You are on page 1of 11

Fenny Febrianty.

Ungkapan Dalam Bahasa Jepang yang Menunjukkan


Keramahan dan Keakraban
73

UNGKAPAN DALAM BAHASA JEPANG
YANG MENUNJUKKAN KERAMAHAN DAN KEAKRABAN

Oleh
Fenny Febrianty

Abstrak

Ungkapan yang menunjukkan keramahan dan keakraban
dalam bahasa Jepang dapat ditunjukkan dengan berbagai
cara, diantaranya penggunaan partikel seperti ne, yo, no, ka,
wa, na, ya, ze, dan zo. Selain itu penggunaan istilah-istilah
yang biasa digunakan untuk anggota keluarga sendiri,
seperti oneesan, oniisan, ojisan, dan obasan serta
penggunaan pola kalimat te kuru dapat memberikan kesan
ramah dan akrab terhadap pembicaranya.

PENDAHULUAN
Salah satu tujuan penggunaan ragam sopan dalam
pembicaraan adalah agar hubungan baik dengan lawan bicara dapat
terjaga. Apalagi dalam bahasa Jepang, hal ini menjadi perhatian.
Ragam sopan digunakan untuk membangun dan memelihara
hubungan baik dengan orang lain. Untuk itulah orang Jepang saat
melakukan percakapan dengan orang lain berusaha untuk selalu
menggunakan berbagai bentuk ungkapan, baik itu ungkapan untuk
menunjukkan perhatian, ungkapan untuk merendahkan diri sendiri,
maupun ungkapan untuk menghormati orang lain. Namun disisi lain
penggunaan ungkapan sopan berarti memberi jarak antara
pembicara dan lawan bicaranya. Untuk itu, untuk dapat membuat
lawan bicara merasa nyaman, orang Jepang menggunakan cara-cara
tertentu untuk menunjukkan kesopanan namun ramah dan akrab
sehingga komunikasi tetap berjalan dengan baik.

UNGKAPAN DALAM BAHASA JEPANG YANG MENUNJUKKAN
KERAMAHAN KEAKRABAN
Untuk menunjukkan keramahan dan keakraban terhadap lawan
bicara, dapat dilakukan melalui :
Jurnal Ilmu Sastra Vol. 6 No.1, Mei 2011. Hal 73-83
74

1. Penggunaan Partikel
Dalam percakapan bahasa Jepang beberapa partikel digunakan untuk
menunjukkan perasaan dan sikap ramah pembicara kepada
pendengar, seperti :
a)Ne
dalam percakapan ne digunakan pembicara untuk meminta
persetujuan dari pendengar.

Contoh (1)
Honto ni soo desu ne (benar-benar begitu ya..)
Contoh (2)
A: ii o tenki desu ne (cuaca yang bagus ya)
B : ee, soo desu ne (iya ya)
Contoh (3)
A : kore de juubun deshoo ne ( begini, cukup ya)
B : Saa, chotto tarinai kamo shiremasen ( mmm, mungkin
kurang sedikit)

Namun terkadang dalam penggunaannya ne diucapkan disela
penggalan kalimat seperti :

Contoh (4)
Kinoo ne, kaisha e ittara ne, Yamada san ga saki ni kite ite ne,
watashi no kao o miru to
(kemarin saya pergi ke kantor. Yamada sudah berada di sana
lebih dulu. Saat dia melihat saya)
Contoh (5)
Ima chottto ne, isogashii kara ne, sono hen de ne shibaraku
matte te kursenai?
(Saat ini karena saya sedang sibuk, bisakah kamu menunggu
disana sebentar?)

Penggunaan ne dalam contoh (4) dan (5) menunjukkan percakapan
yang sangat akrab Pengulangan ne menunjukkan bahwa pembicara
ingin pendengar untuk mendengar dan setuju atas apa yang
diucapkannya. Namun untuk membuat percakapan menjadi sopan
cukup dengan menambahkan ne sekali saja diakhir kalimat,

Fenny Febrianty. Ungkapan Dalam Bahasa Jepang yang Menunjukkan
Keramahan dan Keakraban
75

Contoh (6)
Osamuku narimashita ne..(dingin ya)
Sebenarnya contoh (6) merupakan sebuah kalimat yang sopan,
namun penambahan ne menunjukkan keakraban antara pembicara
dan pendengarnya. ne dapat juga digunakan dengan partikel yang
lain seperti yo, wa, no, dan ka.

Contoh (7)
Kore de juubun desu yone (ini cukup kan??)
Ara, kore, ii wa ne (oh, ini bagus kan?)
Kore de ii none ( ini benar kan?)
Chotto mazui n ja nai desu kane ( Bukankah ini sedikit tidak enak?)

b) Yo
Partikel yo menunjukkan bahwa pembicara ingin menegaskan
pendapatnya kepada pembicara. Dalam upaya untuk menjaga
hubungan baik dengan pendengar, penggunaan yo bukanlah
bermaksud untuk memaksakan pendapat pembicara ataupun marah,
namun terlebih untuk membuat pendengar merasa nyaman.

Contoh (7)
A : Daijoobu deshoo ka (Tidak apa-apakah?)
B : Daijoobu desu yo (Tidak apa-apa!)

Contoh (8)
A: Doomo sumimasen (Maaf sekali)
B: Iie, kamaimasen yo (Tidak..Tidak..Tidak apa-apa!)

c) No
Penggunaan partikel no pada akhir percakapan memiliki dua
fungsi yaitu,
1) Menunjukkan pertanyaan
Contoh (9)
Kyou wa doko e iku no (kamu mau pergi kemana?)
2) Menunjukkan penegasan/penekanan terhadap apa yang
dikatakan.
Contoh (10)
Jurnal Ilmu Sastra Vol. 6 No.1, Mei 2011. Hal 73-83
76

Kyoo wa massugu kaeru no (hari ini saya akan langsung pulang)
Dari segi penggunaan contoh (9) sama maknanya dengan no
desu ka dan contoh (10) sama dengan no desu. Kedua bentuk ini
memang biasanya di gunakan dalam percakapan yang akrab. Pria
lebih sering menggunakan no saat berbicara dengan wanita dari pada
kepada sesame pria. Wanita melakukan hal yang sama saat berbicara
dengan anak-anak. Dengan kata lain penggunaan no menunjukkan
perhatian kepada lawan bicara. Contoh (10) hanya diucapkan oleh
oleh wanita dan anak-anak, sedangkan pria hanya mengucapkannya
saat berbicara dengan anak-anak dan wanita saja.
Dari segi pengucapan no yang menunjukkan pertanyaan berbeda
dengan no yang menunjukkan penjelasan.

no?
Kore kara doko e iku (pertanyaan)

Kyoo wa massugu kaeru (penjelasan)
no

d) Ka
Sebagaimana diketahui, bahwa partikel ka yang diletakkan di
akhir kalimat menunjukkan bahwa kalimat tersebut adalah sebuah
kalimat pertanyaan. Namun sesungguhnya kalimat yang diakhiri
dengan ka tidak selalu berarti sebuah pertanyaan. Dalam percakapan
orang Jepang selalu menggunakan partikel ka untuk menunjukkan
bahwa bahwa seseoran mengerti terhadap apa yang dibicarakan oleh
orang lain. Ungkapan soo desu ka (begitu kah?) adalah contoh yang
paling umum. Penggunaan ka yang menunjukkan bawah pendengar
mengerti atas apa yang diucapkan pembicara adalah :

Contoh (11)
A : ichijikan kakarimasu yo (akan memerlukan waktu 1 jam lho!
(untuk tiba sampai kesana))
B : ichijikan desu ka. Ja, moo dekakenakya. (1 jam kah? Kalo begitu
saya harus berangkat sekarang) atau kadang diucapkan dalam
bentuk pengulangan yang lengkap, yaitu :

A: ichijikan kakarimasu yo
Fenny Febrianty. Ungkapan Dalam Bahasa Jepang yang Menunjukkan
Keramahan dan Keakraban
77

B : ichijikan kakarimasuka. Ja, moo dekakenakya.
Dalam konteks percakapan yang lebih akrab, bentuk kamus
lazim juga digunakan, seperti :

Contoh (12)
A : Ichijikan kakaru yo.
B : Ichijikan ka. Ja,
Ichijikan kakaru ka. Ja
Ichijikan kakaru no ka. Ja,

Orang Jepang akan melakukan hal semacam ini untuk menunjukkan
bahwa mereka mendengarkan secara serius dan memahami dengan
baik apa yang dikatakan oleh pembicara. Pengguna ka dalam hal ini
termasuk aizuchi (ungkapan-ungkapan pendek yang digunakan untuk
menimpali perkataan seseorang), dimana fungsinya adalah untuk
menunjukkan kesan bahwa pendengar betul-betul memberikan
perhatian dan sekaligus paham atas apa yang dibicarakan oleh lawan
bicaranya.

e) Wa
Partikel wa digunakan terutama oleh wanita untuk melembutkan
penuturan.

Contoh (13)
Sonna kota wa arimasen wa (hal sepeti itu tidak benar sopan)
Sonna koto nai wa (hal seperti itu tidak benar akrab)

Partikel ne juga terkadang ditambahkan untuk menunjukkan
perhatian lebih kepada pendengar.

Contoh (14)
Omoshirokatta desu wa ne ( menarik ya?- sopan)
Omoshirokatta wa ne (menarik ya? akrab)
Kyoo wa zuibun samui desu wa ne ( hari ini agak dingin ya? sopan)

Penambahan yone dilakukan ketika pembicara ingin memberikan
penekanan yang lebih.
Jurnal Ilmu Sastra Vol. 6 No.1, Mei 2011. Hal 73-83
78



Contoh (15)
Kore de daijoobu desu wa yo ne (ini/begini betul kan?-sopan)
Kore de daijoobu da wa yo ne (ini / begini betul kan?-akrab)

Meskipun wanita biasanya menggunakan wa baik dalam bentuk
percakapan sopan maupu akrab, namun frekuensi penggunaan wa
lebih tinggi dalam percakapan akrab. Pria terkadang menggunakan
wa untuk memberikan penekanan kepada pendengar namun
umumnya hanya digunakan oleh orang-orang tua saja, terutama di
distrik Kansai.

f) Na
Partikel na di gunakan untuk menunjukkan kesimpulan, atau
sesuatu hal yang mengharapkan persetujuan dari pendengar.

Contoh (16)
Samui na. dekakeru no, iya da na (dingin lho! Saya tidak mau pergi!)
Kyoo wa ii tenki desu na. dokoka e dekakemasen ka (Hari ini cuaca
bagus lho! Kita bepergian ke suatu tempat yuk!)
Sono mondai ni tsuite wa, soo omou na (mengenai masalah itu saya
juga berpikir seperti itu)

Jika na gunakan kepada orang yang lebih muda atau
kedudukannya lebih rendah (bawahan di tempat kerja), akan
menunjukkan makna perintah.

Contoh (17)
ii na. owattara sugu kaette kuru n da yo (setelah selesai segera
kembali. OK?)
ii ka. Wakatta na (Ok? Mengerti?)

Namun penambahan ka memberikan kesan melembutkan.
Contoh (18)
ii ka. Wakatta ka na (Ok? Apakah kamu mengerti?)

Fenny Febrianty. Ungkapan Dalam Bahasa Jepang yang Menunjukkan
Keramahan dan Keakraban
79

Penggunaan na hanya sebatas pada percakapan akrab pria.
Sedangkan wanita menggunakan wane untuk situasi yang sama.

Contoh (19)
ii wane. Owattara sugu kaette kuru no yo.
ii? Wakatta wane.

g) Ya
Partikel ya kadang-kadang digunakan untuk memberikan
penekanan ringan dalam percakapan akrab, biasanya digunakan oleh
pria.

Contoh (20)
Suami : nanika taberu mono nai? (apakah ada sesuatu untuk
dimakan?)
Istri : o mochi ga aru kedo (kita punya mochi)
Suami : mochi? Un, sore wa ii ya (mochi? Bagus !)

h) Ze dan Zo
Partikel ze pada akhir kalimat banyak digunakan oleh pria
kepada lawan bicara yang dianggap akrab (sederajat). Sedangkan
wanita jarang menggunakannya sekalipun dalam percakapan akrab.
Tujuannya untuk meminta perhatian kepada lawan bicara atau
meminta tanggapan atau tindakan dari lawan bicaranya tersebut.
Dalam percakapan yang benar-benar akrab partikel ze dan zo
digunakan dalam situasi yang sama seperti partikel yo.

Contoh (21)
Koocha o moo ippai tanomu ze (tolong minta air segelas lagi)
Dame da yo. Kyoo wa depaato wa yasumi da ze. (Percuma saja. Hari
ini toserba libur)

Partikel ze digunakan pria untuk meminta perhatian pada lawan
bicara dengan sedikit ungkapan keras/mengejutkan.

Contoh (22)
Iku zo (Ayo pergi!)
Jurnal Ilmu Sastra Vol. 6 No.1, Mei 2011. Hal 73-83
80

Hayaku shinai to, gakko ni okureru zo (Kalau tidak segera dilakukan,
(kamu) terlambat sekolah lho!)
Nido to sonna koto o shite wa ikenai zo. (Tidak boleh mengulangi lagi
hal seperti itu untuk kedua kalinya ya!)
2. Penggunaan Istilah Anggota Keluarga

a) Istilah yang digunakan oleh anak-anak
Orang Jepang akan menggunakan istilah-istilah yang biasa digunakan
untuk anggota keluarga sendiri terhadap orang yang bukan anggota
keluarganya untuk menunjukkan keakraban. Hal ini terutama
dilakukan oleh anak-anak. Mereka biasanya menggunakan istilah-
istilah ini baik berdiri sendiri ataupun digabungkan dengan nama
pribadi yang bersangkutan. Untuk orang dewasa, anak-anak
umumnya menggunakan istilah ojisan (paman) dan obasan (bibi).

Contoh (20)
Otonari no ojisan wa Yamada to iimasu (Paman yang tinggal
disebelah namanya Yamada)
Ano obasan wa ii hito desu (Bibi itu orang baik)
Henna ojisan ni hanashikakerareta.(Tadi saya diajak ngobrol
oleh paman yang aneh)

Terkadang anak-anak juga menambahkan nama dari
seseorang yang dimaksud dan partikel no.

Contoh (21)
Kore wa Yamada san no obasan ni moratta no (Ini saya terima
dari bibi Yamada)

Penggunaan istilah oniisan (kakak laki-laki) dan oneesan
(kakak perempuan) untuk menyebutkan anak muda yang
lebih tua dari mereka juga dilakukan.

Contoh (22)
Otonari no oneesan ga daigaku ni haitta
Onii san, totte


Fenny Febrianty. Ungkapan Dalam Bahasa Jepang yang Menunjukkan
Keramahan dan Keakraban
81

b) Istilah yang digunakan oleh orang dewasa
Terkadang orang dewasa pun meniru penggunaan istilah-
istilah seperti yang digunakan anak-anak. Mereka akan
menggunakan istilah oniisan dan oneesan juga kepada anak
muda yang mereka tidak kenal serta ojiisan (kakek) dan
obaasan (nenek) kepada orang tua.

Contoh (33)
A, ojiisan, abunai desu yo (Awas kek, bahaya!)
Obaasan, kono densha desu yo (Nek, (naik) kereta yang ini)

3. Penggunaan pola kalimat te kuru

Secara literatur kalimat berpola te kuru berarti melakukan sesuatu
dan datang. Pola ini biasa digunakan dalam percakapan sehari-hari
untuk memberi penekanan bahwa pembicara merasa akrab dengan
lawan bicaranya. Selain memiliki makna yang menunjukkan
perubahan, seperti dalam kalimat Dandan samuku natte kimashita ne
(cuaca menjadi semakin dingin ya), pola kalimat te kuru juga
menunjukkan makna :

a) melakukan dan datang
Kuru adalah verba yang memiliki arti pergi sama halnya dengan verba
iku, dekakeru, maupun deru. Dalam penggunaannya, contohnya saat
seseorang pergi keluar rumah untuk bekerja atau sekolah, ia akan
mengatakan kepada keluarganya itte kimasu (lit. saya
pergi/berangkat dan akan kembali (lagi)). Ungkapan ini juga
diucapkan oleh seseorang yang meninggalkan rumah untuk
sementara, misalnya pergi berbelanja atau jalan-jalan.

Contoh (34)
Chotto sanpo ni itte kimasu (saya akan pergi jalan-jalan sebentar)
Sanjuppun bakari dekakete kuru (saya akan keluar rumah sekitar 30
menit)
Isoide katte kimashoo (saya akan membelinya dan segera kembali)
Dan saat kembali kerumah, ia akan mengatakan :

Jurnal Ilmu Sastra Vol. 6 No.1, Mei 2011. Hal 73-83
82

Contoh (34)
Itte kimashita (saya kembali / lit. saya telah pergi dan kembali)
Katte kimashita yo (saya sudah membelinya/ lit/ saya sudah
membelinya dan kembali)

Penggunaan pola kalimat te kuru seperti diatas biasanya digunakan
oleh orang-orang yang memiliki hubungan dekat seperti antar
anggota keluarga ataupun orang-orang dalam sebuah kelompok,
misalnya orang-orang dalam lingkungan kerja. Dalam percakapan di
lingkungan kerja misalnya, perbedaan tingkat keakraban antar
pegawai akan terlihat dari kalimat yang diucapkan.

Contoh (35)
Shokuji ni ikimasu (saya pergi makan - sopan)

Contoh (36)
Shokuji ni itte kimasu (saya pergi makan - akrab)

b) Menunjukkan keinginan/hasrat untuk membagi pengalaman.
Saat menceritakan tentang pengalaman kepada seseorang, orang
Jepang akan mengatakan sebagai berikut :

Contoh (37)
Kono aida Fujisan ni nobotte kimashita (beberapa waktu lalu saya
mendaki gunung Fuji)
atau

Contoh (38)
Kono aida Fujisan ni noborimashita (beberapa waktu lalu saya
mendaki gunung Fuji)

Pada contoh (37) pembicara menunjukkan keseriusan/
keantusiasannya untuk membagi pengalamannya kepada pendengar
hal ini terlihat dari penggunaan pola te kuru. Sehingga pendengar
pun secara langsung pasti akan menanggapinya dengan ungkapan
soo desu ka (begitu kah).
Namun pada contoh (38) pembicara terkesan tidak serius untuk
menceritakan pengalamannya, sehingga pendengar pun hanya akan
Fenny Febrianty. Ungkapan Dalam Bahasa Jepang yang Menunjukkan
Keramahan dan Keakraban
83

sekedar menanggapinya dengan sore de(lalu..kemudian../apa yang
terjadi?).

PENUTUP
Banyak hal yang meski dipahami agar dapat menggunakan
bahasa Jepang, sebaik penutur aslinya. Memang hal ini tidak mudah
mengingat begitu banyak aturan. Namun bagi pembelajar bahasa
Jepang pemahaman terhadap hal-hal seperti yang disampaikan diatas
perlu dipelajari dengan baik demi menjaga hubungan baik dengan
lawan bicara.

Sumber utama

Mizutani O dan Mizutani N. (1987). How To Be Polite In Japanese
(Nihongo no Keigo). Tokyo : The Japan Times, Ltd
Sugihartono.(2001), Nihongo No Joshi. Bandung : Humaniora Utama
Press
Husaeni S. (2011).. www.nihongo Nyuumon.blogspot/ 2011/03/
ungkapan/ Aizuchi (diunduh: 2 Mei 2011)

You might also like