You are on page 1of 21

Model Model Kurikulum di Indonesia Page 1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Dunia pendidikan di Indonesia sudah berkali-kali melakukan perubahan
kurikulum hal ini dilakukan dalam rangka menyempurnakan sistem pendidikan di
Indonesia yang dinilai sangat buruk dikawasan asia. Perjalanan kurikulum pendidikan
di Indonesia masih terhitung muda. Tapi perlu adanya perbaikan, agar negara kita bisa
sejajar dengan negara lain dikawasan asia maupun didunia. Maka dari itu saya sebagai
penulis harus mengetahui perjalanan dari kurikulum di Indonesia, dari awal
merdekanya negara ini hingga sekarang. Tujuannya tiada lain untuk mengetahui
kekurangan dan kelebihan dari setiap jamannya, agar bisa menjadi bahan perbaikan
untuk dimasa yang akan datang.

1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana model kurikulum dari tahun 1950 sekarang?
Apa analisis dari setiap model kurikulum dari tahun 1950 sekarang?

1.3 Tujuan
Mengetahui model kurikulum dari tahun 1950 sekarang?
Dapat menganalisis dari setiap model kurikulum dari tahun 1950 sekarang?




Model Model Kurikulum di Indonesia Page 2

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Kurikulum 1947
Kurikulum yang pertama kali diberlakukan di sekolah Indonesia pada awal
kemerdekaan ialah kurikulum 1947 dan memakai istilah dalam bahasa Belanda leer
plan artinya rencana pelajaran. Perubahan arah pendidikan lebih bersifat politis, dari
orientasi pendidikan Belanda ke kepentingan nasional. Sedangkan asas pendidikan
ditetapkan Pancasila. Kurikulum yang berjalan saat itu dikenal dengan sebutan
Rentjana Pelajaran 1947, yang baru dilaksanakan pada tahun 1950. Sejumlah kalangan
menyebut sejarah perkembangan kurikulum diawali dari Kurikulum 1950. Bentuknya
memuat dua hal pokok:
Daftar mata pelajaran dan jam pengajarannya,
Garis-garis besar pengajaran

Pada saat itu, kurikulum pendidikan di Indonesia masih dipengaruhi sistem
pendidikan kolonial Belanda dan Jepang, sehingga hanya meneruskan yang pernah
digunakan sebelumnya. Rentjana Pelajaran 1947 boleh dikatakan sebagai pengganti
sistem pendidikan kolonial Belanda. Karena suasana kehidupan berbangsa saat itu
masih dalam semangat juang merebut kemerdekaan maka pendidikan sebagai
development conformism lebih menekankan pada pembentukan karakter manusia
Indonesia yang merdeka dan berdaulat dan sejajar dengan bangsa lain di muka bumi
ini. Orientasi Rencana Pelajaran 1947 tidak menekankan pada pendidikan pikiran.
Yang diutamakan adalah : pendidikan watak, kesadaran bernegara dan bermasyarakat.
Materi pelajaran dihubungkan dengan kejadian sehari-hari, perhatian terhadap kesenian
dan pendidikan jasmani.
Model Model Kurikulum di Indonesia Page 3

Penerbitan UU No. 4 tahun 1950 merumuskan pula tujuan kurikulum menurut
jenjang pendidikan. Sekolah mengharuskan menyempurnakan kurikulum 1947 agar
lebih disesuaikan dengan kebutuhan dan kepentingan bangsa Indonesia.
Berikut ini ciri-ciri Kurikulum 1947 :
1. sifat kurikulum Separated Subject Curriculum (1946-1947),
2. menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar di sekolah,
3. jumlah mata pelajaran : Sekolah Rakyat (SR) 16 bidang studi, SMP-17 bidang
studi dan SMA jurusan B-19 bidang studi.
Kelebihan dari kurikulum ini yaitu mampu membentuk dan menguatkan
karakter bangsa dengan mengacu pada dasar dasar pancasila, karena pada saat itu
keadaan bangsa Indonesia masih dalam masa mempertahankan kemerdekaan dari
bangsa penjajah.
Kekurangan dari kurikulum ini ialah masih menggunakan kurikulum yang lama
warisan dari bangsa penjajah. Kurikulum ini belum begitu sempurna akibat dari
peniruan dari bangsa penjajah, sehingga ada ketidaksesuaian dengan karakter bangsa
Indonesia. Oleh karena itu harus dilakukan beberapa perubahan, agar tujuan dari
pendidikan Indonesia tercapai sesuai dengan dasar dasar pancasila.

2.2 Kurikulum 1952, Rentjana Pelajaran Terurai 1952
Setelah Rentjana Pelajaran 1947, pada tahun 1952 kurikulum di Indonesia
mengalami penyempurnaan. Kurikulum ini lebih merinci setiap mata pelajaran yang
kemudian diberi nama Rentjana Pelajaran Terurai 1952. Kurikulum ini sudah mengarah
pada suatu sistem pendidikan nasional. Yang paling menonjol dan sekaligus ciri dari
kurikulum 1952 ini bahwa setiap rencana pelajaran harus memperhatikan isi pelajaran
yang dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari. Silabus mata pelajarannya
Model Model Kurikulum di Indonesia Page 4

menunjukkan secara jelas bahwa seorang guru mengajar satu mata pelajaran, (Djauzak
Ahmad, Dirpendas periode1991-1995).
Kelebihan dari kurikulum ini ialah terletak pada penyempurnaan dari kurikulum
itu sendiri yang telah merinci setiap mata pelajaran. Dan kurikulum ini sendiri sudah
mengarah pada suatu sistem pendidikan nasional.
Kekurangan dari kurikulum ini ialah belum menuju pengembangan bakat setiap
siswa dan belum mengembangkan pada kecerdasan emosional, moral,dll.

2.3 Kurikulum 1964, Rentjana Pendidikan 1964
Usai tahun 1952, menjelang tahun 1964, pemerintah kembali menyempurnakan
sistem kurikulum di Indonesia. Kali ini diberi nama Rentjana Pendidikan 1964. Pokok-
pokok pikiran kurikulum 1964 yang menjadi ciri dari kurikulum ini adalah bahwa
pemerintah mempunyai keinginan agar rakyat mendapat pengetahuan akademik untuk
pembekalan pada jenjang SD, sehingga pembelajaran dipusatkan pada program
Pancawardhana (Hamalik, 2004), yaitu pengembangan moral, kecerdasan,
emosional/artistik, keprigelan (keterampilan),dan jasmani. Ada yang menyebut
Pancawardhana berfokus pada pengembangan daya cipta, rasa, karsa, karya, dan moral.
Mata pelajaran diklasifikasikan dalam lima kelompok bidang studi: moral, kecerdasan,
emosional/artistik, keprigelan (keterampilan), dan jasmaniah. Pendidikan dasar lebih
menekankan pada pengetahuan dan kegiatan fungsional praktis.
Kelebihan dari kurikulum ini ialah telah dirancangnya sistem yang mana pada
jenjang sekolah dasar (SD) diberikan pengetahuan akademik sebagai bekal, sehingga
pembelajarannya dipusatkan pada program pengenbangan moral, kecerdasan,
emosional, keterampilan, dan jasmani. Dan pada kurikulum ini menekankan pendidikan
dasar lebih menuju pada kegiatan fungsional praktis.
Model Model Kurikulum di Indonesia Page 5

Kekurangan dari kurikulum ini ialah dalam hal pengembangan pengetahuan
akademik. Dalam pengembangannya belum begitu terlaksana karena kekurangan tenaga
pengajar dan masih awal jadi tersa begitu sulit.
2.4 Kurikulum 1968
Kurikulum 1968 ditandai dengan pendekatan peng-organisasian materi
pelajaran dengan pengelompokan suatu pelajaran yang berbeda, yang dilakukan
secara korelasional (correlated subject curriculum), yaitu mata pelajaran yang satu
dikorelasikan dengan mata pelajaran yang lain, walaupun batas demokrasi antar mata
pelajaran masih terlihat jelas. Muatan materi masing-masing mata pelajaran masih
bersifat teoritis dan belum terikat erat dengan keadaan nyata dalam lingkungan
sekitar. Peng-organisasian mata pelajaran secara korelasional itu berangsur-angsur
mengarah kepada pendekatan pelajaran yang sudah terpisah-pisah berdasarkan
disiplin ilmu pada sekolah-sekolah yang lebih tinggi.
Berikut ciri-ciri kurikulum 1968 :
1. sifat kurikulum correlated subject,
2. jumlah mata pelajaran SD-10 bidang studi, SMP-18 bidang studi (Bahasa
Indonesia dibedakan atas Bahasa Indonesia I dan II), SMA jurusan A-18 bidang
studi,
3. penjurusan di SMA dilakukan di kelas II, dan disederhanakan menjadi dua
jurusan, yaitu Sastra Sosial Budaya dan Ilmu Pasti Pengetahuan Alam
(PASPAL).
Kelebihan dari kurikulum ini ialah pada peng-organisasian materi pelajaran
dengan pengelompokan suatu pelajaran yang berbeda, yang dilakukan secara
korelasional, karena dengan hal ini mampu melihat dengan mudah perkembangan
peserta didik, dan mengetahui kelebihan dan kekurangan peserta didik.
Model Model Kurikulum di Indonesia Page 6

Kekurangan dari kurikulum ini ialah muatan materi masing-masing mata
pelajaran masih bersifat teoritis dan belum terikat erat dengan keadaan nyata dalam
lingkungan sekitar. Sehingga efektifitas pada kegiatan pembelajaran belum begitu
tercapai.

2.5 Kurikulum 1975
Menekankan pada tujuan, agar pendidikan lebih efektif dan efisien. Menurut
Drs Mudjito; Ak; Msi (Direktur Pemb. TK dan SD Depdiknas). yang melatarbelakangi
lahirnya kurikulum ini adalah pengaruh konsep di bidang manejemen, yaitu MBO
(management by objective) yang terkenal saat itu," Metode, materi, dan tujuan
pengajaran dirinci dalam Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI), yang
dikenal dengan istilah "satuan pelajaran", yaitu rencana pelajaran setiap satuan bahasan.
Setiap satuan pelajaran dirinci menjadi : tujuan instruksional umum (TIU), tujuan
instruksional khusus (TIK), materi pelajaran, alat pelajaran, kegiatan belajar-mengajar,
dan evaluasi.
Di dalam kurikulum 1975, pada setiap bidang studi dicantumkan tujuan
kurikulum, sedangkan pada setiap pokok bahasan diberikan tujuan instruksional umum
yang dijabarkan lebih lanjut dalam berbagai satuan bahasan yang memiliki tujuan
instruksional khusus. Dalam proses pembelajaran, guru harus berusaha agar tujuan
instruksional khusus dapat dicapai oleh peserta didik, setelah mata pelajaran atau pokok
bahasan tertentu disajikan oleh guru. Metode penyampaian satun bahasa ini disebut
prosedur Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI). Melalui PPSI ini dibuat satuan
pelajaran yang berupa rencana pelajaran setiap satuan bahasan. Kurikulum 1975 banyak
dikritik. Guru dibuat sibuk menulis rincian apa yang akan dicapai dari setiap kegiatan
pembelajaran

Model Model Kurikulum di Indonesia Page 7

Ciri-ciri kurikulum 1975:
1. Berorientasi pada tujuan
2. Menganut pendekatan integratif dalam arti bahwa setiap pelajaran memiliki
arti dan peranan yang menunjang kepada tercapainya tujuan-tujuan yang lebih
integratif.
3. Menekankan kepada efisiensi dan efektivitas dalam hal daya dan waktu.
4. Menganut pendekatan sistem instruksional yang dikenal dengan Prosedur
Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI). Sistem yang senantiasa mengarah
kepada tercapainya tujuan yang spesifik, dapat diukur dan dirumuskan dalam
bentuk tingkah laku siswa.
5. Dipengaruhi psikologi tingkah laku dengan menekankan kepada stimulus
respon (rangsang-jawab) dan latihan (drill).
Kelebihan dari kurikulum ini ialah dalam setiap kegiatan pembelajaran setiap
guru telah mempersiapkan segala sesuatunya untuk mengajar. Setiap pembelajaran
tertata dan dimanajemen dengan baik, sehingga apa yang dilaksanakan dapat mencapai
tujuan yang telah direncanakan.
Kekurangan dari kurikulum ini ialah guru dibuat sibuk menulis rincian apa
yang akan dicapai dari setiap kegiatan pembelajaran. Dan banyak kritikan terhadap
kurikulum ini.

2.6 Kurikulum 1984
Kurikulum 1984 pada hakikatnya merupakan penyempurnaan dari kurikulum
1975. Asumsi yang mendasari penyempurnaan kurikulum 1975 ini adalah bahwa
kurikulum merupakan wadah atau tempat proses belajar mengajar berlangsung yang
secara dinamis, perlu senantiasa dinilai dan dikembangkan secara terus menerus sesuai
dengan kondisi dan perkembangan masyarakat.
Model Model Kurikulum di Indonesia Page 8

Kurikulum 1975 yang Disempurnakan Kurikulum 1984 mengusung process
skill approach. Meski mengutamakan pendekatan proses, tapi faktor tujuan tetap
penting. Kurikulum ini juga sering disebut "Kurikulum1975 yang disempurnakan".
Posisi siswa ditempatkan sebagai subjek belajar. Dari mengamati sesuatu,
mengelompokkan, mendiskusikan, hingga melaporkan. Model ini disebut Cara Belajar
Siswa Aktif (CBSA) atau Student Active Learning (SAL).
CBSA merupakan suatu upaya dalam pembaharuan pendidikan dan
pembelajaran pada saat itu. Pendekatannya menitikberatkan pada keaktifan siswa
yang merupakan inti dari kegiatan belajar.
Dalam CBSA kegiatan belajarnya diwujudkan dalam berbagai bentuk kegiatan
seperti mendengarkan, berdiskusi, membuat sesuatu, menulis laporan, memecahkan
masalah, membentuk gagasan, menyusun rencana dan sebagainya. Adapun kegiatan
yang dilakukan guru adalah sebagai berikut:
1. Menyiapkan lembar Kerja
2. Menyususun tugas bersama siswa
3. Memberikan informasi tentang kegiatan yang akan di susun.
4. Memberikan bantuan dan pelayanan apabila siswa mendapat kesulitan
5. Menyampaikan pertanyaan yang bersifat asuhan
6. Membantu mengarahkan rumusan kesimpulan umum.
7. Memberikan bantuan dan pelayanan khusus kepada siswa yang lamban
8. Menyalurkan bakat dan minat siswa
9. Mengamati setiap aktivitas siswa.

Kurikulum 1984 memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Berorientasi kepada tujuan instruksional.
2. Pendekatan pengajarannya berpusat pada anak didik melalui cara belajar
siswa aktif (CBSA). CBSA adalah pendekatan pengajaran yang memberikan
kesempatan kepada siswa untuk aktif terlibat secara fisik, mental, intelektual,
Model Model Kurikulum di Indonesia Page 9

dan emosional dengan harapan siswa memperoleh pengalaman belajar secara
maksimal, baik dalam ranah kognitif, afektif, maupun psikomotor.
3. Materi pelajaran dikemas dengan nenggunakan pendekatan spiral. Spiral
adalah pendekatan yang digunakan dalam pengemasan bahan ajar berdasarkan
kedalaman dan keluasan materi pelajaran. Semakin tinggi kelas dan jenjang
sekolah, semakin dalam dan luas materi pelajaran yang diberikan.
4. Menanamkan pengertian terlebih dahulu sebelum diberikan latihan. Konsep-
konsep yang dipelajari siswa harus didasarkan kepada pengertian, baru
kemudian diberikan latihan setelah mengerti. Untuk menunjang pengertian
alat peraga sebagai media digunakan untuk membantu siswa memahami
konsep yang dipelajarinya.
5. Materi disajikan berdasarkan tingkat kesiapan atau kematangan siswa.
Pemberian materi pelajaran berdasarkan tingkat kematangan mental siswa dan
penyajian pada jenjang sekolah dasar harus melalui pendekatan konkret,
semikonkret, semi-abstrak, dan abstrak dengan menggunakan pendekatan
induktif dari contoh-contoh ke kesimpulan. Dari yang mudah menuju ke sukar
dan dari sederhana menuju ke kompleks.
6. Menggunakan pendekatan keterampilan proses. Keterampilan proses adalah
pendekatan belajar mengajar yang memberi tekanan kepada proses
pembentukkan keterampilan memperoleh pengetahuan dan
mengkomunikasikan perolehannya. Pendekatan keterampilan proses
diupayakan dilakukan secara efektif dan efesien dalam mencapai tujuan
pelajaran.
Tokoh penting dibalik lahirnya Kurikulum 1984 adalah Profesor Dr. Conny R.
Semiawan, Kepala Pusat Kurikulum Depdiknas periode 1980-1986. Konsep CBSA
yang elok secara teoritis dan bagus hasilnya di sekolah-sekolah yang diujicobakan,
mengalami banyak deviasi dan reduksi saat diterapkan secara nasional. Sayangnya,
banyak sekolah kurang mampu menafsirkan CBSA. Yang terlihat adalah suasana
gaduh di ruang kelas lantaran siswa berdiskusi, disana-sini ada tempelan gambar, dan
Model Model Kurikulum di Indonesia Page 10

yang menyolok guru tak lagi mengajar model berceramah. Akhirnya penolakan
CBSA bermunculan.
Kelebihan dari kurikulum ini ialah mampu menempatkan siswa menjadi subjek
pembelajaran. Siswa diberikan kesempatan untuk aktif dalam proses pembelajaran
baik secara fisik, mental, intelektual, dan emosional atau istilah kurikulum ini ialah
Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA). Dan dalam pemberian materi disesuaikan dengan
kesiapan siswa, sehingga siswa akan lebih mudah menerima setiap materi yang
diberikan.
Kekurangannya ialah bila terjadi salah penafsiran dari sekolah yang
menjalankannya akan terjadi kekeliruan. Yang terjadi bukan kekondusifan dalam
belajar, tetapi yang akan terjadi ialah kegaduhan diruang kelas lantaran siswa
berdiskusi, disana-sini ada tempelan gambar, dan yang menyolok guru tak lagi
mengajar model berceramah.

2.7 Kurikulum 1994
Dengan mendasarkan kepada seluruh proses penyusunan kurikulum pada
ketentuan-ketentuan yuridis dan akademis di atas, maka diharapkan kurikulum 1994
telah mampu menjembatani semua kesenjangan yang terdapat dalam dunia
pendidikan di sekolah. Namun, harapan itu sepertinya tidak terwujud sebagaimana
diperlihatkan oleh sedemikian banyak dan gencarnya keluhan pengelola pendidikan
mengenai berbagai kelemahan dan kekurangan kurikulum 1994.
Adapun ciri-ciri kurikulum 1994 adalah sebagai berikut :
1. Sifat kurikulum objective based curriculum,
2. Pembagian tahapan pelajaran di sekolah dengan sistem caturwulan
Model Model Kurikulum di Indonesia Page 11

3. Pembelajaran di sekolah lebih menekankan materi pelajaran yang cukup padat
(berorientasi kepada materi pelajaran/isi)
4. Kurikulum 1994 bersifat populis, yaitu yang memberlakukan satu sistem
kurikulum untuk semua siswa di seluruh Indonesia.
5. Dalam pelaksanaan kegiatan, guru menggunakan strategi yang melibatkan siswa
aktif dalam belajar, baik secara mental, fisik, dan sosial
6. Nama SMP dan SLTP kejuruan diganti menjadi SLTP (Sekolah Lanjutan Tingkat
Pertama),dan SMA diganti SMU (Sekolah Menengah Umum)
7. Penjurusan di SMU dilakukan di kelas II, f) penjurusan dibagi atas tiga jurusan,
yaitu jurusan IPA, IPS, dan Bahasa,
8. SMK memperkenalkan program pendidikan sistem ganda (PSG)
Aspek yang dikedepankan dalam kurikulum 1994 ialah terlalu padat, sehingga
sangat membebani siswa yang berpengaruh pada merosotnya semangat belajar
siswa, sehingga mutu pendidikan pun semakin terpuruk. Akibatnya adalah siswa
enggan belajar lama di sekolah. Jika sejak awal siswa dicemaskan dengan mata
pelajaran yang menjadi momok di sekolah, maka mereka akan menjadi bosan dan
kegiatan belajar mengajar menjadi menyebalkan.
Selain itu, penetapan target kurikulum 1994 dinilai dan dikecam berbagai pihak
antara lain sebagai dosa teramat besar dari departemen pendidikan dan kebudayaan
yang mengakibatkan kemerosotan kualitas pendidikan secara berkesinambungan
tanpa henti, bahwa adanya target kurikulum telah menjadi salah satu factor pemicu
untuk penggantian kurikulum baru.
Kurikulum 1994 yang padat dengan beban yang telah menghambat
diberlakukannya paradigma baru pendidikan dari siswa kepada guru, yang menuntut
banyak waktu untuk menyampaikan pandangan dalam rangka pengelolaan
pendidikan. Kurikulum yang padat juga melanggengkan konsep pengajaran satu arah,
dari guru murid, karena apabila murid diberikan kebebasan mengajukan pendapat,
maka diperlukan banyak waktu, sehingga target kurikulum sulit untuk tercapai.
Model Model Kurikulum di Indonesia Page 12

Kelebihan dari kurikulum ini ialah dalam pelaksanaan kegiatan, guru
menggunakan strategi yang melibatkan siswa aktif dalam belajar, baik secara mental,
fisik, dan sosial. Sehingga siswa bisa aktif dan mampu mengembangkan bakatnya.
Kelemahan dari kurikulum ini ialah karenaterjadinya kemerosotan kualitas
pendidikan. Penyebab dari kemerosotan itu dikarenakan kurikulum yang begitu
padat, dan menjadi beban sehingga menghambat perkembangan bakat siswa. Dan
menyebabkan siswa menjadi merosot semangat belajarnya karena beban pelajaran
yang begitu padat.

2.8 Kurikulum Berbasis Kompetensi
Harapan masyarakat terhadap kurikulum pendidikan di Indonesia, pada
hakikatnya adalah adanya komunikasi dua arah yang memungkinkan kegiatan belajar
mengajar menjadi interaktif dan menyenangkan, baik bagi siswa maupun bagi guru.
Belajar menyenangkan itulah sebenarnya konsep pendidikan yang dapat membawa
peserta didik (siswa) untuk menguasai kompetensi akademik, kompetensi sosial, dan
kompetensi kepribadian. Harapan-harapan inilah yang seharusnya diakomodasi di
dalam penyusunan kurikulum.
Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) yang hanya berlaku sampai tahun
2006 di sekolah-sekolah pada dasarnya adalah merupakan gagasan dari Kurikulum
Berbasis Kemampuan Dasar (KBKD) yang memfokuskan pada wujud pertumbuhan
dan perkembangan potensi peserta didik. KBK merupakan perangkat rencana dan
pengaturan tentang kompetensi dan hasil belajar yang harus dicapai oleh siswa,
penilaian, kegiatan belajar mengajar, dan pemberdayaan sumber daya pendidikan
dalam pengembangan kurikulum sekolah.
Kurikulum Berbasis Kompetensi memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
Model Model Kurikulum di Indonesia Page 13

1. Menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik secara individual maupun
klasikal.
2. Berorientasi pada hasil belajar (learning outcomes) dan keberagaman.
3. Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode yang
bervariasi.
4. Sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar lainnya yang
memenuhi unsur edukatif.
5. Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya penguasaan atau
pencapaian suatu kompetensi.
Berhubung kurikulum 2004 yang memfokuskan aspek kompetensi siswa, maka
prinsip pembelajaran adalah berpusat pada siswa dan menggunakan pendekatan
menyeluruh dan kemitraan, serta mengutamakan proses pembelajaran dengan
pendekatan kontekstual (contextual teaching and learning atau CTL).
Dalam pelaksanaan kurikulum yang memegang peranan penting adalah guru.
Guru diibaratkan manusia dibalik senjata kosong yang tidak berpeluru. Oleh karena
itu, diperlukan kreativitas guru untuk mengisi senjata itu dan membidiknya dengan
cermat dan tepat mengenai sasaran. Keberhasilan kurikulum lebih banyak ditentukan
oleh kualitas dan kompetensi guru. Oleh karenanya, tidak berlebihan apabila dalam
diskusi mengenai Potret Pendidikan di Indonesia dan Peran Guru Swasta, J. Drost
(2002) menegaskan bahwa materi kurikulum, terutama untuk mata pelajaran dasar, di
seluruh dunia pada dasarnya sama. Yang membedakannya adalah cara guru mengajar
di depan kelas.
Inti dari KBK adalah terletak pada empat aspek utama, yaitu :
1) kurikulum dan hasil belajar,
2) pengelolaan kurikulum berbasis sekolah,
3) kegiatan belajar mengajar, dan
4) evaluasi dengan penilaian berbasis kelas.
Model Model Kurikulum di Indonesia Page 14

Kurikulum dan hasil belajar memuat perencanaan pengembangan kompetensi
peserta didik yang perlu dicapai secara keseluruhan sejak lahir sampai usia 18 tahun.
Kurikulum dan hasil belajar ini memuat kompetensi, hasil belajar dan indikator dari
TK (Taman Kanak-kanak) dan Raudhatul Athfal (RA) sampai dengan kelas XII
(kelas III SMA). Penilaian berbasis kelas memuat prinsip, sasaran dan pelaksanaan
penilaian berkelanjutan yang lebih akurat dan konsisten sebagai akuntabilitas publik
melalui identifikasi kompetensi atau hasil belajar yang telah dicapai, pernyataan yang
jelas tentang standar yang harus dan telah dicapai, serta peta kemajuan belajar siswa
dan pelaporan.
Kegiatan belajar mengajar memuat gagasan pokok tentang pembelajaran dan
pengajaran untuk mencapai kompetensi yang ditetapkan, serta gagasan-gagasan
pedagogis dan andragogis yang mengelola pembelajaran agar tidak mekanistik.
Pengelolaan kurikulum berbasis sekolah memuat berbagai pola pemberdayaan tenaga
kependidikan dan sumber daya lain untuk meningkatkan mutu hasil belajar. Pola ini
dilengkapi pula dengan gagasan pembentukan jaringan kurikulum (curriculum
council), pengembangan perangkat kurikulum, antara lain silabus, pembinaan
professional tenaga kependidikan, dan pengembangan sistem informasi kurikulum.
Peran dan tanggung jawab dalam pengelolaan kurikulum berbasis sekolah
diberikan kepada sekolah. Dinas Pendidikan Kabupaten / Kota, Dinas Pendidikan
Provinsi dan Tingkat Pusat. Peran dan tanggung jawab sekolah untuk meningkatkan
komunikasi dengan berbagai pihak untuk mensosialisasikan konsep KBK,
menetapkan tahap dan administrasi KBK, menata ulang KBK penempatan guru pada
kelas secara optimal, memberdayakan semua sumber daya dan dana sekolah,
termasuk dalam melibatkan Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah untuk
pelaksanaan kurikulum secara bermutu
Kelebihan dari kurikulum ini ialah penilaian dilakukan sesuai ketercapaian
kompetensi siswa baik secara individual maupun klasikal, siswa dinilai juga sesuai
hasil belajarnya. Siswa dalam mendapatkan bahan belajarnya tidak hanya dari guru,
Model Model Kurikulum di Indonesia Page 15

tetapi juga bisa didapatkan dari sumber lain yang bersifat edukatif. Disini guru
berperan sangat penting, karena sebagai motivator dan motor untuk menggerakan
siswa untuk mencari bahan pelajaran diluar guru, dan menyampaikan materi dengan
tepat.
Kekurangan dari kurikulum ini ialah bila guru tak mampu menjadi motor, tak
mampu menjadi seorang penembak jitu dalam penyampaian materi, maka dampaknya
pada siswa. Materi yang harus disampaikan penuh, tetapi yang tersampaikannya
hanya sebagian, bahkan tidak tersampaikan sama sekali.

2.9 KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan)
Kurikulum 2006 atau yang dikenal dengan nama Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) merupakan kurikulum operasional pendidikan yang disusun dan
dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan yang berlaku dewasa ini di
Indonesia. KTSP diberlakukan mulai tahun ajaran 2006/2007 yang menggantikan
kurikulum 2004 (KBK). Kurikulum ini lahir seiring dengan pemberlakuan Undang-
undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem pendidikan Nasional serta Peraturan
Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Salah satu
perbedaan KTSP dibandingkan dengan kurikulum yang pernah berlaku sebelumnya
di Indonesia adalah terletak pada sistem pengembangannya.
Pengembangan kurikulum sebelum KTSP dilakukan secara terpusat
(sentralistik), sedangkan KTSP merupakan kurikulum operasional yang
dikembangkan oleh satuan pendidikan dengan memperhatikan karakteristik dan
perbedaan daerah (desentralistik).
KTSP terdiri dari tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan, struktur dan muatan
kurikulum, kalender pendidikan, dan silabus. Secara substantive, pemberlakuan
kurikulum 2006 merupakan implementasi regulasi yang telah dikeluarkan yaitu PP no
Model Model Kurikulum di Indonesia Page 16

19 tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan. Akan tetapi, esensi isi dan arah
pengembangan pembelajaran tetap masih bercirikan tercapainya paket-paket
kompetensi (Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar) dan bukan pada tuntas
tidaknya sebuah subject matter.
Dengan demikian, kurikulum 2006 memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa, baik secara individual, maupun
klasikal.
2. Berorientasi pada hasil belajar (learning out comes) dan keberagaman.
3. Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode yang
bervariasi.
4. Sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar lainnya yang
memenuhi unsur edukatif.
5. Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya penguasaan atau
pencapaian suatu kompetensi.
Sebagai kurikulum operasional di tingkat satuan pendidikan, KTSP memiliki
peluang untuk dikembangkan oleh satuan pendidikan dengan berpedoman pada
prinsip-prinsip:
1. Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik
dan lingkungannya.
2. Beragam dan terpadu.
3. Tanggap terhadap perkembangan Iptek.
4. Relevan dengan kebutuhan masa kini dan masa datang.
5. Menyeluruh dan berkesinambungan
6. Belajar sepanjang hayat
7. Seimbang antara kepentingan nasional dan daerah.
Model Model Kurikulum di Indonesia Page 17

Pada hakikatnya KTSP merupakan kelanjutan dari kurikulum 2004. Sebab
tidak banyak perubahan berarti yang dilakukan.
Yang tampak jelas berubah adalah penentuan mata pelajaran masing-masing
bidang studi dengan penjabaran aspek-aspeknya. Persoalan baru itulah yang
dirasakan oleh guru menjadi beban berat. Belum lagi soal kerepotan dan kerumitan
nilai dalam proses evaluasi belajarnya.
Dengan dasar Permendiknas Nomor 22, 23 dan 24 tentang Standar Isi (SI) dan
Standar Kompetensi Lulusan (SKL) serta peraturan pelaksanaannya, maka kurikulum
2006 diberlakukan untuk menyempurnakan kurikulum sebelumnya yang baru berusia
dua tahun.
Dalam pelaksanaannya kurikulum terbaru tersebut mengalami berbagai
kendala. Terutama persoalan minimnya sosialisasi dan kesiapan sarana dan prasarana
pendukung pendidikan dan terutama sekali kesiapan guru dan sekolah untuk
menyusun dan mengembangkan kurikulum sendiri. Namun oleh Depdiknas persoalan
itu diantisipasi dengan diluncurkannya panduan KTSP yang disusun oleh BSNP.
Kenyataannya sampai saat ini kurikulum 2006 itu terkesan masih dijalankan dengan
setengah hati karena berbagai kebijakan dan landasan yuridisnya belum dipenuhi
secara konsekuen oleh pemerintah.
Disamping masalah itu juga ada masalah lain dari kurikulum ini yaitu karena
jam pelajaran dikurangi maka para guru honorer akan berkurang penghasilannya. Hal
ini juga harus diperhatikan demi kesejahteraan guru dan demi kelancaran proses
pengajaran. Perbedaan mendasar yang terdapat dalam kurikulum 2006 dibandingkan
kurikulum sebelumnya adalah kurikulum 2006 bersifat desentralistik artinya sekolah
diberi kewenangan secara penuh untuk menyusun rencana pendidikan dengan
mengacu pada standar yang telah ditetapkan (SI dan SKL) mulai dari tujuan, visi dan
misi, struktur dan muatan kurikulum, beban belajar, kalender pendidikan, hingga
pengembangan silabusnya.
Model Model Kurikulum di Indonesia Page 18

Namun, kewenangan dan kebebasan sekolah tersebut dalam penyelenggaraan
program pendidikannya tetap harus disesuaikan dengan (1) Kondisi lingkungan
sekolah, (2) kemampuan peserta didik, (3) sumber belajar yang tersedia, dan (4)
kekhasan daerah. Dalam pelaksanaannya, orang tua dan masyarakat dapat berperan
dan terlibat secara aktif sebagai mitra sekolah dalam mengembangkan program
pendidikannya.
Kelebihan dari kurikulum ini ialah terletak pada pengembangan dari kurikulum
itu sendiri. Pada kurikulum sebelumnya pengembangan dilakukan secara sentralistik,
namun pada kurikulum KTSP ini dilakukan sesuai kebutuhan daerah masing-masing.
Jadi setiap daerah berhak menentukan kebutuhannya masing masing sesuai dengan
dasar dasar kurikulum yang ditetapkan dipusat. Dan kurikulum ini sangat membuka
diri kepada masyarakat agar mampu menjadi mitra sekolah dalam mengembangkan
program pendidikannya.
Kekurangan dari kurikulum ini ialah dalam pelaksanaannya, kurikulum terbaru
tersebut mengalami berbagai kendala. Terutama persoalan minimnya sosialisasi dan
kesiapan sarana dan prasarana pendukung pendidikan dan terutama sekali kesiapan
guru dan sekolah untuk menyusun dan mengembangkan kurikulum sendiri.
Disamping masalah itu juga ada masalah lain dari kurikulum ini yaitu karena jam
pelajaran dikurangi maka para guru honorer akan berkurang penghasilannya. Hal ini
juga harus diperhatikan demi kesejahteraan guru dan demi kelancaran proses
pengajaran.

Model Model Kurikulum di Indonesia Page 19

BAB III
KESIMPULAN
Dunia pendidikan di Indonesia sudah berkali-kali melakukan perubahan kurikulum hal
ini dilakukan dalam rangka menyempurnakan sistem pendidikan di Indonesia yang dinilai
sangat buruk dikawasan asia. Perjalanan kurikulum pendidikan di Indonesia meliputi:
Kurikulum 1947
Kurikulum 1952, Rentjana Pelajaran Terurai 1952
Kurikulum 1964, Rentjana Pendidikan 1964
Kurikulum 1968
Kurikulum 1975
Kurikulum 1984
Kurikulum 1994
Kurikulum Berbasis Kompetensi
KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan)
Dalam setiap perjalanan jamannya, kurikulum di Indonesia mengalami perubahan.
Perubahan perubahan itu terjadi karena tuntutan jaman dan penyesuaian dengan karakter
bangsa Indonesia. Pada awal kemerdekaan, negara kita masih meniru kurikulum
peninggalan penjajah, namun disisipi penanaman nilai moral dan kebangsaan pada
pembelajarannya. Dengan seiringnya jaman berganti, kurikulum tersebut mengalami
perkembangan dan terus berkembang hingga kurikulum yang sekarang kita pakai, KTSP.
Kurikulum akan terus berkembang dan berinovasi sesuai tuntutan jaman dan kondisi iklim
sosial di negara kita.
Dalam setiap perubahan pasti akan menemui penerimaan baik dan akan menemui
penolakan. Seperti halnya yang terjadi pada kurikulum yang ada di Indonesia ini.
Misalnya, dari kurikulum 1975 berkembang menjadi kurikulum 1984 tidak secara
keseluruhan masyarakat mau menerima perubahan itu. Namun dengan kebijakan
pemerintah, kurikulum tersebut terus mengalami perbaikan. Dan di tahun 1994, Indonesia
Model Model Kurikulum di Indonesia Page 20

mengalami krisis kurikulum yang dikarenakan ketidak selarasan anatara kurikulum itu
sendiri dengan kondisi siswa. Akibat dari kejadian itu terjadi kemerosotan kualitas
pendidikan di Indonesia, sehingga muncul banyak kecaman dari berbagai pihak.
Dari potret kemerosotan itu, pemerintah berkaca diri dan memperbaiki segala
aspeknya. Dengan hal itu pendidikan Indonesia merajut kembali kualitas pendidikannya
dengan adanya kurikulum KBK. Kurikulum ini mampu mendongkrak kualitas pendidikan
Indonesia, meskipun hanya bertahan hingga tahun 2006 dan diganti dengan kurikulum
KTSP. Sebenarnya semua ini adalah perbaikan dari kurikulum kurikulum sebelumnya,
agar potret pendidikan kita menjadi lebih baik dari sebelumnya.



Model Model Kurikulum di Indonesia Page 21

DAFTAR PUSTAKA

You might also like