Lemak dan lipid merupakan zat makanan penting yang dapat ditemukan dalam bahan pangan hewani dan nabati. Lemak dapat larut dalam pelarut organik tetapi tidak larut dalam air, dan dapat membentuk emulsi dengan bantuan emulgator. Pratikum ini bertujuan untuk mengetahui kelarutan lipid dalam beberapa pelarut dan pembentukan emulsi dari lemak dengan bahan emulgator.
Lemak dan lipid merupakan zat makanan penting yang dapat ditemukan dalam bahan pangan hewani dan nabati. Lemak dapat larut dalam pelarut organik tetapi tidak larut dalam air, dan dapat membentuk emulsi dengan bantuan emulgator. Pratikum ini bertujuan untuk mengetahui kelarutan lipid dalam beberapa pelarut dan pembentukan emulsi dari lemak dengan bahan emulgator.
Lemak dan lipid merupakan zat makanan penting yang dapat ditemukan dalam bahan pangan hewani dan nabati. Lemak dapat larut dalam pelarut organik tetapi tidak larut dalam air, dan dapat membentuk emulsi dengan bantuan emulgator. Pratikum ini bertujuan untuk mengetahui kelarutan lipid dalam beberapa pelarut dan pembentukan emulsi dari lemak dengan bahan emulgator.
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Suatu bahan makanan dikatakan memiliki nilai gizi lemak yang tinggiapabila dapat diserap dan dimanfaatkan sebagai sumber energi bagi sel-sel tubuh. Namun, suatu bahan makanan yang memiliki nilai gizi lemak yang rendah, yang dikarenakan tidak dapat diserap oleh tubuh, tidak selalu berarti memiliki nilai biologisyang rendah. Hal ini karena adanya manfaat biologis yang diperankan antara lainoleh serat makanan. Serat makanan merupakan lemak yang tidak dapat diserap tubuh, namun memiliki manfaat biologis dalam hal menurunkan kadarkolesterol darah (hipokolesterolemik) atau menahan kecepatan peningkatan gulakolesterol (Sudarmadji,1989). Nilai biologis bahan pangan berkorelasi dengan manfaatnya bagi tubuh. Nilaibiologis bersifat relatif bagi setiap individu, tergantung pada kondisi fisiologisnya.Sebagai contoh, nasi yang memiliki indeks glikemik yang rendah memiliki nilai biologis yang tinggi bagi para penderita diabetes, namun bagi anak-anak atauolahragawan yang membutuhkan energi yang tinggi nasi tersebut memiliki nilaibiologis yang rendah (Anwar,1996). Lipid dikenal oleh masyarakat awam sebagai minyak (organik, bukan minyak mineral atau minyak bumi), lemak, dan lilin. Istilah "lipid" mengacu pada golongan senyawa hidrokarbon alifatik nonpolar dan hidrofob yang esensial dalam menyusun struktur dan menjalankan fungsi sel hidup. Karena nonpolar, lipida tidak larut dalam pelarut polar, seperti air atau alkohol, tetapi larut dalam pelarut nonpolar, seperti eter atau kloroform.Lipida banyak dijumpai di dalam kehidupan sehari-hari. Seperti lipid yang dikandung minyak kelapa dan lain sebagainya ( Anwar, 1996).
115
Larissa Hilmi (1010423002)
Lipid termasuk salah satu komponen utama bahan pangan selain karbohidrat dan protein. Oleh karena itu peranan lipid dalam menentukan karakteristik bahan pangan cukup besar.Reaksi yang umum terjadi pada lipidselama pengolahan meliputi hidrolisis, oksidasi dan pirolisis. Oksidasi lipid biasanya melalui proses pembentukan radikal bebas yang terdiri dari tiga proses dasar yaitu inisiasi, propagasi dan terminasi (Delvin, 1992). Oksidasi lipid disamping dapat menurunkan jumlah lipid yang dapat dicerna dan tersedia sebagai sumber energi juga dapat menghasilkan senyawa-senyawa radikal. Senyawa-senyawa radikal dalam bahan pangan dapat diserap tubuh, hal ini dapat memicu terbentuknya senyawa radikal dalam tubuh. Senyawa radikal dalam tubuh dipercaya berperan dalam menentukan proses penuaan (aging), terjadinya aterosklerosis dan penyakit jantung koroner (CHD, coronary heart disease) ( Anwar, 1996). Komposisi lemak yang terdapat pada bahan pangan mempunyai efek melindungi mikroba terhadap pemanasan, sehingga bahan pangan berlemak membutuhkan suhu dan waktu pemanasan yang lebih tinggi dan lebih lama (Harper, 1980).
1.2. Tujuan Tujuan dari pratikum Kelarutan dan Emulsifikasi Lipid adalah untuk mengetahui kelarutan lipid terhadap beberapa pelarut tertentu dan mengetahui pembentukan emulsi dari lemak dengan beberapa bahan emulgator.
116
Larissa Hilmi (1010423002)
II. TINJAUAN PUSTAKA Lemak merupakan sumber energi yang besar, mensuplai sekitar 9 kalori pergram, dibandingkan dengan 4 kalori per gram dari protein dan karbohidrat.Meskipun lemak merupakan pensuplai energi, namun energi dapat pula diperolehdari karbohidrat dan protein(Ketaren,1986). Hampir semua bahan pangan mengandung lemak dan minyak, terutama bahan pangan hewani.Lemak dalam jaringan hewan terdapat pada jaringan adipose. Dalam tanaman, lemak disintesis dari 1 molekul gliserol dengan 3 molekul asam lemak yang terbentuk dari kelanjutan oksidasi karbohidrat dalam proses respirasi. Lamak dalam bahan pangan umumnya dipisahkan dengan komponen lain dengan cara ekstraksi dengan menggunakan pelarut eter, etil eter, kloroform atau benzene yang dinamakan ether soluble fraction atau crude fat. Crude fat bukan saja hanya terdiri dari trigliserida tetapi termasuk lilin, fosfolipida, cerebrosida, turunan lipid sepertisterol, pigmen, hormon dan minyak atsiri (Sudarmadji, 1989). Lemak dan minyak adalah yang tidak larut dalam air yang bersal dari tumbuh- tumbuhan dan hewan.Lemak dan minyak yang digunakan dalam makanan adalah trigliserida yang merupakan ester dari gliserol dan berbagai asam lemak.Lemak dan minyak merupakan zat makanan yang paling penting untuk kesehatan tubuh manusia. Selain itu juga merupakan sumber energi yang lebih efektif dibandingkan dengan karbohidrat dan protein yaitu dapat menghasilkan 9 kkal / gram. Fungsi lainnya adalah sebagai sumber dan pelarut bagi vitamin A,D, E, dan K, meningkatkan nafsu makan, memperbaiki tekstur dan cita rasa dari bahan pangan) (Mathews, 1991). Ester asam lemak dengan gliserol OH CH2 R1 COO CH2 HO CH2 R1 COO CH2 HO CH HO CH R2 COO CH R2 COO CH HO CH2 HO CH2 R3 COO CH2 R3 COO CH2 gliserol monogliserida digliserida trigliserida 117
Larissa Hilmi (1010423002)
Lemak memiliki sifat:1) Lemak hewan berupa zat padat (suhu ruangan), lemak tumbuhan berupa zat cair. 2) Lemak bertitik lebur tinggi adalah asam lemak jenuh, sedang lemak cair / minyak adalah asam lemak tidak jenuh. 3) Bilangan Iodium adalah banyaknya gram iodium yang dapat bereaksi dg 100 gr lemak (makin besar bilangan iodium, makin banyak ikatan rangkap). 4) Lemak/gliserida asam lemak pendek larut dalam air, Lemak/gliserida asam lemak panjang tidak larut dalam air: Ester, kloroform, benzena, alkohol panas adalah pelarut lemak (Harper, 1980). Lemak & senyawa organik yang punya sifat fisika seperti lemak dimasukkan dalam kelompoklipid. Sifat fisikanya adalah: (1) Tidak larut dalam air, tapi larut dalam 1 atau lebih pelarut organik (eter, aseton, kloroform, benzena), (2) Ada hubungan dengan asam lemak atau ester, (3) Punya kemungkinan digunakan oleh makhluk hidup. Lipid diperoleh dari hewan/tumbuhan dengan cara ekstraksi menggunakan alkohol panas, eter atau pelarut lemak lainnya(Ketaren,1986). Penggolongan lipidmenurut Bloor, terdiridari: Lipid sederhana (ester lemak dengan berbagai alkohol, lemak/gliserida dan lilin/waxes), Lipid gabungan (ester asam lemak yang punya gugus tambahan, fosfolipid, serebrosida), dan Derivat lipid (senyawa yang dihasilkan oleh proses hidrolisa lipid, asam lemak, gliserol, sterol). Menurut sifat kimianya adalah a. Lipid yang dapat disabunkan/dapat dihidrolisis dengan basa (lemak). b.Lipid yang tidak dapat disabunkan (Mathews, 1991). Sifat Fisika dari lipid adalah a. Asam lemak jenuh, makin panjang rantai C, makin tinggi titik leburnya, b. Asam lemak tidak jenuh, makin banyak ikatan rangkap, makin rendah titik leburnya, c. Kelarutan asam lemak dalam air berkurang dengan bertambah panjangnya rantai C ( asam kaproat larut sedikit dalam air, sedang asam palmitat, stearat, oleat & linoleat tidak larut dalam air), d. Umumnya, asam lemak larut dalam eter / alkohol panas(Harper,1980).Sifat Kimia:Asam lemak adalah asam lemah, bila larut dalam air maka molekul asam lemak terionisasi sebagian & melepaskan ion H + .Rumus pH u/ asam lemah (Henderson-Hasselbach) (Sudarmadji,1989). Lipida, baik lemak atau minyak dapat membentuk noda translucent, sehingga kertas tulis yang tidak tembus pandang menjadi semi transparan. Noda yang terbentuk biasanya semakin melebar setelah disirami air dan dikeringkan. 118
Larissa Hilmi (1010423002)
Lipida, pada umumnya tidak larut dalam air tetapi sedikit larut dalam alkohol dan larut sempurna dalam pelarut organik seperti eter, kloroform, aseton, benzena atau pelarut non polar lainnya. Minyak dalam air akan membentuk emulsi yang tidak stabil, karena bila dibiarkan, maka kedua caiaran akan terpisah menjadi dua lapisan. Sebailknya minyak dalam soda (Na 2 CO 3 ) akan membentuk emulsi yang stabil karena asam lemak yang bebas dalam larutan bereaksi membentuk sabun. Kolesterol di dalam tubuh manusia dapat berasal dari dua sumber yaitu dari makanan dan biosintesis de novo.Kolesterol yang bersumber dari makanan berasal dari bahan pangan hewani.Biosintesis de novo kolesterol terjadi hampir pada semua sel yang mengandung nukleus, tetapi yang terbesar terjadi pada hati, usus, korteks adrenal dan jaringan reproduktif. Jumlah laju sintesis kolesterol de novo berhubungan dengan jumlah kolesterol yang berasal dari makanan, jika jumlah kolesterol di dalam makanan meningkat maka sintesis kolesterol dalam hati dan usus akan menurun, sebaliknya jika jumlah kolesterol dari makanan berkurang maka sintesis kolesterol di dalam hati dan usus akan meningkat. Kolesterol diperlukan oleh tubuh antara lain untuk: (a) sintesis asam/garam empedu yang diperlukan untuk proses pencernaan lemak atau minyak, (b) sintesis vitamin D dan hormon steroid, (c) sebagai komponen membran sel.Orang dewasa rata-rata membutuhkan 1.1 gram kolesterol untuk kebutuhan tubuhnya. Dari jumlah itu, 25-40% atau 200-300 mg secara normal berasal dari makanan dan selebihnya dari endogen (biosintesis) terutama oleh hati kemudian oleh usus kecil.Kadar kolesterol normal dalam plasma pada orang dewasa normal sebesar 3.1 sampai 5.7 mmol/l (120-220 mg/dl). Biasanya kadar kolesterol yang melebihi batas ini dianggap sebagai hiperkolesterolemia (Sudarmadji, 1989).
119
Larissa Hilmi (1010423002)
III. PELAKSANAAN PRAKTIKUM 3.1. Waktu dan Tempat Praktikum Kelarutan dan Emulsifikasi Lipid dilaksanakan pada hari Kamis, 3 November 2011 di Laboratorium Biokimia Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Andalas. 3.2. Alat dan Bahan Alat yang digunakan pada pratikum ini adalah gelas ukur, cawan petri, tang krus,dan tabung reaksi. Sedangkan bahan yang digunakan pada pratikum ini adalah aquadest, minyak kelapa, telur ayam, kloroform, detergen, alkohol 90 %, dan empedu katak.
3.3. Cara Kerja 1. Uji Kelarutan Lipid. Disediakan 5 tabung reaksi dan diberi label. Selanjutnya bahan-bahan tersebut dimasukkan kedalam masing-masing tabung reaksi 1mL, yaitu aquadest, eter, kloroform, alkohol, dan NaCO 3 . Ditambahkan 2 tetes minyak kelapa ke dalam masing-masing tabung, dihomogenkan dengan cara mengocok secara cermat dan dibiarkan beberapa saat. Diamati kelarutan minyak di dalam masing-masing tabung dan catat hasil yang diperoleh dalam lembaran kerja.
2. Uji Emulsifikasi Lipid Disediakan 5 buah tabung reaksi dan diberi label.Dimasukkan ke dalam masing- masing tabung yang berbeda 1mL, senyawa berikut: Aquadest. Tabung 1 diisi dengan air 2mL dan 2 tetes minyak kelapa, Tabung 2diisi dengan air 2mL, 2 tetes minyak 120
Larissa Hilmi (1010423002)
kelapa, 2 tetes NaCO 3 , Tabung 3diisi dengan air 2mL, 2 tetes minyak kelapa, 2 tetes detergen, Tabung 4diisi dengan larutan protein dan 2 tetes minyak kelapa, Tabung 5 diisi dengan larutan empedu katak dan 2 tetes minyak kelapa. Dihomogenasikan dan dibiarkan beberapa menit, dsiamati.Pembentukan emulsi dan dicatat hasil yang diperoleh pada buku kerja.
121
Larissa Hilmi (1010423002)
IV.HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Dari praktikum yang telah dilakukan didapatkan hasil sebagai berikut: Tabel 1. Hasil Uji Kelarutan Lipid Terhadap Beberapa Pelarut No Jenis Pelarut Sifat Kelarutan Minyak Keterangan 1 Alkohol sedikit larut jernih 2 Kloroform larut homogen keruh 3 Eter larut homogen bening 4 Aquadest tidak larut bening, keruh 5 NaCO 3 larut putih susu
Tabel 2. Hasil Uji Emulsifikasi Lipid No Perlakuan Terhadap Minyak Pembentukan Emulsi Stabil Keterangan 1 +aquadest + minyak tidak stabil tidak larut 2 +aquadest &NaCO 3 tidak stabil tidak teremulsi 3 +aquadest & detergen stabil emulsi 4 + protein 2% stabil emulsi 5 +empedu stabil emulsi
4.2. Pembahasan Berdasarkan pratikum yang dilaksanakan mengenai kelarutan dan emulsifikasi lipid, didapatkan hasil bahwa lemak tidak larut dalam air tetapi sedikit larut di dalam alkohol dan larut dengan sempurna dalam pelarut organik seperti eter, kloroform, aseton, benzene atau pelarut non polar lainnya.Pada pratikum yang digunakan adalah alkohol 70 % yang masih mempunyai air pada komposisi larutannya, maka menyebabkan sifat 122
Larissa Hilmi (1010423002)
kelarutan minyak sedikit larut. Karena air merupakan senyawa polar dan tidak dapat larut dalam minyak yang non polar, lemak dalam air juga membentuk emulsi yang membentuk 2 lapisan terpisah, berbeda dengan kloroform dan eter yang merupakan non polar akan melarutkan lipid yang juga non polar. Lipid mempunyai sifat nonpolar sehingga lipid larut dalam larutan-larutan yang bersifat non polar seperti eter, kloroform, benzena, karbontetraklorida, xylena, alkhol, dan aseton. Fungsi Reagen: kloroform dan eter,Merupakan bahan yang bersifat nonpolar, sehingga dapat melarutkan minyak kelapa yang juga bersifat nonpolar. Air, Berfungsi sebagai pelarut yang bersifat polar.Karena sifatnya yang polar, air tidak dapat melarutkan lipid yang bersifat nonpolar (Anwar, 1996). Pada pengujian terhadap kelarutan berbagai jenis minyak dan lemak, digunakan bermacam-macam pelarut, yaitu kloroform, air alkohol, dan aseton kelarutan minyak dan lemak dalam suatu pelarut ditentukan oleh sifat polaritas asam lemak. asam lemak polar cendrung larut dalam pelarut polar, dan tidak larut dalam asam lemak non polar. Asam lemak yang derajat ketidakjenuhannya tinggi akan lebih mudah larut daripada asam lemak yang derajat ketidakjenuhannya rendah. Selain itu panjang rantai suatu karbon dapat mempengaruhi kelarutan. Semakin panjang rantai karbon semakin sukar larutnya semua jenis minyak umumnya larut dalam kloroform dan aseton tetapi tidak dapat larut dalam air, hal ini berarti smua jenis minyak memiliki asam lemak yang yang bersifat nonpolar karena tidak dapat larut dalam air yang merupakan pelarut polar (Ketaren, 1986). Asam lemak terutama ditemukan sebagai bentuk ester di dalam lemak dan minyak alami, tetai juga ditemukan dalam bentuk tidak terseterifikasi sebagai asam lemak bebas, suatu bentuk pengangkut yang ada di dalam plasma darah. Asam lemak yang terdapat di dalam lemak alami biasanya merupakan derivat rantai lurus dan mengandung atom karbon dalam jumlah genap karena senyawa tersebut di sintesis dari unit dua-karbon. Rantai tersebut bisa berupa rantai jenuh (tidak mengandung ikatan rangkap) atau rantai takjenuh (mengandung satu atau lebih ikatan rangkap)(Harper, 1980). 123
Larissa Hilmi (1010423002)
NaCO 3 akan membentuk emulsi stabil karena asam lemak yang bebas dalam larutan lemak dan bereaksi membentuk sabun. Sabun mempunyai daya aktif permukaan sehingga menarik minyak sampai ke dinding tabung.Untuk uji emulsi lemak, minyak di tambahkan dengan aquadest ditambahkan detergen akan teremulsi dengan baik begitu juga dengan protein 2 %, dan empedu encer, karena untuk dapat membentuk emulsi yang stabil diperlukan emulgator atau emulsifler yang berperan dalam menurunkan tegangan permukaan antara kedua fase cairannya. Larutan Na 2 CO 3 1 %, Na 2 CO 3 merupakan larutan yang bersifat alkali. Alkali berfungsi untuk menghidrolisis minyak kelapa (lipid) menjadi gliserol dan sabun (garam alkali dari asam lemak). Reaksi ini disebut reaksi penyabunan.Larutan empedu encer, Empedu terdiri atas tiga komponen: kolesterol, garam empedu dan lesitin. Ketiga senyawa ini merupakan senyawa amfipatik (lipid amfipatik/polar), yaitu senyawa yang mempunyai bagian hidrofobik yang berinteraksi dengan lemak dan bagian hidrofilik yang berinteraksi dengan air. Karena itu, senyawa tersebut sering ditemukan di pertemuan antara lemak dan air. Jika lipid polar yang berada dalam media aquous telah mencapai konsentrasi tertentu maka akan terbentuk misel. (Anwar, dkk, 1996). Hidrolisis minyak dan lemak dengan mendidihkannya dalam larutan natrium hidroksida disebut penyabunan. Dalam proses hidrolisis lemakakan terurai menjadi asam lemak dan gliserol. Proses ini dapat berjalan dengan menggunakan asam, basa atau enzim tertentu. Proses hidrolisis yang menggunakan basa akan menghasilkan gliserol dalam garam asam lemak atau sabun. Pada umumnya apabila lemakdibiarkan lama diudaraakan menimbulkan rasa dan bau yang tidak enak. Hal ini disebabkan oleh proses hidrolisis yang menghasilkan asam lemak bebas(Poedjadi, 1994). Emulsi adalah lipid nonpolar (dalam bentuk partikel besar) yang terdapat dalam medium aquous. Bentuk emulsi ini akan distabilkan oleh lipid amfipatik seperti lesitin. Jadi di sini lesitin berfungsi sebagai emulgator (Sudarmadji, 1989). Emulsifikasi adalah suatu dispersi atau suspense suatu cairan denagn cairan lain, yang molekul antara kedua cairan tersebut tidak dapat saling berbaur, tetapi saling antagonistic. Pada suatu emulsi terdapat tiga bagian utama yaitu, bagian pertama butiran terdispersi biasanya berupa lemak, bagian kedua fase pesdispersi biasanya 124
Larissa Hilmi (1010423002)
berupa air, dan bagian ketiga adalah emulsifier yang bertugas menjaga butiran minyak tetap tersuspensi dalam air(Harper, 1980). Sintesis asam empedu merupakan salah satu mekanisme ekskresi kolesteroltubuh.Asam empedu yang paling banyak terdapat dalam cairan empedu manusiaadalah asam kenodeoksikolat (45%) dan asam kolat (31%).Keduanya disebutsebagai asam empedu primer.Pada Gambar 13.3 dapat dilihat sintesis asamempedu primer dari kolesterol terjadi di dalam hati.Di dalam usus, asam empeduprimer dikonversi oleh bakteri menjadi asam empedu sekunder yaitu asam kolatmenjadi asam deoksikolat dan asam kenodeoksikolat menjadi asam litokolat.Asamempedu primer maupun sekunder keduanya direabsorpsi oleh usus dan kembali kehati melalui siklus enterohepatik (Sudarmadji,1989).
125
Larissa Hilmi (1010423002)
V. PENUTUP 5.1. Kesimpulan Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut : 1. Lemak tidak larut dalam air tetapi sedikit larut di dalam alkohol dan larut dengan sempurna dalam pelarut organik seperti eter, kloroform, aseton, benzene. 2. Senyawa polar dapat larut dalam pelarut polar, begitu juga dengan senyawa non polar, dapat larut dalam pelarut noin polar. 3. NaCO3 akan membentuk emulsi stabil karena asam lemak yang bebas dalam larutan lemak dan bereaksi membentuk sabun. Sabun mempunyai daya aktif permukaan sehingga menarik minyak sampai ke dinding tabung. 4. Uji emulsi lemak, minyak di tambahkan dengan aquadest ditambahkan detergen akan teremulsi dengan baik begitu juga dengan protein 2 %, dan empedu encer, karena untuk dapat membentuk emulsi yang stabil diperlukan emulgator atau emulsifler yang berperan dalam menurunkan tegangan permukaan antara kedua fase cairannya.
5.2. Saran Dilakukan pratikum lebih lanjut dan lebih teliti lagi dalam mendapatkan empedu katak, Diharapkan untuk pelaksanaan paktikum selanjutnya praktikan lebih mempersiapkan dalam penguasaan konsep praktikum, alat, serta bahan yang diperlukan dalam praktikum.
126
Larissa Hilmi (1010423002)
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, dkk.1996. Pengantar Praktikum Kimia Organik. DepartemenPendidikan dan Kebudayaan.Jakarta. Delvin, M.1992. Textbook of Biochemistry, with Clinical Correlation.Willey- Liss.NewYork. Harper, H.A. 1980.Review of Physiological Chemistry. Penerbit Buku Kedokteran EGC.Jakarta. Ketaren, S. 1986. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan.UI-Press.Jakarta. Mathews, K.C. 1991. Biochemistry.TheBenjamin/Cummings Compani.New York. Poedjadi , A.1994.Dasar-Dasar Biokimia. Cetakan Pertama.UI-Press. Jakarta. Sudarmadji,dkk.1989. Analisa Bahan Pangan danPertanian.Pangan dan Gizi Universitas Gajah Mada.Yogyakarta.