jauh (PTJJ). Mengapa?


Masing-masing jabatan fungsional itu unik dan tidak ada yang sama sehingga kavling
setiap jabatan fungsional juga berbeda-beda. Oleh karena itu, pejabat fungsional PTP
haruslah taat asas (konsisten) dan komit pada bidang spesialisasinya. Demikian juga
dengan karya ilmiah (dalam artian yang luas) yang akan dikembangkan/ditulis haruslah
fokus pada bidang spesialisasinya. Bagaimana seandainya seorang pejabat fungsional
PTP ingin menulis karya ilmiah yang berada di luar bidang spesialisasinya? Apakah
diperkenankan?

Tidak ada larangan bagi pejabat fungsional untuk menghasilkan karya ilmiah mengenai
berbagai bidang yang diminati atau yang menarik perhatiannya sekalipun di luar
spesialisasinya. Kebebasan yang demikian ini terbuka luas manakala memang pejabat
fungsional tidak membutuhkan angka kredit (AK) dari karya ilmiah yang dihasilkannya.
Apabila masih membutuhkan AK untuk mengoptimalkan pengembangan kariernya, maka
karya ilmiah yang seyogianya diprioritaskan penulisannya oleh pejabat fungsional PTP
adalah yang sesuai dengan bidang spesialisasinya, yaitu teknologi
pendidikan/pembelajaran, teknologi informasi dan komunikasi (TIK), atau pendidikan
terbuka dan jarak jauh (PTJJ).

Langkah berikutnya setelah memahami bidang spesialisasi adalah mulai berlatih menulis
beberapa pilihan topik/judul yang paling tidak memang dinilai didukung oleh pengetahuan
yang sejauh ini dimiliki/dikuasai. Kemudian, masing-masing topik/judul yang telah
diidentifikasi ini dikaji mengenai fisibilitas (keberlangsungan) penulisannya dan pada
akhirnya dipilih salah satu di antaranya untuk ditentukan sebagai topik/judul artikel yang
akan ditulis.

2) Menulis sesuai dengan yang Diketahui/Dikuasai

Setelah memfokuskan diri pada bidang spesialisasi, maka langkah kedua adalah
menukik lebih spesifik lagi pada salah satu aspek dari bidang spesialisasi yang memang
benar-benar dipahami. Berangkat dari sesuatu yang benar-benar dipahami/dikuasai
mengandung pengertian bahwa sesuatu itu pada dasarnya telah ada di dalam alam
pikiran. Hanya saja yang perlu dilakukan adalah memanggil keluar dari alam pikiran
sesuatu yang telah dikuasai tersebut dan kemudian menuliskannya.

Pada dasarnya, mengungkapkan apa yang telah ada di dalam alam pikiran (sudah familiar)
adalah jauh lebih mudah ketimbang mengungkapkan sesuatu yang masih belum dikenal
sama sekali atau kalaupun telah dikenal tetapi masih bersifat remang-remang. Agar
semakin banyak khasanah yang diketahui/dikuasai, seseorang dituntut untuk banyak
membaca. Melalui keaktifan membaca secara teratur (terutama karya ilmiah yang berupa
buku, jurnal atau artikel ilmiah) setidak-tidaknya akan memperkaya kosakata dan sekaligus
juga akan membantu mempermudah dalam mengungkapkan buah pikiran/gagasan,
termasuk dalam merumuskannya sebagai sebuah topik/judul tulisan. Bahkan tidak jarang
terjadi bahwa berbagai gagasan muncul setelah banyak membaca.

Tidak dapat dipungkiri bahwa seseorang yang jarang membaca akan mengalami kesulitan
untuk menulis karya ilmiah. Sehubungan dengan hal ini, maka kegiatan membaca haruslah
menjadi kebutuhan sehari-hari pejabat fungsional. Membaca haruslah diartikan sebagai
pekerjaan bagi pejabat fungsional. Akan lebih baik lagi apabila kebiasaan membaca diikuti
dengan membuat catatan-catatan penting mengenai apa yang telah dibaca. Catatan-
catatan penting ini akan sangat bermanfaat sewaktu yang bersangkutan melakukan
kegiatan menulis karya ilmiah.

3) Menulis sesuai dengan Spesialisasi dan yang Menantang

Ada tipe orang yang menyenangi tantangan. Artinya, seseorang cenderung memilih
topik/judul artikel yang akan ditulis yang justru sama sekali tidak atau belum banyak
dipahami sekalipun masih di bidang spesialisasinya. Mengapa memilih topik yang belum
dipahami? Inilah salah satu ciri khas orang yang menyenangi tantangan. Dengan
pengetahuan minimal, yang bersangkutan berjuang keras mengggali pengetahuan yang
belum banyak diketahuinya. Kegiatan yang demikian ini justru menantang bagi dirinya.
Secara psikologis, ada kepuasan/kebanggaan tersendiri yang dirasakan apa-bila berhasil
menulis suatu artikel yang berangkat dari pengetahuan yang minimal.

Pegawai yang sudah terbiasa melaksanakan tugas atau pekerjaan yang diberikan oleh
atasan sekalipun belum banyak diketahuinya, maka pegawai tipe yang demikian ini
cenderung menyenangi tantangan. Di dalam diri orang yang menyukai tantangan, tumbuh
dan berkembang prinsip untuk mempelajari berbagai hal yang belum diketahuinya. Dapat
saja terjadi bahwa melalui suatu diskusi, ada masalah yang belum terpecahkan sehingga
menggugah orang yang menyenangi tantangan untuk mencari alternatif pemecahan
masalahnya melalui penggalian berbagai sumber.

c. Penulisan abstrak

Sebagaimana yang telah disinggung sebelumnya bahwa abstrak ditulis dalam satu alinea
dengan 150-350 kata menggunakan 1 spasi. Pada dasarnya, abstrak merupakan rangkuman
dari tulisan (artikel) yang ditulis. Di dalam abstrak, dirumuskan apa yang menjadi fokus
pembahasan, alasan/rasional dari tulisan, tujuan dan manfaat dari tulisan. Untuk mendapatkan
gambaran yang lebih konkrit tentang rumusan abstrak, berikut ini disajikan beberapa contoh
abstrak dari jurnal ilmiah, baik yang berdasarkan riset maupun pengkajian, baik yang
perumusannya berupa pernyataan maupun pertanyaan.

Langkah berikutnya setelah abstrak adalah merumuskan kata-kata kunci (key words) yaitu
kata-kata yang sering atau banyak digunakan di dalam tulisan. Biasanya, kata-kata kunci
hanya berkisar antara 3- 5 kata. Untuk mendapatkan gambaran yang lebih konkrit tentang
rumusan abstrak, berikut ini disajikan beberapa contoh dari beberapa jurnal ilmiah, baik hasil
penelitian maupun hail pengkajian. Judul/topik dari artikel yang abstraknya disajikan berikut ini,
ada yang berupa pertanyaan dan ada juga yang berupa pernyataan.













Kearah Pemanfaatan Teknologi Internet Untuk Pembelajaran
Sudirman Siahaan*)
Abstract

Internet technology keeps on developing and touching various aspects of human daily
life. Starting from the very simple utilization of internet, such as the use of email for
communication purposes, browsing varied information, up to the relatively advanced
one, such as designing and developing homepage or the use of internet for shopping
purposes (e-shopping). Some initiatives, either individually or in collaboration, to utilize
internet for learning has been conducted by some Secondary Schools that have
equipped themselves with computers and other necessary equipment needed, both
hardware and software. Socialization for introducing the utilization of computer and
internet can be begun from the more equipped Secondary Schools in the cities of
provincial and district levels in line with the availability of internet infrastructure
connectivity.

Key words: Email, browsing, internet, LAN, website.
------------------
*)
Sudirman Siahaan adalah peneliti bidang pendidikan pada Pustekkom-Kemdiknas

Sumber: Jurnal Pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh Vol. 6 (1)


Hubungan antara Sikap Siswa SMA dalam Penggunaan Media Pembelajaran
Fisika dalam Bentuk CD terhadap Hasil Belajar
Dr. I Made Astra, M.Si.*)
Abstrak

Dari hasil survey terhadap siswa-siswa SMA menunjukan sebagian besar tidak
menyukai mata pelajaran Fisika. Banyak faktor yang menyebabkan siswa tidak
menyukainya diantaranya pendekatan pembelajaran yang digunakan oleh guru
monoton dan tidak sesuai dengan materi pelajaran, media pembelajaran yang
digunakan tidak variatif, guru cenderung menonjolkan segi matematis dari pada
fisisnya., sehingga hal ini dapat mempengaruhi sikap siswa terhadap mata pelajaran
fisika. Dengan perkembangan ICT, banyak media pembelajaran yang dapat dibuat
sehingga dapat menarik minat siswa untuk mempelajari fisika yang sebagian besar
materinya abstrak. Dari hasil penelitian pendekatan pembelajaran dengan
menggunakan media pembelajaran dalam bentuk CD pada pokok bahasan gelombang
mekanik menggunakan software flash MX minat siswa terhadap keingintahuan fisika
sangat besar., hal ini dapat dilihat dari meningkatnya hasil belajar yang diperoleh
siswa. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penggunaan media pembelajaran
dalam bentuk CD dapat mempengaruhi sikap positip siswa dan memberikan kontribusi
yang linear terhadap hasil belajar fisika siswa. Oleh sebab itu untuk meningkatkan hasil
berlajar siswa dapat digunakan media pembelajaran dalam bentuk CD.

Kata kunci: ICT, CD pembelajaran, flash MX
-------------------------------
*)
Dr. I. Made Astra, M.Si. adalah dosen Jurusan Fisika pada Fakultas MIPA
Universitas Negeri-Jakarta.

Sumber: Jurnal TEKNODIK Vol. XIII NO. 2 Desember 2009.

Masihkah Relevan Model Penataran Guru Sekolah Dasar (SD)
Melalui Siaran Radio Pendidikan?
Sudirman Siahaan
*)

Abstrak
Penggunaan siaran radio untuk kepentingan pendidikan dan pembelajaran tidak
hanya dikenal di negara-negara berkembang saja tetapi juga di negara-negara
maju. Indonesia sebagai negara berkembang telah memanfaatkan siaran radio
untuk kepentingan pendidikan dan pembelajaran (education and instruction) di
samping untuk kepentingan informasi (information) dan hiburan (entertainment).
Sekalipun teknologi informasi dan komunikasi (TIK) sudah berkembang pesat,
namun siaran radio masih tetap dibutuhkan karena manfaatnya dirasakan
masyarakat luas. Siaran radio pendidikan memiliki sejarah yang panjang. Jawatan
Pendidikan Masyarakat menggunakan siaran radio untuk kepentingan pendidikan
masyarakat pada tahun 1951. Pemerintah Orde Baru sangat gencar memanfaatkan
siaran radio untuk kepentingan masyarakat petani/pedesaan (Siaran Perdesaan).
Pendidikan dan pelatihan guru SD melalui siaran radio pendidikan (Diklat SRP
Guru SD) dimulai pada tahun 1976. Pada awalnya, Diklat SRP Guru SD ini hanya
diselenggarakan di Yogyakarta dan Semarang. Berdasarkan rekomendasi hasil
evaluasi, Diklat SRP ini disebarluaskan ke propinsi lainnya. Setelah otonomi
daerah, beberapa propinsi telah menghentikan penyelenggaraannya. Seiring
dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi dewasa ini,
pertanyaannya adalah Apakah siaran radio masih relevan untuk kepentingan
penataran guru SD?. Tulisan ini diharapkan dapat dijadikan bahan pemikiran
dalam upaya menghidupkan kembali Diklat SRP Guru SD.

Kata-kata Kunci: Siaran radio, strategi pembelajaran, sumber belajar, penataran
guru.

------------------------------------
*)
Sudirman Siahaan adalah peneliti bidang pendidikan pada Pusat Teknologi Informasi
dan Komunikasi Pendidikan (Pustekkom)-Departemen Pendidikan Nasional.

Sumber: Jurnal TEKNODIK Vol. XIII NO. 2 Desember 2009.



d. Penulisan Daftar Acuan/Pustaka Acuan

Seorang penulis artikel ilmiah menggunakan berbagai acuan sebagai rujukan dalam
proses penulisannya. Ada 2 cara penulisan acuan, yaitu (1) di dalam uraian atau teks dan
(2) di dalam Daftar Acuan. Penulisan acuan di dalam uraian atau teks dapat dilakukan
pada akhir pernyataan (kutipan) atau sesudah nama nara sumber yang menulis acuan
yang dirujuk. Pada umumnya, apabila sumber informasi yang dijadikan rujukan adalah
media cetak (misalnya: buku teks, modul, atau dokumen cetak yang dipublikasikan), maka
cara penulisannya adalah dengan menuliskan nama belakang (family name) nara sumber,
diikuti dengan tahun terbit rujukan dan halaman dari tulisan yang dikutip (tulisan yang
dirujuk dapat saja terdapat pada satu halaman atau lebih), dituliskan di dalam tanda
kurung.

Berikut ini disajikan beberapa contoh cara penulisan acuan yang digunakan di dalam
uraian atau teks, yaitu:
1) Di masa yang akan datang, pengembangan pendidikan tinggi tidak dapat dipisahkan
dari perkembangan ilmu pengetahuan termasuk ilmu sosial, humaniora, teknologi, seni
budaya, dan ekonomi dunia (Departemen Pendidikan Nasional, 2004a: 10-13);
2) Setiap teori belajar memiliki titik fokus yang menjadi pusat perhatian. Misalnya ada
yang lebih mementingkan proses belajar, ada yang lebih mementingkan hasil belajar,
ada yang lebih mementingkan pada isi atau apa yang dipelajari, ada yang lebih
mementingkan sistem informasi yang diolah dalam proses pembelajaran, dan lain-lain
(Suciati & Irawan, 2001:2);
3) Computers in primary schools are mainly used by more than one child at a time. This
appears as an efficient use of a relatively scarce resource. Teachers, when asked, also
frequently justify the use group work at computers as a support for peer learning and
the development of communication skills (Crooks, 1994), dan
4) Collins, Brown and Newman (1986) describe the three phases of cognitive
apprenticeship as follows: (a) modeling, when teachers make explicit what is required
and model it for the learners, (b) coaching, when teachers support students attempts
at doing the task, and (c) fade out, when students are empowered to continue
independently.

Daftar Acuan, pada umumnya ditempatkan pada halaman terakhir dari karya ilmiah, adalah
kumpulan dari semua rujukan yang digunakan dalam penelitian (termasuk pengkajian,
penulis), sebagai referensi atau sumber informasi dengan cara mengambil esensinya atau
mengutip statemennya secara lengkap di dalam penulisan karya ilmiah. Rujukan yang
digunakan dapat saja bersumber dari internet, buku, jurnal ilmiah, prosiding
seminar/simposium, surat kabar, media audiovisual, dan berbagai dokumen yang belum
terbit. Semua sumber informasi yang digunakan sebagai acuan dalam penulisan karya
ilmiah haruslah dituliskan pada Daftar Acuan yang ditempatkan pada halaman terakhir
(http://blog.rosihanari.net/tata-cara-penulisan-daftar-acuan-referensi, diakses pada tanggal
04 Maret 2011).

Istilah lain yang sering digunakan secara bergantian dengan pengertian yang cenderung
dimaknai sama adalah Daftar Pustaka (Kepustakaan). Daftar Acuan tidaklah sama
pengertiannya dengan Daftar Pustaka (Kepustakaan). Rosihanari yang merujuk pendapat
Jacub Rais melalui situs http://mit.biotrop.org mengemukakan bahwa Daftar Acuan adalah
sumber informasi yang digunakan sebagai rujukan dalam penulisan karya ilmiah;
sedangkan Daftar Pustaka adalah juga sumber informasi yang tidak dirujuk dalam
penulisan karya ilmiah tetapi disarankan untuk dibaca guna memperluas wawasan
pembaca karya ilmiah. (http://blog.rosihanari.net/tata-cara-penulisan-daftar-acuan-referensi
diakses pada tanggal 04 Maret 2011).

Kemudian, aturan penulisan referensi (Daftar Acuan) yang bersumber dari internet
sebenarnya sama saja dengan sumber informasi dari media cetak, baik buku maupun
surat kabar, majalah dan sejenisnya. Perbedaannya hanya menyangkut tempat terbit,
nama, dan tanggal terbitan. Artinya unsurunsur itu mengikuti tata cara penulisan di
internet, seperti:
1) Nama penulis yang diawali dengan penulisan nama keluarga,
2) Judul tulisan diletakkan di antara tanda kutip,
3) Jika karya tulis keseluruhan (jika ada) dengan huruf miring, dan
4) Data publikasi berisi protocol dan alamat, path, tanggal pesan, atau waktu akses
dilakukan (http://penayunus.wordpress.com/2010/02/17/cara-penulisan-daftar-pustaka-
dari-internet/ tentang Cara Penulisan Daftar Pustaka dari internet, Ahmad-Yunus,
Diakses pada tanggal 4 Maret 2011).

Berikut ini diberikan Ahmad-Yunus berapa contoh cara penulisan sumber informasi yang
digunakan sebagai rujukan (referensi) dalam penulisan karya ilmiah pada Daftar Acuan,
yaitu:

1) Contoh penulisan daftar pustaka dari internet:
Hasibuan, Rusli. Menanam Jengkol di Bukit Kapur. Sumber Internet: http://www.
duniatani.or.id/riset/rusli/palawija_jengkol.html (Diakses tanggal 12 Juni
2003).

2) Dari file transfer protocol (kutipan yang diunduh melalui FTP)
Johnson-Eilola, Jordan. Little Machine: Rearticulating Hypertext Users. FTP
deadalis.com/pugcccc95/Johnson-eilola (diakses tanggal 10 Februari 1996)

3) Dari surat elektronik (Ratron/email)
Rahman, Afif. Proposal Buku Sekolah Murah Meriah. afif-r23@dodols.com (Diakses
tanggal 22 September 2009).

4) Daftar pustaka
Utorodewo, Felicia N. Bahasa Indonesia: Sebuah Pengantar Penulisan Ilmiah. Jakarta:
Universitas Indonesia, 2007. (Dipakai di lingkungan UI).

Sebagai bahan perbandingan, Rosihanari juga memberikan beberapa contoh tentang cara
penulisan acuan yang digunakan dalam penulisan karya ilmiah (http://blog.
rosihanari.net/tata-cara-penulisan-daftar-acuan-referensi Tata Cara Penulisan Daftar
Acuan atau Referensi), yaitu:

1) Buku:
Anderson, D.W., Vault, V.D. & Dickson, C.E. 1999. Problems and Prospects for the
Decades Ahead: Competency-based Teacher Education. Berkeley:
McCutchan Publishing Co.
Woodford, F. P., editor. 1986. Scientific writing for graduate students: a manual on the
teaching of scientic writing. Committee on Graduate Training in Scientific
Writing. Council of Biology Editors, Inc., Bethesda, Maryland, USA.

2) Buku kumpulan artikel:
Saukah, A. & Waseso, M.G. (Eds.). 2002. Menulis Artikel untuk Jurnal Ilmiah (Edisi ke-
4, cetakan ke-1). Malang: UM Press.

3) Artikel dalam buku kumpulan artikel:
Russel, T. 1998. An Alternative Conception: Representing Representation. Dalam P. J.
Black & A. Lucas (Eds.), Childrens Informal Ideas in Science (hlm. 62-84).
London: Routledge.




4) Artikel dalam jurnal atau majalah:
Kansil, C.L. 2002. Orientasi Baru Penyelenggaraan Pendidikan Program Profesional
dalam Memenuhi Kebutuhan Dunia Industri. Transpor, XX (4): 57-61.

5) Proceeding Konferensi atau Simposium:
Australian Association of Social Workers. 1969. Social issues of today. Proceedings of
the Australian Association of Social Workers 11th Annual Conference. Hobart,
Australia. pp 17-34.

6) Artikel dalam koran:
Pitunov, B. 13 Desember, 2002. Sekolah Unggulan ataukah Sekolah Pengunggulan?
Majapahit Pos, hlm. 4 & 11.

7) Tulisan/berita dalam koran (tanpa nama pengarang):
Jawa Pos. 22 April 1995. Wanita Kelas Bawah Lebih Mandiri, hlm. 3.

8) Dokumen resmi:
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 1978. Pedoman Penulisan Laporan
Penelitian. Jakarta: Depdikbud.
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 2 tentang Sistem Pendidikan
Nasional.1990. Jakarta: PT Armas Duta Jaya.

9) Undang-undang, Peraturan Pemerintah, Keppres:
Republik Indonesia. 1992. Undang-Undang No. 24 Tahun 1992 tentang Penataan
Ruang. Lembaran Negara RI Tahun 1992, No. 115. Sekretariat Negara.
Jakarta.

10) Buku terjemahan:
Ary, D., Jacobs, L.C. & Razavieh, A. 1976. Pengantar Penelitian Pendidikan.
Terjemahan oleh Arief Furchan. 1982. Surabaya: Usaha Nasional.

11) Ensiklopedia, Kamus
Stafford-Clark, D. 1978. Mental disorders and their treatment. The New Ency-clopedia
Britannica. Encyclopedia Britannica. 23: 956-975. Chicago, USA.
Echols, J.M. dan Shadily, H. (Eds). 1989. Kamus InggrisIndonesia. PT Gramedia.
Jakarta.

12) Skripsi, Tesis, Disertasi, Laporan Penelitian:
Kuncoro, T. 1996. Pengembangan Kurikulum Pelatihan Magang di STM Nasional
Malang Jurusan Bangunan, Program Studi Bangunan Gedung: Suatu Studi
Berdasarkan Kebutuhan Dunia Usaha Jasa Konstruksi. Tesis tidak diterbitkan.
Malang: PPS IKIP MALANG.

13) Makalah seminar, lokakarya, penataran:
Waseso, M.G. 2001. Isi dan Format Jurnal Ilmiah. Makalah disajikan dalam Seminar
Lokakarya Penulisan Artikel dan Pengelolaan Jurnal Ilmiah, Universitas
Lambungmangkurat, Banjarmasin, tanggal 9-11 Agustus.

14) Internet (karya individual):
Hitchcock, S., Carr, L. & Hall, W. 1996. A Survey of STM Online Journals, 1990-1995:
The Calm before the Storm, (Online), (http://journal.ecs.soton.ac.uk/
survey/survey.html diakses tanggal 12 Juni 1996).

15) Internet (artikel dalam jurnal online):
Kumaidi. 1998. Pengukuran Bekal Awal Belajar dan Pengembangan Tesnya. Jurnal
Ilmu Pendidikan (Online), Jilid 5, No. 4, (http://www.malang.ac.id diakses
tanggal 20 Januari 2000).

16) Internet (forum diskusi online):
Wilson, D. 20 November 1995. Summary of Citing Internet Sites. NETTRAIN
Discussion List, (Online), (NETTRAIN@ubvm.cc.buffalo.edu diakses 22
November 1995).

17) Internet (e-mail pribadi):
Naga, D.S. (ikip-jkt@indo.net.id ). 1 Oktober 1997. Artikel untuk JIP. E-mail kepada Ali
Saukah (jippsi@mlg.ywcn.or.id).

18) Kaset Video:
Burke, J. 1978. Distant Voices, BBC Videocasette, London, UK. 45 minutes.

19) Film (Movie):
Oldfield, B. (Producer) 1977. On the edge of the forest. Tasmanian Film Corporation.
Hobart, Austraalia, 30 minutes.

20) Slides (Kumpulan Slides):
Reidy, J.F. 1987. The Thorax Slides. Grave Medical Audiovisual Library. Chelmsford,
UK. 54 mins.

You might also like