You are on page 1of 27

FASE-FASE PERKEMBANGAN MENURUT

JEAN PIAGET

PUTU EKA DHARMA PUTRA

0913021035

1C

JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA

SINGARAJA 2009
PENDAHULUAN

Pemahaman fase-fase perkembangan anak bagi seorang pendidik adalah penting


dan wajib hukumnya. Sebab, lewat pemahaman mengenai fase-fase perkembangan
anak, kita sebagai pendidik akan memperoleh sebuah acuan penting dalam
mengajar, mendidik ataupun pemilihan bahan ajar yang kemudian bisa
dikomunikasikan kepada anak ataupun peserta didik agar kemudian tau, paham dan
mampu merepresentasikan oleh sang anak saat bersosialisasi pada level yang lebih
tinggi atau turun kelapangan.
Memahami fase-fase perkembangan adalah sama artinya memahami dunia anak.
Dalam memahami dunia mereka secara aktif, anak-anak menggunakan skema
(kerangka kognitif atau kerangka referensi). Sebuah skema (schema) adalah konsep
atau kerangka yang eksis di dalam pikiran individu yang dipakai untuk
mengorganisasikan dan menginterpretasikan informasi. Skema bisa merentang
mulai dari skema sederhana (seperti skema sebuah mobil) sampai skema kompleks
(seperti skema tentang apa yang membentuk alam semesta). Anak usia enam tahun
yang mengetahui bahwa lima mainan kecil dapat disimpan di dalam kotak kecil
berukuran sama berarti ia sudah memanfaatkan skema angka atau jumlah. Minat
Piaget terhadap skema difokuskan pada bagaimana anak mengorganisasikan dan
memahami pengalaman mereka.
( perkembangan dan pendidikan, jamri dafrizal,S.Ag.S.S,M.Hum, scribd.com, 27 nov,
12:28 2009).
Lewat skema-skema anak dapat diambil sebuah acuan untuk kemudian
dievaluasi. Dengan kata lain memahami perkembang anak ialah melibatkan skema
ini. Pemahaman yang benar terhadap fase-fase perkembangan itu, tentu
memberikan sebuah acuan. Dan semuanya itu, sudah pasti melewati sebuah evaluasi
atau pengkajian. Ini mengartikan betapa pentingnya pemahaman terhadap fase-fase
perkembangan dari anak untuk mendapat sebuah acuan dalam implementasi
pengajaran terhadap anak.
Pentingnya pemahaman terhadap fase-fase perkembangan anak menurut jean
piaget ini tak serta merta sebagai acuan dalam evaluasi untuk pengajaran terhadap
peserta didik. Tapi hal ini juga penting mengingat sebagai calon pendidik atau sudah
merupakan pendidik yang ideal dan professional, teori ini dianggap ideal dan lebih
mudah dipahami untuk implementasi ilmu ajar ataupun kependidikan bagi para
calon peserta didik ataupun peserta didik. Sehingga dirasa perlu adanya pemahaman
agar ada realisasi nyata ke lapangan.
PEMBAHASAN

1. Pengertian Perkembangan

Perkembangan adalah perubahan secara kualitatif dari fungsi-fungsi pribadi


manusia. Perkembangan seorang individu takkan berlangsung begitu saja. Perubahan itu
kekal. Semuanya melalui sebuah tahap atau fase-fase perkembangan yang berjalan maju
dan takkan pernah berjalan mundur. Perkembangan pada individu melibatkan berbagai
factor yang saling bertautan satu sama lain. Selama menjalani perkembangan, seorang
individu akan melewati suatu fase-fase menuju kesebuah perubahan.

2. Fase-fase perkembangan menurut Jean Peaget

Jean Piaget (9 Agustus 1896 – 16 September 1980), seorang filsuf, ilmuwan, dan
psikolog perkembangan berkebangsaan Swiss, yang terkenal karena hasil penelitiannya
tentang anak-anak dan teori perkembangan kognitifnya. Jean Piaget adalah perintis besar
dalam teori konstruktivis tentang pengetahuan, khususnya pada perkembangan kognitif
individu.
Piaget mengidentifikasi empat faktor yang mempengaruhi transisi tahap
perkembangan
anak, yaitu :
1. kematangan
2. pengalaman fisik / lingkungan
3. transmisi social
4. equilibrium

(_____22496250-Pia-Get/wikipedia/pdf, scribd.com; 27 nov 2009 13:28)

Dalam memahami teori fase-fase perkembangan menurut jean piaget, ada beberapa
konsep yang perlu diperhatikan :
1. Intelegensi
Intelegensi adalah suatu bentuk ekuilibrium kearah mana semua struktur
yang menghasilkan persepsi, kebiasaan, dan mekanisme sensorimotor
diarahkan….(piaget, 1981, hlm. 6) dan secara progesif dapat dikatakan bahwa
intelegensi membentuk keadaan yang ekuilibrium, kearah mana semua adaptasi
sifat-sifat sensori motor dan kognitif dan juga interaksi-interaksi asimilasi dan
akomodasi antara organism dan lingkungan mengacu (piaget, 1981,hlm.11).

2. Organisasi
Organisasi menunjuk pada tendensi semua species untuk mengadakan
sistematisasi dan mengorganisasi proses-proses mereka dalam suatu system yang
koheren, baik secara fisis maupun psikologis.

3. Skema
Sebuah skema (schema) adalah konsep atau kerangka yang eksis di dalam pikiran
individu yang dipakai untuk mengorganisasikan dan menginterpretasikan informasi.
( perkembangan dan pendidikan, jamri dafrizal,S.Ag.S.S,M.Hum, scribd.com, 27 nov,
12:28 2009).

4. Asimilasi
5. Akomodasi
6. Ekuilibrasi
Proses kesetimbangan antara asimilasi dan akomodasi. (Ekuilibrasi
(equilibration) adalah suatu mekanisme yang dikemukakan Piaget untuk menjelaskan
bagaimana anak bergerak dari satu tahap pemikiran ke tahap pemikiran selanjutnya)
7. Adaptasi
Adaptasi adalah cara penyesuaian diri individu dengan lingkungannya. Bagi
Piaget proses akomodasi tersebut dapat disamakan dengan belajar. Konsep ini
mejelaskan tentang perlunya menyesuaikan materi berpijak dari ide dasar yang
diketahui anak, untuk kemudian dikembangkan dengan stimulasi lebih luas misalnya
dalam bentuk pertanyaan sehingga kemampuan anak meningkat dalam menghadapi
pengalaman yang lebih kompleks.

8. Pengetahuan figurative dan operatif


Pengetahuan figurative didapatkan dari gambaran langsung seseorang
terhadap objek yang dipelajari(pengetahuan tentang nama-nama barang).
Sementara pengetahuan operatif didapat karena orang itu mengadakan operasi
terhadap objek yang dipelajari.

Menurut jean piaget perkembangan seorang individu dilihat dari keadaan psikologisnya
dapat digambarkan melewati 4 fase yaitu :

1. Sensorimotor stage (umur 0-2 tahun )

“knows”, through active interaction with environment becomens aware of


cause effect relationships learns that objects exist even when not in view crudely
imitates the actions of others.( Psychiatric Nursing, Claudine J. Turla dkk, dalam PPT;
27 nov 2009; 12:28, scribd.com).

Pada tahap ini, anak berinteraksi aktif dengan lingkungannya. Masa ini, masa
untuk kemapuannya mulai mengartikan dunia yang mereka lihat. Bagi anak yang
berada pada tahap ini, pengalaman diperoleh melalui fisik (gerakan anggota tubuh)
dan sensori (koordinasi alat indra). Pada mulanya pengalaman itu bersatu dengan
diri anak, ini berarti bahwa suatu objek itu dianggap ada bila berada pada
penglihatannya. Perkembangan selanjutnya ia mulai berusaha untuk mencari objek
yang mulanya terlihat kemudian menghilang dari pandangannya, asal perpindahanya
terlihat. Akhir dari tahap ini ia mulai mencari objek yang hilang bila benda tersebut
tidak terlihat perpindahannya. Objek mulai terpisah dari diri sang anak dan
bersamaan dengan itu, konsep objek dalam struktur kognitifnya pun mulai dikatakan
matang. Dalam arti Ia mulai mampu untuk melambungkan objek fisik ke dalam
symbol-simbol, misalnya mulai bisa berbicara meniru suara kendaraan, suara
binatang, dll. Intinya, pada masa kanak-kanak ini, anak belum mempunyai konsepsi
tentang objek yang tetap. Ia hanya dapat mengetahui hal-hal yang ditangkap dengan
indranya saja.

Piaget (1952) mengatakan, bahwa ada dua proses yang bertanggungjawab atas cara
anak menggunakan dan mengadaptasi skema mereka pada sensorimotor ini :
1. Asimilasi
Asimilasi adalah pemasukkan pengetahuan baru ke dalam pengetahuan yang
sudah ada. Yakni, dalam asimilasi, anak mengasimilasikan lingkungan ke dalam suatu
skema.
2. Akomodasi

Akomodasi adalah bentuk penyesuaian lain yang melibatkan pengubahan


atau penggantian skema akibat adanya informasi baru yang tidak sesuai dengan
skema yang sudah ada. Akomodasi terjadi ketika anak menyesuaikan diri atau
beradaptasi pada informasi baru. Yakni, anak menyesuaikan skema mereka dengan
lingkungannya.
(Teori perkembangan kognitif jean piaget, Dr. paul suparno, Yogyakarta, kanisius
2001)

Contoh, seorang anak berumur 2 tahun diberi sebuah pulpen untuk menuliskan
sesuatu. Dia belum pernah menggunakan pulpen sebelumnya. Ia hanya memperhatikan
orang lain sebagaimana mestinya menggunakan sebuah pulpen. Maka ia pun tau
menggunakannya dengan memegang batangnya secara vertical dan mengoyang-goyangkan
membentuk suatu pola (Asimilasi). Namun, karena baru pertama kali ia menulis maka yang
terbentuk hanyalah coretan-coretan biasa. Disinilah perlu penyesuaian gerakan pulpen yang
tepat mebentuk suatu pola yang berarti. (Akomodasi).
Tahap Sensorimotor stage ini masih terbagai menjadi 6 sub-stages, yaitu:
a. Reflex schema stage, occurs from birth to six weeks and is associated primarily
with the development of reflexes.
Pada tahap ini anak mulai mengembangkan kemampuan refleksnya (terjadi
secara spontan, tidak sengaja dan tidak terbedakan). Anak belum dapat
membedakan jenis-jenis rangsangan, ia akan menggenggam dan mengisap
apapun yang dekat dengannya. Dalam teori perkembangan kognitif jean piaget,
Dr. paul suparno; pada tahap ini anak melakukan gerakan menyusu, berarti telah
melakukan asimilasi fungsional (melatih diri agar fungsi mengisapnya berjalan
dengan baik.), melakukan asimilasi yang reproduktif, general assimilation (skema
“mengisap “ diperluas tidak han ya sebat s menghisap susu ibu, tapi benda-
bendalain didekatnya) dan asimilasi rekognitif dimana anak atau bayi mulai
membedakan dan menganal benda-benda yang diisap. Ciri sub-tahap ini, belum
mempunyai konsep benda, konsep ruang masih bersifat fragmentaris, dan
konsep kausalitas anak juga masih egosentris.

b. Primary circular reaction phase, occurs from six weeks to four months and is
associated primarily with the development of habits.
Pada tahap ini umumnya, anak mulai muncul kebiasaan yang ia
interpretasikan dari apa yang ia perhatikan dari lingkungannya (lewat
pendengaran atau pengelihatan ). Cirri sub-tahap ini adalah :
· anak mulai meniru (imitasi,”suatu ungkapan bayiuntuk mengnal
realitas dan berinteraksi dengan dunia secara aktif”),
· konsep benda sudah mulai berkembang,
· konsep ruang ada, yaitu mengikuti benda-benda yan bergerak atau
yang bersuara.
· Konsep kausalitas belum bnyak berkembang
c. The secondary circular reactions phase, occurs from four to nine months and is
associated primarily with the development of coordination between vision and
prehension.

Tahap ini muncul antara usia empat sampai sembilan bulan dan berhubungan
terutama dengan koordinasi antara penglihatan dan pemaknaan.
Ciri pada sub tahap ini :
· Konsep benda ada, anak dapat mengantisipasi secara visual letak
sebuah benda.
· Konsep ruang berkembang, missal dalam kegiatan menyusu eorang
bayi telah mengkoordinasikan ruang gerak mulut dan jamahan
tangannya pada putting susu ibu.
· Konsep kausalitas ada tapi masih egosentris.

d. The co-ordination of secondary circular reactions stage, which occurs from nine to
twelve months, is when Piaget (1954) thought that object permanence
developed.

Tahap ini muncul dari usia Sembilan sampai dua belas bulan, saat
berkembangnya kemampuan untuk melihat objek sebagai sesuatu yang
permanen walau kelihatannya berbeda kalau dilihat dari sudut berbeda
(permanensi objek).
Cirri sub tahap ini :
· Konsep benda ada, anak dapat mencari suatu benda yang
disembunyikan sepanjang masih dalam pengelihatannya.
· Konsep ruang berkembang
· Konsep kausalitas ada, disini anak sadar untu pertama kalinya bahwa
objek lainya dapat menyebabkan aktivitas tertentu.(wadsworth) (anak
digelitik, maka ia akan tertawa)

e. The fifth sub-stage; the tertiary circular reactions phase, occurs from twelve to
eighteen months and is associated primarily with the discovery of new means to
meet goals.
Tahap ini muncul dalam usia dua belas sampai delapan belas bulan dan
berhubungan terutama dengan penemuan cara-cara
baru untuk mencapai tujuan.
Cirri pada sub tahap ini :
· Konsep benda mulai maju dan lengkap. Missal anak dapat
memperhitungkan perpindahan berurutan suatu objek.
· Konsep ruang ada. Missal pada sub tahap ini anak mulai mengerti ada
hubungannya anatara benda-benda dalam suatu ruangan.
· Konsep kausalitas semakin berkembang. Anak semakin sadar bahwa
orang lain dan juga benda lain dapat menjadi penyebab suatu tindakan.

f. The sixth sub-stage, considered "beginnings of symbolic representation", is


associated primarily with the beginnings of insight, or true creativity.
Pada sub tahap ini dimulai sebuah representasi simbolik terutama tentang
wawasan dan kreativitas.
Ciri pada sub tahap ini :
· Konsep benda sudah maju. Reprenstasi ini mebiarkan anak untuk
mencari dan menemukan objek-objek yang sunguh-sungguh
disembunyikan.
· Konsep ruang ada. Disini anak sadar akan gerakan suatu benda
sehiungga dapat mencarinay secara masuk akal bila bnenda itu tidak
kelihatan lagi.
· Konsep kausalitas. Anak sadar akan apa yang dialihat tak mampu ia
lakukan sehingga mencari jalan lain untuk menyelsaikannya secara
sangat sederhaana.

2. Pre-operational period (umur 2–7)

Preoperational stage adalah tahap kedua dari empat tahap perkembangan


intelektual atau kognitif seorang anak. Berdasarkan dari rangkaian observasi dari
piaget, ia mendemonstrasikan bahwa diakhir tahun kedua anak terdapat
perkembangan fungsi psikologinya. Pemikiran pra-operasional bisa dibagi lagi
menjadi dua subtahap:
1. Fungsi simbolis (2-4 tahun)
Sub tahap fungsi simbolis terjadi kira-kira antara usia dua sampai empat
tahun. Dalam subtahap ini, anak kecil secara mental mulai bisa
merepresentasikan objek yang tak hadir. Ini memperluas dunia mental anak
hingga mencakup dimensi-dimensi baru. Penggunaan bahasa yang mulai
berkembang dan kemunculan sikap bermain adalah contoh lain dari peningkatan
pemikiran simbolis dalam subtahap ini. Contoh, anak kecil mulai mencoret-coret
gambar orang, rumah, mobil, awan, dan banyak benda lain dari dunia ini. Anak
melihat kapal ataukah heli. Dan karena penasaran dan keingintahuannya ia pun
meniru kapal itu dengan merentangkan tangannya. Mungkin karena anak kecil
tidak begitu peduli pada realitas, gambar mereka tampak aneh dan tampak
khayal.
Fungsi semiotic atau simbolis ini nampak jelas dalam lima gejala :
a. Imitasi tak langsung
Kemampuan anak untuk menirukan suatu objek atau kejadian dari
apa yang telah ia alami sebelumnya secara tak langsung. Misal, anak
diajak pergi kepasar. Ia melihat banyak barang dagangan. Hasil
interpretasinya ini ialaha ia dapat beramaian pasar-pasaran,
berdagang-dagangan dengan baranga-barang hasil tiruan dari apa
yang telah ia perhatikan sebelumnya.
b. Permainan simbolis
Permainan yang berupa symbol-simbol saja dan masih bersifat
imitative, yaitu meniru objek atau kejadian yan pernah dialami.
c. Menggambar
Mengambar dalam tahap ini berarti merupakan jembatan anatara
permainan simbolis dan gamabaran mental. Unsusr permainan
simbolis terletak apada segi kesenangannya, sementara unsure
gamabaran mental terletak pada usaha anak untuk mulai meniru
sesuatu yanga real.
d. Gambaran mental
Gambaran mental adalah penggambaran secara pikiran suatu objek
atau pengelaman yang lampau yang sifatnya masih statis.
e. Bahasa ucapan
Disini anak menggunakan suara atau bahasa untuk merepresentasi
sebuah benda atau kejadian. Perkembangan bahasa ini sangat
memperlancar perkembangan konseptual anak dan juga kognitif anak
tentunya.

2. Pemikiran intuitif (4-7)

Pemikiran intuitif adalah subtahap kedua dalam pemikiran


praoperasional, mulai sekitar usia empat tahun dan berlangsung sampai usia
tujuh tahun. Pada subtahap ini, anak mulai menggunakan penalaran primitif dan
ingin tahu jawaban dari semua pertanyaan. Piaget menyebut tahap ini sebagai
"intuitif' karena anak-anak tampaknya merasa yakin terhadap pengetahuan dan
pemahaman mereka, tetapi tidak menyadari bagaimana mereka bisa mengetahui
apa-apa yang ingin mereka ketahui. Artinya, mereka mengatakan bahwa mereka
tahu sesuatu tetapi mereka mengetahuinya tanpa menggunakan pemikiran
rasional.

Ada beberapa cirri pemikiran yang lain :

· Pemikiran egosentris

Pemikiran ini menyatakan bahwa anak percaya setiap orang itu berpikir sama
denganya, dan ialah yang paling benar. Ketika bertemu dengan pandangan
yang berlawanan maka ia akan berpikir bahwa orang lain itu salah dan ialah
yang benar.

· Adaptasi yang tidak disertai gambaran yang akurat

kemampuan anak untuk menyajikan dan mengingat pengalaman belum


terstruktur secara menyeluruh. Misalanya anak disuruh mengambarakan
suatu jalan menuju sekolah, ia hanya akan menggambarkan beberapa tempat
yang kebetulan dingat dan diminatinya dan itu pun urutannya dapat terbalik-
balik.

· Reversibilitas belum terbentuk


Kemampuan berpikir anak belum mampu mengulangi lagi gambarannya dari
belakang kemuka.

· Pengertian kekelaan belum lengkap

Kekekalan berarti konsep yang menyatakan bahwa jumlah atau kuantitas


suatu benda tetap sama meskipun ada perubahan unsure-unsurnya.

· Klasifikasi figurative

Disini anak mulai mampu menyusun atau mengklasifiaksikan benda


berdasarkan pengtahuan figurative. Namun masih belum mampu dalam
mengklasifikasikan kesamaan dan perbedaan.

· Relasi ordinal /serial

Disini anak masih bingung dalam membandinghkan suatu hal. Sehingga


dalam penyusunan missal menyususn tongkat sesuai ketinggian sering
keliru.

· Kausalitas

Anak mulai menyadari adanya konsep sebab-akibat, mulai mempertanyakan


dirinya beserta lingkungannya, mekipun belum menangkap keseluruhannya.

Menurut Piaget, anak pada tahap pra-operasional juga tidak bisa melakukan
apa yang disebutnya sebagai "operasi" (operation). Dalam teori Piaget, operasi
adalah representasi mental yang dapat dibalik (reversible). Seperti dalam
percobaan gelas kimia tersebut di atas, anak-anak prasekolah biasanya kesulitan
untuk memahami bahwa membalikkan suatu tindakan akan menghasilkan kondisi
awal dan tindakan tersebut. Dua contoh berikut ini akan membantu Anda
memahami konsep operasi menurut Piaget. Seorang anak kecil mungkin tahu
bahwa 4 + 2 = 6, tetapi ia tidak tahu bahwa kebalikannya, yakni 6 - 2 = 4 adalah
benar.
Tahapan pra-operasional mengikuti tahapan sensorimotor dan muncul antara
usia dua sampai enam tahun. Dalam tahapan ini, anak mengembangkan
keterampilan berbahasanya. Mereka mulai merepresentasikan benda-benda dengan
kata-kata dan gambar. Bagaimanapun,mereka masih menggunakan penalaran
intuitif bukan logis. Di permulaan tahapan ini, mereka cenderung egosentris, yaitu,
mereka tidak dapat memahami tempatnya di dunia dan bagaimana hal tersebut
berhubungan satu sama lain. Mereka kesulitan memahami bagaimana perasaan dari
orang di sekitarnya. Tetapi seiring pendewasaan, kemampuan untuk memahami
perspektif orang lain semakin baik. Anak memiliki pikiran yang sangat imajinatif di
saat ini dan menganggap setiap benda yang tidak hidup pun memiliki perasaan.

3. Operasional Konkret (6-12)

Tahapan ini adalah tahapan ketiga dari empat tahapan. Muncul antara usia
enam sampai duabelas tahun dan mempunyai ciri berupa penggunaan logika yang
memadai. Proses-proses penting selama tahapan ini adalah:

a. Pengurutan
Pengurutan adalah kemampuan untuk mengurutan objek menurut
ukuran, bentuk, atau ciri lainnya.
Contohnya, bila diberi benda berbeda ukuran, mereka dapat
mengurutkannya dari benda yangpaling besar ke yang paling kecil.

b. Klasifikasi
Klasifikasi adalah kemampuan untuk memberi nama dan
mengidentifikasi serangkaian bendamenurut tampilannya, ukurannya,
atau karakteristik lain, termasuk gagasan bahwa serangkaianbenda-
benda dapat menyertakan benda lainnya ke dalam rangkaian
tersebut. Anak tidak lagi memiliki keterbatasan logika berupa
animisme (anggapan bahwa semua benda hidup dan berperasaan).

c. Decentering
Disini anak mulai mempertimbangkan beberapa aspek dari suatu
permasalahan untukbisa memecahkannya. Sebagai contoh anak tidak
akan lagi menganggap cangkir lebar tapipendek lebih sedikit isinya
dibanding cangkir kecil yang tinggi.

d. Reversibility
Pada tahapa ini anak mulai memahami bahwa jumlah atau benda-
benda dapat diubah, kemudiankembali ke keadaan awal. Untuk itu,
anak dapat dengan cepat menentukan bahwa 4+4 sama dengan 8, 8-4
akan sama dengan 4, jumlah sebelumnya.
e. Konservasi
Anak memahami bahwa kuantitas, panjang, atau jumlah benda-
benda adalah tidak berhubungan dengan pengaturan atau tampilan
dari objek atau benda-benda tersebut. Sebagaicontoh, bila anak diberi
cangkir yang seukuran dan isinya sama banyak, mereka akan tahu bila
air dituangkan ke gelas lain yang ukurannya berbeda, air di gelas itu
akan tetap sama banyakdengan isi cangkir lain.

f. Penghilangan sifat Egosentrisme

Dalam hal ini ialah kemampuan untuk melihat sesuatu dari sudut
pandang orang lain (bahkan saat orang tersebut berpikir dengan cara
yang salah). Sebagai contoh, tunjukkan komik yang memperlihatkan
“Siti menyimpan boneka di dalam kotak, lalu meninggalkan ruangan,
kemudian Ujang memindahkan boneka itu ke dalam laci, setelah itu
baru Siti kembali ke ruangan”. Anak dalam tahap operasi konkrit ini
akan mengatakan bahwa Siti akan tetap menganggap boneka itu ada
di dalam kotak walau anak itu tahu bahwa boneka itu sudah
dipindahkan ke dalam laci oleh Ujang.
(artikel bebas, teori perkembangan kognitif dari Wikipedia.com; 27 nov 2009 12:28)
Note : Dari wikipedia menyatakan, tahapan ini terjadi pada usia 6-12 namun
dalam teori perkembangan kognitif jean piaget oleh Dr. suparno, tahapan ini
ada pada rentang 7-11 tahun.

Menurut, Dr. paul suparno dalam Teori perkembangan kognitif jean piaget, ada
beberapa hal yang mesti diperhatikan dalam perkembangan anak pada tahap
operasi konkret :

Ø Transformasi reversible
Tahap Transformasi Reversibel merupakan suatu tahapan pada masa oparasi
konkrit, dimana pada tahap ini anak sudah mulai mengerti proses
transformasi atau perubahan, jadi si anak akan mengerti setiap langkah
proses transformasi. Anak tidak melihat setiap langkah perubahan sebagai
yang berdiri sendiri, tetapi sebagai satu kesatuan, misalkan, anak diberkan
benda yang berputar. Ia sudah dapat melihat seluruh proses berputarnya,
bukan hanya kedudukan akhir dan kedudukan awalnya. Ada dua macam
transformasi reversibel pada tahap ini, yaitu inversi (kebalikan) dan resiprok
(pencerminan). Menurut Piaget, suatu transformasi operasional selalu
menunjukkan beberapa bentuk yang tetap dari suatu sistem.
Inversi merupakan suatu transformasi kebalikan. Contohnya dapat
dilihat dari ilustrasi berikut, misalnya kita menyiapkan 2 buah koin berbeda
warna. Warna kuning dan putih. Kita tutup pada sebuah gelas gelap. Balik
gelas dan tanyakan pada anak bagaimana keadaan koin. jika si anak
mengatakan buah-buah tersebut dalam keadaan terbalik, maka si anak sudah
memasuki tahap konkrit-operasional dan memahami proses transformasi
inversi atau kebalikan.
Resiprok merupakan suatu transformasi pencerminan. Contohnya
sebagai berikut, misalnya seorang ibu ingin menanam tanaman tomat dan
membawa ember kecil yang berisi tanah, si ibu memindahkan tanah tersebut
ke ember yang ukurannya lebih kecil tetapi lebih panjang dari ember
sebelumnya, kemudian si ibu bertanya pada anaknya yang dari tadi sudah
memandangi ibunya dengan seksama, si ibu menanyakan tentang keadaan
dan banyaknya tanah tersebut. Jika si anak mengatakan tanah yang di ember
panjang tersebut sama dengan tanah yang ada di ember lebih pendek, maka
si anak sudah memasuki tahap konkrit-operasional, karena si anak sudah
mengerti kalau tanah yang ada di ember panjang merupakan pencerminan
dari tanah yang ada di ember pendek.

Ø System kekekalan
Pada tahap ini, seorang anak sudah dapat mengerti adanya konsep
kekekalan objek. Piaget meneliti adanya macam-macam tahap
perkembangan pengertian kekekalan.

*Kekekalan Bilangan.

Pengertian kekekalan bilangan muncul pada sekitar umur 5 atau 6


tahun. Anak pada umur ini mulai dapat mengadakan transformasi
korespondensi satu persatu. Misalnya, bila diberikan 8 dadu dan disuruh
menghitung, anak tahu bahwa jumlahnya tetap 8. Bila dadu-dadu itu
diletakan didalam kotak, jumlahnya tetap sama. Jadi jumlah dadu akan tetap
sama walaupun dipindahkan pada tempat yang berlainan.

*Kekekalan Substansi.

Pengertian kekekalan substansi muncul pada sekitar umur 7 atau 8


tahun. Pada umur ini, seorang anak sudah dapat mengerti dan menangkap
bahwa substansi (banyaknya) suatu benda itu tetap. Masa suatu bungkalan
lilin atau lumpur tetap sama meskipun bentuknya diubah menjadi bermacam-
macam.

*Konservasi Panjang.

Ini terjadi pada umur 7 atau 8 tahun. seorang anak dihadapkan pada
sebuah tongkat lurus , lalu tongkat dipotong-potong atau dibengkokan
apakah panjang dari tongkat itu sama atau berubah ? anak pada tahap ini
sudah mengerti bahwa panjangnya tetap sama (Piaget & Inhelder, 1969;
Piaget, 1981).
*Kekekalan Luas.

Untuk meneliti kekekalan luas, Piaget menggunakan gambar lembu


dengan daerah rumput yang menjadi makanannya (Wadsworth, 1989).
Misalkan dalam gambar A, tempat rumput yang sama besarnya diletakkan
terpisah, sedangkan dalam gambar B, tempat rumput tersebut disatukan
sehingga luasnya lebih lebar. Pertanyaan yang diajukan Piaget adalah lembu
mana yang memakan rumput lebih banyak, lembu A atau lembu B. anak yang
belum mempunyai konsep kekekalan luas akan mengatakan bahwa lembu B
makan rumput lebih banyak, karena daerah B mempunyai rumput yang lebih
banyak dari pada daerah A yang terpisah tempatnya. Anak yang sudah
mempunyai konsep kekekalan luas akan mengatakan bahwa kedua lembu
memakan rumput yang sama. Daerah rumput A dan B tetap sama, meskipun
yang satu diletakan terpisah dan yang lain disatukan.

*Kekekalan Berat.

Kekekalan ini terjadi pada umur 9 atau 10 tahun. kekekalan berat juga
didapat dari contoh tanah liat yang dibentuk bermacam-macam. Anak dapat
mengerti bahwa substansi bendanya tetap, tetapi anak berumur dibawah 9
tahun masih sering tidak mengerti bahwa beratnya juga tetap.

*Kekekalan Volume.

Ini terjadi pada umur 11 atau 12 tahun. volume zat cair tetap
meskipun dimasuki benda padat yang mengakibatkan tinggi permukaan air
naik. Misalnya, suatu gelas diisi air selanjutnya dimasukan logam sehingga air
naik. Anak pada tahap operasi kongkret dapat mengetahui bahwa volume air
tetap sama. Pada tahap sebelumnya anak masih mengira bahwa volume air
setelah dimasukan logam menjadi bertambah.

Ciri pemikiran operasi konkret yang lain :


Ø Adaptasi dengan gambaran yang menyeluruh

Pada tahap ini, seorang anak mulai dapat menggambarkan secara


menyeluruh ingatan, pengalaman, dan objek yang dialami. Adaptasi dengan
lingkungan disatukan dengan gambaran akan lingkungan itu.

Ø Melihat dari berbagai macam segi

Anak pada tahap ini mulai dapat melihat suatu objek atau persoalan
secara sedikit menyeluruh dengan melihat aspek-aspeknya. Ia tidak hanya
memusatkan pada titik tertentu, tetapi dapat bersama-sama mengamati titik
yang lain.

Ø Seriasi

Proses seriasi adalah proses mengatur unsur-unsur menurut semakin


besar atau kecilnya unsur-unsur tersebut. Urutan dapat dibuat dari kecil ke
besar atau dari besar ke kecil. Kemampuan ini berkembang sekitar umur 7
tahun dan mengikuti transformasi korespondensi satu-satu. Seriasi untuk dua
dimensi juga sudah mulai muncul pada umur 7 sampai 8 tahun.

Ø Klasifikasi

Menurut Piaget, bila anak yang berumur 3 tahun dan 12 tahun diberi
bermacam-macam objek dan disuruh membuat klasifikasi yang serupa
menjadi satu, ada beberapa kemungkinan yang terjadi. Anak yang paling
muda akan menyusun objek-objek tidak hanya berdasarkan pada kesamaan
dan perbedaan, tetapi juga menjajarkannya dalam ruang dengan baris,
bentuk, warna dan lain-lain, sedangkan anak yang lebih dewasa akan
mengelompokkan objek-objek itu secara berstruktur. Disini juga berarti pada
masa pra-operasional anak juga mampu mengklasifikasikan onjek atau
karakter tertentu.

Ø Ruang waktu dan kecepatan


Dalam hal ini, Piaget lebih tertarik pada soal korespondensi satu-satu
dan sifat kekekalan. Korespondensi satu-satu adalah pemetaan atau
pemasangan satu persatu antara unsur-unsur dalam himpunan benda (A)
dengan unsur-unsur himpunan yang lain (B), sedangkan sifat kekekalan
menghilangkan perbedaan yang ada pada setiap objek dan melihat segi yang
tumbuh.

Ø Kausalitas

Jika dihadapkan pada suatu benda yang bergerak lebih cepat daripada
benda lain, seorang anak pada tahap operasi konkret akan dapat
memperhatikan laju benda tersebut dan relasi antara waktu dengan jarak.

Ø Probalitas

Pada tahap ini, anak dapat mengerti bahwa meskipun ia tidak dapat
meramalkan hasil dari kejadian-kejadian individual, ia dapat mengantisipasi
hasil dari jumlah banyak.

Ø Penalaran

Sampai pada umur 8 atau 9 tahun, penalaran anak masih sinkretis,


yaitu kecenderungan menghubungkan suatu rangkaian gagasan-gagasan yang
terpisah dalam suatu keseluruhan yang tidak jelas (membingungkan).

Ø Egosntris dan sosialisme

Pada tahap ini anak sudah tidak begitu egosentris dalam


pemikirannya. Ia mulai mencari validitas dengan teman-temannya. Bahasa
yang digunakan juga lebih komunikatif dan monolog dengan diri sendiri
sudah mulai berkurang.
4. Tahapan Operasional Formal

Tahap operasional formal adalah periode terakhir perkembangan kognitif


dalam teori Piaget.Tahap ini mulai dialami anak dalam usia sebelas tahun (saat
pubertas) dan terus berlanjut sampaidewasa. Karakteristik yang jelas pada tahap
operasional formal adalah diperolehnya kemampuan untuk berpikir secara abstrak,
menalar secara logis, dan menarik kesimpulan dari berbagai informasi yang tersedia
baik itu apa, kapan, dan dimanapun mereka berinteraksi.
Anak atau remaja pada tahap operasi formal ini mulai menyadari
keterbatasan-keterbatasan pemikiran mereka. Mereka juga mulai bergelut dengan
konsep-konsep yang berada diluar pengalaman mereka sendiri. Adanya perubahan
otak pada pubertas sangat memungkinkan untuk kemajuan perkembangan kognitif
remaja. Dalam tahapan ini,seseorang dapat memahami hal-hal seperti cinta,
persahabatan, dan nila-nilai. Anak atau yang kita sebut remaja apda tahap ini
tidaklah melihat segala sesuatu hanya dalam bentuk hitam dan putih, tetapi makna
isi di antaranya. Secara biologis, tahapan ini muncul saat pubertas, menandai
masuknya ke dunia dewasa secara fisiologis, kognitif, penalaran
moral,perkembangan psikoseksual, dan perkembangan social. Anak atau remaja ini
misal tidak sepenuhnya mencapai perkembangan sampai tahap ini, sehingga ia tidak
mempunyai keterampilan berpikir sebagai seorang dewasa dan tetap menggunakan
penalaran dari tahap operasional konkrit dapat kita sebut sebagai keterlambatan
dalam proses berkembang atau keterbelakangan dalam konteks kurang mampunya
memahami keberadaan diri dalam lingkungan sekitar baik terpaut penalaran
interaksi atau sosialisasi.

Ciri pokok pemikiran operasi formal :

a. Pemikiran deduktif hipotesis

Pada tahap ini, operasi berkaitan langsung dengan objek,


kumpulan objek, hubungan antara objek, dan perhitungan objek yang
kongkret. Di sini anak dapat beragumentasi secara benar tentang
proposisi yang tidak ia percayai sebelumnya. Dapat mengambil sebuah
kesimpulan dari kebenaran yang masih berupa kemungkinan (hipotesis).
Pemikiran kongkret disini artinya pemikiran yang menarik kesimpulan
spesifik dari sesuatu yang umum. Artinya hasil analisis pemikiran
berangkat dari sesuatu yang bersifat umum ke sesuatu yang bersifat
khusus.

b. Pemikiran induktif saintifik

Pemikiran induktif disini berarti pengambilam kesimpulan yang


lebih umum berdasarkan kejadian-kejadian yang khusus. Disini anak
sudah mulai mampu menbentuk sebuah hipotesis, eksperimen, dan
menarik suatu kesimpulan.

c. Pemikiran abstraksi reflektif

Menurut Wadsworth, abstraksi ini adalah abstraksi yang


diperlukan untuk memperoleh pengetahuan matematis-logis yaitu suatu
abstraksi tidak langsung terhadap objek itu sendiri. Pemikiran ini adalah
suatu proses untuk mengembangkan secara konstruktif sebuah konsep
melalui generalisasi, pemisahan dan idealisasi di mana objek-objek nyata
atau relasinya dikelompokkan dalam sebuah pola klasifikasi berdasarkan
ciri-ciri umum dari objek dan tindakan tersebut (Piaget, 1988). Pemikiran
abstraktif dibedakan menjadi abstraksi empiris (bertitik tolak dari objek
dan ciri-ciri khas yang umum dari suatu objek melalui proses generalisasi)
dan abstraksi reflektif (menurut Piaget, 1988, bertitik tolak dari kegiatan
si subjek dan memperoleh ciri-ciri khas yang umum dari suatu tindakan
melalui proses rekonstruksi serta reintegrasi pada tingkat yang lebih
tinggi). Kemampuan berpikir abstrak tidak sama setiap individu, karena
dipengaruhi oleh faktor intelegensi, lingkungan dan budaya remaja itu
sendiri.

Skema operasi formal :

a. Proporsi
Proporsi adalah pemikiran untuk membandingkan dua hal atau
membagikan antar dua hal. Dalam arti ada keterkaitan didalamnya. Misal
pada timbangan lengan. Lengal-lengan gaya yang bekerja pada lengan
timbangan ada kesesuian untuk membentuk suatu kesetimbangan.

b. System referensi ganda

Anak pada tahap ini dapat mengerti dan menyatukan pemikiran


antara proses-prses yang saling bertautan. Misal, benda A,B ditumpuk pada
lantai C. jika A digerakkan kekiri terhadap B, dan B digerakkan kekanan
terhadap lantai C, maka anak pada tahap ini, telah mampu menggabungkan
persoalan tersebut bahwa A diam terhadap C.

c. Kesetimbangan hidrostatis

Pada tahap ini anak menyadari bahwa adanya aspek sebab dan akibat
yang diteruskan. Ketika anak pada tahap ini dihadapkan dengan sebuah
bejana, dan salah satu sisi bejana diberi tekanan P, maka zat cair yang ada
disebelahnya akan naik, sebab disini anak menyadari adanya tekanan yang
diberikan diteruskan kesegala arah.

d. Pengertian probalitas

Menurut Piaget, untuk mengerti proses probalitas seorang anak harus


mengatahui 2 operasi pokok, yaitu kombinasi dan perhitungan proporsi.
Kombinasi saat melihat segala kemungkinan dari unsur-unsur yang ada dan
proporsi ketika membandingkan dan menghitung suatu probabilitas. Missal,
2/3=4/6.

e. Dua reversibilitas

Disini anak sudah mampu mebentuk suatu system kombinasi dan


struktur fundamental yang menunjukkan suatu sintesis lengkap, yaitu
inversi(lawan) dan resiprok(kebalikan). Missal, A £ B dan B ³ A , maka anak
menyimpulkan A=B.
KESIMPULAN

Teori tahap pertumbuhan dari jean piaget mendeskripsikan mengenai


perkembangan kognitif anak. Perkembangan kognitif menyertakan perubahan
kognitif dan bakat. Dalam pandangan piaget, perkembangan kognitif anak
menyertakan proses dasar yang melibatkan interaksi dan operasinya terhadap
lingkungan. Menurut teori piaget, tahapan-tahapan pada perkembangan kognitif
anak bisa dicapai dalam usia bervariasi tetapi urutannya selalu sama. Tidak ada ada
tahapan yang diloncati dan tidak ada urutan yang mundur. Jikalaupun hal itu terjadi,
perkembangan anak sungguh tidak akan normal atau dengan kata lain dapat kita
katakan bahwa perkembangan anak itu mengalami keterbelakangan dalam konteks
keterlambatan dalam perkembangannya, menerima baik itu menerima respon atau
merespon kembali.
Secara umum dari 4 tahap atau fase-fase perkembangan kognitif menurut
jean piaget, dapat disimpulkan bahwa :

1. Tahap sensorimotor : Bayi lahir dengan refleks bawaan, skema dimodifikasi


dan digabungkan untuk membentuk tingkah laku yang lebih kompleks. Pada
masa kanak-kanak ini, anak beum mempunyai konsepsi tentang objek yang
tetap. Ia hanya dapat mengetahui hal-hal yang ditangkap dengan indranya.
2. Tahap pra-operasional : Pada anak mulai timbul pertumbuhan kognitifnya,
tetapi masih terbatas pada hal-hal yang dapat dijumpai (dilihat) di dalam
lingkungannya saja.
3. Anak telah dapat mengetahui symbol-simbol
matematis, tetapi belum dapat menghadapi hal-hal yang abstrak (tak
berwujud).
4. Pada tahap operasional formal, anak-anak sudah mampu memahami bentuk
argumen dan tidak dibingungkan oleh isi argumen (karena itu disebut
operasional formal) serta berargumen balik akan hal yan ia temukan. Tahap
ini mengartikan bahwa anak-anak mulai memasuki tahap baru dalam logika
orang dewasa, yaitu mampu melakukan penalaran abstrak. Pemikiran yang
logis disertai fakta. Sama halnya dengan penalaran abstrak sistematis,
operasi-operasi formal memungkinkan berkembangnya system nilai dan
ideal, serta pemahaman untuk masalah-masalah filosofis.

Jadi tahapan-tahapan tersebut juga berupa keseluruhan yang terorganisasi,


tersusun secara logis dan sifatnya hierarkis (setiap tahapan mencakup elemen-
elemen dari tahapan sebelumnya, tapi lebih terdiferensiasi dan terintegrasi).
Menurut teori perkembangan ini, anak tak hanya mampu menganalisa perbedaan
kuantitatif tapi juga hal-hal yang bersifat kualitatif.
SARAN
Dalam mempelajari dan memahami teori perkembangan kognitif anak dari jean
piaget ini, sebagai seorang pendidik adalah wajib dan bijaksana untuk mengadakan sebuah
evaluasi awal terhadap fase-fase perkembangan itu sendiri. Di tiap-tiap tahap
perkembangan anak ini, perlu adanya sebuah perhatian lebih sebab tahapan-tahapan pada
perkembangan kognitif anak bisa dicapai dalam usia bervariasi sehingga dapat
diminimalisasi adanya miss concept terhadap perkembnngan anak. Pemahaman yang benar
terhadap fase-fase perkembangan anak, tentu memberikan sebuah acuan, sebagai tolak
ukur dalam pemahaman terhadap peserta didik, sehingga implementasi hasil evaluasi ke
lapangan juga ballance dengan apa yang diharapkan.
Daftar Pustaka

Psychiatric Nursing, Claudine J. Turla dkk, dalam PPT, 27 nov 2009 12:28, scribd.com

perkembangan dan pendidikan, jamri dafrizal,S.Ag.S.S,M.Hum, scribd.com, 27 nov, 12:48


2009

Piaget Realized 1 , scribd.com, 27 nov, 12:28 2009

http://www.e-psikologi.com/epsi/tokoh_detail.asp, 20 nov 2009 14:36

Teori-teori Tokoh Psikologi, 27 nov 2009 12:28, scribd.com

Suparno, paul . 2001. Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget. Yogyakarta: Kanisius

16952348-ilmu-pendidikan,scribd.com; 27 nov, 12:28 2009

_____22496250-Pia-Get/wikipedia/pdf, scribd.com; 27 nov 2009 13:28

You might also like