You are on page 1of 11

LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN

(SUB UNIT)
KULIAH KERJA NYATA
PEMBELAJARAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS GADJAH MADA
TAHUN 2014

SUB UNIT : KAMPUNG HIUNG
UNIT : SLU 01
KECAMATAN : MANGANITU
KABUPATEN : KEPULAUAN SANGIHE
PROVINSI : SULAWESI UTARA



Disusun Oleh :

Nama Mahasiswa : Chairil Linggabinangkit
Nomor Mahasiswa : 11/319636/TK/38760


BAGIAN PENGELOLAAN KKN-PPM
LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2014


Kode : KKN PPM-UGM-16
PENDAHULUAN
Kabupaten Kepulauan Sangihe merupakan salah satu kabupaten yang berada
di Provinsi Sulawesi Utara. Kabupaten tersebut termasuk kategori pulau terluar
Indonesia dan berbatasan laut dengan negara Fillipina. Pulau Sangihe merupakan
pulau utama dan menjadi pusat aktivitas perekenomian masyarakat Kabupaten
Kepulauan Sangihe. Ibukota kabupaten yakni Kota Tahuna berada di Pulau Sangihe.
Pada periode KKN-PPM UGM 2014, terdapat satu unit tim KKN-PPM UGM
di Kabupaten Kepulauan Sangihe. Tim ini berisikan 30 orang yang berasal dari 3
kluster, yakni Sainstek,Agro, dan Soshum. Lokasi KKN-PPM dibagi menjadi 4 sub
unit, yakni Sub Unit 1 Kampung Hiung berada di Kecamatan Manganitu, Sub Unit 2
Kampung Dagho berada di Kecamatan Tamako, Sub Unit 3 Kampung Bebalang
berada di Kecamatan Manganitu Selatan, dan Kampung Batunderang berada di
Kecamatan Manganitu Selatan. Untuk menuju ke Pulau Sangihe dapat ditempuh
dengan transportasi laut dengan estimasi waktu perjalanan dari Pelabuhan Manado
yaitu 10 jam.
Sub Unit 1 Kampung Hiung merupakan sub unit yang berada di Kecamatan
Manganitu. Kecamatan Manganitu sendiri merupakan kecamatan yang terdiri dari 18
kampung. Letak Kampung Hiung kira-kira 15 km dari Kota Tahuna dan mampu
ditempuh melalui jalur darat dengan estimasi waktu perjalanan 15-20 menit.
Kampung Hiung merupakan kampung pemekaran dari Kampung Mala. Kampung
Hiung resmi menjadi kampung tersendiri sejak tahun 2002. Kampung Hiung terdiri
dari 3 lindongan (dusun), yakni Lindongan 1, Lindongan 2, dan Lindongan 3.
Kampung Hiung diberi nama Hiung dikarenakan zaman dahulu wilayah
Kampung Hiung ditutupi dengan sejenis rumput yang masyarakat lokal menyebutnya
Hiung. Namun, rumput tersebut sudah langka sekali ditemukan sekarang ini. Ketika
sampai di Kampung Hiung, kami disambut dengan gapura bertuliskan Salamate
Naonto Su Kampong Hiung yang artinya Selamat Datang di Kampung Hiung.
Infrastruktur jalan raya di kampung ini sudah beraspal dan relatif sangat baik.
Sesampainya di Kampung Hiung, kami disambut oleh Bapak Kepala Desa
yang di Kabupaten Kepulauan Sangihe disebut Kapitalaung atau Oppo Lawu (Opla).
Kesan awal sampai di kampung ini , yakni kondisinya tergolong sepi dan kurang
terlihat aktivitas masyarakat. Untuk mengetahui keadaan kampung kami melakukan
observasi dengan cara melakukan wawancara dan survey lapangan. Warga Kampung
Hiung sangat ramah sekali dan sangat menerima dengan tangan terbuka.
Keramahtamahan dan toleransi warga menjadi hal yang sangat berkesan.


PEMBAHASAN
Periode KKN-PPM UGM 2014 dilaksanakan pada bulan Juli-Agustus. Periode
tersebut berada pada bulan Ramadhan, Mahasiswa/i yang beragama muslim
menjalankan tugas KKN-PPM sambil menjalankan ibadah puasa.
Warga Kampung Hiung mayoritas beragama Kristen Protestan. Tempat ibadah
di Kampung Hiung terdiri dari 3 gereja dan lokasinya berada di 3 lindongan. Warga
Kampung Hiung merupakan pemeluk agama yang taat. Setiap hari Minggu, seluruh
warga beribadah di gereja sesuai dengan jemaat masing-masing.
Walaupun berbeda keyakinan, hal yang sangat berkesan dan sangat tidak bisa
dilupakan adalah toleransi antar umat beragama yang amat sangat besar di lingkungan
Kampung Hiung. Tim Sub Unit Kampung Hiung yang terdiri dari 8 orang yang
mayoritas beragama muslim tetap bisa menjalankan ibadah puasa dan ibadah
Ramadhan lainnya dengan lancer. Keceriaan dan kehangatan warga Kampung Hiung
mengiringi kami tiap berbuka puasa ataupun saat sahur. Ketika kami ingin
melaksanakan ibadah solat Tarawih pun kami lakukan di rumah warga setempat
dikarenakan masjid berjarak sekitar 2 km, dengan senang hati warga mengizinkan
kami untuk beribadah. Ketika Idul Fitri pun warga juga dengan sangat gegap gempita
merayakan hari kemenangan bagi umat mulim tersebut. Acara perayaan yang sangat
meriah diiringi dengan tarian Empat Wayer. Sungguh hal yang sangat mengharukan
dan sangat mencerminkan nilai Bhineka Tunggal Ika.
Keramah tamahan dan gotong royong warga Kampung Hiung memacu kami
untuk melakukan yang terbaik di periode KKN-PPM UGM ini. Satu minggu setelah
kedatangan, kami melakukan pertemuan dengan perangkat kampung. Agenda
pertemuannya adalah konsolidasi, diskusi mengenai program kerja, dan perkenalan
perangkat kampung. Dari pertemuan tersebut dirumuskan 40 program kerja yang
mencakup 5 bidang, yakni Pertanian, Pariwisata, Infrastruktur, Pendidikan, dan
Kebudayaan. Warga Kampung Hiung mayoritas bekerja di kebun dan juga kerja
menjadi tukang/kuli bangunan. Pemuda/i Kampung Hiung cukup aktif dan juga
tanggap. Keatifan Pemuda dapat terlihat ketika mempersiapkan Festival Manganitu
yakni sebuah festival budaya untuk memperingati Hari Kemerdekaan Indonesia.
Festival ini berupa lomba karnaval menghias mobil, lomba potong kue adat, lomba
kuliner, dan lomba dayung. Selama dua hari persiapan untuk lomba tersebut
dilakukan di Kampung Hiung yang dimotori oleh Pemuda. Persiapan tersebut
membuahkan hasil, yakni Kampung Hiung mampu menyabet Juara 2 menghias
mobil, Juara 1 Lomba Kue, dan Juara 2 Menghias Kue Adat.
Permasalahan yang muncul disana adalah jika malam sudah tiba maka jalan
akan gelap dan penerangan hanya mengandalkan dari rumah warga. Selain itu
masalah lain adalah kurangnya ada sarana pemuda/i untuk berkreatifitas dalam satu
wadah. Serta masalah lain dibidang pertanian dan juga masalah tidak ada regenerasi
mengenai kebudayaan di Kampung Hiung.
Untuk itu langkah kami adalah membangun instalasi penerangan jalan raya di
jalan utama Kampung Hiung sepanjang 2 km dengan jarak antar lampu yakni 50 m.
Maka, didapat jumlah titik lampu sebanyak 43 titik. Untuk mendapat titik tersebut
dilakukan survey terlebih dahulu dan juga melakukan pendataan mengenai sumber
listrik yang digunakan. Sumber listrik untuk lampu penerangan jalan berasal dari
rumah warga. Dengan menggunakan lampu LED 12 Watt yang hemat energi tetapi
memiliki nilai Lumen tinggi, sehingga cukup terang untuk menerangi jalan. Ternyata
apa yang diimpikan warga Kampung Hiung selama ini terwujud juga. Selama kira-
kira hampir satu minggu pengerjaan yang melibatkan warga baik pemuda sampai
orang tua, pembangunan instalasi akhirnya selesai. Kini jalan Kampung Hiung sudah
terlihat terang dan warga sudah tidak takut atau khawatir berjalan keluar malam hari,
suasana seram ataupun tidak nyaman sudah tidak tampak.
Keaktifan peran serta pemuda di Kampung Hiung sudah terlihat sejak awal
kami mulai menjalankan program. Pemuda-pemuda tersebut memiliki kreatifitas dan
ide-ide yang sangat bagus, sangat disayangkan apabila kreatifitas dan ide-ide tersebut
tidak disalurkan. Kampung Hiung memiliki organisasi Karang Taruna yang diketuai
oleh seorang ketua dan dibina oleh Kepala Desa/Kapitalaung. Organisasi Karang
Taruna ini masih baru dan belum ada struktur organisasi yang jelas serta program
kerja yang jelas. Melihat hal itu, maka kami membuat program kerja berupa
penyuluhan dan pembinaan organisasi Karang Taruna Kampung Hiung. Langkah
awal yang ditempuh untuk mengidentifikasi masalah kepemudaan di Kampung Hiung
adalah dengan melakukan sharing/diskusi dengan pemuda. Awalnya diskusi hanya
berjalan satu arah, dikarenakan pemuda-pemuda masih malu ingin menyuarakan
suaranya. Akhirnya diputuskan diskusi dibagi menjadi 3 kelompok diskusi kecil atau
Focus Group Discussion . Hasilnya permasalahan mengenai kepemudaan dapat
diidentifikasi bahwa Karang Taruna Kampung Hiung tidak memiliki struktur yang
jelas dan program kerja yang jelas serta didapatkan pula aspirasi dari para pemuda.
Langkah selanjutnya adalah memberikan penyuluhan mengenai peran pemuda dalam
kemajuan bangsa dan pemilihan pengurus baru, penyusunan program kerja, serta
pembuatan visi misi. Setelah semua langkah dicapai selanjutnya adalah melakukan
implementasi dan pengawasan program.
Di Kampung Hiung kebudayaan daerah seperti Masamper dan Tari Gunde
masih dilestarikan hingga sekarang. Permasalahan yang muncul dari kebudayaan
tersebut adalah kurangnya transfer kebudayaan kepada generasi muda. Padahal
transfer kebudayaan sangat diperlukan demi menjaga kelestarian kebudayaan daerah,
apabila kebudayaan daerah tidak dilestarikan maka akan terjadi kepunahan budaya
yang nantinya malah berdampak kepada generasi mendatang. Kebudayaan daerah
merupakan identitas dan juga icon masyarakat yang harus dilestarikan dan
dikembangkan. Lagi-lagi peran Pemuda disini dibutuhkan untuk mencapai hal itu.
Melalui pembinaan kelompok kesenian tradisional yang saat ini dikelola oleh pemuda
melalui Karang Taruna, diharapkan kebudayaan daerah tidak punah dan akan terus
dikembangkan.
Kampung Hiung terkenal tidak hanya terkenal di kelompok kesenian
tradisionalnya saja, tetapi juga terkenal akan keindahan alamnya yang masih asri dan
belum terjamah. Lokasi Kampung Hiung yang berada di wilayah dataran tinggi
Kecamatan Manganitu, menyebabkan wilayah Kampung Hiung memiliki wilayah
perkebunan dan hutan yang luas. Selain itu, mata air cukup dekat dan banyak sungai
yang mengalir di Kampung Hiung. Sungai yang masih alami ini ada yang digunakan
warga untuk mandi ataupun mencuci. Lokasi tersebut biasa disebut dapela. Dapela
sesungguhnya sangat berpotensi menjadi objek wisata di Kampung Hiung. Selain
dapela , Kampung Hiung juga memiliki air terjun sebanyak 3 buah, yang masih
sangat alami. Untuk menuju air terjun tersebut dibutuhkan waktu perjalanan dengan
berjalan kaki kira-kira selama 1,5 2 jam. Infrastruktur jalan yang belum memadai
menyebabkan medan untuk menuju lokasi air terjun tersebut tergolong berat.
Selama periode KKN-PPM UGM di Kampung Hiung beberapa hambatan dan
tantangan kami alami. Hambatan yang ditemui pada awalnya adalah masalah
komunikasi. Pada awal ketika kami baru datang, sangat sulit untuk melakukan
komunikasi dengan pemuda dikarenakan pemudanya saat itu masih takut untuk
berkomunikasi dengan kami. Namun, hal itu tidak berlangsung lama. Perlahan
melalui Kepala Desa (Opla) kami meminta bantuan kepada pemuda untuk membantu
menjalankan program. Dan hasilnya, pemuda sangat antusias dan kedekatan serta tali
persaudaraan kami dengan Pemuda di Kampung Hiung terjalin hingga
sekarang.Bahkan selama periode KKN kami saling tukar bahasa dan juga kami mulai
terbiasa menggunakan logat daerah.
Hambatan selanjutnya adalah masalah sinyal internet yang buruk di Kampung
Hiung. Padahal internet sangat dibutuhkan kami untuk mencari referensi pelatihan
ataupun referensi pemecahan masalah. Untuk mendapatkan sinyal internet biasanya
kami pergi dahulu ke Kota Tahuna. Sinyal internet ini juga menjadi krusial dan
penting karena berhubungan juga dengan pelaporan serta koordinasi dengan sub unit
lain yang sangat berjauhan jaraknya.
Selain hambatan, ada pula tantangan yang kami temui selama periode KKN
PPM. Tantangan yang dihadapi berupa bagaimana mengajak warga untuk datang ke
program pelatihan yang telah kami rancang. Hal ini dapat diatasi dengan membuat
sistem jaringan komunikasi (jarkom) yang baik. Untuk menyebarkan informasi
mengenai jadwal program yang kami lakukan, kami menempel jadwal tersebut di
mading gereja ataupun melalui penyampaian info di gereja.
Kampung Hiung selain memiliki potensi pariwisata yang sangat baik juga
memiliki potensi perkebunan yang produktivitasnya baik. Komoditi perkebunan di
Kampung Hiung berupa pala,cengkih, kelapa, dan sagu. Selama ini hasil perkebunan
masih dijual dalam bentuk mentah tanpa melalui proses pengolahan. Seharusnya
pengolahan terhadap hasil perkebunan sangat dibutuhkan guna meningkatkan nilai
tambah (added value) , sehingga memiliki nilai jual yang lebih tinggi. Melihat potensi
tersebut Yayasan Kehati ( Keanekaragaman Hayati) melalui APO (Asosiasi Petani
Organik) KOMASA berencana menjadikan Kampung Hiung sebagai desa binaan,
khususnya untuk pengelolaan dan pengolahan sagu. Selain bantuan dari luar, peran
serta masyarakat diperlukan untuk mendukung jalannya rencana tersebut. Peran serta
masyarakat dapat dilakukan melalui pembuatan KWT (Kelompok Wanita Tani) yang
digagasi oleh tim KKN-PPM UGM. Diharapkan KWT ini menjadi cikal bakal
organisasi yang mampu berperan secara nyata dalam mengembangkan pertanian di
Kampung Hiung.
Empat puluh program yang direncanakan oleh sub unit Kampung Hiung,
mampu dikerjakan dengan baik sampai periode KKN PPM selesai. Pelaksanaan
program tersebut menghasilkan gagasan, karya, ide, dan langkah untuk warga
Kampung Hiung. Hasil kegiatan tersebut antara lain, peta batas desa , instalasi
penerangan jalan, organisasi KWT dan Karang Taruna, lomba masak, penomoran
rumah, papan informasi, papan penunjuk jalan , lomba 17 Agustus, pelatihan
pembuatan pupuk, dan lainnya. Hasil kegiatan tersebut merupakan buah hasil kerja
keras tim KKN PPM UGM beserta masyarakat Kampung Hiung. Tanpa peran kedua
pihak, maka kegiatan tidak dapat terselenggara dengan baik.

Selain program dan kegiatan yang dilakukan di Kampung Hiung. Ada
beberapa fakta menarik antara lain, sagu di Pulau Sangihe ditetapkan sebagai
komoditas sagu jenis baru karena tekstur dan bentuknya berbeda dengan sagu di
tempat lain. Di Kampung Hiung air terjunnya sangat indah sekali dan belum terjamah,
sangat amat mampu dijadikan sebagai objek pariwisata yang sangat menjanjikan.
Fakta selanjutnya adalah budaya gotong royong masih sangat dijunjung di Kampung
Hiung. Dan fakta terakhir , organisasi Karang Taruna Kampung Hiung merupakan
salah satu dari empat organisasi Karang Taruna yang ada di Kabupaten Kepulauan
Sangihe.

Berakhirnya periode KKN PPM UGM 2014 di Kampung Hiung bukan berarti
berakhirnya program kerja yang telah kami lakukan sebelumnya. Keberlanjutan
program di Kampung Hiung selanjutnya menjadi tugas dan tanggung jawab warga
Kampung Hiung. Komunikasi dan keep contact mengenai kondisi perkembangan
Kampung Hiung. Bahkan sampai saat ini, komunikasi masih tetap berjalan melalui
telepon ataupun SMS. Hal yang menggembirakan adalah Karang Taruna Kampung
Hiung mengabarkan bahwa mereka saat ini sudah punya Mars Karang Taruna dan
pada tanggal 28 Oktober nanti akan diadakan perayaan hari Sumpah Pemuda. Hal ini
menunjukan bahwa masyarakat telah sadar akan peran sertanya dalam perkembangan
kampungnya. Selain itu, potensi lain yang mampu dikembangkan di Kampung Hiung
adalah persiapan Kampung Hiung menjadi kampung wisata berbasis agrowisata dan
juga berbasis wisata alamnya. Pengembangan tersebut dibutuhkan waktu perencanaan
jangka panjang sekitar 3-5 tahun ke depan.



KESIMPULAN
Pelaksanaan KKN PPM UGM di Kampung Hiung berjalan dengan lancer dan
tergolong sukses. Komunikasi dan keep contact dibutuhkan untuk mengetahui
perkembangan dan kabar dari Kampung Hiung. Keberlanjutan program kerja yang
sebelumnya telah dilakukan sangat penting agar program mampu berjalan rutin dan
tetap terjaga.

SARAN
Pelaksanaan KKN PPM UGM di Kabupaten Kepulauan Sangihe tidak cukup
jika hanya terdiri dari 1 unit, minimal 2 unit diperlukan karena mobilitas yang cukup
sulit dan juga wilayahnya juga cukup luas.
Pemerintah juga melakukan pengawasan dan pembinaan terhadap program
kerja yang selanjutnya dilanjutkan oleh warga setempat.




LAMPIRAN
Pembuatan Instalasi Penerangan Jalan Raya




Penyuluhan dan Pembinaan organisasi Karang Taruna Kampung Hiung.



Perencanaan Pengembangan Objek Pariwisata










Pembinaan Kelompok Kesenian Tradisional

You might also like