You are on page 1of 18

MAKALAH KEBUTUHAN ELIMINASI

STRUKTUR DAN FUNGSI ELIMINASI FEKAL



Disusun Oleh :
1. Ervina Hesti U (22020111130066)
2. Rinda Dwi O (22020111130067)
3. Reny Widya K H (22020111130068)
4. Rakhmatika Isnaeni (22020111130069)
5. Rinda Winandita (22020111130070)
6. Chyntia Intani A (22020111130071)
7. Hana Adilah (22020111130072)
8. Hantiantoro M I K (22020111130073)
9. Ninda Marina (22020111130074)
10. Nia Nurul K (22020111130075)
Kelompok 3 Kelas A11.1


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2012

1. Anatomi Fisiologi Sistem Pencernaan


NO NAMA FUNGSI
1. Kelenjar ludah Menghasilkan air ludah
2. Kelenjar parotis Menghasilkan air ludah . Terletak di bawah
depan telinga di antara prosesus mastoid kiri dan
kanan os mandibular, duktus stesoni.
3. Kelenjar sublingualis Menghasilkan air ludah. Terletak di bawah
selaput lendir dasar rongga mulut bermuara di di
dasar rongga mulut.
4. Kelenjar
submandibularis
Menghasilkan air ludah. Terletak di bawah
rongga mulut bagian belakang, duktus wartoni,
bermuara di rongga mulut dekat frenulum
lingua.
5. Rongga Mulut Menghancurkan makanan sehingga ukurannya
cukup kecil untuk dapat ditelan di dalam perut.
Terjadi proses pencernaan secara mekanik dan
kimiawi
6. Tekak/Faring Saluran yang menghubungkan rongga mulut
dengan kerongkongan (esofagus)
Persimpangan jalan nafas dan jalan makanan
Di dalam lengkung faring terdapat tonsil
(amandel) yaitu kumpulan kelenjar limfe yang
banyak menandung limfosit dan merupakan
pertahanan terhadap infeksi.
7. Lidah Sebagai indera pengecap/perasa
Mengaduk makanan dalam rongga mulut
Membantu proses menelan
Membantubersuara/berbicara
Membersihkan mulut
8. Esofagus/kerongkongan Menyalurkan makanan dari mulut ke lambung
dengan proses peristaltic. Panjang kerongkongan
25 cm.
9. Pankreas Fungsi eksokrin, membentuk getah pankreas
yang berisi enzim dan elektrolit
Fungsi endokrin, sekelompok kecil sel epitelum
yang berbentuk pulau-pulau kecil atau pulau
langerhans,yang bersama-sama membentuk
organ endokrin yang menyekresikan insulin
Fungsi sekresi eksternal, cairan pankreas
dialirkan ke duodenum yang berguna untuk
proses pencernaan makanan di intestinum
Fungsi sekresi internal, sekresi yang dihasilkan
oleh pulau-pulau langerhans sendiri langsung
dialirkan ke dalam peredaran darah. Sekresinya
disebut hormon insulin dan hormon glukagon.
Hormon tersebut dibawa ke jaringan untuk
membantu metabolisme karbohidrat
10. Lambung Menampung makanan
Menghancurkan dan menghaluskan makanan
oleh peristaltic lambung dan getah lambung yang
dihasilkan pepsin, asam garam (HCl), renin dan
lapisan lambung
Menguraikan kimus dan meneruskan makanan
ke usus
11. Saluran Pankreas Saluran sekresi pankreas
12. Hati Metabolisme karbohidrat, lemak dan protein
setelah penyerapan dari saluran pencernaan
Detoksifikasi/ degradasi zat sisa dan hormone
serta obat dan senyawa asing lainnya
Sintesis berbagai macam protein plasma
mencakup untuk pembekuan darah dan untuk
mengangkut hormone tiroid, steroid dan
kolestrol
Penyimpanan glikogen, lemak, besi, tembaga,
danbanyak vitamin
Pengaktifan vitamin D yang dilaksanakan oleh
hati dan ginjal
Pengeluaran bakteri dan sel darah merah yang
sudah rusak
Ekskresi kolestrol dan bilirubin
13. Kantong Empedu Membantu pencernaan dan penyerapan lemak
Berperan dalam pembuangan limbah tertentu
tubuh terutama hemoglobin yang berasal dari
penghancuran sel darah merah dan kelebihan
kolestrol
Menghasilkan getah empedu
14. Duodenum/Usus 12 jari Menyalurkanmakanandarilambungkeusushalus
Usus halus
Fungsi :
menerima zat-zat makanan yang sudah dicerna
untuk diserap kembali melalui kapiler-kapiler
darah dan saluran-saluran limfe
menyerap protein dalam bentuk asam amino
karbohidrat diserap dalam bentuk monosakarida

15. Saluran Empedu Saluransekresiempedu
16. Colon/Usus Besar Menyerap air darimakanan
Tempat tinggal bakteri koli
Tempat feses
17. Colon
Transversum/Colon
Datar
Panjangnya 38 cm. Fungsinya : reabsorbsi
18. Colon Ascending/Colon
Naik
Panjangnya 14 cm
Fungsinya :
Sekresicairanusus
Absorbsigaram, air dan vitamin
Menerimacairanempedu
19. Kolon descending/colon
turun
Panjang 25 cm.
Fungsi :
Absorbsi air, natrium, florida
Mengekskresi kalium
Menyimpan bahan sebelum defekasi
20. Ileum (usus penyerapan) Tempat pencernaan terakhir
Sebagai usus penyerapan
21. Sekum Tempat pertemuan ileum dan kolon
22. Appendiks (usus buntu) Berkaitan dengan kekebalan tubuh
Menghasilkan imunoglobulin A
Menghasilkan vitamin K
23. Rektum Menghubungkan kolon desendence dan anus
Penyimpanan sementara feses
24. Anus Saluran terakhir (pengeluaran)
Pembukaan dan penutupan anus diatur oleh otot
sfingter

USUS HALUS
Usus halus atau intestinum minor adalah bagian dari system
pencernaan makanan yang berpangkal dari pylorus dan berakhir pada
sekum. Panjangnya sekitar 68 meter, lebar 25 mm dengan banyak lipatan
yang disebut vili atau jonjot-jonjot usus. Vili ini berfungsi memperluas
permukaan usus halus yang berpengaruh terhadap proses penyerapan
makanan.
Usus halus terbagi menjadi tiga bagian yaitu, duodenum (usus 12
jari), jejunum (usus kosong), dan ileum (usus penyerapan), panjangnya 1
m.
a. Duodenum (usus 12 Jari)
Bagian pertama usus halus yang 25 cm panjangnya, berbentuk
sepatu kuda, dan kepalanya mengeliling kepala pancreas. Saluran
empedu dan saluran pancreas masuk ke dalam duodemum pada suatu
lubang yang disebut ampula hepatopankreatika, atau ampula Vateri,
sepuluh sentimeter dari pylorus. Di dalam duodenum makanan dicerna
secara kimiawi.
Duodenum terdiri dari empat bagian :
1) Pars Superior Duodeni (panjang kira-kira 5 cm) yang berjalan
horizontal. Bagian permulaannya (setelah pilorus) disebut Bulbus
duodeni, sebab berbentuk membesar dan meluas. Bagian ini
mempunyai mesenterium, pada bagian belakang abdomen tiba-tiba
membelok 90 derajat ke bawah secara vertikal. Di depan pars
superior ini terdapat Ligamentum HepatoDuodenale dan
dibelakangnya berjalan V. Cava Inferior
2) Pars Descendens Duodeni (panjang kira-kira 8 cm) berada rapat
pada dinding belakang abdomen; sebelah kanan belakang terdapat
ginjal kanan, dan masuk Ductus Choledocus dan Ductus
Pancreaticus serta ductus Wirsungi. Di depan Bagian ini berjalan
Colon Transversum.
3) Pars Inferior (horizontal) Duodeni (panjang kira-kira 7.5 cm)
berjalan horizontal kekiri pada level L-3. Didepan duodenum ini
terbentang mesenterium yang didalamnya terdapat arteri dan V.
Mesenterica Superior, serabut-serabut syaraf dan pembuluh limfe.
Di belakang bagian ini berjalan V. Kava Inferior dan Aorta
Abdominalis serta Pankreas diatasnya. Akhir bagian ini membelok
ke atas depan menjadi Pars Ascendens Doudeni.
4) Pars Ascendens Duodeni (panjang kira-kira 5 cm) sampai level L-2
dan berlanjut sampai jejunum.
Di dalam usus dua belas jari, terjadi pencernaan makanan
dengan bantuan getah pankreas. Getah pankreas dihasilkan oleh
kelenjar pankreas. Getah pankreas mengandung enzim-enzim, seperti
enzim amilase, enzim tripsin, dan enzim lipase.
Enzim amylase berfungsi untuk mengbah karbohidrat (zat
tepung) menjadi gula-gula yang lebih sederhana seperti maltose
Ezim lipase berperan dalam mengbah lemak menjadi asam
lemak dan gliserol
Enzim Tripsin untuk mencerna protein. Mengubah protein
menjadi bentuk yang lebih sederhana, seperti pepton dan asam
amino
Natrium Bikarbonat menciptakan suasana basa yang
mengaktifkan enzim

b. Jejunum
Jejunum adalah usus halus lanjutan duodenum yang
panjangnya kira-kira meter, penampangnya berkisar 25-35 mm.
Jejunum berkelok-kelok dan berada di bawah colon transversum dan
ditutupi oleh omentum mayus. Permulaannya pada flexura duodeno
jejunalis dan berakhir pada sacro iliaca junction kanan. Penampang
permulaan 33.5 cm dan makin ke kaudal makin kecil 2.5 cm.
Jejunum mempunyai mesenterium lengkap; permukaan mukosa
jejunum memperlihatkan Plicae Mucosa Circulare yang pada
pangkalnya agak tinggi (kira-kira 5 cm) dan jarang, makin ke kaudal
lebih rendah (kira-kira 2 cm) dan lebih rapat. Disini terdapat limfonodi
solitaris (sebesar kepala jarum pentul).
Di dalam usus kosong terjadi pula proses pencernaan secara
kimiawi. Usus kosong memiliki dinding yang dapat menghasilkan
getah pencernaan.

c. Ileum (usus penyerapan)
Ileum adalah usus halus lanjutan jejunum yang menempati
rongga perut kawasan hypogastrica, panjang ileum ini berkisar 2-2.5
meter dengan lumen permulaan 25 mm dan lumen kaudal 20 mm.
Ileum ini warnanya agak kemerahan sebab mempunyai banyak kapiler.
Absorpsi makanan terutama terjadi pada usus ini. Ileum mempunyai
mesenterium lengkap. Permukaan mukosa memperlihatkan plicae
mucoase semisircularis agak rendah (kira-kira 2 mm) dan rapat, pada
bagian kaudal plika lebih lengkap. Disini terdapat limfonodi aggregati
(peyer plexus).
Di dalam ileum terjadi penyerapan sari makanan hasil
pencernaan. Dinding dalam dari ileum berlipat-lipat yang disebut
dengan jonjot (villi). Villi berfungsi untuk memperluas bidang
penyerapan sari makanan. Sari makanan yang larut dalam air (seperti
glukosa, asam amino, vitamin B dan C) diserap oleh darah dalam
pembuluh kapiler kemudian diedarkan ke seluruh sel yang
membutuhkan. Sedangkan sari makanan yang larut dalam lemak
(seperti asam lemak, gliserol, vitamin A, D dan E ) diserap dan
diangkut oleh cairan getah bening (limfe) di dalam pembuluh kill. Sisa
makanan yang tidak dapat dicerna seperti zat serat (sellulosa) dan
bahan yang telah diserap sarinya menuju ke usus besar. Makanan
berada di dalam usus kira-kira 12 sampai 24 jam.

USUS BESAR (COLON)
Kolon dibagi lagi menjadi kolon asenden, transversum, desenden,
dan sigmoid. Tempat kolon membentuk kelokan tajam pada abdomen
kanan disebut sebagai fleksura hepatika sedangkan kiri disebut fleksura
lienalis. Kolon sigmoid mulai setinggi krista iliaka dan mebentuk lekukan
berbentukS. Lekukan bagian bawah membelok ke kiri sewaktu kolon
sigmoid bersatu dengan rektum.
Usus besar mempunyai berbagai fungsi yang semuanya berkaitan
dengan proses akhir isi usus. Fungsi usus besar yang paling penting adalah
absorpsi air dan elektrolit, yang sudah hampir selesai dalam kolon dekstra.
Kolon sigmoid berfungsi sebagai reservoir yang menampung masa feses
yang sudah terdehidrasi hingga berlangsungnya defekasi.
Pada umumnya usus besar bergerak secara lambat. Gerakan usus
besar yang khas adalah gerakan pengadukan haustral. Kantung atau
haustra meregang dan dari waktu ke waktu otot sirkular akan berkontraksi
untuk mengosongkannya. Gerakan ini tidak progresif tetapi menyebabkan
isi usus bergerak bolak-balik dan mermas-remas sehingga memberi waktu
untuk terjadinya absorpsi.
Terdapat dua jenis peristaltik propulsif :
a. kontraksi lambat dan tidak teratur, berasal dari segmen proksimal dan
bergerak ke depan, menyumbat beberapa haustra
b. peristaltik massa, merupakan kontraksi yang melibatkan segmen
kolon. Gerakan peristaltik ini menggerakkan massa feses ke depan,
akhirnya merangsang defekasi. Kejadian ini timbul dua sampai tiga
kali sehari dan dirangsang oleh refleks gatrokolik setelah makan,
terutama setelah makanan yang pertama kali dimakan pada hari itu.

REKTUM
Propulsi feses ke dalam rektum menyebabkan terjadinya distensi
dinding rektum dan merangsang refleks defekasi. Defekasi dikendalikan
oleh sfingter ani eksterna dan interna. Sfingter interna dikendalikan oleh
sistem saraf otonom, sedangkan sfingter eksterna dikendalikan oleh sistem
saraf voluntar. Refleks defekasi terintegrasi pada medula spinalis segmen
sakral kedua dan keempat. Serabut parasimpatis mencapai rektum melalui
saraf splangnikus panggul dan menyebabkan terjadinya kontraksi rektum
dan relaksasi sfingter interna. Pada waktu rektum yang tergang
berkontraksi, otot levator ani berelaksasi, sehingga menyebabkan sudut
dan anulus anorektal hilang. Otot sfingter interna dan eksterna berelaksasi
pada waktu anus tertarik ke atas melebihi tinggi masa feses. Defekasi
dipercepat dengan tekanan intraabdomen yang meningkat akibat kontraksi
voluntar otot dada dengan glotis yang tertutup, dan kontraksi otot
abdomen secara terus menerus (manuver atau peregangan valsalva).
Defekasi dapat dihambat oleh kontraksi voluntar sfingter eksterna dan
levator ani. Dinding rektumsecara bertahap menjadi relaks dan keinginan
defekasi menghilang.

2. Proses Terjadinya Defekasi

Secara umum, defekasi adalah proses pengosongan usus yang sering
disebut Buang Air Besar (BAB). Terdapat 2 pusat yang menguasai refleks
untuk defekasi, yang terletak di medula dan sumsum tulang belakang.
Apabila terjadi rangsangan parasimpatis, sfingter anus bagian dalam akan
mengendur dan usus besar menguncup. Refleks defekasi dirangsang untuk
BAB, kemudian sfingter anus bagian luar yang diawasi oleh sistem saraf
parasimpatis, setiap waktu menguncup / mengendur. Selama defekasi
berbagai otot lain membantu proses itu, seperti otot, dinding perut, diafragma,
dan otot-otot dasar pelvis.
Proses eliminasi / defekasi, terjadi karena kontraksi peristaltik rektum.
Kontraksi ini dihasilkan sebagai respon terhadap stimulasi otot polos
longitudinal dan sirkular oleh pleksus mienterik yang kemudian distimulasi
oleh saraf parasimpatis yang berjalan di segmen sakrum korda spinal.
Peregangan mekanis rektum oleh feses juga merupakan stimulasi peristaltis
yang kuat. Sewaktu gelombang peristaltik dimulai, sfingter anus interna, yang
tersusun dari otot polos, melemas. Apabila sfingter anus eksterna juga
melemas akan terjadi defekasi.
Sfingter anus eksterna merupakan otot rangka sehingga dibawah kontrol
kesadaran. Pada kenyataannya, relaksasi sfingter interna menyebabkan
kontraksi refleks sfingter eksterna pada semua individu kecuali bayi dan
sebagian orang yang mengalami transeksi korda spinal. Refleks kontraksi
sfingter eksterna secara efektif menghentikan defekasi. Apabila refleks
defekasi terjadi pada waktu yang tepat setelah sfingter interna melemas,
kontraksi refleks sfingter eksterna dapat secara sadar dilawan dan defekasi
akan terjadi.
Dengan demikian, secara khusus defekasi adalah suatu reflek spinal yang
dapat dihambat secara sadar dengan menjaga agar sfingter eksterna tetap
berkontraksi / dibantu dengan melemaskan sfingter dan mengontraksikan otot
abdomen.
Chyme bergerak karena adanya peristaltik usus dan akan berkumpul
menjadi feses di usus besar. Dari makanan sampai mencapai rectum
normalnya diperlukan waktu 12 jam. Gerakan kolon dibagi menjadi tiga
bagian yaitu, haustral shuffing adalah gerakan mencampur chyme untuk
membantu mengabsorpsi air, kontraksi haustral adalah gerakan untuk
mendorong materi air dan semi padat sepanjang kolon, dan gerakan
peristaltik adalah gerakan maju ke anus yang berupa gelombang.
Defekasi adalah proses pembuangan atau pengeluaran sisa
metabolisme berupa feses dan flatus yang berasal dari saluran pencernaan
melalui anus. Dalam proses defekasi terjadi 2 macam refleks yaitu:
a. Refleks defekasi intrinsik
Refleks ini berawal dari feses yang masuk ke rectum sehingga terjadi
distensi rectum, yang kemudian menyebabkan rangsangan pada
fleksus mesentrikus dan terjadilah gerakan peristaltik setelah feses tiba
di anus secara sistematis spinkter interna relaksasi maka terjadilah
defekasi.
b. Refleks defekasi parasimpatis
Feses yang masuk ke rectum akan merangsang saraf rectum yang
kemudian diteruskan ke spinal cord. Dari spinal cord kemudian
dikembalikan ke kolon desenden, sigmoid dan rectum menyebabkan
intensifnya peristaltik, relaksasi spinter interna, maka terjadilah
defekasi.





3. Sistem saraf yang mensarafi usus besar

1) Pleksus mientrikus / auerbach
Terdapat diantara lapisan otot longitudinal dan otot sirkular. Selain
berperan mempersarafi lapisan otot polos sirkular dan longitudinal,
juga memegang peran pada kontrol motorik (misal : kontrol pada
gerakan peristaltik yang terjadi pada dinding-dinding jonjot usus).

2) Pleksus meissner / submukosa
Terdapat diantara otot sirkular dan mukosa. Selain berperan mensarafi
epitel kelenjar, sel endokrin usus, dan pembuluh darah submukosa,
juga sangat berperan pada ekskresi usus.

4. Pembuluh darah yang membawa darah dari dan menuju ke usus
besar.
Darah yang berasal dari saluran gastrointestinal sebelumnya
membawa nutrient dan oksigen yang kemudian masuk ke usus besar
melalui arteri mesentrik inferior dan arteri mesentrik superior, sedangkan
darah yang berasal dari usus besar mengalir melalui pembuluh-pembuluh
vena yang ada dalam usus besar, dalam hal ini vena mesentrik superior
dan vena mesentrik inferior untuk menuju ke hati. Sebelum sampai ke hati
vena-vena tersebut tergabung dalam pembuluh vena yang cukup besar
yang disebut dengan vena porta.

Gambaran Vena Porta



Sistem Arteri Sistem Vena

5. Perbedaan susunan feses yang normal dan abnormal.

Karakteristik Normal Abnormal
Kemungkinan
Penyebab
Warna Orang dewasa:
coklat
Bayi: kuning
Seperti tanah liat
atau putih







Hitam atau warna
ter



Tidak
terdapatpigmen
empedu
(obstruksi
empedu):
pemeriksaan
diagnostik dengan
menggunakan
barium
Obat (mis., zat
besi); perdarahan
dari saluran cerna
atas (mis.,
lambung, usus




Merah





Pucat




Orange atau hijau
kecil); diet tinggi
daging merah dan
sayuran hijau tua
(mis., bayam)
Perdarahan dari
saluran cerna
bawah (mis.,
rektum); beberapa
makanan (mis.,
bit)
Malabsorpsi
lemak; diet tinggi
susu dan produk
susu serta rendah
daging
Infeksi usus
Konsistensi Memiliki bentuk,
lunak, semi padat,
lembap
Keras, kering









Diare
Dehidrasi;
menurunnya
motilitas usus
akibat diet rendah
serat, kurang
olahraga,
kesedihan
emosional,
penyalahgunaan
laksatif
Motilitas usus
meningkat (mis.,
akibat iritasi
kolon oleh
bakteri)
Bentuk Silindris (kontur
rektum) yang
berdiameter
sekitar 2,5 cm (1
inchi) pada orang
dewasa
Feses pendek,
berbentuk seperti
pensil; atau feses
menyerupai
bentuk
benang/tali
Obstruksi rektum
Jumlah Bervariasi sesuai
dengan diet (
sekitar 100-400
g/hari)

Bau Berbau:
dipengaruhi oleh
makanan yang
dimakan dan flora
bakteri orang
tersebut
Tajam Infeksi, darah
Unsur pokok Sejumlah kecil
bagian
makanankasar
yang tidak
tercerna, massa
bakteri yang mati
dan sel-sel epitel,
lemak, protein,
unsur kering dari
cairan lambung
(mis., pigmen
empedu), bahan-
bahan anorganik
(kalsium, fosfat)
Pus
Mukus
Parasit
Darah

Lemak dalam
jumlah besar
Terdapat benda
asing
Infeksi bakteri
Kondisi inflamasi

Perdarahan gastro
intestinal
Malabsorpsi

Tertelan secara
tidak sengaja


6. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DEFEKASI
Faktor yang mempengaruhi pola defekasi:
1. Usia
Pada usia bayi kontrol defekasi belum berkembang, sedangkan pada usia
manula kontrol defekasi menurun.
2. Diet
Bulk (selulosa, serat) yang cukup di dalam diet diperlukan untuk
memberika volume pada feses sehingga mempercepat produksi feses.
Orang yang makan pada waktu yang sama setiap harinya memiliki
respon fisiologis dengan waktu yang teratur terhadap asupan makanan
dan memiliki pola aktivitas peristaltik yang teratur di usus besar.
3. Intake Cairan
Eliminasi yang sehat biasanya memerlukan asupan cairan harian
sebanyak 2000-3000ml. Apabila asupan cairan tidak adekuat atau
haluaran berlebihna, tubuh terus mengabsorbsi dari kimus (isi kolon). Hal
ini menyebabkan feses menjadi keras dan eliminasi menjadi lambat.
Apabila gerakan peristaltik meningkat, waktu untuk mengabsorbsi cairan
kedalam darah tidak cukup, sehingga feses akan menjadi lunak bahkan
encer.
4. Aktivitas
Aktivitas akan menstimulasi peristalti sehingga memfasilitasi pergerakan
kimus di sepanjang kolon. Otot abdomen dan pelvis yang lemah sering
kali tidak efektif dalam meningkatkan tekanan intra-abdomen selama
defekasi atau dalam mengontrol defekasi.
5. Faktor psikologis
Penyakit tertentu yang mengakibatkan diare berat, seperti kolitis
ulseratif. Aktivitas peristaltik meningkat pada orang yang mengalami
marah atau cemas yang pada akhirnya dapat menimbulkan diare. Orang
yang depresi dapat mengalami penurunan mobilitas usus yang
mengakibatkan konstipasi.
6. Pengobatan
Beberapa jenis obat dapat mengakibatkan diare dan konstipasi
7. Gaya hidup
Kebiasaan untuk melatih pola buang air besar sejak kecil secara teratur,
fasilitas buang air besar dan kebiasaan menahan buang air besar.
8. Prosedur diagnostik
Klien yang akan dilakukan prosedur diagnostik biasanya dipuasakan atau
dilakukan klisma dahulu agar tidak dapat buang air besar kecuali setelah
makan.
9. Penyakit
Beberapa penyakit pencernaan dapat menimbulkan diare dan konstipasi.
10. Anestesia dan pembedahan
Anestesi umu dapat membloking impuls parasimpatis, sehingga kadang-
kadangdapat menyebabkan ileus usus. Kondisi ini dapat berlangsung 24-
48 jam.
11. Nyeri
Pengalaman nyeri waktu buang air besar seperti adanya hemoroid,
fraktur ospubis, episiotomi akan mengurangi keinginan untuk buang air
besar.
12. Kerusakan sensori dan motorik
Kerusakan spinal cord dan injuri kepala akan menimbulkan penurunan
stimulus sensorik untuk defekasi. (Tarwoto, 2003)







DAFTAR PUSTAKA

Iqbal, Wahid & Nurul. 2005. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia:Teori dan
Aplikasi dalam Praktik. Jakarta:EGC.
Johnson, Ruth. 2004. Buku Ajar Praktik Kebidanan. Jakarta:EGC.
Kozier, Barbara, dkk. 2002. Buku Ajar Praktik Keperawatan Klinik. Jakarta:EGC.
Pearce, Evelyn C. 2009. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.
Perry Potter. 1997. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Ed. 4 : Konsep, Proses,
dan Praktek. Jakarta : EGC
Sloane, Ethel. 2003. Anatomi dan Fisiologi untuk pemula. Jakarta: EGC.
Tarwoto & Wartonah. 2003. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan.
Jakarta:Salemba Medika.
Lauralee Sherwood. SistemPencernaan. Lauralee Sherwood. FisiologiManusia :
Dari Sel Ke Sistem. Jakarta: EGC 2001;541.
Dr. R. Mulia Bangun, AAI, Prof. DR. L. Aulia, AAI, dan Prof. Dr. A. Effendi,
AAI. Abdomen. dr, Simbar Siitepu, AAI. Buku Ajar Anatomi 2 :
Kepala, Leher, Thorax, Abdomen, Pelvis Edisi 4. Medan : Bagian
Anatomi FK USU 2006; 22-28.
Luis Carlos Junqueira, dan Jos Carnerio.Saluran cerna. Luis Carlos Junqueira,
Dan Jos Carnerio. HistologiDasar :Teks Dan Atlas. Jakarta : EGC
2007;295-306.

You might also like