You are on page 1of 8

Anatomi Ilmu

Filsafat ilmu dapat dianggap sebagai suatu studi tentang masalah


eksplanasi, artinya bagaimanakah cara menjelaskan tentang suatu ilmu tertentu
yang menjadi bahasan menurut proses berpikir yang logis dan rasional.
Penjelasan terhadap ilmu tersebut dijabarkan dalam hakikat Ilmu seperti
dikemukakan Jujun.s (1982), yang terdiri dari :
1. Epistemologi
Epistemologi adalah istilah yang diambil dari bahasa Inggris, yang berarti ilmu
tentang pengetahuan. Masalah yang ada saat ini tidak hanya terpusat pada
pengetahuan dan analisanya, tapi juga terkait dengan ketertarikan yang bersifat
kadang-kadang untuk memberikan penilaian kepada kepercayaan, justifikasi, bukti
dan jaminan.
Tahapan ini membahas bagaimana filsafat pengetahuan itu sendiri, seperti:
a. Bagaimana proses yang memungkinkan ditimbulnya pengetahuan yang
berupa ilmu?
b. Bagaimana cara memperoleh pengetahuan tersebut.?
2. Ontologis
a. Objek apa yang ditelaah Ilmu ?
b. Bagaimana wujud hakiki dari objek tersebut .
3. Aksiologi
a. Bagaimana kaidah kaidah moral yang ada dalam ilmu Tersebut?
b. Untuk apa pengetahuan yang berupa ilmu itu dipergunakan? Bagaimana
kaitan antara cara penggunaan tersebut dengan kaidah-kaidah moral?
Ilmu dilihat sebagai suatu pendekatan, atau metode pendekatan seluruh
dunia empirik, yaitu dunia yang terkait oleh faktor oleh ruang dan waktu, dunia
yang pada prisnsipnya dapat diamati oleh pancaindra manusia. Menurut batasan
ini titik berat diletakkan kepada metode ilmu yang digunakan untuk
mensistematisasikan seluruh pengetahuan yang sifatnya fragmentarik. Selain itu
ilmu merupakan suatu cara analisis yang menginginkan kepada pakarnya untuk
menyatakan suatu proposisi dalam bentuk Jika.....;maka........ .
Melihat batasan ilmu di atas, maka terdapat ciri-ciri pokok pada pengertian
ilmu, yaitu:
1. Ilmu itu adalah rasional
Artinya suatu sifat kegiatan berpikir yang ditundukkan kepada
logika formal. Kemampuan untuk berpikir rasional pada manusia
dibawa oleh kemampuannya untuk dapat berpikir secara abstrak.
Manusia adalah makhluk yang dapat berpikir secara kompleks dan
konsepsional. Dalam filsafat, manusia didefenisikan sebagai hewan
yang berfikir. Jadi jika X manusia pasti X berfikir. Berfikir adalah syarat
mesti bagi ke-manusiaan. Jadi jika X tidak berfikir pasti X bukan
manusia. Selanjutnya jika X berfikir maka X pasti menggunakan
logika/kaidah berfkir. Jadi menggunakan logika merupakan syarat mesti
bagi bagi berfikir. Jadi jika X tidak menggunakan logika pasti X tidak
berfikir , dan karena itu pasti X bukan manusia. Jadi apakah berfikir dan
menggunakan logika itu keharusan? Tidak. Ia bukan keharusan. Tapi
suatu kemestian. Suatu keniscayaan. Thouan au karhan.
2. Bersifat empirik dan umum,
Ilmu dikatakan bersifat empirik, karena kesimpulan yang diambil
harus dapat ditundukkan kepada pemeriksaan atau pada verifikasi
pancaindra manusia. Dalam hubungannya dengan sifat empirik dari
ilmu itu. Para ilmuwan dan terutama para filsuf dewasa ini kebanyakan
sependapat, bahwa tidak dapat mempelajari dunia dan
mengembangkan ilmu tanpa bantuan pancaindra itu harus menerima
proposisi, tertentu atau kebenaran a priori tertentu yang tidak dapat
diverifikasikan oleh pancaindra manusia. Proposisi ilmiah itu antara
lain adalah kaidah logika formal dan hukum kausalitas, yang menjadi
dasar ilmu yang menghasilkan kebenaran yang bersifat relatif. .
3. Bersifat akumulatif
Untuk dapat mengerti sifat akumulatif dari ilmu perlu
diketengahkan hubungan antara ilmu dan kebudayaan yang juga
bersifat akumulatif. Ilmu sebagai bagian dari pengetahuan merupakan
salah satu un sur kebudayaan manusia, yang berbeda dengan aspek
alamiah yang dimiliki manusia dibawa dari kelahiran, maka aspek
budaya yang ada pada manusia itu meskipun mempunyai dasar
alamiah, dasar organik atau dasar biologik adalah dimiliki manusia
dengan dasar yang dipelajarinya secara sosial.
A. Struktur Hirarki Keilmuan
Ilmu berkembang dengan sangat pesat dan demikian juga jumlah cabang-
cabangnnya. Hasrat untuk mempersialisasikan diri pada satu bidang telaahan yang
memungkinkan analisis yang makin cermat dan saksama menyebabkan objek forma
(objek ontologis) dari disiplin keilmuan menjadi kian terbatas. Diperkirakan sekarang
ini terdapat sekitar 650 cabang keilmuan yang kebanyakan belum dikenal oleh
orang-orang awam.
Pada dasarnya cabang-cabang ilmu tersebut berkembang dari bank utama
yaitu filsafat alam yang kemudian menjadi rumpun ilmu-ilmu alam dan ilmu hayat. Ilu
alam bertujuan mempelajari zat yang membentuk alam semesta ilmu alam bertujuan
mempelajari zat yang membentuk alam semesta sedangkan alam kemudian alam
bercabang lagi menjadi fisika (mempelajari massa dan energi), kimia (mempelajari
substansi zat), astronomi(mempelajari benda-benda langit) dan ilmu bumi (yang
mempelajari bumi).
Tiap-tiap cabang kemudian membentuk ranting-ranting baru seperti fisika
berkembang menjadi mekanika, hidrodinamika, bunyi, cahaya panas, kelistrikan dan
magnetisme, fisika nuklir dan kimia fisik. Sampai tahap ini maka kelompok ini
termasuk ke dalam ilmu-ilmu murni.
Keadaan manusia secara biologis psikologis dapat dikembangkan dalam
kehidupan bersama, yaitu dalam kelompok. Kehidupan berkelompok bagi manusia
adalah menjadi suatu keharusan, manusia tidak dapat hidup sendiri, karena sikap
dan tingkah laku manusia itu berbeda dengan hewan, segala sikap dan tingkah laku
manusia harus dikembangkan.ditambah atau dilengkapi dengan cara serta melalui
jalan latihan, pembelajaran dan pendidikan, yang semuanya diperoleh dari manusia
lain dalam kehidupan masyarkatnya.
Ilmu-ilmu yang mempelajari sikap dan tingkah laku manusia dalam kehidupan
kelompok itu adalah ilmu-ilmu sosial, atau ilmu-ilmu mempelajari semua aspek
relasionial manusia yang hidup dalam kelompok. Aspek relasional manusia adalah
keseluruhan hal tentang hubungan manusia, yaitu hubungan yang terjadi antara
manusia satu sama lainnya. Perkembangan yang pesat dari ilmu-ilmu sosial dewasa
ini tampak melalui batas masing-masing ilmu. Ilmu pengetahuan yang dapat
digolongkan dalam ilmu-ilmu sosial adalah ilmu politik, ekonomi, sejarah,
yurisprudensi, sosiologi.

B. Perkembangan Filsafat dan Aliran Filsafat / Ilmu Pengetahuan
Beberapa pandangan dalam Filsafat Idealisme: Plato realitas yang
fundamental adalah ide atau idea. Realitas yang tampak oleh indera manusia
adalah bayangan dari ide. Berarti dibelakang alam empiris atau alam fenomena
yang kita hayati terdpt alam ideal atau alam esensi. Bagi klp ideal manusia
merupakan bagian dari proses alam, yang juga bersifat spiritual karena memiliki
akal, jiwa, budi dan nurani
Humanisme. Abad ke 5-14, tujuan pendidikan untuk mencapai
kebahagiaan hidup abadi dan mengatasi kebutuhan duniawi. Abad 15, masa
kebangkitan kembali atau renaissance timbul pandangan humanisme yang
didukung berbagai penemuan mis. Mesin cetak Humanisme memiliki dua arah
Humanisme individu mengutamakan kemerdekaan berpikir, berpendapat.
Kemampuan ini disalurkan melalui kesenian, musik, teknologi, penguasaan
tentang kealaman. Humanisme Sosial mengutamakan pendidikan bagi
masyarakat dan kesejahteraan sosial dan perbaikan hubungan antarmanusia
Rasionalisme. Satu-satunya sumber pengetahuan yang dapat dipercaya
adalah rasio (akal) seseorang. John Locle (1662-1704) tokoh filsafat dan
pendidik dengan pandangannya tabula rasa artinya bahwa setiap insan
diciptakan sama, sebagai kertas kosong, berarti memberikan pendidikan untuk
pandai tugas utama pendidikan formal JJ. Rousseau (1717-1778), seorang anak
harus dididik sesuai dengan kemampuannya atau kesiapan menerima
penddidikan
Empirisme: kenyataan yang tidakdibuktikan melalui pengalaman adalah
tanpa arti. Ilmu harus dpt diuji melalui pengalaman Francis Bacon (1561-1626)
menyarankan agar penemuan-penemuan dilakukan dengan metode induksi. Ilmu
akan berkembang melalui pengamatan serta menyusun fakta sebagai hasil
eksperimen John Locle: akal tidak melahirkan pengetahuan dengan sendirinya.
Pengalaman merupakan sumber pengetahuan gagasan atau ide yang timbul dari
pengalaman lahiriah dan pengalaman batin (refleksi) merupakan sumber
gagasan (ide) tunggal. Gagasan tunggal ini menjadi gagasan majemuk sehingga
menimbulkan pengetahuan yang beraneka ragam
Kritisisme Immanuel kant (1724-1804) menjebatani pandangan
rasionalisme dan empirisme dan disebut kritisisme.
Konstruktivisme Giambattista Voco (1710), pengetahuan seseorang
marupakan hasil konstruksi individu, melalui interaksi dengan objek, penomena,
pengalaman dan lingkungannya. Jean Piaget : pengetahuan tidak diperoleh
secara pasif seseorang. Pengetahuan dibangun secara aktif oleh individu sendiri
melalui berbagai jalur: membaca, mendengarkan bertanya, menelusuri dan
melakukan eksperimen terhadap lingkungannya.
Diposkan oleh Hasansarip di 05.29
Tidak ada komentar:
Poskan Komentar
Posting Lebih Baru Beranda
Langganan: Poskan Komentar (Atom)
Pengikut
Arsip Blog
2009 (5)
o Juni (3)
o Maret (1)
o Februari (1)
Anatomi Ilmu
Mengenai Saya
Hasansarip
Lihat profil lengkapku

You might also like