You are on page 1of 12

A.

Hospital Bylaws
1. Pengertian
Rumah sakit sebagai salah satu penyelenggara pelayanan medis memiliki tugas-
tugas pokok, yaitu memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan melalui
pelayanan medis. Rumah sakit merupakan institusi yang padat modal, padat teknologi
dan pada tenaga sehingga pengelolaan rumah sakit tidak bisa semata-mata sebagai unit
sosial, melainkan rumah sakit mulai dijadikan subyek hokum dan sebagai target guugatan
atas perilakunya yang dinilai merugikan. Hal ini menjadikan rumah sakit tidak hanya
sebagai unit sosial tetapi menjadi unit sosio-ekonomi. Oleh karena itu, rumah sakit perlu
mempunyai peraturan internal yang mengatur hubungan antara pemilik, pengeola dan staf
medis yang sering disebut sebagai Hospital Bylaws atau Peraturan Internal Rumah Sakit.
(1)
Peraturan internal rumah sakit lebih merupakan konstitusi (anggaran rumah
tangga) sebuah rumah sakit, dan secara yuridis hal ini tidak dapat dicampur dengan
aturan yang seharusnya ditetapkan oleh eksekutif (Direktur rumah sakit) dalam satu
produk hukum. Kekeliruan utama dalam memahami peraturan internal rumah sakit pada
umumnya adalah menganggap peraturan internal rumah sakit sebagai: 1) Seperangkat
SOP rumah sakit; 2) Seperangkat peraturan direksi untuk menyelenggarakan rumah sakit;
3) Kebijakan tertulis rumah sakit; dan 4) Job description tenaga kesehatan dan petugas
rumah sakit. Kekeliruan pemahaman tersebut berakibat rumah sakit menganggap sudah
mempunyai peraturan internal rumah sakit karena untuk memenuhi akreditasi rumah
sakit, rumah sakit telah menyusun berbagai kebijakan dan prosedur. Padahal yang
dimaksud dengan peraturan internal rumah sakit bukan kebijakan teknis operasional
tersebut tetapi lebih mengatur pemilik atau yang mewakili, direktur rumah sakit dan staf
medis merupakan triad atau tiga tungku sejerangan, sehingga perlu ada pengaturan
yang jelas agar fungsi bisnis dan fungsi iptek dapat berjalan selaras, yang pada akhirnya
dapat tercapainya efisiensi, efektivitas dan ualitas pelayanan (2).
Berdasarkan uraian di atas maka dapat ditarik kesimpulan pengertian pengaturan
internal rumah sakit atau hospital bylaws sebagai berikut:
a) Pengaturan internal rumah sakit adalah suatu produk hukum yan merupakan
konstitusi sebuah rumah sakit yang ditetapkan oleh pemilik rumah sakit atau yang
mewakili.
b) Peraturan internal rumah sakit bukan merupakan kumpulan peraturan peraturan teknis
administratif ataupun klinis sebuah rumah sakit, oleh karena itu SOP atau protap,
uraian tugas, surat keputusan direktur dan lain sebagainya bukan peraturan internal
rumah sakit teteapi lebih merupakan kebijakan teknis operasional.
c) Peraturan internal rumah sakit mengatur:
1) Organisasi pemilik atau yang mewakili.
2) Peran, tugas dan kewenangan pemilik atau yang mewakili.
3) Pern, tugas dan kewenangan Direktur rumah sakit.
4) Peran, tugas dan kewenangan staf medis.
(2).
2. Dasar hukum
Dasar hukum dari keberadaan Hospital Bylaws dalam mengatur penyelenggaraan
pelayanan kesehatan di rumah sakit yaitu Keputusan Menteri Kesehatan Nomor:
772/Menkes/SK/VI/2002 tentang Pedoman Peraturan Internal Rumah Sakit (Hospital
Bylaws) dn Keputusan Menteri Kesehatan Nomor: 631/Menkes/SK/IV/2005 tentang
Pedoman Peraturan Internal Staf Medis (Medical Staff Bylaws) di rumah sakit. Dalam
meningkatkan kesadaran hukum, peraturan internal rumah sakit tersebut menjadi acuan
yang sangat penting bagi rumah sakit. Rumah sakit mempunyai dua fungsi, yaitu sebagai
institusi yang bergerak di bidang hubungan hukum dalam masyarakat dan sebagai tempat
yang bertanggung jawab terhadap tenaga professional yang dalam melakukan
kegiatannya didasarkan pada etik profesi. (1)
3. Fungsi peraturan internal rumah sakit
a) Sebagai acuan bagi pemilik rumah sakit dalam melakukan pengawasan rumah
sakitnya.
b) Sebagai acuan bagi direktur rumah sakit dalam mengelola rumah sakit dan
menyusun kebijakan yang bersifat teknis operasional.
c) Sarana untuk menjamin efektivitas, efisiensi dan mutu rumah sakit.
d) Sarana perlindungan hukum bagi semua pihak yang berkaitan dengan rumah
sakit.
e) Sebagai acuan bagi penyelesaian konflik di rumah sakit khususnya konflik antara
pemilik, direktur rumah sakit dn staf medis.
f) Untuk memenuhi persyaratan akreditasi rumah sakit.
(2)
4. Tujuan dan manfaat peraturan internal rumah sakit
Tujuan umum, yaitu dimilikinya suatu tatanan dasar yang mengatur pemilik
rumah sakit atau yang mewakili, direktur rumah sakit dan tenaga medis sehingga
penyelenggaraan rumah sakit dapat efektif, efisien dan berkualitas. Tujuan khusus, yaitu;
a) Dimilikinya pedoman aspek hukum oleh rumah sakit dalam hubungannya dengan
pemilik atau yang mewakili, direktur rumah sakit dan staf medis; b) Dimilikinya
pedoman aspek hukum dalam pembuatan kebijakan teknis operasional rumah sakit; c)
Dimilkinya pedoman aspek hukum dalam pengaturan staf medis. (2).
Manfaat peraturan internal rumah sakit dapat dibagi menjadi(2):
a) Untuk rumah sakit
1) RS memiliki acuan aspek hukum dalam bentuk konstitusi.
2) RS memiliki kepastian hukum baik eksternal maupun internal yang dapat menjadi
alat/sarana perlindungan hukum bagi RS atas tuntutan/gugatan.
3) Menunjang persyaratan akreditasi RS.
4) Memiliki alat/sarana untuk meningkatkan mutu pelayanan RS.
5) RS memiliki kejelasan arah dan tujuan dalam melaksanakan kegiatannya.
b) Untuk pengelola rumah sakit
1) Memiliki acuan tentang batas kewenangan, hak, kewajiban dan tanggung jawab
yang jelas sehingga memudahkan dalam menyelesaikan masalah yang timbul
serta dapat menjaga hubungan serasi dan selaras.
2) Mempunyai pedoman resmi untuk menyusun kebijakan teknis operasional.
c) Untuk pemerintah
1) Mengetahui arah dan tujuan rumah sakit tersebut didirikan.
2) Acuan dalam menyelesaikan konflik di rumah sakit.
d) Untuk pemilik
1) Mengetahui tugas dan kewajibannya.
2) Acuan dalam menyelesaikan konflik internal.
3) Acuan dalam menilai kinerja direktur rumah sakit.
e) Untuk masyarakat
1) Mengetahui visi, misi dan tujuan rumah sakit.
2) Mengetahui hak dan kewajiban pasien.
5. Ciri dan substansi peraturan internal rumah sakit
a) Peraturan internal rumah sakit adalah tailor made, ini berarti peraturan internal
rumah sakit dari suatu rumah sakit berbeda dengan rumah sakit lainnya. Hal ini
disebabkan karena faktor-faktor internal RS, seperti misalnya: sejarah, pendirian,
kepemilikan, situasi dan kondisinya berlainan di setiap rumah sakit.
b) Peraturan internal rumah sakit pada intinya megatur hal-hal yang merupakan
kontitusi rumah sakit atau peraturan-peraturan dasar rumah sakit.
c) Peraturan internal rumah sakit pada prinsipnya adalah peraturan yang ditetapkan
oleh pemilik atau yang mewakili.
d) Peraturan internal rumah sakit mengatur hubungan pemilik atau yang mewakili,
direktur rumh sakit dan staf medis.
e) Uraian di dalam peraturan internal rumah sakit harus tegas, jelas dan terperinci.
f) Karena rumusannya sudah jelas, maka peraturan rumah sakit tidak dapat
ditafsirkan lagi secara individual, sehingga tertutup kemungkinan untuk
mengadakan penafsiran yang berbeda.
g) Peraturan internal rumah sakit harus diterima sebagai mempunyai otoritas dan
ditaati oleh pihak-pihak yang terkait.
h) Agar tetap up-to-date, maka peraturan internal rumah sakit harus dievaluasi secara
berkala.
(2).
6. Hubungan peraturan internal rumah sakit dengan kode etik rumah sakit
Antara Peraturan Internal Rumah Sakit dan Kode Etik Rumah Sakit ada sebagian
saling menutupi (Overlapping), sehingga dalam hal-hal tertentu kadangkala agak sukar
untuk membedakannya. Namun ada ciri khas dari peraturan internal rumah sakit bahwa
selain harus tertulis perumusannya dapat langsung dipakai (ready for use) sebagai
ketentuan serta berfungsi sebagai tolak-ukur. Sebaliknya kode etik rumah sakit
perumusannya masih bersifat umum dan tidk langsung siap pakai (not ready for use).
Dengan demikian maka dalam penerapan Kode Etik Rumah Sakit masih memerlukan
penafsiran lagi. Untuk jelasnya dibawah ini diuraikan perbedaannya (2).
CIRI KODE ETIK PERATURAN INTERNAL
Sifat Seharusnya Wajib ditaati
Tolak Ukur Hati nurani (conscience) Ketentuan tertulis
Dibuat Oleh Kelompok sendiri (self-imposed
regulation)
Pemilik atau yang mewakili
Sanksi dari Organisasi - Pemilik/yang mewakili
- Pemerintah
Berlaku Intern Intern dapat dipakai sebagai
peraturan bukti/hukum
Atasan yang
berwenang
Atasan/instansi MKEK Atasan/peradilan

7. Hubungan peraturan internal rumah sakit dengan akreditasi RS
Peraturan internal merupakan syarat keberhasilan dalam akreditasi, karena di
dalam akreditasi rumah sakit ada parameter-parameter yang harus dipenuhi oleh rumah
sakit yang terkait dengan ada tidaknya peraturan internal rumah sakit. Walaupun belum
merupakan suatu peraturan internal rumah sakit yang utuh teteapi dapat dijadikan modal
dalam menyusun peraturan internal rumah sakit bahwa ada hal-hal mendasar yang harus
diatur oleh pemilik rumah sakit atau yang mewakili (2).
8. Materi Peraturan internal rumah sakit
Peraturan internal rumah sakit adalah tailor made dan merupakan pengaturan
yang mengatur pemilik rumah sakit atau yang mewakili, direktur rumah sakit dan staf
medis (unsur triad atau tiga tungku sejerangan). Berdasarkan hal tersebut perlu diatur
acuan hal-hal apa saja yang terdapat di dalam peraturan internal rumah sakit da nisi
masing-masing aturan tersebut merupakan kespesifikan masing-masing rumah sakit.
Maka, terdapat 2 (dua) set peraturan internal rumah sakit, yaitu(2):
a) Peraturan Internal Korporate
Peraturan internal korporate adalah peraturan internal yang mengatur
hubungan pemilik atau yang mewakili dengan Direktur RS (Pengelola RS) yang
disebut Peraturan Internal Korporate (Corporate Bylaws) atau Peraturan Internal
Institusi. Materi yang perlu diatur (dicantumkan) dalam peraturan ini, yaitu; 1) Nama,
tujuan dan filosofi; 2) Pengaturan tentang Governing Body; 3) Pengorganisasian; 4)
Mekanisme pengawasan; 5) Direktur rumah sakit; dan 6) Mekanisme review dan
revisi; 7) Peraturan rumah sakit.
b) Peraturan internal yang mengatur staf medis yang diebut Peraturan internal staf medis
(Medical Staff Bylaws).
Peraturan internal staf medis adalah peraturan internal rumah sakit yang
mengatur staf medis (dokter umum dan dokter gigi). Rumah sakit kecil yang biasanya
hanya memiliki sedikit staf medis dapat mengabungkan peraturan ini dengan
peraturan internal institusi. Materi yang terdapat dalam peraturan staf medis minimal
memeuat sebagai berikut: 1) Nama organisasi; 2) Tujuan organisasi staf medis; 3)
Keanggotaan; 4) Kategori staf medis; 5) Pelayanan medik dan Direktur medik; 6)
Komite Medik; 7) Pengaturan yang menyangkut jasa medis; 8) Pengaturan mengenai
rapat; 9) Mekanisme review dan revisi, agar ditetapkan siapa yang berwenang siapa,
bagaimana dan kapan melakukan review dan revisi; dan 10) Peraturan dan
perundangan yang terkait dengan kewajiban staf medis terhadap pelayanan medis.
9. Langkah penyusunan peraturan internal rumah sakit
a) Pembentukan tim penyusun
Terdiri dari pemilik atau yang mewakili, direktur rumah sakit dan komite medic.
b) Pertemuan tim penyusun
Tujuan :
1) Mengetahui dan memahami buku pedoman peraturan internal rumah sakit
yang dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan sehingga ada persaman
pengertian dan persepsi tentang peraturan internal rumah sakit, hal apa saja
yang perlu diatur dan sebagaimana mestinya.
2) Terbentuknya komitmen tim penyusun.
3) Agar tersusun rencana kerja dan prosedur kerja.
4) Penyusunan kerangka konsep peraturan internal rumah sakit.
c) Melakukan legal audit
Sebelum menyusun peraturan sebaiknya dilakukan legal audit yang dapat
dilakukan dengan meminta bantuan dari luar. Namun, bisa dilakukan sendiri
terutama bagi rumah sakit yang telah mempunyai bagian hukum dalam struktur
organisasinya.
d) Penyusunan draft peraturan internal rumah sakit
Disusun mengacu badan hukum kepemilikan rumah sakit, peraturan dan
perundangan tentang kesehatan dan perumahsakitan serta hasil dari legal audit.
e) Pembahasan draft
Melibatkan pihak-pihak terkait.
f) Penyempurnaan draft peraturan internal rumah sakit
g) Finalisasi peraturan internal rumah sakit
Dilakukan dengan penetapan peraturan internal dari pemilik atau yang mewakili.
h) Sosialisasi peraturan internal rumah sakit
Dilakukan kepada stake holder dan costumer (internal dan eksternal).
i) Monitoring dan evaluasi
Dilakukan sesuai dengan mekanisme pengawasan yang diatur pada peraturan
internal rumah sakit.
(2)
B. Etik Rumah Sakit
1. Pengertian
Etik dan hukum memiliki tujuan yang sama, yaitu untuk mengatur tertib dan
tentramnya pergaulan hidup dalam masyarakat. Namun pengertian etik dan hukum
berbeda. Etik berasal dari kata Yunani Ethos yang berarti yang baik, yang layak. Etik
profesi yang tertua adalah etik kedokteran, yang merupakan prinsip-prinsip moral atau
asas-asas akhlak yang harus diterapkan oleh para dokter dalam hubungannya dengan
pasien, teman sejawatnya dan masyarakat umumnya.(5)
Pelayanan kesehatan yang baik, bermutu, profesional, dan diterima pasien
merupakan tujuan utama pelayanan rumah sakit. Pelayanan kesehatan dewasa ini jauh
lebih kompleks dibandingkan dengan beberapa dasawarsa sebelumnya. Beberapa faktor
yang mendorong kompleksitas pelayanan kesehatan pada masa kini antara lain:
1.Semakin kuat tuntutan pasien/masyarakat akan pelayanan kesehatan bermutu, efektif,
dan efisien, 2. Standar pelayanan kesehatan harus sesuai dengan kemajuan ilmu dan
teknologi kedokteran, 3. Latar belakang pasien amat beragam (tingkat pendidikan,
ekonomi, sosial, dan budaya), dan 4. Pelayanan kesehatan melibatkan berbagai disiplin
dan institusi. Salah satu upaya mencapai pelayanan kesehatan yang bermutu dan
profesional di rumah sakit adalah dengan memenuhi kaidah-kaidah yang tercantum dalam
Kode Etik Rumah Sakit di Indonesia (KODERSI) (5).
Kode Etik Rumah Sakit Indonesia memuat rangkaian nilai-nilai dan norma-norma
moral perumahsakitan Indonesia untuk dijadikan pedoman dan pegangan bagi setiap
insan perumahsakitan yang terlibat dalam penyelenggaraan dan pengelolaan rumah sakit
di Indonesia. KODERSI merupakan kewajiban moral yang harus ditaati oleh setiap
rumah sakit di Indonesia agar tercapai pelayanan rumah sakit yang baik, bermutu,
profesional dan sesuai dengan norma dan nilai-nilai luhur profesi kedokteran. KODERSI
pertama kali disahkan dalam Kongres VI PERSI pada tahun 1993 di Jakarta. Dalam
perjalannya telah mengalami perbaikan dan penyempurnaan. (3)
Etik Rumah Sakit Indonesia (ERSI) disusun oleh Persatuan Seluruh Rumah Sakit
Indonesia (PERSI) yang memuat tentang kewajiban umum rumah sakit, kewajiban rumah
sakit terhadap masyarakat, kewajiban rumah sakit tenaga staf dan lain-lain. Pelanggaran
etik rumah sakit akan menjadi tanggung jawab rumah sakit itu sendiri. (5)
2. Landasan hukum
Landasan Hukum penyusunan Pedoman ini ialah Anggaran Dasar &
Anggaran Rumah Tangga PERSI dan pelbagai peraturan perundang-undangan yang
relevan bagi tugas dan fungsi KERS dan MAKERSI.
Landasan peraturan perundang-undangan yang dimaksud ialah:
1. UU RI No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan.
2. UU RI No. 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran.
3. UU RI No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 32 Tahun 1996 tentang Tenaga
Kesehatan.
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1045/MenKes/PER/XI/2006
tentang Pedoman Organisasi Rumah Sakit di Lingkungan Departemen Kesehatan
Sedangkan landasan ketentuan dan keputusan Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh
Indonesia yang dimaksud ialah :
1. Anggaran Dasar Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia
2. Anggaran Rumah Tangga Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia
3. Surat Keputusan Kongres PERSI VI, tentang pengesahan berlakunya Kode Etik
Rumah Sakit Indonesia, 1993.
4. Surat Keputusan Kongres PERSI VIII, tentang perbaikan dan penyempurnaan
KODERSI, 2000
5. Surat Keputusan Kongres IX , tentang Tata Tertib Organisasi, 2003
6. Surat Keputusan Kongres PERSI X, tentang perubahan Anggaran Dasar dan
Anggaran Rumah Tangga PERSI, 2006
7. Hasil Rapat Kerja PERSI di Balikpapan, 2008
8. Surat Keputusan Kongres PERSI XI 2009
(3)
Etika bisnis rumah sakit tidak hanya terbatas pada mematuhi peraturan hukum,
tidak terbatas pada etika profesional, ataupun pada etika klinik. Etika bisnis rumah sakit
akan dipakai sebagai acuan bagi semua profesional yang berada di rumah sakit. Dalam
hal ini tentunya etika bisnis rumah sakit tidak akan bertentangan dengan etika profesional
yang ada. Bagi profesi manajer pelayanan kesehatan, etika bisnis rumah sakit akan
menjadi pegangan dalam memutuskan atau menilai sesuatu hal. Berdasarkan buku Weber
(2001) sebagian etika bisnis rumah sakit berhubungan langsung dengan prinsip-prinsip
ekonomi yaitu: biaya dan mutu pelayanan, insentif untuk pegawai, kompensasi yang
wajar, dan eksternalitas. (4)
C. Hukum Rumah Sakit
Hukum adalah peraturan perundang-undangan yang dibuat oleh suatu kekuasaan
dalam mengatur pergaulan hidup masyarakat. Hukum kesehatan menurut Anggaran
Dasar Perhimpunan Hukum Kesehatan Indonesia (PERHUKI) adalah semua ketentuan
hukum yang berhubungan langsung dengan pemeliharaan/pelayanan kesehatan dan
penerapannya. Hal ini menyangkut hak dan kewajiban baik dari perorangan dan segenap
lapisan masyarakat sebagai penerima pelayanan kesehatan maupun dari pihak
penyelenggara pelayanan kesehatan dalam segala aspeknya, organisasi, sarana, pedoman
standar pelayanan medik, ilmu pengetahuan kesehatan dan hukum serta sumber-sumber
hukum lainnya. (5)
Rumah sakit menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor:
159b/Men.Kes/Per/II/1988 tentang rumah sakit adalah sarana upaya kesehatan
dimanfaatkan untuk pendidikan tenaga kesehatan dan penelitian. Mengacu peraturan
tersebut maka ada beberapa hukum yang menyangkut hak dan kewajiban rumah sakit
yang berhubungan dengan pasien, yaitu(5):
1. Hak rumah sakit :
a) Membuat peraturan-peraturan yang berlaku di rumah sakit (hospital bylaws)
b) Mensyaratkan bahwa pasien harus menaati segala peraturan rumah sakit
c) Mensyaratkan bahwa pasien harus menaati segala instruksi yang diberikan dokter
kepadanya
d) Memilih tenaga dokter yang akan bekerja di rumah sakit
e) Menuntut pihat-pihak yang telah melakukan wanprestasi
2. Kewajiban rumah sakit
a) Merawat pasien sebaik-baiknya
b) Menjaga mutu perawatan
c) Memberikan pertolongan pengobatan di Unit Emergensi
d) Menyediakan sarana dan peralatan umum yang dibutuhkan
e) Menyediakan sarana dan peralatan medic yang dibutuhkan sesuai dengan tingkat
rumah sakit dan urgensinya
f) Menjaga agar semua sarana dan peralatan selalu dalam keadaan siap pakai
g) Merujuk pasien kepda rumah sakit lain apabila tidak mempunyai peralatan medis
khusus atau tenaga dokter khusus yang diperlukan
3. Hak pasien
a) Memperoleh pelayanan yang manusiawi
b) Memperoleh asuhan perawatan yang bermutu baik
c) Memilih dokternya
d) Memint dokter merawat agar mengadakan konultasi dengan dokter lain
e) Atas privacy dan kerahasiaan penyakit yang diderita
f) Mendapatkan informasi tentang kesehatannya dan pelayanan kesehatan yang
hendak diberikan.
g) Meminta tidak diinformasikan tentang penyakitnya
h) Menolak tindakan yang hendak dilakukan kepadanya
i) Mengajukan keluhan dan memperoleh tanggapan
j) Didampingi keluarga dalam keadaan kritis
k) Mengakhiri pengobatan dan rawat inap atas tanggung jawab sendiri
l) Menjalankan agama dan kepercayaannya di rumah sakit (tidak mengganggu
pasien lain)
4. Kewajiban pasien
a) Pasien dan keluarga wajib menaatisegala peraturan tata tertib rumah sakit
b) Pasien wajib untuk menceritakan sejujur-jujurnya tentang segala sesuatu
mengenai penyakit yang dideritanya
c) Pasien berkewajiban untuk mematuhi segala instruksi dokter dalam rangka
pengobatannya
d) Pasien dan/atau penanggungnya wajib melunasi semua imbalan atas jasa
pelayanan rumah sakit/ dokter
e) Pasien dan/atau penanggungnya wajib untuk memenuhi segala perjanjian yang
ditandatanganinya
DAFTAR PUSTAKA
1. Iping Suripto Widjaja. Hospital bylaws dan asas kepastian hukum. Tesis. Universitas
katolik soegijapranata. Semarang, 2008.
2. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (Kepmenkes RI no: 772/menkes/SK/VI/2002
tentang Pedoman Internal Rumah Sakit (Hospital Bylaws). Jakarta. 2002.
3. Persi Makersi. Pedoman pengorganisasian komite etik rumah sakit dan majelis
kehormatan etik rumah sakit indonesia.
www.pdpersi.co.id/kegiatan/kodersi_makersi.doc. Diakses pada tanggal 18/10/2014.
4. Anonim. Makalah. Etka bisnis rumah sakit. 2011.
https://www.google.com/search?biw=1366&bih=642&noj=1&q=etika+rumah+sakit&revid=2015
792042&sa=X&ei=9ERBVJH5JcaZmwX9zIH4Bg&ved=0CHgQ1QIoAg. Diakses pada tanggal
18/10/2014.
5. Buku : m. jusuf hanafiah dan amri amir. Etika kedokteran dan hukum kesehatan.
Edisi 3. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. Cetakan pertama tahun 1999.

You might also like