I. IDENTITAS PENDERITA Nama : Ny.S Umur : 37 tahun Alamat : Desa Ladong, Aceh Besar Jenis Kelamin : Wanita Agama : Islam Status Perkawinan : Kawin Suku : Jawa Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Tanggal Pemeriksaan : 13 Desember 2012
II. ANAMNESA 1. Keluhan Utama : Kejang 2. Riwayat Penyakit Sekarang : pasien datang dengan keluhan kejang Pasien datang ke poliklinik syaraf RSUDZA Banda Aceh dengan keluhan kejang-kejang yang dirasakan 1 hari sebelum pemeriksaan. menurut suami pasien, kejang dialami pasien selama kurang lebih 3-5 menit dan diawali dengan rasa sesak diulu hati. Pada saat kejang pasien tidak sadarkan diri, seluruh tubuh dan tangan pasien tegang serta wajah pasien selalu menghadap kesebelah kiri tanpa didahului menghadap ke arah kanan. bibir pasien juga seperti mengecap-ngecap. setelah terjadi serangan kejang pasien terlihat bingung dan lemas diseluruh tubuh. bangkitan kejang terjadi kurang lebih 1 kali dalam 1 bulan yang dimulai sejak 3 tahun yang lalu yaitu pada saat pasien berusia 34 tahun. Selama 2 tahun mengalami kejang belum pernah memeriksaan keluhannya ke dokter, pasien hanya menggunakan obat-obatan kampung untuk mengatasi kejangnya.
3. Riwayat Penyakit Dahulu : Kejang pertama kali saat umur 34 tahun 2
Riwayat hipertensi disangkal Riwayat diabetes militus disangkal Riwayat penyakit jantung disangkal Riwayat asma disangkal Riwayat kejang demam disangkal Riwayat trauma kepala disangkal Riwayat epilepsi ada (serangan pertama pada tahun 2009 ) kejang demam disangkal
4. Riwayat Penyakit Keluarga : Disangkal 5. Riwayat Pemakaian Obat : pasien sebelumnya hanya menggunakan obat kampung jika ada serangan kejang.
III. STATUS INTERNUS - Keadaan Umum : Baik - Kesadaran : Compos Mentis - Tekanan Darah :110/70 mmHg - Nadi : 88 kali/ menit - Pernafasan : 18 kali/menit - Suhu : 36,6 0 C - Keadaan Gizi : Cukup
IV. PEMERIKSAAN FISIK a. Kulit Warna : Sawo matang Turgor : Cepat kembali Sianosis : (-) Ikterus : (-) Oedema : (-) Anemia : (-)
Paru Inspeksi : Simetris, statis, dinamis. Kanan Kiri Palpasi Fremitus N Fremitus N Perkusi Sonor Sonor Auskultasi Vesikuler Normal Ronchi (-) wheezing (-) Vesikuler Normal Ronchi (-) wheezing (-)
4
Jantung Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat, cardiac bulging (-) Palpasi : Ictus cordis tidak teraba. Perkusi : Atas : Sela iga III Kiri : Dua jari medial linea mid-clavicula Kanan : Linea parasternal kanan Auskultasi : BJ I dan BJ II normal, regular, bising (-), gallop (-) e. Abdomen Inspeksi : Simetris, distensi (-), tumor(-), vena collateral(-) Palpasi : Nyeri tekan (-), defans muscular (-) Hepar : tidak teraba Lien : tidak teraba Ginjal : Ballotement tidak teraba Perkusi : Timpani, shifting dullness(-) Auskultasi : Peristaltik normal
f. Genitalia : Tidak diperiksa g. Anus : Tidak diperiksa j. Ekstremitas : Akral hangat
Superior Inferior Kanan Kiri Kanan Kiri Sianosis - - - - Oedema - - - - Fraktur - - - -
V. STATUS NEUROLOGIS A. G C S : E 4 M 6 V 5 Pupil : isokor (3 mm/3 mm) Reflek Cahaya Langsung : +/+ Reflek Cahaya Tidak Langsung : +/+ Tanda Rangsang Meningeal 5
- Kaku kuduk : - - Laseque : -/- - Kernig : -/- - Brudzinski I : -/- - Brudzinski II : -/- Peningkatan Tekanan Intra Kranial (TIK) : -
B. Nervi Craniales Kelompok Optik Kanan Kiri Nervus II (visual) : Visus Lapangan Pandang
Melihat warna
Kesan normal Kesan normal Kesan normal
Kesan normal Kesan normal Kesan normal Nervus III (otonom) : Ukuran pupil Bentuk pupil Reflek cahaya langsung Reflek cahaya tidak langsung Nistagmus Strabismus
3 mm bulat + + - -
3 mm bulat + + - - Nervus III, IV, VI (gerakan okuler) Pergerakan bola mata : Lateral Atas Bawah Medial Diplopia
Kanan + + + + -
Kiri + + + + - Kelompok Motorik Nervus V (fungsi motorik) Membuka mulut
: Dbn
6
Menggigit dan mengunyah : Dbn Nervus VII (fungsi motorik) Mengerutkan dahi Menutup mata Menggembungkan pipi Memperlihatkan gigi Sudut bibir
: Dbn : Dbn : Simetris : Dbn : Simetris
Nervus IX & X (fungsi motorik) Bicara Menelan kanan Dbn Dbn Kiri Dbn Dbn Nervus XI (fungsi motorik) Mengangkat bahu Memutar kepala
Kesan normal Kesan normal
Kesan normal Kesan normal Nervus XII (fungsi motorik) Artikulasi lingualis : Menjulurkan lidah :
Dbn Dbn
Kelompok Sensoris
Nervus I (fungsi penciuman) : Nervus V (fungsi sensasi wajah) : Nervus VII (fungsi pengecapan) : Nervus VIII (fungsi pendengaran) : Kesan normal Kesan normal Kesan normal Kesan normal
C. Badan Motorik Gerakan respirasi : Abdomino-Torakal Bentuk columna vertebralis : Simetris Gerakan columna vertebralis : Kesan simetris Sensibilitas Rasa suhu : Dbn Rasa nyeri : Dbn Rasa raba : Dbn 7
D. Anggota Gerak Atas Motorik Pergerakan : +/+ Kekuatan : 5555/5555 Tonus : N/N Trofi : N/N Refleks Biceps : +/+ Triceps : +/+ Hoffman Trommer : +/+
E. Anggota Gerak Bawah Motorik Pergerakan : dbn Kekuatan :5555/5555 Tonus : dbn Trofi : N/N Refleks Patella : +/+ Achilles : +/+ Babinski : -/- Chaddok : -/- Gordon : -/- Oppenheim : -/- Klonus paha : -/- Kaki : -/- Tanda Laseque : -/- Tanda Kernig : -/- Sensibilitas kanan kiri Rasa suhu Dbn Dbn Rasa nyeri Dbn Dbn Rasa raba Dbn Dbn 8
F. Gerakan Abnormal : - G. Fungsi Vegetatif Miksi : Inkontinensia Urine (-) Defekasi : Inkontinensia Alvi (-)
VI. PEMERIKSAAN PENUNJANG A. MRI B. EEG
VII. RESUME 1. Identifikasi Pasien Ny, S, 37 tahun, Ibu Rumah Tangga.
2. Pemeriksaan Anamnesa kejang-kejang yang dirasakan 1 hari sebelum pemeriksaan. menurut suami pasien, kejang dialami pasien selama kurang lebih 3-5 menit dan diawali dengan rasa sesak diulu hati. Pada saat kejang pasien tidak sadarkan diri, seluruh tubuh dan tangan pasien tegang serta wajah pasien selalu menghadap kesebelah kiri tanpa didahului menghadap ke arah kanan. bibir pasien juga seperti mengecap-ngecap. setelah terjadi serangan kejang pasien terlihat bingung dan lemas diseluruh tubuh. bangkitan kejang terjadi kurang lebih 1 kali dalam 1 bulan yang dimulai sejak 3 tahun yang lalu yaitu pada saat pasien berusia 34 tahun. Selama 2 tahun mengalami kejang, pasien belum pernah memeriksaan keluhannya ke dokter, pasien hanya menggunakan obat-obatan kampung untuk mengatasi kejangnya.
Vital Sign : - Keadaan Umum : Baik - Kesadaran : Kompos Mentis - Tekanan Darah :110/70 mmHg - Nadi : 88 kali / menit 9
- Pernafasan : 18 kali / menit - Suhu : 36,6 0 C - Keadaan Gizi : Cukup
Status Internus : Dalam batas normal Status Neurologis : GCS E 4 M 6 V 5 , pupil isokor (3 mm/3 mm), reflek cahaya langsung ( + / + ), reflek cahaya tidak langsung ( + / + ), TRM (- -).
Nervi Cranialis 1. Kelompok Optik Fungsi Otonom : Pupil isokor (3/3 mm), RCL/RCTL ( + / + ) Gerakan Okuler (N III,IV,VI) : Dbn Fungsi visual (N.II) : kesan Normal
2. Kelompok Motorik Fungsi Motorik (N.V) : Dbn Fungsi Motorik (N.VII) : -Memperlihatkan gigi : Dbn -Sudut bibir : Dbn Fungsi Motorik (N.IX,X) : Dbn Fungsi Motorik (N.XI) : Dbn Fungsi motorik (N.XII) : -Artikulasi lingualis : Bicara jelas -Menjulurkan lidah : Kesan Normal
3. Kelompok Sensori Fungsi Pengecapan (N.VII) : Dbn Fungsi Penciuman (N.I) : Dbn Fungsi Pendengaran (N.VIII) : Dbn
4. Fungsi Motorik Kanan Kiri 10
Pergerakan N/ N N/N Kekuatan 5555/5555 5555/5555 Tonus N/N N/N Trofi N/N N/N R.Fisiologis +/+ +/+ R.Patologis -/- -/-
VIII. DIAGNOSA Diagnosa Klinis : Epilepsi Secondary General Seizures (SGS) Diagnosa Patologis : Aktivitas listrik neuron yang abnormal dan berlebihan Diagnosa Topis : lobus temporo sinistra Diagnosa Etiologi : Idiopatik
IX. TERAPI -Nonfarmakologis Edukasi tentang penyakit pasien Edukasi untuk minum obat teratur
X. PROGNOSIS Qou ad vitam : dubia ad bonam Qou ad functionam : dubia ad bonam Qou ad sanactionam : dubia ad bonam
11
XI. DISKUSI Epilepsi menurut World Health Organization (WHO) merupakan gangguan kronik otak yang menunjukkan gejala-gejala berupa serangan-serangan yang berulang-ulang yang terjadi akibat adanya ketidaknormalan kerja sementara sebagian atau seluruh jaringan otak karena cetusan listrik pada neuron (sel saraf) peka rangsang yang berlebihan, yang dapat menimbulkan kelainan motorik, sensorik, otonom atau psikis yang timbul tiba-tiba dan sesaat disebabkan lepasnya muatan listrik abnormal sel-sel otak 1 Menurut International League Against Epilepsy (ILAE) dan International Bureau for Epilepsy (IBE) pada tahun 2005 epilepsi didefinisikan sebagai suatu kelainan otak yang ditandai oleh adanya faktor predisposisi yang dapat mencetuskan kejang epileptik, perubahan neurobiologis, kognitif, psikologis dan adanya konsekuensi sosial yang diakibatkannya. Definisi ini membutuhkan sedikitnya satu riwayat kejang epilepsi sebelumnya. 2 Status epileptikus merupakan kejang yang terjadi > 30 menit atau kejang berulang tanpa disertai pemulihan kesadaran kesadaran diantara dua serangan kejang. 2
Ditinjau dari penyebab, epilepsi dapat dibagi menjadi 3 golongan yaitu : 3 Epilepsi idiopatik : penyebabnya tidak diketahui, meliputi 50% dari penderita epilepsi anak dan umumnya mempunyai predisposisi genetik, awitan biasanya pada usia > 3 tahun. Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan ditemukannya alat alat diagnostik yang canggih kelompok ini makin kecil Epilepsi simptomatik: disebabkan oleh kelainan/lesi pada susunan saraf pusat. Misalnya : post trauma kapitis, infeksi susunan saraf pusat (SSP), gangguan metabolik, malformasi otak kongenital, asphyxia neonatorum, lesi desak ruang, gangguan peredaran darah otak, toksik (alkohol,obat), kelainan neurodegeneratif. Epilepsi kriptogenik: dianggap simtomatik tetapi penyebabnya belum diketahui, termasuk disini adalah sindrom West, sindron Lennox-Gastaut dan epilepsi mioklonik
12
Klasifikasi Internasional Kejang Epilepsi menurut International League Against Epilepsy (ILAE) 1981: 4 I . Kejang Parsial (fokal) A. Kejang parsial sederhana (tanpa gangguan kesadaran) 1. Dengan gejala motorik 2. Dengan gejala sensorik 3. Dengan gejala otonomik 4. Dengan gejala psikik B. Kejang parsial kompleks (dengan gangguan kesadaran) 1. Awalnya parsial sederhana, kemudian diikuti gangguan kesadaran a. Kejang parsial sederhana, diikuti gangguan kesadaran b. Dengan automatisme 2. Dengan gangguan kesadaran sejak awal kejang a. Dengan gangguan kesadaran saja b. Dengan automatisme C. Kejang umum sekunder/ kejang parsial yang menjadi umum (tonik-klonik, tonik atau klonik) 1. Kejang parsial sederhana berkembang menjadi kejang umum 2. Kejang parsial kompleks berkembang menjadi kejang umum 3. Kejang parsial sederhana berkembang menjadi parsial kompleks, dan berkembang menjadi kejang umum II. Kejang umum (konvulsi atau non-konvulsi) A. lena/ absens B. mioklonik C. tonik D. atonik E. klonik F. tonik-klonik III. Kejang epileptik yang tidak tergolongkan
13
Gejala klinis 4 Kejang parsial simplek Seranagan di mana pasien akan tetap sadar. Pasien akan mengalami gejala berupa: - deja vu: perasaan di mana pernah melakukan sesuatu yang sama sebelumnya. - Perasaan senang atau takut yang muncul secara tiba-tiba dan tidak dapat dijelaskan - Perasaan seperti kebas, tersengat listrik atau ditusuk-tusuk jarum pada bagian tubih tertentu. - Gerakan yang tidak dapat dikontrol pada bagian tubuh tertentu - Halusinasi Kejang parsial (psikomotor) kompleks Serangan yang mengenai bagian otak yang lebih luas dan biasanya bertahan lebih lama. Pasien mungkin hanya sadar sebagian dan kemungkinan besar tidak akan mengingat waktu serangan. Gejalanya meliputi: - Gerakan seperti mencucur atau mengunyah - Melakukan gerakan yang sama berulang-ulang atau memainkan pakaiannya - Melakukan gerakan yang tidak jelas artinya, atau berjalan berkeliling dalam keadaan seperti sedang bingung - Gerakan menendang atau meninju yang berulang-ulang - Berbicara tidak jelas seperti menggumam. Kejang tonik klonik (epilepsy grand mal). Merupakan tipe kejang yang paling sering, di mana terdapat dua tahap: tahap tonik atau kaku diikuti tahap klonik atau kelonjotan. Pada serangan jenis ini pasien dapat hanya mengalami tahap tonik atau klonik saja. Serangan jenis ini biasa didahului oleh aura. Aura merupakan perasaan yang dialami sebelum serangan dapat berupa: merasa sakit perut, baal, kunang-kunang, telinga berdengung. Pada tahap tonik pasien dapat: kehilangan kesadaran, kehilangan keseimbangan dan jatuh karena otot yang menegang, berteriak tanpa alasan yang jelas, menggigit pipi bagian dalam atau lidah. Pada saat fase klonik: terjaadi kontraksi otot yang berulang dan tidak 14
terkontrol, mengompol atau buang air besar yang tidak dapat dikontrol, pasien tampak sangat pucat, pasien mungkin akan merasa lemas, letih ataupun ingin tidur setelah serangan semacam ini
15
DAFTAR PUSTAKA
1. WHO. 2012. Epilepsi. Fact sheet N999 available from : http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs999/en/index.html 2. Heilbroner, Peter. Seizures, Epilepsy, and Related Disorder, Pediatric Neurology: Essentials for General Practice. 1 st ed. 2007 3. Harsono (2001) : Epilepsi, edisi 1, GajahMada University Press, Yogyakarta. 4. PERDOSSI. Pedoman Tatalaksana Epilepsi. Ed. 3. Jakarta. 2008