You are on page 1of 4

1

BAB I
PENDAHULUAN

Glycocalyx sudah ditemukan/dapat divisualisasikan sejak sekitar 40 tahun yang
lalu oleh Luft menggunakan mikroskop elektron. Namun, masih relatif sedikit yang
diketahui mengenai komposisi dan fungsi lapisan pada endotel ini. Namun selama
dekade terakhir, glicokalyx semakin menarik minat peneliti sebagai faktor penting dalam
fisiologi dan patologi vaskular, seperti yang dijelaskan review yang ditulis oleh Pries et
al. [86]pada tahun 2000 dan pada ulasan-ulasan lain yang lebih baru.
1

Glikokalyx adalah lapisan yang kaya akan gula (sugar-rich) yang ditemukan
pada permukaan Sel Endotel/Endothelial Cells (EC) dan sel-sel tumor. Glycocalyx
berfungsi sebagai barrier permeabilitas vaskular, mechanotransducer gaya geser
hemodinamik untuk EC, dan pengatur interaksi adhesif antara sel yang beredar di
pembuluh darah dan endotelium.
2
Sel tumor dapat meng-over ekspresi blok bangunan
glycocalyx tertentu, yang dapat memfasilitasi perkembangan tumor dengan
meningkatkan angiogenesis, pertumbuhan tumor, dan invasi.
3

Interaksi antar reseptor dan ligan memainkan peran kunci dalam adhesi dan
terapi pengobatan Circulating Tumor Cell (CTCs) dalam aliran darah. Untuk melekat
pada microvaskuler di jaringan yang jauh, ligan sialylated carbohydrate yang
diekspresikan pada CTCs dapat mengikat reseptor selektin pada permukaan sel endotel
yang meradang . Mekanisme adhesi ini telah digunakan dalam pendekatan biomimetik
baru-baru ini untuk menargetkan CTCs via reseptor immobilized E-selektin dalam
kondisi aliran fisiologis . Teknik-teknik tersebut dapat memungkinkan sel-sel kanker
2

yang mengalir untuk berinteraksi dengan ligan pemicu apoptosis( apoptosis-inducing),
yang dapat berikatan dengan reseptor pada permukaan sel kanker untuk memicu
kematian sel terprogram. Kemampuan CTCs untuk berinteraksi reseptor-ligan tersebut
dapat dihalangi oleh penghalang fisik/barrier pada permukaan sel yang dikenal sebagai
glycocalyx.
3

Mengingat bahwa lapisan glicocalyx ini bisa mendekati ketebalan 0,5 pM
sementara reseptor kebanyakan panjangnya <100 nm, glycocalyx dapat bertindak untuk
mengontrol interaksi reseptor dengan ligan masing-masing
3
Dengan demikian ketebalan
glycocalyx dapat mempengaruhi adhesi Circulating Tumor Cell (CTC) pada endotel,
bersama dengan masuknya ligan dari terapi kanker ke permukaan CTCs.
Tidak hanya berhubungan dengan kanker dan tumor, sampai saat ini, banyak
studi menunjukkan berbagai peran baik fisiologis maupun patologis untuk glycocalyx
endotel; selain modulasi pengisian kapiler sel darah merah, glycocalyx berperan dalam
banyak disfungsi sistem vaskular lainnya. Sedangkan endotel pembuluh darah saat ini
diyakini aktif terlibat "dalam setiap penyakit yang melibatkan proyeksi pembuluh darah"
. Dugaan ini mungkin juga bisa berlaku untuk glycocalyx. Menilai kemungkinan
keterlibatan dari glycocalyx endotel membutuhkan alat visualisasi yang dapat
diandalkan untuk lapisan yang sangat tipis ini. Hal ini merupakan tantangan besar.
3
Salah satu peran patologis disfungsi endotel yang lain adalah peranannya dalam
mekanisme infeksi. Contohnya adalah pada penyakit demam berdarah dengue (DBD).
DBD merupakan bentuk berat dari infeksi dengue yang ditandai dengan demam akut,
trombositopenia, netropenia dan perdarahan. Permeabilitas vaskular meningkat yang
ditandai dengan kebocoran plasma ke jaringan interstitiel mengakibatkan
3

hemokonsentrasi, efusi pleura, hipoalbuminemia dan hiponatremia yang akan
menyebabkan syok hipovolemik
4

Mekanisme terjadinya peningkatan permeabilitas vaskular dan perdarahan pada
DBD belum diketahui dengan jelas 10. Pada otopsi kasus DBD tidak dijumpai adanya
infeksi virus dengue pada sel endotel kapiler. Pada percobaan in vitro dengan kultur sel
endotel, ternyata sel endotel akan mengalami aktivasi jika terpapar dengan monosit yang
terinfeksi virus dengue.
6

Diduga setelah virus dengue berikatan dengan antibody maka komplek ini akan
melekat pada monosit karena monosit mempunyai Fc receptor. Oleh karena antibodi
bersifat heterolog, maka virus tidak dinetralkan sehingga bebas melakukan replikasi di
dalam monosit. Monosit akan menghasilkan sitokin yang akan menyebabkan sel endotel
teraktivasi sehingga mengekspresikan molekul adhesi seperti vascular cell adhesion
molecule-1 (VCAM-1) dan intercellular adhesion molecule-1 (ICAM-1).
5

Peningkatan TNF- dan IL-6 pada DBD telah dilaporkan oleh Hadinegoro.
Sedangkan Suharti menemukan peningkatan TNF, IL-1 dan IL-1Ra pada DBD. Pada
infeksi yang berat ekspresi VCAM-1 pada sel endotel berlebihan sehingga dilepaskan ke
dalam sirkulasi dalam bentuk terlarut (soluble VCAM- 1). Jadi molekul adhesi terlarut
merupakan petanda aktivasi atau kerusakan endotel 11. Sitokin juga dapat menimbulkan
berbagai perubahan pada fungsi sel endotel yaitu peningkatan sekresi faktor von
Willebrand (vWF), tissue factor (TF), platelet activating factor (PAF), plasminogen
activator inhibitor (PAI) prostasiklin (PGI2), dan nitric oxide (NO) serta penurunan
tissue plasminogen activator (tPA) dan trombomodulin Oleh karena itu pada disfungsi
endotel terjadi peningkatan permeabilitas vaskular dan aktivasi sistem koagulasi. Salah
4

satu petanda aktivasi sistem koagulasi adalah peningkatan kadar D-dimer yang
merupakan hasil degradasi fibrin oleh plasmin namun masih belum jelas peran
glicocalyx pada disfungsi endotel dalam patofisiologi infeksi tersebut.
5
Berikut akan dipaparkan suatu tinjauan pustaka berjudul Disfungsi Endotel
Pada Kanker dan Infeksi Dikaitkan Dengan Glycocalyx. Tinjauan Pustaka ini dibuat
sebagai salah satu syarat untuk mengikuti ujian kepaniteraan klinik stase Obstetri dan
Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat. Semoga tinjauan
pustaka ini dapat memberikan gambaran peran disfungsi endotel dalam mekanisme
penyakit kanker dan infeksi utamanya yang berkaitan dengan glicocalyx serta memberi
pengetahuan baru kepada yang membacanya.

You might also like