You are on page 1of 3

Mekanisme Kekebalan seluler

Sistem imun ialah semua mekanisme yang digunakan tubuh untuk mempertahankan
keutuhannya terhadap bahaya yang dapat menimbulkan berbagai bahan dalam lingkungan
hidup. Respons imun adalah respons tubuh berupa suatu urutan kejadian yang kompleks
terhadap antigen, untuk mengeliminasi antigen tersebut. Respons imun ini dapat melibatkan
berbagai macam sel dan protein, terutama sel makrofag, sel limfosit, komplemen, dan sitokin
yang saling berinteraksi secara kompleks. Imunitas mempunyai tiga fungsi utama (Durijati
2007).
1. Perannya dalam pertahanan adalah menghasilkan resistensi terhadap agen penginvasi
seperti mikroorganisme.
2. Perannya dalam surveilans adalah mengindentifikasi dan menghancurkan sel-sel tubuh
sendiri yang bermutasi dan berpotensi menjadi neoplasma.
3. Perannya dalam homeostasis adalah membersihkan sisa-sisa sel dan zat-zat buangan
sehingga tipe-tipe sel tetap seragam dan tidak berubah.

Imunitas selular adalah respon imun yang dilakukan oleh molekul-molekul protein yang
tersimpan dalam limfa dan plasma darah. Imunitas seluler bergantung pada peran langsung
sel-sel (sel limfosit) dalam menghancurkan patogen. Imunitas ini dimediasi oleh sel T
limfosit yang merupakan 70-85% dari semua limfosit dalam sirkulasi. Sel limfosit T akan
meregulasi respons imun dan melisis sel target yang dihuni antigen. Setelah kontak pertama
dengan sebuah antigen melalui makrofag, sekelompok limfosit T tertentu dalam jaringan
limfatik akan membesar diameternya. Setelah itu, berkembang biak dan berdiferensiasi
menjadi beberapa sub populasi. Sub populasi tersebut, antara lain sel T sitotoksik (cytotoxic
T cell), sel T penolong (helper T cell), sel T supressor (supressor T cell), dan sel T memori
(memory T cell).. Sel limfosit B akan berdiferensiasi menjadi sel plasma dan memproduksi
antibodi yang akan menetralkan atau meningkatkan fagositosis antigen dan lisis antigen oleh
komplemen, serta meningkatkan sitotoksisitas sel yang mengandung antigen yang dinamakan
proses antibody dependent cell mediated cytotoxicy (ADCC). Mekanisme ini ditujukan untuk
benda asing yang dapat menginfeksi sel (beberapa bakteri dan virus) sehingga tidak dapat
dilekati oleh antibodi. Hal ini dikarenakan tugas utama imunitas seluler adalah untuk
menghancurkan sel tubuh yang telah terinfeksi patogen, misalnya oleh bakteri atau virus.
Bakteri atau virus yang telah menyerang sel tubuh akan memperbanyak diri dalam sel tubuh
tersebut. Hal ini tidak dapat dilakukan oleh antibodi tubuh (Harsoyo 2001).
Peran sel T dapat dibagi menjadi 2 fungsi utama, yaitu fungsi regulator dan fungsi
efektor. Fungsi regulator terutama dilakukan oleh salah satu subset sel T, yaitu sel T helper
(juga dikenal sebagai sel CD4 karena petanda cluster of differentiation di permukaan sel
diberi nomor 4). Sel-sel CD4 mengeluarkan molekul yang dikenal dengan nama sitokin
(protein berberat molekul rendah yang disekresikan oleh sel-sel sistem imun) untuk
melaksanakan fungsi regulatornya. Sitokin-sitokin dari sel CD4 mengendalikan proses-
proses imun seperti membantu sel B untuk memproduksi antibodi, pengaktivan sel T lain,
dan pengaktivan makrofag, contohnya interferon. Interferon ini merupakan sel yang berperan
dalam mensekresikan sekumpulan protein saat tubuh kita terserang virus. Interferon akan
bertindak sebagai antivirus dan bereaksi dengan sel yang belum terinfeksi oleh virus.
Interferon juga dapat merangsang limfosit untuk mengahncurkan dan membunuh sel-sel yang
terinfeksi virus. (Zakinudin 2001).
Fungsi efektor dilakukan oleh sel T sitotoksik (dahulu dikenal sebagai sel T killer; saat
ini dikenal sebagai CD8 karena cluster of differentiation diberi nomor 8). Sel-sel CD8
mampu mematikan sel yang terinfeksi oleh virus, sel tumor, dan jaringan transplantasi
dengan menyuntikan zat kimia yang disebut perforin ke dalam sasaran asing. Cara ini
bertujuan untuk mencegah penyebaran infeksi. Limfokin disekresikan oleh sel T untuk
mempengaruhi dan mengaktivasi makrofag dan sel Natural Killer (NK) sehingga meningkat
secara nyata pada penyerangan virus (Zakinudin 2001).


Gambar 1 Cara sel T sitotosik menghancurkan sel terinfeksi
Kerja sama antara imunitas humoral dan imunitas seluler adalah salah satu sifat respons imun
untuk mencari keseimbangan dan kekebalan dalam darah dan kekebalan dalam sel. Bila ada
infeksi yang masuk ke dalam tubuh akan terjadi reaksi yang diperankan oleh kekebalan tubuh
yang alami terlebih dahulu, kemudian baru disusul kekebalan yang spesifik. Bila keadaan ini
dapat diatasi, maka infeksi tersebut akan meluas dan menyerang sel dari organ tertentu. Pada
keadaan ini kekebalan seluler mulai bekerja dimulai dari yang nonspesifik sampai spesifik
(Harsoyo 2004).
Respons kekebalan tubuh dan memori imunologis terhadap suatu patogen atau antigen
dapat dibedakan atas respons primer dan respons sekunder. Respons primer merupakan respons
kekebalan tubuh yang pertama kali terjadi ketika suatu antigen tertentu memasuki tubuh.
Respons sekunder merupakan respons kekebalan tubuh ketika antigen yang sama menyerang
tubuh kembali untuk kedua kalinya. Ketika antigen pertama kali memasuki tubuh, respons sistem
kekebalan tubuh tidak terjadi secara langsung. Diperlukan beberapa hari bagi sel limfosit untuk
dapat aktif. Ketika banyak sel limfosit B terbentuk, konsentrasi antibodi dalam tubuh mulai
terlihat. Selama keterlambatan ini, individu yang terinfeksi akan sakit (contohnya demam).
Konsentrasi antibodi mencapai puncak setelah sekitar 2 minggu dari awal infeksi. Saat
konsentrasi antibodi dalam darah dan sistem limfatik naik, gejala sakit akan berkurang dan
hilang. Setelah itu, pembentukan antibodi menurun dan individu tersebut sembuh (Baratawidjaja
K 1996).
.
Daftar Pustaka
Baratawidjaja K. 1996. Imunologi Dasar. Jakarta: FK UI Press.
DuriJati,Wijaya. 2007. Aktif Biologi. Jakarta: Ganesa Exact
Harsoyo N. 2004. Peran Imunitas Tubuh Dalam Pencegahan Penyakit Hepatitis Virus Pada Anak
[tugas akhir]. Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro.
Zakinudin M. 2001. Respons Imun Terhadap Infeksi Bakteri.Imunitas 2: 193-194.

You might also like