You are on page 1of 30

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Bila setiap orang tua mampu menyadari akan pentingnya ASI eksklusif bagi bayi
yang dilahirkan, maka masa depan generasi mendatang akan lebih baik dan berguna bagi
orang tua, bangsa dan negera. Salah satunya untuk mewujudkan hal itu adalah dengan
memberikan ASI eksklusif sejak dini. ASI eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI saja tanpa
tambahan cairan lain, dan tanpa tambahan makanan lain yang diberikan pada bayi sampai
umur 6 bulan (Dinkes, 2008). ASI mengandung semua zat gizi yang diperlukan bayi dan di
produksi khusus oleh tubuh ibu untuk bayinya.Agar ASI cepat keluar maka dianjurkan bayi
disusui dalam 30 menit pertama setelah dilahirkan.Komposisi ASI yang sesuai untuk
kebutuhan bayi dan mengandung Zat pelindung dengan kandungan terbanyak ada pada
kolustrum.Kolustrum adalah ASI yang berwarna kekuningan yang dihasilkan tiga hari
pertama setelah bayi lahir.
Banyak penelitian yang membuktikan bahwa Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan
terbaik dan utama bagi bayi, karena didalam ASI terkandung antibodi yang diperlukan bayi
untuk melawan penyakit-penyakit yang menyerangnya. Pada dasarnya ASI adalah imunisasi
pertama karena ASI mengandung berbagai zat kekebalan antara lain imunoglobin. Bayi yang
tidak mendapat ASI beresiko terhadap infeksi saluran pernafasan (seperti batuk, pilek) diare
dan alergi (Soekirman, 2006: 48-51). Namun saat ini pemberian ASI eksklusif semakin
menurun, penyebab menurunnya pemberian ASI eksklusif adalah kurangnya pengetahuan ibu
tentang pentingya pemberian ASI eksklusif, pemasaran susu formula, faktor sosial, ekonomi.
Selain itu juga masih banyak masyarakat yang suka memberi MP-ASI terlalu dini (Agnes,
2007).
Berdasarkan Data Kesehatan Indonesia pada tahun 2010, diketahui bahwa angka
pemberian ASI ekslusif adalah 61,3%. Penyampaian informasi ini terkait pembahasan
rancangan peraturan pemerintah mengenai pemasaran makanan pengganti ASI (RPP PASI).
Selain melalui iklan di media setak dan elektronik, serta promosi di pertokoan, para produsen
susu formula juga aktif berpromosi di rumah sakit dengan meminta bantuan dokter (Dwi
Sunar Prasetyono, 2009).
Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Hellen Keller Internasional pada tahun 2002
di Indonesia, diketahui bahwa ratarata bayi Indonesia hanya mendapatkan ASI ekslusif
selama 1,7 bulan. Padahal, kajian WHO yang dituangkan dalam Kepmen No. 450 tahun 2004
menganjurkan agar bayi diberi ASI ekslusif selama 6 bulan.Turunnya angka ini terkait
pengaruh sosial budaya di masyarakat, yang menganjurkan supaya bayi diberi makanan
tambahan sebelum berusia 6 bulan (Dwi Sunar Prasetyono, 2009).
Dari data Dinas Kesehatan Samarinda...........................
Dari data Puskesmas Lempake jumlah ibu nifas di kelurahan lempake adalah 393
orang, sedangkan di kelurahan tanah merah adalah 188 orang.
Pada dasarnya saat ini banyak ibu yang memberikan pengganti ASI sebelum bayi
berumur 6 bulan. Seharusnya pemberian ASI paling baik diberikan sampai umur 6 bulan
tanpa tambahan makanan apapun. Jika dipaksa untuk mengonsumsi selain ASI tidak menutup
kemungkinan bayi bisa sakit. Hal ini dikarenakan dapat mengakibatkan kekebalan bayi
menurun. Padahal pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan pertama terbukti menurunkan
angka kematian bayi (AKB) dan angka kematian ibu (AKI) yang merupakan indikator
kesehatan (Kompas, 2007).
Untuk mengatasi masalah tersebut, pemerintah membuat program-program yang
dapat mendukung penggunaan ASI eksklusif antara lain melalui pemberian pendidikan
kesehatan tentang pentingnya pemberian ASI eksklusif pada masyarakat. Penelitian-
penelitian yang dapat menunjang program pemberian ASI eksklusif seperti tentang
komposisi ASI juga terus dilakukan. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian tentang Pengetahuan Ibu Tentang Pemberian ASI Eksklusif Sebelum dan Sesudah
Penyuluhan di Posyandu Bonsai.
2. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Apakah penyuluhan mempengaruhi
pengetahuan ibu tentang pemberian ASI eksklusif di Posyandu Bonsai ?
3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh penyuluhan terhadap
pengetahuan ibu tentang pemberian ASI eksklusif di Posyandu Bonsai.
4. Manfaat Penelitian
Diharapkan penelitian ini dapat memberikan masukan kepada pengambil keputusan
yaitu para ibu yang menyusui terutama untuk mensukseskan program puskesmas, selain itu
agar ibu mengerti manfaat pemberian ASI ekslusif dan mau memberikan ASI segera
mungkin setelah melahirkan bayinya.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengetahuan
1.1. Definisi
Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan
penginderaanterhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera
manusia, yakni indra penglihatan, penderaan, penciuman, rasa dan raba. Namun
sebagian besar pengetahuan diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan ini akan
berpengaruh pada prilaku seseorang (Notoatmodjo, 2003).
Pengetahuan atau kognitif merupakan dokumen yang sangat penting untuk
terbentuknya tindakan seseorang dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa prilaku
yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada prilaku yang tidak
didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo, 2003).
1.2.Faktor yang mempengaruhi pengetahuan
Menurut Margareth dan Hofvander (1983), faktor-faktor yang mempengaruhi
tingkat pengetahuan ibu pada ASI Ekslusif adalah faktor sosial, ekonomi, lingkungan
dan biologi. Selain itu faktor dari ibusendiri juga sangat menunjang misalnya faktor
fisik, psikis, pengetahuan, sikap dan keterampilan, faktor lain ikut berperan adalah
pelayanan kesehatan dan partisipasi masyarakat. Pemantapan peran serta masyarakat
khususnya dalam hal pemberian ASI dapat ditunjang dengan memanfaatkan pelayanan
kesehatan ibu dan anak ( FKM-UI Depkes RI dan WHO, 1998 ).
Adapun perilaku menyusui sendiri adalah perbuatan atau tindakan yang dilakukan
oleh ibu terhadap bayinya untuk mendapatkan yang terbaik (Notoatmodjo dkk, 1985).
Faktor-faktor yang mempunyai hubungan dengan tingkat pengetahuan ibu pada ASI
Ekslusif adalah :
1. Umur
Menurut Husain (1989), menyatakan bahwa umur 30 tahun atau lebih bagi
seorang ibu untuk melahirkan termasuk resiko tinggi dan erat kaitannya dengan
anemia gizi dapat mengurangi produksi ASI yang dihasilkan. Penelitian Utomodkk
(1993), menyatakan bahwa wanita lebih mudah cenderung memberikan makanan
pendamping ASI lebih awal kepada bayinya, yaitu dimulai ketika bayi berusia < 1
bulan.
2. Pendidikan
Menurut Sukanto(1982), mengatakan bahwa pendidikan akan memberikan
kesempatan kepada orang untuk membuka jalan pikiran dalam menerima ide-ide
atau nilai-nilai baru.Tingkat pendidikan ibu merupakan salah satu aspek yang
umumnya berpengaruh pada tingkat pendapatan keluarga sebagai faktor ekonomi.
Pendidikan juga dapat mempengaruhi sikap dan tingkah laku manusia dalam
memberikan ASI Ekslusif.
3. Pekerjaan
Menurut Soetijiningsih(1989), bahwa ada kecenderungan makin banyak
ibu tidak memberikan ASI pada bayinya. Salah satu penyebabnya adalah banyaknya
ibu yang bekerja terutama di kota besar. Peran ganda seorang ibu antara mengasuh
anaknya dengan memberikan ASI. Membantu ekonomi keluarga mencari nafkah
dengan bekerja di luarmaupun di dalam lingkungan rumah. Sering membuat
seorangibu menghadapi kesulitan mengatasinya.
2. ASI Eksklusif
2.1. Definisi
Air Susu Ibu ( ASI ) adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa dan
garam-garam anorganik yang sekresi oleh kelenjar mamae ibu, yang berguna sebagai
makanan bagi bayi ( Theresia, Puapita, 1995 ).
ASI adalah makanan ideal yang tidak ada bandingannya untuk pertumbuhan
danperkembangan bayi normal, dan merupakan pengaruh biologis dan emosional
unitantara ibu dan anak. Pemberian ASI saja dianjurkan diberikan pada bayi paling
kurang 4 bulan, sebab ASI mengandung semua giziyangdibutuhkan untuk membangun
dan menyediakan energi pertumbuhan dan perkembangan bayi secara optimal (Latief,
1995). Disamping itu menurut Manuaba(1999), ASI juga mengandung bebeerapa zat
antibodi terhadap penyakit-penyakit yang keberadaanya sangat berguna bagi kesehatan
bayi.
ASI Ekslusif adalah perilaku dimana hanya memberikan Air Susu Ibu (ASI) saja
kepada bayi sampai umur 4 bulan tanpa makanan dan minuman tambahan (Depkes RI,
1992).
ASI Ekslusif adalah sumber makanan terbaik untuk seorang bayi, dianjurkan bayi
usia 0 6 bulan minum ASI Ekslusif, artinya tanpa bahan susu formula (Lilla,2008).
Tingkat pengetahuan mengenai ASI adalah ASI merupakan sumber gizi yang
sangat ideal dengan komposisi yang seimbang dan sesuai dengan kebutuhan
pertumbuhan bayi, Satu-satunya makanan minuman terbaik untuk bayi dalam masa 6
bulan pertama kehidupannya.
ASI dalam jumlah cukup merupakan makanan terbaik pada bayi dan dapat
memenuhi kebutuhan gizi bayi selama 4 bulan pertama. ASI merupakan makanan
alamiah yang pertama dan utama bagi bayi sehingga dapat mencapai tumbuh kembang
yang optimal.
2.2. Manfaat
2.2.1. Manfaat bagi bayi
a. Pelukan dan dekapan ibu waktu menyusui menimbulkan kehangatan dan rasa
aman yang merupakan dasar perkembangan emosi dan kepribadian anak.
Perkembangan psikomotor akan berlangsung lebih cepat serta perkembangan
kemampuan bahasa, daya kognitif, dan daya ingat akan lebih baik.
b. ASI mudah dicerna, selalu aman dan bersih, tidak akan basi, mempunyai suhu
yang tepat, dapat langsung diminum, mengandung zat kekebalan, sehingga
melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi dan alergi.
c. Kalori ASI mencukupi kebutuhan untuk pertumbuhan dan
perkembangan.Menyusui secara ekslusif bagian dari memberikan kolostrum
pada bayi barulahir (Sjahmien, Moehji, 1992).

2.2.2. Manfaat bagi ibu
a. Menyusui secara ekslusif dapat menunda kehamilan,mempercepat penurunan
berat badan setelah melahirkan, mencegah terjadinya anemia,karena
merangsang kontraksi uterus, mempercepat kembali uterus semula, mencegah
kanker payudara dan memperkuat hubungan ikatan batin ibu serta bayi.
b. Salah satu metode penjarangan kehamilan yang cukup efektif.
c. Mengurangi perdarahan setelah melahirkan sehingga mencegah anemia.
d. Secara psikologis menimbulkan puas, bangga dan bahagia.
e. Mudah cara pemberian dan hemat (Biro pusat statistik dan Departemen
Kesehatan, 1997).
f. Mengurangi kemungkinan kanker payudara pada masa yang akan
datang(Theresia, Puspita, 1995).
2.3. Produksi ASI
Proses terjadinya pengeluaran air susu dimulai atau dirangsang oleh isapan mulut
bayi pada puting susu ibu. Gerakan tersebut merangsang kelenjar pituitary Anterior
untuk memproduksi sejumlah prolaktin, hormon utama yang mengandalkan pengeluaran
air susu. Proses pengeluaran air susu juga tergantung pada Let Down Reflex, dimana
hisapan puting dapat merangsang kelenjar Pictuitary Posterior untuk menghasilkan
hormon oksitolesin, yang dapat merangsang serabut otot halus di dalam dinding saluran
susu agar membiarkan susu dapat mengalir secara lancar (Winarno, 1990).
Kegagalan dalam perkembangan payudara secara fisiologis untuk menampung air
susu sangat jarang terjadi. Payudara secara fisiologis merupakan tenunan aktif yang
tersusun seperti pohon tumbuh di dalam putting dengan cabang yang menjadi ranting
semakin mengecil.
Susu di produksi pada akhir ranting dan mengalir kedalam cabang-cabang besar
menuju saluran ke dalam puting. Secara visual payudara dapat di gambarkan sebagai
setangkai buah anggur, mewakili tenunan kelenjar yanng mengsekresi dimana setiap
selnya mampu memproduksi susu, bila sel-sel Myoepithelial di dalam dinding alveoli
berkontraksi, anggur tersebut terpencet dan mengeluarkan susu ke dalam ranting yang
mengalir ke cabang-cabang lebih besar, yang secara perlahan-lahan bertemu di dalam
areola dan membentuk sinus lactiterous. Pusat dari areda ( bagan yang berpigmen)
adalah putingnya, yang tidak kaku letaknya dan dengan mudah dihisap (masuk kedalam)
mulut bayi.
2.4. Komposisi ASI
Kandungan colostrum berbeda dengan air susu yang mature, karena colostrum
mengandung berbeda dengan air susu yang mature, karena colostrum dan hanya sekitar
1% dalam air susu mature, lebih banyak mengndung imunoglobulin A ( Iga ), laktoterin
dan sel-sel darah putih, terhadap, yang kesemuanya sangat penting untuk pertahanan
tubuh bayi, terhadap sarangan penyakit ( Infeksi ) lebih sedikit mengandung lemak dan
laktosa, lebih banyak mengandung vitamin dan lebih banyak mengandung mineral-
mineral natrium(Na) dan seng (Zn).
Berdasarkan sumber dari Food and Nutrition Boart, National Research Council
Washington tahun 1980 di peroleh perkiraan Komposisi Kolostrum ASI dan susu sapi
untuk setiap 100 ml seperti tertera pada tabel berikut:
Komposisi Kolostrum, ASI dan susu sapi untuk setiap 100 ml
Zat-zat gizi Kolostrum ASI Susu sapi
Energi ( k Cal )
Protein ( g )
Kasein/whey
Kasein ( mg )
Laktamil bumil
(mg)
Laktoferin ( mg)
Ig A ( mg )
Laktosa ( g )
Lemak ( g )

Vitamin
- Vit A ( mg )
- Vit BI ( mg )
58
2,3
-
140
218

330
364
5,3
2,9

151
1,9
30
70
0,9
1 : 1,5
187
161

167
142
7,3
4,2

75
14
40
65
3,4
1 : 1,2
-
-

-
-
4,8
3,9

41
43
145
- Vit B2 ( mg )
- Asam Nikotinmik
(
m
g
)
- Vit B6 ( mg )
- Asam pantotenik
- Biotin
- Asam folat
- Vit B12
- Vit C
- Vit D ( mg )
- Vit Z
- Vit K ( mg )

Mineral
- Kalsium ( mg )
- Klorin ( mg )
- Tembaga ( mg )
- Zat besi ( ferrun )
- ( mg )
- Magnessium ( mg )
- Fosfor ( mg )
75
-




183
0,06
0,05
0,05
5,9
-
1,5
-


39
85
40
70
4
14
74
48
160
12-15




246
0,6
0,1
0,1
5
0,04
0,25
1,5


35
40
40
100
4
15
57
15
82
64




340
2,8
13
0,6
1,1
0,02
0,07
6


130
108
14
70
12
120
145
58
- Potassium ( mg )
- Sodium ( mg )
- Sulfur ( mg )

22 14 30
2.5. ASI dan Stadium Laktasi
Berdasarkan stadium laktasi maka komposisi ASI dibagi menjadi tiga bagian
(Suharyono, dkk, 1992).
1. Kolostrum merupakan cairan yang pertama kali disekresi oleh kelenjar mamae,
lebih banyak mengandung antibodi, ditemukan pada hari pertama sampai ketiga
atau keempat masa laktasi. Kelebihan dari kolostrum adalah lebih banyak
mengandung antibodi dibanding ASI Mature dan dapat memberikan perlindungan
pada bayi sampai 6 bulan pertama. Adapun volume kolostrum berkisar antara
150-300 ml/24 jam.
2. ASI masa transisi merupakan peralihan dan colostrum menjadi ASI matture mulai
keluar pada hari keempat sampai kesepuluh masa laktasi. Pada masa ini volume
ASI akan makin meningkat.
3. ASI masa mature, disekresi mulai hari kesepuluh dan seterusnya, komposisinya
relatif konstan. ASI mature adalah makanan yang mudah di dapat, selalu tersedia,
siap minum dengan temperature yang sesuai untuk bayi. ASI mature juga
mengandung anti microbial factor.
Untuk mempertahankan laktasi kelenjar-kelenjar susu juga harus distimulasi
dengan diisap bayi atau diperoleh sehingga ada ejeksi dari air susu. Hormon yang paling
penting dalam proses laktasi adalah hormon prolaktin. Begitu juga pengisapan
rangsangan bayi memegang peranan sangat penting untuk dapat dikeluarkannya hormon
prolaktin dan oksitosin. Oksitosin diperlukan untuk ejeksi air susu.
2.6. Faktor kekebalan yang terdapat pada ASI
1. Laktobacillus tumbuh cepat dan berkembang baik pada saluran pencernaan bayi
yang dapat yang mendapat ASI, kuman ini dalam usus mengubah laktosa menjadi
asam, menghemat pertumbuhan E. coli penyebab diare bayi.
2. Faktor antistaphylokokus, zat ini merupakan semacam linoleat yang merupakan
asam lemak tidak jenuh.
3. Antibodi terhadap penyakit batuk rejan, difteri, radang, paru otak gondongan,
influenza dan lancar.
4. Komplemen zat ini berguna untuk merusak bakteri, sehingga kuman dapat mudah
dimakan oleh sel darah putih dan sebagai penawar alergi.
5. Lisozim zat ini berkhasiat memecah dinding sel bakteri dan diperkiraan 300 kali
lebih baik khasiatnya daripada susu sapi juga tahan terhadap keasaman lambung.
6. Laktoperoksidase merupakan suatu enzim yang bersama dengan zat lain akan
berdaya membunuh strepkokus (Sunoto, 1992).





BAB III
METODE PENELITIAN
A. Rancangan dan Jenis Penelitian
Desain yang digunakan penulis adalah uji T berpasangan yaitu dilakukan pada
subjek yang diuji pada situasi sebelum dan sesudah proses, atau subjek yang berpasangan
ataupun serupa. Sedangkan jenis penelitian ini adalah kuantitatif yaitu berbentuk angka-
angka hasil perhitungan atau pengukuran.

B. VariabelPenelitian
1. Jenis Variabel
Variabel dalam penelitian ini menggunakan variabel tunggal yaitu pengetahuan ibu
tentang pemberian ASI eksklusif.
2. Definisi Operasional
Variabel
Definisi
Operasional
Kriteria Skala
Pengetahuan ibu
tentang pemberian
ASI eksklusif
Pengetahuan ibu tentang
pemberian ASI eksklusif
adalah pemahaman ibu
tentang pemberian ASI
Jawaban :
Benar : 1
Ordinal
eksklusif

Salah : 0


C. PopulasiPenelitian
Populasi adalah kesuluruhan obyek penelitian atau obyek penelitian yang diteliti
(Notoadmojo, 2005).Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang mempunyai
bayi 0-6 bulan yang berada di Posyandu Bonsai yang berjumlah 20 responden.

D. SampelPenelitian
1. Sampel
Dalam penelitian ini sampel yang digunakan adalah semua ibu yang
mempunyai bayi umur 0-6 bulan yang memberikan ASI eksklusif di Posyandu
Bonsai. Cara pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan total sampling
yaitu cara pegambilan sampel dengan mengambil seluruh anggota popuasi menjadi
sampel (Alimul Aziz, 2003). Besar sampel yang diambil sebanyak 20 responden.
2. Kriteria Sampel
a. Kriteria Inklusi
1. Ibu yang mempunyai bayi umur 0-6 bulan dan bersedia dilakukan penelitian.
2. Ibu yang mempunyai bayi umur 0-6 bulan dapat membaca dan menulis.
b. Kriteria eksklusi
1. Ibu yang tidak bersedia menjadi responden.
2. Ibu yang buta huruf.



E. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat : Posyandu Bonsai
2. Waktu : Rabu, 20 Agustus 2014 dan Kamis, 18 September 2014
F. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data
1. Teknik pengumpulan data
Teknik pengumpulan data dengan menggunakan data primer yaitu setelah lembar
kuesioner dibagikan kepada responden lembar tersebut akan diambil pada hari itu juga
untuk kemudian diolah.
2. Instrumen pengumpulan data
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar kuesioner.Penliti
membagikan kuesioner dan diisi langsung oleh responden.












BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian
1. Gambaran lokasi tempat penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Posyandu Bonsai yang merupakan wilayah kerja
Puskesmas Lempake, pada tanggal 20 Agustus 2014 dan 18 September 2014 dengan
jumlah sampel 20 responden.
2. Data Umum
a. Karakteristik Umur Responden
Umur responden disajikan dalam bentuk tabel berikut:
Tabel 1. : Distribusi frekuensi responden berdasarkan umur di Posyandu
Bonsai

b.





Umur Frekuensi Prosentase
<18 tahun 0 0%
18-25 Tahun 3 15%
26-30 tahun 11 55%
>30 tahun 6 30%
Jumlah 20 100%
Dari data di atas dapat dijelaskan bahwa dari 20 responden sebagian besar 11 orang
(55%) berumur 2630 tahun dan sebagian kecil 3 orang (15%) berumur 18-25
tahun.
c. Karakteristik Pendidikan Responden
Pendidikan responden disajikan dalam bentuk tabel berikut:
Tabel 2.: Distribusi frekuensi responden berdasarkan pendidikan di Posyandu
Bonsai
Pendidikan Frekuensi Prosentase
Tidak tamat Sekolah/ Tidak tamat SD 1 5%
SD 3 15%
SLTP 7 35%
SLTA 9 45%
PT 0 0%
Jumlah 20 100%

Dari data di atas dapat dijelaskan bahwa dari 20 responden sebagian besar 9 orang
(45%) berpendidikan SLTA dan sebagian kecil 1 orang (5%) tidak tamat SD.
d. Karakteristik Pekerjaan Responden
Pekerjaan responden disajikan dalam bentuk tabel berikut:
Tabel 3.: Distribusi frekuensi responden menurut pekerjaan di Posyandu
Bonsai
Pendidikan Frekuensi Prosentase (%)
IRT 18 90%
Wiraswasta 2 10%
Buruh 0 0%
Pegawai Swasta 0 0%
PNS 0 0%
Jumlah 30 100%

Dari data di atas dapat dijelaskan bahwa dari 20 responden sebagian besar 18 orang
(90%) IRT dan sebagian kecil 2 orang (10%) wiraswasta.
e. Karakteristik Jumlah Anak Responden
Jumlah anak responden disajikan dalam bentuk tabel berikut:
Tabel 4.: Distribusi frekuensi responden menurut jumlah anak di Posyandu
Bonsai





Dari data di atas dapat dijelaskan bahwa dari 20 responden sebagian besar 19 orang
(95%) mempunyai 1 anak dan sebagian kecil 1 orang (5%) mempunyai 3-4 anak.

Jumlah Anak Frekuensi Prosentase (%)
1-2 orang 19 95%
3-4 orang 1 5%
>5 orang 0 0%
Jumlah 20 100%
3. Data Khusus
Tabel 5.: Pengetahuan Ibu Tentang ASI Eksklusif sebelum dan sesudah dilakukan
penyuluhan
No Nama Sebelum Nilai Sesudah Nilai
1. Ngatiah 9 Cukup 14 Baik
2. Widiarti 12 Baik 14 Baik
3. Fransiska 8 Cukup 14 Baik
4. Rini. S 9 Cukup 15 Baik
5. Siti Saniah 7 Cukup 14 Baik
6. Paniatun 14 Baik 15 Baik
7. Lina.M 7 Cukup 15 Baik
8. Dwi.P 9 Cukup 15 Baik
9. Sariyani 9 Cukup 14 Baik
10. Utik 8 Cukup 15 Baik
11. Fatimah 9 Cukup 15 Baik
12. Sumiati 10 Cukup 14 Baik
13. Markonah 13 Baik 14 Baik
14. Erna. E 11 Baik 14 Baik
15. Siti Latifah 10 Cukup 15 Baik
16. Mami. R 9 Cukup 15 Baik
17. Roviani 14 Baik 15 Baik
18. Tamiyati 8 Cukup 14 Baik
19. Walmiati 9 Cukup 14 Baik
20. Sulestari 7 Cukup 14 Baik
Keterangan : 1-5 (kurang), 6-10 (cukup), 11-15 (baik)

Tabel 6.: Uji T Paired Perbandingan Rerata Pengetahuan Responden Sebelum dan
Sesudah Dilakukan Penyuluhan
T-Test

Dari data di atas menunjukkan bahwa rata-rata pengetahuan ibu tentang asi eksklusif
sebelum dilakukan penyuluhan adalah 9.60, sementara sesudah dilakukan penyuluhan
adalah 14.45.



Hasil uji di atas menunjukkan bahwa korelasi antara dua variabel adalah sebesar 0.124
dengan sig sebesar 0.602. Hal ini menunjukkan bahwa korelasi antara dua rata-rata
pengetahuan ibu tentang asi eksklusif adalah kuat dan signifikan.

Paired Samples Statistics
9.60 20 2.162 .483
14.45 20 .510 .114
Sebelum
Sesudah
Pair
1
Mean N Std. Deviation
Std. Error
Mean
Paired Samples Correlations
20 .124 .602 Sebelum & Sesudah Pair 1
N Correlation Sig.

Hasil Uji Hipotesis
Nilai t hitung adalah sebesar -10.047 dengan sig 0.000. Karena sig < 0.05 maka dapat
disimpulkan bahwa H0 ditolak, artinya rata-rata pengetahuan ibu tentang asi eksklusif
sebelum dan sesudah dilakukan penyuluhan adalah berbeda. Dengan demikian dapat
dinyatakan bahwa penyuluhan mempengaruhi pengetahuan ibu tentang asi eksklusif di
Posyandu Bonsai.
B. Pembahasan
Berdasarkan tabel 1, dapat diketahui bahwa dari 20 responden di Posyandu
Bonsai sebagian besar 11 orang (55%) berumur 2630 tahun dan sebagian kecil 3 orang
(15%) berumur 18-25 tahun.Hal ini sesuai dengan Pendapat Notoatmodjo (2003),
mengatakan bahwa umur mempengaruhi pengetahuan seseorang, karena semakin tua usia
maka pengetahuan semakin bertambah. Juga menurut (Soetjiningsih, 1997), bahwa usia ibu
mempengaruhi bagimana ibu mengambil keputusan dalam pemeliharaan kesehatan dirinya
dan keluaga, semakin bertambah usia maka pengalaman dan pengetahuan semakin
bertambah. Atau dengan usia yang bertambah pengalaman terhadap pengetahuan dan sumber
informasi yang didapat lebih baik. Umur merupakan salah satu sifat karakteristik tentang
orang yang sangat utama.Umur mempunyai hubungan dengan tingkat keterpaparan dan
Paired Samples Test
-4.850 2.159 .483 -5.860 -3.840 -10.047 19 .000 Sebelum - Sesudah Pair 1
Mean Std. Deviation
Std. Error
Mean Lower Upper
95% Conf idence
Interval of the
Dif f erence
Paired Dif f erences
t df Sig. (2-tailed)
tingkat pengetahuan, besarnya risk serta sifat resistensi. Perbedaan pengalaman terhadap
masalah kesehatan/penyakit dan pengambilan keputusan dipengaruhi oleh umur individu
tersebut (Noor,N.N,2000). Ibu yang berusia 26-30 tahun adalah usia pada masa reproduksi
sehingga ibu dapat memberikan ASI sejak dini dengan baik dan memiliki pendapat atau
pemikiran yang positif terhadap pemberian ASI Ekslusif ( Fikawati, 1999 ).
Dari tabel 2, dapat diketahui bahwa dari 20 responden di Posyandu Bonsai
sebagian besar 9 orang (45%) berpendidikan SLTA dan sebagian kecil 1 orang (5%) tidak
tamat SD.Tingkat pendidikan ibu sangat berpengaruh dalam memberikan ASI ekslusif karena
para ibu dapat berfikir yang baik untuk diberikan pada bayinya dan memiliki respon terhadap
sesuatu yang datang dari luar seperti sikap menerima atau anjuran untuk menyusui. Orang
yang mempunyai pendidikan tinggi akan memberikan respon yang lebih rasional
dibandingkan mereka yang berpendidikan lebih rendah. Pendidikan ibu juga berpengaruh
terhadap produksi ASI, ibu yang berpendidikan tinggi dapat mempersiapkan dirinya untuk
memberikan ASI-nya sedini mungkin (Dhiani, 1993).Demacias (1997) mengatakan
kurangnya pengertian dan pengetahuan dapat menyebabkan ibu mudah terpengaruh untuk
tidak memberikan ASI-nya.Makin tinggi pendidikan terakhir seorang ibu maka makin besar
kemauan dan dorongan untuk menyusui bayinya.
Dari tabel 3, dapat diketahui bahwa dari 20 responden di Posyandu Bonsai
sebagian besar 18 orang (90%) IRT dan sebagian kecil 2 orang (10%) wiraswasta.Pada
dewasa ini masalah pemberian susu formula pada ibu bekerja lebih besar dibandingkan ibu
yang tidak bekerja. Mengingat kondisi fisik ibu yang bekerja tidak akan dapat
mempertahankan produksi ASI-nya, selain itu juga para ibu yang tidak bekerja memiliki
waktu yang banyak untuk mempersiapkan dirinya dalam memberikan ASI sejak dini dan
mempunyai banyak yang lebih lama untuk kontak dengan bayinya (Suharyono dan Ruslina
Suradi dan Agus Firmansyah, 1992 ).Bekerja bukan alasan untuk menghentikan pemberian
ASI Ekslusif, dengan pengetahuan yang benar tentang menyusui, perlengkapan memerah
ASI dan didukung lingkungan kerja, seorang ibu yang bekerja dapat terus memberikan ASI
secara Ekslusif (Roesli, 2000).
Dari tabel 4, dapat diketahui bahwa dari 20 responden di Posyandu Bonsai
sebagian besar 19 orang (95%) mempunyai 1 anak dan sebagian kecil 1 orang (5%)
mempunyai 3-4 anak.Pada ibu yang berparitas tinggi atau pada ibu multi cenderung
memberikan ASI ekslusif sejak dini pada bayinya dibandingkan dengan ibu yang berparitas
rendah karena pengalaman yang dimiliki pada kelahiran anaknya terdahlu membuat ibu tahu
dan perlu juga berpengalaman (Iskandar, 1987).
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis, kita bisa mengetahui apakah terdapat
pengaruh yang signifikan pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif sebelum dan sesudah
penyuluhan.Hal tersebut ditunjukan pada uji t dengan SPSS 15.Pada uji t diperoleh nilai t (-
10.047 < 0,000) dan signifikan (0,000< 0,05) sehingga Ho ditolak.Dengan demikian dapat
dinyatakan bahwa penyuluhan mempengaruhi pengetahuan ibu tentang pemberian ASI
eksklusif di Posyandu Bonsai.






BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan di Posyandu Bonsai pada tanggal
20 Agustus 2014 dan 18 September 2014 yang telah ditabulasi dan dibahas maka dapat
disimpulkan bahwa penyuluhan mempengaruhi pengetahuan ibu tentang pemberian ASI
eksklusif di Posyandu Bonsai.

B. SARAN
1. Bagi Masyarakat
Dengan adanya penelitian ini diharapkan masyarakat khususnya ibu-ibu yang
mempunyai bayi dapat memberikan ASI ekslusif dan mengerti tentang pentingnya
ASI eksklusif.
2. Bagi Peneliti
Bagi peneliti selanjutnya diharapkan hasil penelitian ini dapat dikembangkan
lagi.
3. Bagi Petugas Kesehatan
Dari data yang diperoleh di Posyandu Bonsai, hendaknya tenaga kesehatan
pada khususnya bidan lebih sering memberikan penyuluhan tentang pemberian ASI
eksklusif dengan media dan bahasa yang mudah diterima masyarakat melalui leaflet,
poster, dan stiker.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian, Rineka Cipta: Jakarta.
Bunda. (2008). Pentingnya ASI Eksklsif. (http://www.kelymom.com/new man/risk of formula),
di akses 25 Agustus 2014.
Depkes-Bonbol. (2008). ASI Eksklsif Modal Pembangunan.
(http://www.kelyman.com), diakses 3 September 2014.
Depkes RI. (2003). Buku Panduan Manajemen Laktasi. Suara Merdeka (www.Mc
spotlinght.org), diakses 23 Agustus 2014.
Henderson, Christine, (2001). Konsep Kebidanan, EGC: Jakarta.
March. (2007). Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia. (www.aimi-asi.org), diakses 27 Agustus
2014.
Moedjianto, Sarmini, (2009). Pedoman Penyusunan Karya Tulis Ilmiah. Poltekes Majapahit:
Mojokerto.
Notoadmojo, Soekidjo, (2005). Ilmu Kesehatan Masyarakat, Rineka Cipta: Jakarta.
Notoadmojo, Soekidjo, (2003). Metodologi Penelitan Kesehatan. Rineka Cipta: Jakarta.
Notoadmojo, Soekidjo, (2002). Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineke Cipta: Jakarta.
Nursalam, (2003). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Salemba
Medika: Jakarta.
Paath, Erna Francin, (2004). Gizi Dalam Kesehatan Reproduksi, EGC: Jakarta.
Siswono. (2005). hidup ASI Eksklusif (On line).
(http:\\www.republika.co.id),diakses 28 Agustus 2014.
Suhariyono. (2008). Manajemen Laktasi. Majalah Nirmala (http://www.dinkesjatim.go.id),
diakses 8 September 2014.
Soekirman, (2006). Hidup Sehat. Primamedia Pustaka: Jakarta.


No Nama Umur Pendidikan Pekerjaan Jumlah
Anak
Skor
Suwarti >30 SMP IRT 3-4 6 13
Ari Muji
Astuti
18-25 SMA Pegawai
Swasta
1-2 6
Maryani 18-25 SMP IRT 1-2 8 11
Ade
Raningsih
18-25 SMP IRT 1-2 10 11
Atik 26-30 SMA IRT 1-2 11
Fatma
Donna
18-25 SMP IRT 1-2 11
Fitri Yani S >30 SMA IRT 3-4 8 11
Ida R 26-30 SMP IRT 3-4 12
Ani
Wulandari
18-25 SMA IRT 1-2 12
Warni 18-25 SMP IRT 1-2 12
Desi Puspita
Sari
18-25 SD IRT 1-2 12
Rusmiati 18-25 SMP IRT 1-2 12
Suyanti 18-25 SMP IRT 1-2 12
Linda 18-25 Perguruan
Tinggi
IRT 1-2 13
Ratri 26-30 SMA IRT 1-2 13
Nur Asni >30 SMP IRT 1-2 13
Siti Maryam >30 SD IRT 1-2 13
Satem Nurul
Aini
26-30 SMP IRT 1-2 13
Fitria Anhar 18-25 SMA IRT 1-2 13
Yuliani 18-25 SMA IRT 1-2 13
Sari Marti 18-25 SMA IRT 1-2 13
Ervina
Yasmin
18-25 SMP IRT 1-2 13
Kasmaria 18-25 SD IRT 1-2 13
Watini >30 SD IRT 1-2 14
Trisnawati >30 SMA IRT 1-2 14
Debi 26-30 SMP IRT 1-2 14
Robiah 26-30 SMP IRT 1-2 14
Marlia 18-25 SMP IRT 1-2 14
Munfakiyah 26-30 Perguruan
Tinggi
IRT 1-2 14
Maya Sari 26-30 SMA IRT 1-2 14
Sri Maryani 18-25 SMA IRT 1-2 14
Sulasmi >30 Tidak Tamat
SD
IRT 3-4 14
Mely >30 SD IRT 3-4 14
Karsinah 26-30 SD IRT 1-2 15
Rulastri >30 SMP IRT 3-4 15
Rokhimawati 18-25 SMA IRT 1-2 15

You might also like