Professional Documents
Culture Documents
JEAN PIAGET
0913021035
1C
SINGARAJA 2009
PENDAHULUAN
1. Pengertian Perkembangan
Jean Piaget (9 Agustus 1896 – 16 September 1980), seorang filsuf, ilmuwan, dan
psikolog perkembangan berkebangsaan Swiss, yang terkenal karena hasil penelitiannya
tentang anak-anak dan teori perkembangan kognitifnya. Jean Piaget adalah perintis besar
dalam teori konstruktivis tentang pengetahuan, khususnya pada perkembangan kognitif
individu.
Piaget mengidentifikasi empat faktor yang mempengaruhi transisi tahap
perkembangan
anak, yaitu :
1. kematangan
2. pengalaman fisik / lingkungan
3. transmisi social
4. equilibrium
Dalam memahami teori fase-fase perkembangan menurut jean piaget, ada beberapa
konsep yang perlu diperhatikan :
1. Intelegensi
Intelegensi adalah suatu bentuk ekuilibrium kearah mana semua struktur
yang menghasilkan persepsi, kebiasaan, dan mekanisme sensorimotor
diarahkan….(piaget, 1981, hlm. 6) dan secara progesif dapat dikatakan bahwa
intelegensi membentuk keadaan yang ekuilibrium, kearah mana semua adaptasi
sifat-sifat sensori motor dan kognitif dan juga interaksi-interaksi asimilasi dan
akomodasi antara organism dan lingkungan mengacu (piaget, 1981,hlm.11).
2. Organisasi
Organisasi menunjuk pada tendensi semua species untuk mengadakan
sistematisasi dan mengorganisasi proses-proses mereka dalam suatu system yang
koheren, baik secara fisis maupun psikologis.
3. Skema
Sebuah skema (schema) adalah konsep atau kerangka yang eksis di dalam pikiran
individu yang dipakai untuk mengorganisasikan dan menginterpretasikan informasi.
( perkembangan dan pendidikan, jamri dafrizal,S.Ag.S.S,M.Hum, scribd.com, 27 nov,
12:28 2009).
4. Asimilasi
5. Akomodasi
6. Ekuilibrasi
Proses kesetimbangan antara asimilasi dan akomodasi. (Ekuilibrasi
(equilibration) adalah suatu mekanisme yang dikemukakan Piaget untuk menjelaskan
bagaimana anak bergerak dari satu tahap pemikiran ke tahap pemikiran selanjutnya)
7. Adaptasi
Adaptasi adalah cara penyesuaian diri individu dengan lingkungannya. Bagi
Piaget proses akomodasi tersebut dapat disamakan dengan belajar. Konsep ini
mejelaskan tentang perlunya menyesuaikan materi berpijak dari ide dasar yang
diketahui anak, untuk kemudian dikembangkan dengan stimulasi lebih luas misalnya
dalam bentuk pertanyaan sehingga kemampuan anak meningkat dalam menghadapi
pengalaman yang lebih kompleks.
Menurut jean piaget perkembangan seorang individu dilihat dari keadaan psikologisnya
dapat digambarkan melewati 4 fase yaitu :
Pada tahap ini, anak berinteraksi aktif dengan lingkungannya. Masa ini, masa
untuk kemapuannya mulai mengartikan dunia yang mereka lihat. Bagi anak yang
berada pada tahap ini, pengalaman diperoleh melalui fisik (gerakan anggota tubuh)
dan sensori (koordinasi alat indra). Pada mulanya pengalaman itu bersatu dengan
diri anak, ini berarti bahwa suatu objek itu dianggap ada bila berada pada
penglihatannya. Perkembangan selanjutnya ia mulai berusaha untuk mencari objek
yang mulanya terlihat kemudian menghilang dari pandangannya, asal perpindahanya
terlihat. Akhir dari tahap ini ia mulai mencari objek yang hilang bila benda tersebut
tidak terlihat perpindahannya. Objek mulai terpisah dari diri sang anak dan
bersamaan dengan itu, konsep objek dalam struktur kognitifnya pun mulai dikatakan
matang. Dalam arti Ia mulai mampu untuk melambungkan objek fisik ke dalam
symbol-simbol, misalnya mulai bisa berbicara meniru suara kendaraan, suara
binatang, dll. Intinya, pada masa kanak-kanak ini, anak belum mempunyai konsepsi
tentang objek yang tetap. Ia hanya dapat mengetahui hal-hal yang ditangkap dengan
indranya saja.
Piaget (1952) mengatakan, bahwa ada dua proses yang bertanggungjawab atas cara
anak menggunakan dan mengadaptasi skema mereka pada sensorimotor ini :
1. Asimilasi
Asimilasi adalah pemasukkan pengetahuan baru ke dalam pengetahuan yang
sudah ada. Yakni, dalam asimilasi, anak mengasimilasikan lingkungan ke dalam suatu
skema.
2. Akomodasi
Contoh, seorang anak berumur 2 tahun diberi sebuah pulpen untuk menuliskan
sesuatu. Dia belum pernah menggunakan pulpen sebelumnya. Ia hanya memperhatikan
orang lain sebagaimana mestinya menggunakan sebuah pulpen. Maka ia pun tau
menggunakannya dengan memegang batangnya secara vertical dan mengoyang-goyangkan
membentuk suatu pola (Asimilasi). Namun, karena baru pertama kali ia menulis maka yang
terbentuk hanyalah coretan-coretan biasa. Disinilah perlu penyesuaian gerakan pulpen yang
tepat mebentuk suatu pola yang berarti. (Akomodasi).
Tahap Sensorimotor stage ini masih terbagai menjadi 6 sub-stages, yaitu:
a. Reflex schema stage, occurs from birth to six weeks and is associated primarily
with the development of reflexes.
Pada tahap ini anak mulai mengembangkan kemampuan refleksnya (terjadi
secara spontan, tidak sengaja dan tidak terbedakan). Anak belum dapat
membedakan jenis-jenis rangsangan, ia akan menggenggam dan mengisap
apapun yang dekat dengannya. Dalam teori perkembangan kognitif jean piaget,
Dr. paul suparno; pada tahap ini anak melakukan gerakan menyusu, berarti telah
melakukan asimilasi fungsional (melatih diri agar fungsi mengisapnya berjalan
dengan baik.), melakukan asimilasi yang reproduktif, general assimilation (skema
“mengisap “ diperluas tidak han ya sebat s menghisap susu ibu, tapi benda-
bendalain didekatnya) dan asimilasi rekognitif dimana anak atau bayi mulai
membedakan dan menganal benda-benda yang diisap. Ciri sub-tahap ini, belum
mempunyai konsep benda, konsep ruang masih bersifat fragmentaris, dan
konsep kausalitas anak juga masih egosentris.
b. Primary circular reaction phase, occurs from six weeks to four months and is
associated primarily with the development of habits.
Pada tahap ini umumnya, anak mulai muncul kebiasaan yang ia
interpretasikan dari apa yang ia perhatikan dari lingkungannya (lewat
pendengaran atau pengelihatan ). Cirri sub-tahap ini adalah :
· anak mulai meniru (imitasi,”suatu ungkapan bayiuntuk mengnal
realitas dan berinteraksi dengan dunia secara aktif”),
· konsep benda sudah mulai berkembang,
· konsep ruang ada, yaitu mengikuti benda-benda yan bergerak atau
yang bersuara.
· Konsep kausalitas belum bnyak berkembang
c. The secondary circular reactions phase, occurs from four to nine months and is
associated primarily with the development of coordination between vision and
prehension.
Tahap ini muncul antara usia empat sampai sembilan bulan dan berhubungan
terutama dengan koordinasi antara penglihatan dan pemaknaan.
Ciri pada sub tahap ini :
· Konsep benda ada, anak dapat mengantisipasi secara visual letak
sebuah benda.
· Konsep ruang berkembang, missal dalam kegiatan menyusu eorang
bayi telah mengkoordinasikan ruang gerak mulut dan jamahan
tangannya pada putting susu ibu.
· Konsep kausalitas ada tapi masih egosentris.
d. The co-ordination of secondary circular reactions stage, which occurs from nine to
twelve months, is when Piaget (1954) thought that object permanence
developed.
Tahap ini muncul dari usia Sembilan sampai dua belas bulan, saat
berkembangnya kemampuan untuk melihat objek sebagai sesuatu yang
permanen walau kelihatannya berbeda kalau dilihat dari sudut berbeda
(permanensi objek).
Cirri sub tahap ini :
· Konsep benda ada, anak dapat mencari suatu benda yang
disembunyikan sepanjang masih dalam pengelihatannya.
· Konsep ruang berkembang
· Konsep kausalitas ada, disini anak sadar untu pertama kalinya bahwa
objek lainya dapat menyebabkan aktivitas tertentu.(wadsworth) (anak
digelitik, maka ia akan tertawa)
e. The fifth sub-stage; the tertiary circular reactions phase, occurs from twelve to
eighteen months and is associated primarily with the discovery of new means to
meet goals.
Tahap ini muncul dalam usia dua belas sampai delapan belas bulan dan
berhubungan terutama dengan penemuan cara-cara
baru untuk mencapai tujuan.
Cirri pada sub tahap ini :
· Konsep benda mulai maju dan lengkap. Missal anak dapat
memperhitungkan perpindahan berurutan suatu objek.
· Konsep ruang ada. Missal pada sub tahap ini anak mulai mengerti ada
hubungannya anatara benda-benda dalam suatu ruangan.
· Konsep kausalitas semakin berkembang. Anak semakin sadar bahwa
orang lain dan juga benda lain dapat menjadi penyebab suatu tindakan.
· Pemikiran egosentris
Pemikiran ini menyatakan bahwa anak percaya setiap orang itu berpikir sama
denganya, dan ialah yang paling benar. Ketika bertemu dengan pandangan
yang berlawanan maka ia akan berpikir bahwa orang lain itu salah dan ialah
yang benar.
· Klasifikasi figurative
· Kausalitas
Menurut Piaget, anak pada tahap pra-operasional juga tidak bisa melakukan
apa yang disebutnya sebagai "operasi" (operation). Dalam teori Piaget, operasi
adalah representasi mental yang dapat dibalik (reversible). Seperti dalam
percobaan gelas kimia tersebut di atas, anak-anak prasekolah biasanya kesulitan
untuk memahami bahwa membalikkan suatu tindakan akan menghasilkan kondisi
awal dan tindakan tersebut. Dua contoh berikut ini akan membantu Anda
memahami konsep operasi menurut Piaget. Seorang anak kecil mungkin tahu
bahwa 4 + 2 = 6, tetapi ia tidak tahu bahwa kebalikannya, yakni 6 - 2 = 4 adalah
benar.
Tahapan pra-operasional mengikuti tahapan sensorimotor dan muncul antara
usia dua sampai enam tahun. Dalam tahapan ini, anak mengembangkan
keterampilan berbahasanya. Mereka mulai merepresentasikan benda-benda dengan
kata-kata dan gambar. Bagaimanapun,mereka masih menggunakan penalaran
intuitif bukan logis. Di permulaan tahapan ini, mereka cenderung egosentris, yaitu,
mereka tidak dapat memahami tempatnya di dunia dan bagaimana hal tersebut
berhubungan satu sama lain. Mereka kesulitan memahami bagaimana perasaan dari
orang di sekitarnya. Tetapi seiring pendewasaan, kemampuan untuk memahami
perspektif orang lain semakin baik. Anak memiliki pikiran yang sangat imajinatif di
saat ini dan menganggap setiap benda yang tidak hidup pun memiliki perasaan.
Tahapan ini adalah tahapan ketiga dari empat tahapan. Muncul antara usia
enam sampai duabelas tahun dan mempunyai ciri berupa penggunaan logika yang
memadai. Proses-proses penting selama tahapan ini adalah:
a. Pengurutan
Pengurutan adalah kemampuan untuk mengurutan objek menurut
ukuran, bentuk, atau ciri lainnya.
Contohnya, bila diberi benda berbeda ukuran, mereka dapat
mengurutkannya dari benda yangpaling besar ke yang paling kecil.
b. Klasifikasi
Klasifikasi adalah kemampuan untuk memberi nama dan
mengidentifikasi serangkaian bendamenurut tampilannya, ukurannya,
atau karakteristik lain, termasuk gagasan bahwa serangkaianbenda-
benda dapat menyertakan benda lainnya ke dalam rangkaian
tersebut. Anak tidak lagi memiliki keterbatasan logika berupa
animisme (anggapan bahwa semua benda hidup dan berperasaan).
c. Decentering
Disini anak mulai mempertimbangkan beberapa aspek dari suatu
permasalahan untukbisa memecahkannya. Sebagai contoh anak tidak
akan lagi menganggap cangkir lebar tapipendek lebih sedikit isinya
dibanding cangkir kecil yang tinggi.
d. Reversibility
Pada tahapa ini anak mulai memahami bahwa jumlah atau benda-
benda dapat diubah, kemudiankembali ke keadaan awal. Untuk itu,
anak dapat dengan cepat menentukan bahwa 4+4 sama dengan 8, 8-4
akan sama dengan 4, jumlah sebelumnya.
e. Konservasi
Anak memahami bahwa kuantitas, panjang, atau jumlah benda-
benda adalah tidak berhubungan dengan pengaturan atau tampilan
dari objek atau benda-benda tersebut. Sebagaicontoh, bila anak diberi
cangkir yang seukuran dan isinya sama banyak, mereka akan tahu bila
air dituangkan ke gelas lain yang ukurannya berbeda, air di gelas itu
akan tetap sama banyakdengan isi cangkir lain.
Dalam hal ini ialah kemampuan untuk melihat sesuatu dari sudut
pandang orang lain (bahkan saat orang tersebut berpikir dengan cara
yang salah). Sebagai contoh, tunjukkan komik yang memperlihatkan
“Siti menyimpan boneka di dalam kotak, lalu meninggalkan ruangan,
kemudian Ujang memindahkan boneka itu ke dalam laci, setelah itu
baru Siti kembali ke ruangan”. Anak dalam tahap operasi konkrit ini
akan mengatakan bahwa Siti akan tetap menganggap boneka itu ada
di dalam kotak walau anak itu tahu bahwa boneka itu sudah
dipindahkan ke dalam laci oleh Ujang.
(artikel bebas, teori perkembangan kognitif dari Wikipedia.com; 27 nov 2009 12:28)
Note : Dari wikipedia menyatakan, tahapan ini terjadi pada usia 6-12 namun
dalam teori perkembangan kognitif jean piaget oleh Dr. suparno, tahapan ini
ada pada rentang 7-11 tahun.
Menurut, Dr. paul suparno dalam Teori perkembangan kognitif jean piaget, ada
beberapa hal yang mesti diperhatikan dalam perkembangan anak pada tahap
operasi konkret :
Ø Transformasi reversible
Tahap Transformasi Reversibel merupakan suatu tahapan pada masa oparasi
konkrit, dimana pada tahap ini anak sudah mulai mengerti proses
transformasi atau perubahan, jadi si anak akan mengerti setiap langkah
proses transformasi. Anak tidak melihat setiap langkah perubahan sebagai
yang berdiri sendiri, tetapi sebagai satu kesatuan, misalkan, anak diberkan
benda yang berputar. Ia sudah dapat melihat seluruh proses berputarnya,
bukan hanya kedudukan akhir dan kedudukan awalnya. Ada dua macam
transformasi reversibel pada tahap ini, yaitu inversi (kebalikan) dan resiprok
(pencerminan). Menurut Piaget, suatu transformasi operasional selalu
menunjukkan beberapa bentuk yang tetap dari suatu sistem.
Inversi merupakan suatu transformasi kebalikan. Contohnya dapat
dilihat dari ilustrasi berikut, misalnya kita menyiapkan 2 buah koin berbeda
warna. Warna kuning dan putih. Kita tutup pada sebuah gelas gelap. Balik
gelas dan tanyakan pada anak bagaimana keadaan koin. jika si anak
mengatakan buah-buah tersebut dalam keadaan terbalik, maka si anak sudah
memasuki tahap konkrit-operasional dan memahami proses transformasi
inversi atau kebalikan.
Resiprok merupakan suatu transformasi pencerminan. Contohnya
sebagai berikut, misalnya seorang ibu ingin menanam tanaman tomat dan
membawa ember kecil yang berisi tanah, si ibu memindahkan tanah tersebut
ke ember yang ukurannya lebih kecil tetapi lebih panjang dari ember
sebelumnya, kemudian si ibu bertanya pada anaknya yang dari tadi sudah
memandangi ibunya dengan seksama, si ibu menanyakan tentang keadaan
dan banyaknya tanah tersebut. Jika si anak mengatakan tanah yang di ember
panjang tersebut sama dengan tanah yang ada di ember lebih pendek, maka
si anak sudah memasuki tahap konkrit-operasional, karena si anak sudah
mengerti kalau tanah yang ada di ember panjang merupakan pencerminan
dari tanah yang ada di ember pendek.
Ø System kekekalan
Pada tahap ini, seorang anak sudah dapat mengerti adanya konsep
kekekalan objek. Piaget meneliti adanya macam-macam tahap
perkembangan pengertian kekekalan.
*Kekekalan Bilangan.
*Kekekalan Substansi.
*Konservasi Panjang.
Ini terjadi pada umur 7 atau 8 tahun. seorang anak dihadapkan pada
sebuah tongkat lurus , lalu tongkat dipotong-potong atau dibengkokan
apakah panjang dari tongkat itu sama atau berubah ? anak pada tahap ini
sudah mengerti bahwa panjangnya tetap sama (Piaget & Inhelder, 1969;
Piaget, 1981).
*Kekekalan Luas.
*Kekekalan Berat.
Kekekalan ini terjadi pada umur 9 atau 10 tahun. kekekalan berat juga
didapat dari contoh tanah liat yang dibentuk bermacam-macam. Anak dapat
mengerti bahwa substansi bendanya tetap, tetapi anak berumur dibawah 9
tahun masih sering tidak mengerti bahwa beratnya juga tetap.
*Kekekalan Volume.
Ini terjadi pada umur 11 atau 12 tahun. volume zat cair tetap
meskipun dimasuki benda padat yang mengakibatkan tinggi permukaan air
naik. Misalnya, suatu gelas diisi air selanjutnya dimasukan logam sehingga air
naik. Anak pada tahap operasi kongkret dapat mengetahui bahwa volume air
tetap sama. Pada tahap sebelumnya anak masih mengira bahwa volume air
setelah dimasukan logam menjadi bertambah.
Anak pada tahap ini mulai dapat melihat suatu objek atau persoalan
secara sedikit menyeluruh dengan melihat aspek-aspeknya. Ia tidak hanya
memusatkan pada titik tertentu, tetapi dapat bersama-sama mengamati titik
yang lain.
Ø Seriasi
Ø Klasifikasi
Menurut Piaget, bila anak yang berumur 3 tahun dan 12 tahun diberi
bermacam-macam objek dan disuruh membuat klasifikasi yang serupa
menjadi satu, ada beberapa kemungkinan yang terjadi. Anak yang paling
muda akan menyusun objek-objek tidak hanya berdasarkan pada kesamaan
dan perbedaan, tetapi juga menjajarkannya dalam ruang dengan baris,
bentuk, warna dan lain-lain, sedangkan anak yang lebih dewasa akan
mengelompokkan objek-objek itu secara berstruktur. Disini juga berarti pada
masa pra-operasional anak juga mampu mengklasifikasikan onjek atau
karakter tertentu.
Ø Kausalitas
Jika dihadapkan pada suatu benda yang bergerak lebih cepat daripada
benda lain, seorang anak pada tahap operasi konkret akan dapat
memperhatikan laju benda tersebut dan relasi antara waktu dengan jarak.
Ø Probalitas
Pada tahap ini, anak dapat mengerti bahwa meskipun ia tidak dapat
meramalkan hasil dari kejadian-kejadian individual, ia dapat mengantisipasi
hasil dari jumlah banyak.
Ø Penalaran
a. Proporsi
Proporsi adalah pemikiran untuk membandingkan dua hal atau
membagikan antar dua hal. Dalam arti ada keterkaitan didalamnya. Misal
pada timbangan lengan. Lengal-lengan gaya yang bekerja pada lengan
timbangan ada kesesuian untuk membentuk suatu kesetimbangan.
c. Kesetimbangan hidrostatis
Pada tahap ini anak menyadari bahwa adanya aspek sebab dan akibat
yang diteruskan. Ketika anak pada tahap ini dihadapkan dengan sebuah
bejana, dan salah satu sisi bejana diberi tekanan P, maka zat cair yang ada
disebelahnya akan naik, sebab disini anak menyadari adanya tekanan yang
diberikan diteruskan kesegala arah.
d. Pengertian probalitas
e. Dua reversibilitas
Psychiatric Nursing, Claudine J. Turla dkk, dalam PPT, 27 nov 2009 12:28, scribd.com
Suparno, paul . 2001. Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget. Yogyakarta: Kanisius