You are on page 1of 45

1

BAB I
PPENDAHULUAN


A. LATAR BELAKANG
Kesehatan jiwa merupakan bagian yang integral dari kesehatan. Kesehatan
jiwa bukan sekedar terbebas dari gangguan jiwa, akan tetapi merupakan suatu hal
yang di butuhkan oleh semua orang. Kesehatan jiwa adalah perasaan sehat dan
bahagia serta mampu mengatasi tantangan hidup, dapat menerima orang lain
sebagai mana adanya. Serta mempunyai sikap positif terhadap diri sendiri dan
orang lain. (Menkes, 2005)
Menurut Sekretaris Jendral Dapertemen Kesehatan (Sekjen Depkes), H.
Syafii Ahmad, kesehatan jiwa saat ini telah menjadi masalah kesehatan global bagi
setiap negara termasuk Indonesia. Proses globalisasi dan pesatnya kemajuan
teknologi informasi memberikan dampak terhadap nilai-nilai sosial dan budaya pada
masyarakat. Di sisi lain, tidak semua orang mempunyai kemampuan yang sama
untuk menyusuaikan dengan berbagai perubahan, serta mengelola konflik dan stres
tersebut. ( Diktorat Bina Pelayanan Keperawatan dan Pelayanan Medik Dapertemen
Kesehatan, 2007).
Setiap saat dapat terjadi 450 juta orang diseluruh dunia terkena dampak
permasalahan jiwa, syaraf maupun perilaku dan jumlahnya terus meningkat. Pada
study terbaru WHO di 14 negara menunjukkan bahwa pada negara-negara
berkembang, sekitar 76-85% kasus gangguan jiwa parah tidak dapat pengobatan
apapun pada tahun utama (Hardian, 2008). Masalah kesehatan jiwa merupakan
masalah kesehatan masyarakat yang demikian tinggi dibandingkan dengan masalah
kesehatan lain yang ada dimasyarakat.
Dari 150 juta populasi orang dewasa Indonesia, berdasarkan data
Departemen Kesehatan (Depkes), ada 1,74 juta orang mengalami gangguan mental
emosional. Sedangkan 4 % dari jumlah tersebut terlambat berobat dan tidak
tertangani akibat kurangnya layanan untuk penyakit kejiwaan ini. Krisis ekonomi
dunia yang semakin berat mendorong jumlah penderita gangguan jiwa di dunia, dan
Indonesia khususnya kian meningkat, diperkirakan sekitar 50 juta atau 25% dari juta
penduduk Indonesia mengalami gangguan jiwa (Nurdwiyanti, 2008).
Umumnya, pasien gangguan jiwa dibawa keluarganya ke Rumah Sakit Jiwa
atau unit pelayanan kesehatan jiwa lainnya karena keluarga tidak mampu merawat
dan terganggu karena perilaku pasien. Beberapa gejala yang lazim dirasakan oleh
keluarga sehingga menjadi alasan mengapa pasien dibawa ke Rumah Sakit Jiwa
2



yaitu adanya harga diri rendah, menarik diri, halusinasi, waham, dan perilaku
kekerasan.
Penderita gangguan jiwa yang dirawat di RSJ Provinsi Jawa barat
khususnya di ruang elang selama 3 bulan terakhir adalah berjumlah 127 orang.
Halusinasi sebanyak 39 orang atau 30,7%, Resiko perilaku kekerasan 32 orang atau
25,19%, waham 6 orang atau 4,72%, Harga diri rendah 5 orang atau 5,93%, kurang
perawatan diri 32 orang atau 25,19%, resiko bunuh diri 5 orang atau 5,93%, Isolasi
sosial 8 orang atau 6,29%.
Halusinasi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami perubahan
dalam jumlah dan pola dari stimulus yang mendekat (yang diprakarsai secara
internal atau eksternal) disertai dengan suatu pengurangan, berlebih-lebihan,
distorsi atau kelainan berespon terhadap semua stimulus (Towsend, 1998).
Asuhan keperawatan jiwa memiliki peranan yang sangat penting untuk
meningkatkan kualitas mental, intelektual, emosianal, sosial, dan fisik serta ekonomi
sebagai sumber kesejahteraan klien. Sistem asuhan keperawatan jiwa berbeda
dengan asuahan keperawatan pada orang sakit fisik dan orang normal pada
umumnya. Jenis pelayanan kesehatan yang dilakukan pada penanganan pasien
dengan perilaku kekerasan di atas adalah isolasi ruangan, pemberian mediak
mentosa (pengobatan), pengikatan, dan pembentukan tim krisis (Stuart and
Sundeen, 1998). Kesemuanya masih mengarah pada aspek keselamatan pada
pasien dan juga orang lain di sekitarnya. Seperti pelaksanaan komunikasi terapiutik
yang berusaha mengekspresikan persepsi, pikiran, dan perasaan serta
menghubungkan hal tersebut untuk mengamati dan melaporkan kegiatan yang
dilakukan, (Stuart and Sundeen, 1998).
Komunikasi terapiutik dapat menjadi jembatan penghubung antara perawat
sebagai pemberi asuhan keperawatan dan pasien sebagai pengguna asuhan
keperawatan. Karena komunikasi terapiutik dapat mengakomodasikan
perkembangan status kesehatan yang dialami pasien. Komunikasi terapiutik
memperhatikan pasien secara holistik meliputi aspek keselamatan, menggali
penyebab, tanda-tanda dan mencari jalan terbaik atas permasalahan pasien. Juga
mengajarkan cara-cara sehat yang dapat dipakai untuk mengekspresikan
kemarahan yang dapat diterima oleh semua pihak tanpa harus merusak (asertif) dan
tidak mencelakai diri sendiri, orang lain, lingkungan.
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, penulis ingin
memberikan asuhan keperawatan jiwa khususnya pada pasien halusinasi dengan
pelayanan kesehatan secara holistik dan komunikasi terapiutik dalam meningkatkan
kesejahteraan serta mencapai tujuan yang diharapkan.
3



B. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran secara nyata dan lebih mendalam tentang
pemberian asuhan keperawatan pada klien dengan masalah utama halusinasi.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian pada pasien dengan halusinasi pendengaran
b. Mampu menentukan masalah keperawatan pada pasien dengan halusinasi
pendengaran
c. Mampu membuat diagnosa keperawatan pada padien dengan halusinasi
pendengaran
d. Mampu membuat rencana keperawatan pada klien dengan halusinasi
pendengaran
e. Mampu membuat implementasi keperawatan pada pasien dengan
halusinasi pendengaran
f. Mampu mengevaluasi asuhan keperawatan pada pasien dengan halusinasi
pendengaran

C. MANFAAT PENULISAN
1. Manfaat Teoritis
Tinjauan kasus ini diharapkan menjadi pedoman dalam pemberian
asuhan keperawatan pada klien dengan diagnosa halusinasi
pendengaran secara komprehensif.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi penulis dapat memperdalam pengetahuan tentang asuhan
keparawatan yang dilakukannya.
b. Bagi penderita adalah dapat memaksimalkan kemampuannya untuk
dapat mengendalikan jiwanya sehingga dapat sembuh dari gangguan
kejiwaanya.
c. Hasil asuhan keperawatan ini minimal dapat menyumbangkan pikiran
melalui tulisan tentang sistem komunikasi terapeutik merupakan cara
untuk memberikan layanan kesehatan gangguan kejiwaan.
d. Bagi para pembaca maupun mahasiswa hasil asuhan keperawatan ini
dapat sebagai pengetahuan dan masukan dalam mengembangan ilmu
keperawatan di masa yang akan datang khususnya keperawatan jiwa.

4



D. SISTEMATIKA PENULISAN
1. BAB I
Dalam BAB ini penulis menguraikan latar belakang, tujuan umum dan
khusus, manfaat serta sistematika penulisan.
2. BAB II
Dalam BAB ini diuraikan landasan teori yang mendukung dan berkaitan
dengan judul antara lain mengenai proses terjadinya masalah dan
tindakan keperawatan.
3. BAB III
Dalam BAB ini diuraikan gambaran kasus meliputi pengkajian, masalah
keperawatan, susunan diagnose keperawatan sesuai prioritas dan
pelaksanaan tindakan.
4. BAB IV
Dalam BAB ini diuraikan tentang pembahasan yaitu kesesuaian antara
BAB II dan BAB III, hambatan yang ditemukan saat merawat klien dan
cara menanggulanginya per diagnosis.
5. BAB V
Dalam BAB ini merupakan bagian terakhir dari makalah yang berisi
tentang kesimpulan yang merupakan inti dari isi bab-bab sebelumnya dan
saran.













5



BAB II
LANDASAN TEORI


A. Pengertian
Halusinasi adalah pengalaman panca indera tanpa adanya rangsangan
(stimulus) misalnya penderita mendengar suara-suara, bisikan di telinganya
padahal tidak ada sumber dari suara bisikan itu (Hawari, 2001).
Halusinasi adalah persepsi sensorik yang keliru dan melibatkan panca indera
(Isaacs, 2002).
Halusinasi adalah gangguan penyerapan atau persepsi panca indera tanpa
adanya rangsangan dari luar yang dapat terjadi pada sistem penginderaan
dimana terjadi pada saat kesadaran individu itu penuh dan baik. Maksudnya
rangsangan tersebut terjadi pada saat klien dapat menerima rangsangan dari luar
dan dari dalam diri individu. Dengan kata lain klien berespon terhadap
rangsangan yang tidak nyata, yang hanya dirasakan oleh klien dan tidak dapat
dibuktikan (Nasution, 2003).
Halusinasi merupakan gangguan atau perubahan persepsi dimana klien
mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu penerapan panca
indra tanpa ada rangsangan dari luar. Suatu penghayatan yang dialami suatu
persepsi melalui panca indra tanpa stimulus eksteren: persepsi palsu (Maramis,
2005).
Halusinasi adalah sensasi panca indera tanpa adanya rangsangan. Klien merasa
melihat, mendengar, membau, ada rasa raba dan rasa kecap meskipun tidak ada
sesuatu rangsang yang tertuju pada kelima indera tersebut (Izzudin, 2005).
Halusinasi adalah kesan, respon dan pengalaman sensori yang salah (Stuart,
2007).
Kesimpulannya bahwa halusinasi adalah persepsi klien melalui panca indera
terhadap lingkungan tanpa ada stimulus atau rangsangan yang nyata.

B. PROSES TERJADINYA MASALAH
a) Teori yang Menjelaskan Halusinasi (Stuart & Sundeen, 1995)
Teori Biokimia
Terjadi sebagai respons metabolisme terhadap stres yang mengakibatkan
terlepasnya zat halusinogenik neurotik (buffofenon dan dimethytransferase).


6



Teori psikoanalisis
Merupakan respons pertahanan ego untuk melawan rangsangan dari luar
yang mengancam dan ditekan untuk muncul dalam alam sadar

b) Faktor-Faktor Predisposisi
Menurut Stuart (2007), faktor predisposisi terjadinya halusinasi adalah:
1. Biologis
Abnormalitas perkembangan sistem saraf yang berhubungan dengan respon
neurobiologis yang maladaptif baru mulai dipahami. Ini ditunjukkan oleh
penelitian-penelitian yang berikut:
a. Penelitian pencitraan otak sudah menunjukkan keterlibatan otak yang lebih
luas dalam perkembangan skizofrenia. Lesi pada daerah frontal, temporal
dan limbik berhubungan dengan perilaku psikotik.
b. Beberapa zat kimia di otak seperti dopamin neurotransmitter yang
berlebihan dan masalah-masalah pada system reseptor dopamin dikaitkan
dengan terjadinya skizofrenia.
c. Pembesaran ventrikel dan penurunan massa kortikal menunjukkan
terjadinya atropi yang signifikan pada otak manusia. Pada anatomi otak
klien dengan skizofrenia kronis, ditemukan pelebaran lateral ventrikel,
atropi korteks bagian depan dan atropi otak kecil (cerebellum). Temuan
kelainan anatomi otak tersebut didukung oleh otopsi (post-mortem).
2. Psikologis
Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respon dan
kondisi psikologis klien. Salah satu sikap atau keadaan yang dapat
mempengaruhi gangguan orientasi realitas adalah penolakan atau tindakan
kekerasan dalam rentang hidup klien.
3. Sosial Budaya
Kondisi sosial budaya mempengaruhi gangguan orientasi realita seperti:
kemiskinan, konflik sosial budaya (perang, kerusuhan, bencana alam) dan
kehidupan yang terisolasi disertai stress.

c) Faktor-Faktor Presipitasi
Secara umum klien dengan gangguan halusinasi timbul gangguan setelah
adanya hubungan yang bermusuhan, tekanan, isolasi, perasaan tidak berguna,
putus asa dan tidak berdaya. Penilaian individu terhadap stressor dan masalah
koping dapat mengindikasikan kemungkinan kekambuhan (Keliat, 2006).
7



Menurut Stuart (2007), faktor presipitasi terjadinya gangguan halusinasi
adalah:
1. Biologis
Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang mengatur proses
informasi serta abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak yang
mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi stimulus
yang diterima oleh otak untuk diinterpretasikan.
2. Stress lingkungan
Ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi terhadap stressor
lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan perilaku.
3. Sumber koping
Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi stressor.

d) Rentang Respon Adaptif dan Maladaptif
Respon Adaptif Respon Maladaptif







C. Manifestasi Klinis
Menurut Hamid (2000), perilaku klien yang terkait dengan halusinasi adalah:
Bicara sendiri
Senyum sendiri
Ketawa sendiri
Menggerakan bibir tanpa suara
Pergerakan mata yang cepat
Respon verbal yang lambat
Menarik diri dari orang lain
Berusaha untuk menghindari orang lain
Tidak bisa membedakan yang nyata dan tidak nyata
Terjadi peningkatan denyut jantung,pernafasan, dan tekanan darah
Perhatian dengan lingkungan yang kurang atau hanya beberapa detik
Berkonsentrasi dengan pengalaman sensori
Sulit berhubungan dengan orang lain
Pikiran logis
Persepsi akurat
Perilaku sosial
Hubungan
sosial
Pikiran terkadang
menyimpang
Ilusi
Emosi berlebihan
Perilaku ganjil
Menarik diri
Kelainan pikiran
Halusinasi
Tidak mampu
mengontrol emosi
Ketidakteraturan
Isolasi sosial
8



Ekspresi muka tegang
Mudah tersinggung, jengkel, dan marah
Tidak mampu mengikuti perintah dari perawat
Tampak tremor dan berkeringat
Perilaku panik
Agitasi dan kataton
Curiga dan bermusuhan
Bertindak merusak diri, orang lain, dan lingkungan
Ketakutan
Tidak dapatt mengurus diri
Biasa terdapat disorientasi waktu, tempat, dan orang

D. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Halusinasi









9



E. TINDAKAN KEPERAWATAN

DIAGNOSA
KEPERAWATAN
PERENCANAAN
TUJUAN KRITERIA EVALUASI INTERVENSI
Gangguan sensori
persepsi: Halusinasi
dengar
Pasien mampu:
1. Mengenali halusinasi yang
dialaminya
2. Mengontrol halusinasinya
3. Mengikuti program pengobatan








Setelah ...X pertemuan pasien dapat
menyebutkan:
1. Isi,waktu, frekuensi, situasi pencetus,
perasaan
2. Mampu memperagakan cara dalam
mengontrol halusinasi
SP 1
1. Bantu pasien mengenali halusinasi
(isi,waktu terjadinya, frekuensi,situasi
pencetus,perasaan saat terjadinya
halusinasi)
2. Latih mengontrol halusinasi dengan
cara menghardik tahapan tindakannya
meliputi:
a. Jelaskan cara menghardik
halusinasi
b. Peragakan cara menghardik
c. Minta pasien memperagakan
ulang
d. Pantau penerapan cara ini, beri
pengetahuan perilaku pasien
e. Memasukan dalam jadwal
kegiatan

10



Setelah ...X pertemuan pasien dapat
menyebutkan:
1. Menyebutkan kegiatan yang sudah
dilakukan
2. Memperagakan cara bercakap-cakap
dengan orang lain

SP 2
1. Evaluasi keggiatan yang lalu ( SP 1)
2. Latihh berbicara/bercakap dengan
orang lain saat halusinasi muncul
3. Memasukan dalam jadwal kegiatan
klien

Setelah ...X pertemuan pasien dapat
menyebutkan:
1. Menyebutkan kegiatan yang sudah
dilakukan
2. Membuat jadwal kegiatan sehari-hari
dan mampu memperagakannya
SP 3
1. Evaluuasi kegiatan yang lalu (SP 1
dan SP 2)
2. Latih kegiatan agar halusinasi tidak
muncul:
a. Jelaskan pentingnya aktivitas
yang teratur untuk mengatasi
halusinasinya.
b. Diskusikan aktivitas yang biasa
dilakukan pasien
c. Latih pasien melakukan aktivitas
d. Susun jadwal aktivitas sehari-hari
sesuai dengan aktivitas yang
telah dilatih (dari bangun
pagisampai tidur malam)
11



Pantau pelaksanaan jadwal kegiatan,
berikan penguatan terhadap perilaku
pasien yang positif


Setelah ...X pertemuan pasien dapat
menyebutkan:
1. Menyebutkan kegiatan yang sudah
dilakukan
2. Menyebutkan manfaat dari program
pengobatan
SP 4
1. Evaluasi kegiatan yang lalu ( SP 1, SP
2, SP 3)
2. Tanyakan program pengobatan
3. Jelaskan pentingnya penggunaan
obat pada gangguan jiwa
4. Jelaskan akibat bila tidak digunakan
sesuai dengan program
5. Jelaskanapabila putus obat
6. Jelaskan cara mendapatkan
obat/berobat
7. Jelaskan pengobatan





12



BAB III
TINJAUAN KASUS


A. PENGKAJIAN
I. Identitas Klien
Nama : Tn. S
Umur : 37 Tahun
Tanggal Masuk RS : 29 September 2014
No Cm : 055400
Alamat : Kp. Bojong Nagreg
Pendidikan : SMA
Status Perkawinan : Kawin
Pekerjaan : Tidak Bekerja
Sumber Data : Klien & Status

II. Alasan Masuk
Menurut Klien : Klien mengatakan dirinya diajak jalan-jalan oleh keluarganya,
dan diturunkan dengan alasan untuk membeli air minum, tetapi sebenarnya dia
dibawa ke rumah sakit untuk berobat.
Menurut Status Klien : 8 hari sebelum masuk rumah sakit klien memukul
adiknya, membentur-benturkan kepalanya ketembok, gelisah, kurang tidur,
mondar-mandir, keluyuran, masuk kerumah orang lain tanpa izin, melamun,
berbicara kadang kacau.
Pada Saat dikaji : Klien tampak menundukan kepala, klien mau menjawab
pertanyaan tetapi jawabannya pelan, klien mengatakan ada bisikan-bisikan
yang menyuruhnya mati untuk mati, tetapi klien mengatakan dirinya tidak mau
mati
Masalah Keperawatan :
- Gangguan Sensori Persepsi: Halusinasi Dengar
- Harga Diri Rendah
- Resiko Perilaku Kekerasan





13



III. Faktor Predisposisi
Klien pernah mengalami gangguan jiwa sebelumnya, ggejala gangguan
jiwa sejak 11 tahun yang lalu, tepatnya pada tahun 2003 klien berobat ke RSU
Majalaya ke psikiater, tidak teratur, tidak mau minum obat. Klien pernah
mengalami aniaya fisik di usia 37 tahun, dan kekerasan dalam keluarga pada
umur 37 tahun sebagai pelaku, tetapi klien tidak pernah aniaya seksual,
penolakan, dan tidak pernah mengalami tindakan kriminal. Tidak ada keluarga
yang mengalami gangguan jiwa seperti yang diderita oleh klien.

IV. Faktor Presipitasi
8 hari sebelum dibawa ke Rumah Sakit Jiwa Cisarua klien memukul
adiknya, gelisah, tidur kurang, mondar-mandir keluyuran masuk kerumah orang
lain tanpa izin, sering ganti baju, melamun, membenturkan kepala ketembok.
Hal tersebut terjadi karena ditinggal ayahnya meninggal, istrinya keguguran,
serta ekonomi (sudah menganggur sejak 3 tahun yang lalu).
Masalah Keperawatan : Perilaku Kekerasan

V. Persepsi dan Harapan Keluarga
Klien mengatakan dirinya sudah sembuh, dan klien mengatakan dirinya
ingin pulang. Keluarga klien menganggap bahwa klien harus menjalani
pengobatan, klien berharap bisa cepat pulang agar bisa bertemu dan
berkumpul bersama keluarganya.

VI. Koping Klien dan Keluarga
Klien mengatakan apabila ada masalah yang dihadapi klien lebih memilih
diam diri dan tidak bercerita kepada orang lain dengan cara menyendiri di
tempat yang tidak banyak orang berlalu-lalang.

VII. Pemeriksaan Fisik
1. TD : 110/80 mmHg N : 84 x/menit S: 36,3C R: 20x/menit
2. BB: 54 kg TB: 167 cm
3. Keluhan Fisik : klien mengatakan bahwa pada malam hari sering terbangun
dan susah tidur kembali sampai pagi.




14



VIII. Genogram



















Klien adalah anak ke enam dari delapan bersaudara, klien mempunyai
istri dan satu orang anak. Klien tinggal serumah dengan ibu, istri dan anaknya.
Pola pengambilan keputusan biasanya diambil dan didiskuusikan bersama
istrinya.

IX. Psikososial
1. Konsep Diri :
Citra Tubuh : Klien mengatakan menyukai seluruh tubuhnya.
Ideal Diri : Klien mengatakan ingin cepat pulang dan klien juga
ingin cepat bertemu dengan anak dan istrinya.
Identitas : Klien mengatakan dia adalah seorang laki-laki dan kepala
rumah tangga di dalam keluarganya.
Peran : Klien mengatakan perannya saat ini tidak bisa melakukan
tugasnya sebagai kepala rumah tangga, dia merasa punya
tanggung jawab terhadap istri dan anak-anknya.
Harga Diri : Klien mengatakan dia tidak bisa menafkahi anak dan istrinya
Masalah Keperawatan: Harga Diri Rendah
: Orang yang tinggal serumah
: Perempuan
: Laki - Laki
: Meninggal
: Klien
15




2. Hubungan Sosial
Klien mengatakan biasa berbaur denggan tetangganya, dan sering
mengikuti kegiatan yang ada dii masyarakat seperti, meronda, jumaat
bersih, rapat di balai musyawarah.
3. Pendidikan dan Pekerjaan
Klien mengatakan sekolahnya hanya tamat sampai SMA dan klien
mengatakan bahwa sudah menjadi pengangguran selama 3 tahun terakhir,
kerjanya hanya mengurus anak saat istrinya bekerja dan mengantar jemput
istrinya bekerja.
4. Gaya Hidup
Klien mengatakan bahwa dalam kehidupannya biasa-biasa saja.
5. Budaya
Klien mengatakan tidak ada konflik dalam dirinya sehubungan dengan
budaya yang ada dimasyarakat.
6. Spiritual
Klien mengatakan agamanya islam, dan shalat lima waktu sering
dilakukan.

X. Status Mental
1. Penampilan
Pada saat pengkajian penampilan klien seperti bangun tidur,
penampilan sesuai, klien BAB dan BAK dikamar mandi ( tidak ada masalah)
2. Aktivitas Motorik
Pada saat pengkajian klien tampak gelisah, sering mondar-mandir di
dalam kamar kemudian tidur kembali
Masalah Keperawatan: Resiko Perilaku Kekerasan
3. Alam Perasaan
Pada saat dikaji ekspresi klien tampak sedih, namun secara subjektif
tidak bisa dikaji karena pasien menjawab seperlunya saja.
Masalah Keperawatan: Tidak ada masalah
4. Afek
Pada saat dikaji sikap klien sesuai
Masalah keperawatan: Tidak ada masalah



16



5. Interaksi Selama Wawancara
Pada saat pengkajian klien kooperatif tetapi nadanya pelan, dan tidak
mampu memulai pembicaraan.
Masalah keperawatan: Harga diri rendah
6. Persepsi Halusinasi
Pada saat dikaji klien mengatakan sewaktu-waktu ada bisikan,
biasanya bisikan itu datang ketika berdiam diri.
Masalah Keperawatan: gangguan persepsi sensori: Halusinasi Dengar
7. Isi Pikir
Pada saat dikaji tidak terdapat gangguan isi pikir seperti obsesi,
phobia, depersonalisasi, ide yang terkait, pikiran magis, hipokandria, serta
tidak terdapat waham agama, somatik, nihilistik, sisi pikir, curiga, kebesaran,
kontrol pikir dan siar pikir.
Masalah Keperawatan: Tidak ada masalah
8. Arus Pikir
Pada saat pengkajian, klien kadang-kadang diam (bloking)
Masalah Keperawatan: Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi
9. Tingkat Kesadaran
Pada saat dikaji klien mengenal tempat klien dirawat, mengingat
namanya dan mengingat nama keluarganya, serta klien menyebutkan waktu
saat dilakukan pengkajian.
Masalah keperawatan: Tidak ada masalah
10. Memori
Pada saat dikaji klien dapat mengingat kejadian yang baru seperti
kontrak pertemuan yang ditentukan beberapa menit yang lalu, memori
jangka pendek klien mampu mengingat kapan masuk diruangan elang,
sedangkan memri jangka panjang mampu mengingat tanggal lahirnya.
Masalah keperawatan: Tidak ada masalah
11. Tingkat Konsentrasi dan Berhitung
Pada saat dikaji, klien mampu berkonsentrasi, klien mampu berhitung
secara sederhana, terbukti klien mampu menghitung jarinya.
Masalah Keperawatan: Tidak ada masalah
12. Kemampuan Penilaian
Pada saat dikaji klien mampu mengambil keputusan sendiri, terbukti
saat ditanya mau makan dulu atau mau minum obat dulu, dan klien
menjawan mau makan dulu.
Masalah Keperawatan: Tidak ada masalah
17



13. Daya Tilik Diri
Menurut klien, saat ini klien sedang dirawat dirumah sakit jiwa itu
berarti klien sedang ada gangguan pada jiwanya atau pikiran, dan tidak
menyalahkan hal-hal diluar dirinya.
Masalah Keperawatan: Tidak ada masalah

XI. Kebutuhan Perencanaan Pulang
1. Makan
Klien mengatakan makan tiga kali sehari dengan jumlah satu porsi
habis, klien mengatakan suka dengan makanan yang diberikan dan tidak
ada pantangan, cara makan klien menggunakan sendok, dan apabila tidak
menggunakan sendok klien mencuci tangan dulu sebelum makan.
2. BAB/BAK
Pada saat dilakukan pengkajian untuk BAK/BAB klien melakukan
mandiri dan dilakukan ditempat semestinya yaitu dikamar mandi.
3. Mandi
Pada saat dikaji klien mengatakan mandi sehari dua kali jadi tidak ada
masalah dalam personal hygine.
4. Berpakaian dan Berhias
Pada saat dilakukan pengkajian cara berpakaian klien sudah sesuai,
dan kadang-kadang menyisir rambutnya.
5. Istirahat dan Tidur
Menurut klien tidurnya pada saat malam hari suka terbangun dan tidur
siang selama 3 jam, aktivitas sesudah tidur biasanya langsung merapikan
tempat tidur.
6. Penggunaan Obat
Menurut klien di Rumah Sakit klien minum obat dua kali sehari
biasanya setelah makan, setelah minum obat biasanya klien merasa
mengantuk, klien meminum obat disediakan oleh perawat dan meminumnya
secara mandiri.
7. Pemeliharaan Kesehatan
Menurut klien setelah dirumah, klien harus kontrol tapi itupun kalo ada
keluarga yang mengantar, seperti anak dan istrinya yang mengingatkan
minum obat.



18



8. Kegiatan Didalam Rumah
Menurut kliien dirumah klien bisa melakukan kegiatan seperti bersih-
bersih, mengurus anak, namaun saat dikaji tampaknya klien malas untuk
melakukan bersih-bersih.
9. Kegiatan Diluar Rumah
Klien mengatakan malas keluar rumah, dan lebih memilih berada
dirumah saja
Masalah Keperawatan: Harga diri rendah.

XII. Aspek Medik
Diagnosa Medik : Skizofrenia Paranoid
Therapy Medik :
- Resperidona 2 x 1 Tab
- Seriof 50mg 1-0-0 Tab

XIII. Daftar Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan Sensori Persepsi: Halusinasi Dengar
2. Harga Diri rendah
3. Resiko Perilaku Kekerasan


















19



B. ANALISA DATA
NO. DATA DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ds:
- Klien mengatakan mendengar suara-suara
bisikan
- Klien mengatakan suara bisikan datang
ketika menyendiri
Do:
- Klien tampak kadang-kadang terdiam ketika
mengobrol (bloking)
- Klien tampak sering menyendiri

Gangguan Sensori Persepsi:
Halusinasi Dengar
2. Ds:
- Klien mengatakan sebagai kepala keluarga
tidak bisa menafkahi anak dan istrinya
- Klien mengatakan dirinya tidak memiliki
kemampuan apapun
Do:
- Kontak matta klien kurang
- Saat dikaji nada suara pelan dan tidak
mampu memulai pembicaraan
- Klien tampak bermalas-malasan
Gangguan Konsep Diri:
Harga Diri Rendah
3. Ds:
- Distatus pasien dikatakan berdasarkan
keluarga pasien mengatakan 8 hari
sebelum masuk rumah sakit klien memukul
adiknya dan membentur-benturkan
kepalanya ke tembok.
Do:-
Resiko Perilaku Kekerasan








20



C. POHON MASALAH













D. SUSUNAN DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan Sensori Persepsi: Halusinasi Dengar
2. Gangguan Konsep Diri: Harga Diri Rendah
3. Resiko Perilaku Kekerasan


Effect
Core Problem
Causa
Risiko Tinggi Perilaku Kekerasan
Perubahan Persepsi Sensori: Halusinasi
Isolasi Sosial
Harga Diri Rendah Kronis
21



E. INTERVENSI KEPERWATAN
Inisial Klien : Tn. S Nama Mahasiswa : Lambang Harisman
No CM : 055400 NPM : 4213003
No.
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
PERENCANAAN
TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
1 Gangguan sensori
persepsi: Halusinasi
dengar
Setelah ... x pertemuan pasien
diharpakan mampu:
4. Mengenali halusinasi yang
dialaminya
5. Mengontrol halusinasinya
6. Mengikuti program pengobatan








SP 1
3. Bantu pasien mengenali halusinasi
(isi,waktu terjadinya, frekuensi,situasi
pencetus,perasaan saat terjadinya
halusinasi)
4. Latih mengontrol halusinasi dengan cara
menghardik tahapan tindakannya meliputi:
f. Jelaskan cara menghardik halusinasi
g. Peragakan cara menghardik
h. Minta pasien memperagakan ulang
i. Pantau penerapan cara ini, beri
pengetahuan perilaku pasien
j. Memasukan dalam jadwal kegiatan

- Pengetahuan yang baik tentang
halusinasi akan memudahkan
perawat dalam tindakan intervensi
keperawatan
- Membantu pasien untuk
mengetahui apa yang dialaminya
saat ini, sehingga pasien mengerti
dengan keadaannya, selain itu
untuk meyakinkan klien tentang
ketidaknyataan isi halusinasi



SP 2
4. Evaluasi keggiatan yang lalu ( SP 1)
5. Latih berbicara/bercakap dengan orang lain

Mengetahui perkembangan klien
berbicara dengan orang lain
dimaksudkan untuk mengalihkan fokus
22



saat halusinasi muncul
6. Memasukan dalam jadwal kegiatan klien

perhatian klien sehingga klien mampu
mengontrol halusinasinya
SP 3
1. Evaluuasi kegiatan yang lalu (SP 1 dan SP
2)
2. Latih kegiatan agar halusinasi tidak
muncul:
a. Jelaskan pentingnya aktivitas yang
teratur untuk mengatasi halusinasinya.
b. Diskusikan aktivitas yang biasa
dilakukan pasien
c. Latih pasien melakukan aktivitas
d. Susun jadwal aktivitas sehari-hari
sesuai dengan aktivitas yang telah
dilatih (dari bangun pagisampai tidur
malam)
Pantau pelaksanaan jadwal kegiatan,
berikan penguatan terhadap perilaku pasien
yang positif



Kegiatan yang lain dapat
memperlihatkan perkembangan
pasien.
memaksimalkan aktivitas dapat
meringankan gejala halusinasi dan
membantu pasien agar tidak terjadi
halusinasi yang berkelanjutan
23



SP 4
8. Evaluasi kegiatan yang lalu ( SP 1, SP 2,
SP 3)
9. Tanyakan program pengobatan
10. Jelaskan pentingnya penggunaan obat
pada gangguan jiwa
11. Jelaskan akibat bila tidak digunakan sesuai
dengan program
12. Jelaskanapabila putus obat
13. Jelaskan cara mendapatkan obat/berobat
14. Jelaskan pengobatan

Memudahkan pemahaman dalam
program pengobatan yang optimal
2










Gangguan Konsep
Diri: Harga Diri rendah









Setelah ... x pertemuan pasien
diharpakan mampu:
1. Mengidentifikasi kemampuan dan
aspek positif yang dimiliki
2. Menilai kemampuan yang dapat
digunakan
3. Menetapkan / menilai kegiatan
yang sesuai dengan kemampuan
4. Melatih kegiatan yang sudah
dipilih, sesuai kemampuan
5. Merencanakan kegiatan yang
SP 1
1. Identifikasi kemampuan positif yang dimiliki
a. Diskusikan bahwa pasien masih
memiliki sejumlah kemampuan dan
aspek positif seperti kegiatan pasien
dirumah adanya keluarga dan
lingkungan terdekat pasien
b. Beri pujian yang realistis dan
hindarkan setiap kali bertemu dengan
pasien penilaian yang negative
2. Nilai kemampuan yang dapat dilakukan

Sebagai data awal dalam pemberian
intervensi keperawatan yang akan
diberikan







24















































sudah dilatihnya





















saat ini
a. Diskusikan dengan pasien
kemampuan yang masih digunakan
saat ini
b. Bantu pasien menyebutkan dan
memberi penguatan terhadap
kemampuan diri yang diungkapkan
pasien
c. Perlihatkan respon yang kondusif dan
menjadi pendengar yang aktif
3. Pilih kemampuan yang akan dilatih


4. Diskusikan dengan pasien beberapa
aktivitas yang dapat dilakukan dan dipilih
sebagai kegiatan yang akan pasien
lakukan sehari-hari
5. Bantu pasien menetapkan aktivitas mana
yang dapat pasien lakukan secara mandiri
a. Aktivitas yang memerlukan bantuan
minimal dari keluarga
b. Aktivitas apa saja yang perlu bantuan

Membantu klien menemukan
kemampuan positif yang klien miliki







Memberikan kesempatan kepada klien
untuk melakukan kegiatan yang sudah
ditetapkan

25





































































penuh dari keluarga atau lingkungan
yang dapat pasien lakukan secara
mandiri
c. Aktivitas yang memerlukan bantuan
minimal dari keluarga
d. Aktivitas apa saja yang perlu bantuan
penuh dari keluarga atau lingkungan
terdekat pasien
e. Beri contoh pelaksanaan aktivitas
yang dapat dilakukan pasien
f. Susun bersama pasien aktivitas atau
kegiataan sehari-hari pasien
6. Nilai kemampuan pertama yang telah
dipilih
a. Diskusikan dengan pasien untuk
menetapkan urutan kegiatan (yang
sudah dipilih pasien) yang akan
dilatihkan.
b. Bersama pasien dan keluarga
memperagakan beberpa kegiatan
yang akan dilakukan pasien.
c. Beri dukungan atau pujian yang nyata
26














































sesuai kemajuan yang diperlihatkan
pasien.
7. Memasukan dalam jadwal kegiatan pasien.
a. Beri kesempatan pada pasien untuk
mencoba kegiatan
b. Beri pujian atas aktivitas kegiatan
yang dapat dilakukan pasien setiap
hari
c. Tingkatkan kegiatan sesuai dengan
toleransi dan perubahan sikap
d. Susun dafatar aktivitas yang sudah
dilatih bersama pasien dan keluarga

SP 2
1. Evaluasi jadwal kegiatan harian pasien
2. Latih kemampuan kedua
3. Anjurkan pasien melakukan dalam jadwal
kegiatan harian

Sebagai data awal intervensi
selanjutnya memberikan kesempatan
kepada klien untuk mengekspresikan
niatnya
27



3





















Resiko Perilaku
Kekerasan




















Setelah ... x pertemuan pasien
diharapkan mampu:
1. Mengidentifikasi penyebab dan
tanda perilaku kekerasan
2. Menyebutkan jenis perilaku
kekerasan yang pernah dilakukan
3. Menyebutkan akibat dari perilaku
kekerasan yang dilakukan
4. Menyebutkan cara mengontrol
perilaku kekerasan
5. Mengontrol perilaku kekerasannya
dengan cara :
a. Fisik
b. Sosial / verbal
c. Spiritual
d. Terapi psikofarmaka (patah
obat)





SP 1
1. Identifikasi penyebab, tanda dan gejala
serta akibat perilaku kekerasan



2. Latih cara fisik 1 : Tarik nafas dalam


3. Masukkan dalam jadwal harian pasien

1. Menentukan mekanisme koping
yang dimiliki klien dalam
menghadapi masalah serta
sebagai langkah awal dalam
menyusun strategi berikutnya
2. Menurunkan perilaku destruktif
yang akan mencederai klien dan
lingkungan sekitar
3. Untuk membiasakan klien dalam
mengontrol emosinya.
SP 2
1. Evaluasi kegiatan yang lalu (SP1)

2. Latih cara fisik 2 : Pukul kasur / bantal



3. Masukkan dalam jadwal harian pasien




1. Sebagai acuan untuk melanjutkan
pada kemampuan selanjutnya
2. Mengalihkan emosi klien untuk
menurunkan perilaku destruktif
yang akan mencederai klien dan
lingkungan sekitar
3. Untuk membiasakan klien dalam
mengontrol emosinya.
28




























































SP 3
1. Evaluasi kegiatan yang lalu (SP1 dan 2)

2. Latih secara sosial / verbal
a. Menolak dengan baik
b. Meminta dengan baik
c. Mengungkapkan dengan baik
3. Masukkan dalam jadwal harian pasien

1. Sebagai acuan untuk melanjutkan
pada kemampuan selanjutnya
2. Meningkatkan Asertifitas klien
dalam menghadapi amarahnya.


3. Untuk membiasakan klien dalam
mengontrol emosinya.
SP 4
1. Evaluasi kegiatan yang lalu (SP1,2&3)

2. Latih secara spiritual:
a. Berdoa
b. Sholat


3. Masukkan dalam jadwal harian pasien

1. Sebagai acuan untuk melanjutkan
pada kemampuan selanjutnya
2. Meningkatkan kepercayaan diri
klien dan meningkatkan Asertifitas
klien dalam menghadapi
amarahnya.
3. Untuk membiasakan klien dalam
mengontrol emosinya.
SP 5
1. Evaluasi kegiatan yang lalu ( SP 1, 2, 3,
dan 4)


1. Melihat mekanisme koping klien
dalam menyelesaikan masalah dan
amarahnya.
29



2. Latih patuh obat
a. Minum obat secara teratur dengan
prinsip 5 benar
b. Susun jadwal minum obat secara
teratur
3. Masukan dalam jadwal harian pasien
2. Menyukseskan program
pengobatan klien dan menyiapkan
klien agar rajin minum obat di
dirumah.

3. Untuk pengingat dan sebagai
dokumentasi kegiatan harian.
















30



F. IMPLEMENTASI KEPERAWTAN
Inisial Klien : Tn. S Nama Mahasiswa : Lambang Harisman
No CM : 055400 NPM : 4213003
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
HARI/TGL/
JAM
IMPLEMENTASI EVALUASI
TTD DAN
NAMA JELAS
Gangguan Persepsi
Sensori: Halusinasi
Dengar














Jumat
10/10/2014
09.30 WIB

















SP 1
1. Membantu pasien mengenali halusinasi
(isi,waktu terjadinya, frekuensi,situasi
pencetus,perasaan saat terjadinya
halusinasi)
2. Melatih mengontrol halusinasi dengan
cara menghardik tahapan tindakannya
meliputi:
a. Menjelaskan cara menghardik
halusinasi
b. Memperagakan cara menghardik
c. Meminta pasien memperagakan
ulang
d. Memantau penerapan cara ini, beri
pengetahuan perilaku pasien
e. Memasukan dalam jadwal kegiatan

S: Pasien mengatakan sudah mengerti tentang
halusinasi dan cara menghardiknya

O: Pasien tampak mengerti dengan apa yang
diajarkan terapis dengan tanda: pasien mampu
mengulangi apa yang diajarkan terpis.

A:
- Pasien mampu mengenali halusinasinya
- Pasien mampu mengontrol halusinasinya

P:
- Menganjurkan pasien untuk berlatih cara
menghardik
- Memantau pasien latihan menghardik &
melanjutkan ke SP 2


Lambang
31

























Jumat
11/10/2014
10.00 WIB

SP 2
1. Mengevaluasi keggiatan yang lalu (SP 1)
2. Melatihh berbicara/bercakap dengan
orang lain saat halusinasi muncul
3. Memasukan dalam jadwal kegiatan klien


S: Pasien mengatakan sudah mengerti tentang
mengontrol halusinasi dengan cara berbicara/
bercakap dengan orang lain saat halusinasi
muncul

O: Pasien tampak mampu berbicara/bercakap-cakap
dengan orang lain

A: Pasien mampu mengontrol halusinasi dengan
berbicara/ bercakap dengan orang lain saat
halusinasi muncul

P:
- Menganjurkan pasien untuk berlatih cara
menhardik dan bercakap dengan orang lain
- Memantau latihan klien & melanjutkan ke SP
3



Lambang
Senin
13/10/2014
10.00 WIB
SP 3
1. Mengevaluuasi kegiatan yang lalu (SP 1
dan SP 2)
2. Melatih kegiatan agar halusinasi tidak

S: Pasien mengatakan mampu membuat jadwal
aktivitas sehari-hari



Lambang
32


















muncul:
a. menjelaskan pentingnya aktivitas
yang teratur untuk mengatasi
halusinasinya.
b. Mendiskusikan aktivitas yang biasa
dilakukan pasien
c. Melatih pasien melakukan aktivitas
d. Menyusun jadwal aktivitas sehari-
hari sesuai dengan aktivitas yang
telah dilatih (dari bangun
pagisampai tidur malam)
Memantau pelaksanaan jadwal kegiatan,
berikan penguatan terhadap perilaku
pasien yang positif

O: Pasien tampak melakukan aktivitas yang sudah
dibuat dalam jadwal yang telah disusun dari
bangun pagi sampai tidur malam

A: Pasien mampu mengontrol halusinasinya dengan
cara melakukan aktivitas

P:
- Menganjurkan latihan mengontrol halusinasi
dengan cara menghardik, bercakap-cakap
denggan orang lain, dan melakukan aktivitas
yang sudah dijadwalkan.
- Memantau latihan klien dan melanjutkan ke
SP 4
Selasa
14/10/2014
09.30 WIB
SP 4
1. Mengevaluasi kegiatan yang lalu ( SP 1,
SP 2, SP 3)
2. Menanyakan program pengobatan
3. Menjelaskan pentingnya penggunaan
obat pada gangguan jiwa
4. Menjelaskan akibat bila tidak digunakan

S:
- Pasien mengatakan halusinasinya sudah
tidak muncul lagi
- Pasien mengatakan sudah mengerti tentang
penggunaan obat dan manfaat minum obat




Lambang
33



sesuai dengan program
5. Menjelaskanapabila putus obat
6. menjelaskan cara mendapatkan
obat/berobat
7. Menjelaskan pengobatan
O:
- Pasien tampak mengerti tentang penggunaan
obat dan manfaatnya
- Pasien mau meminum obat

A:
- Pasien mau mengikuti program pengobatan
- Pasien mengerti dampak apabila putus obat

P:
- Menganjurkan klien tetap melatih cara 1, 2, 3,
dan meminum obat sesuai jadwal.
- Evaluasi dari SP 1- SP 4 dan lanjutkan ke SP
diagnosa berikutnya
Harga Diri Rendah Rabu
15/10/2014
10.00 WIB
SP 1
1. Mengidentifikasi kemampuan positif yang
dimiliki
a. Mendiskusikan bahwa pasien masih
memiliki sejumlah kemampuan dan
aspek positif seperti kegiatan pasien
dirumah adanya keluarga dan
lingkungan terdekat pasien

S:
- Pasien mengatakan memiliki kemampuan
yang positif yaitu bermain gitar dan berolah
raga
- Klien menatakan merasa senang karena
dipuji oleh terapis




Lambang
34



b. Memberi pujian yang realistis dan
hindarkan setiap kali bertemu
dengan pasien penilaian yang
negative
2. Menilai kemampuan yang dapat
dilakukan saat ini
a. Mendiskusikan dengan pasien
kemampuan yang masih digunakan
saat ini
b. Membantu pasien menyebutkan dan
memberi penguatan terhadap
kemampuan diri yang diungkapkan
pasien
c. Memperlihatkan respon yang
kondusif dan menjadi pendengar
yang aktif
3. Memilih kemampuan yang akan dilatih
4. Mendiskusikan dengan pasien beberapa
aktivitas yang dapat dilakukan dan dipilih
sebagai kegiatan yang akan pasien
lakukan sehari-hari
5. Membantu pasien menetapkan aktivitas
O:
- Klien tampak antusias mengikuti terapis
- Klien tampak senang berlatih lagi
kemampuan yang dimilikinya

A:
- Kklien mampu melatih kegiatan yang
dilakukan sesuai kemampuan
- Klien mampu memilih kegiatan sesuai
kemampuan

P:
- Memantau latihan yang dilakukan, yang telah
dipilih klien
- Memantau latihan yang telah dilatih dan
melanjutkan ke SP 2


35



mana yang dapat pasien lakukan secara
mandiri
a. Aktivitas yang memerlukan bantuan
minimal dari keluarga
b. Aktivitas apa saja yang perlu
bantuan penuh dari keluarga atau
lingkungan yang dapat pasien
lakukan secara mandiri
c. Aktivitas yang memerlukan bantuan
minimal dari keluarga
d. Aktivitas apa saja yang perlu
bantuan penuh dari keluarga atau
lingkungan terdekat pasien
e. Memberi contoh pelaksanaan
aktivitas yang dapat dilakukan
pasien
f. Menyusun bersama pasien aktivitas
atau kegiataan sehari-hari pasien
6. Menilai kemampuan pertama yang telah
dipilih
a. Mendiskusikan dengan pasien untuk
menetapkan urutan kegiatan (yang
36



sudah dipilih pasien) yang akan
dilatihkan.
b. Bersama pasien dan keluarga
memperagakan beberpa kegiatan
yang akan dilakukan pasien.
c. Memberi dukungan atau pujian yang
nyata sesuai kemajuan yang
diperlihatkan pasien.
7. Memasukan dalam jadwal kegiatan
pasien.
a. memberi kesempatan pada pasien
untuk mencoba kegiatan
b. memberi pujian atas aktivitas
kegiatan yang dapat dilakukan
pasien setiap hari
c. Meningkatkan kegiatan sesuai
dengan toleransi dan perubahan
sikap
d. menyusun dafatar aktivitas yang
sudah dilatih bersama pasien dan
keluarga

37



Kamis
16/10/2014
12.30 WIB
SP 2
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian
pasien
2. Melatih kemampuan kedua
3. Menganjurkan pasien melakukan dalam
jadwal kegiatan harian

S: Klien mengatakan dirinya sangat senang bermain
gitar

O: Klien tampak mau berbaur dengan orang lain dan
mau bercakap-cakap/ mengobrol

A: Pasien mampu merencanakan kegiatan yang
sudah dilatihnya

P:
- Menganjurkan pasien untuk melatih terus
kemampuannya
- Memantau kegiatan yang telah dilatih
- Mengevaluasi SP 1 dan 2





Lambang

38




BAB IV
PEMBAHASAN

` Setelah melakukan tindakan keperawatan terhadap klien dengan gangguan
sensori persepsi: halusinasi pendengaran di ruangan elang mulai dari tanggal 10 s/d 17
Oktober 2014 dengan 4 kali interaksi, saya menemukan kesenjangan-kesenjangan
antara konsep teoritis dengan studi dilapangan yang dilakukan oleh penyusun, maka dari
itu saya akan membahas kesenjangan berikut. Adapun kesenjangan - kesenjangan
tersebut adalah sebagai berikut:
I. Pengkajian
Tn.S (37 tahun) dirawat di rumah sakit jiwa Provinsi Jawabarat di ruang elang
dengan Diagnosa Medis Gangguan sensori persepsi: halusinasi pendengaran. Klien
mengatakan mendengar suara-suara tersebut menyuruh untuk mati dan mendengar
suara mendenging seperti menangis, suara itu sering di dengar pada sore hari dan
saat sendirian,. Klien mengatakan berpisah dengan istrinya merasa sedih kerena
dirawat di RS, klien. Dari hasil observasi didapatkan klien terlihat berbicara sendiri
tanpa bersuara, mondar- mandir, klien tampak tersenyum dan tertawa sendiri.
Sedangkan data tambahan dari catatan keperawatan melalui status klien, klien pernah
mengamuk dan terakhir memukul adiknya sendiri.
Pada pengkajian pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan format
pengkajian keperawatan jiwa yang telah di tetapkan. Data yang dikumpulkan dengan
wawancara langsung pada klien, dan perawat diruangan, dari data catatan
keperawatan dan medis ditemukan kesenjangan antara data-data teoritis dengan apa
yang didapat pada kasus dilapangan. Pengumpulan data yang dilakukan hanya
melalui wawancara dengan klien juga perawat diruangan, observasi keadaan dan
kemampuan klien juga dari pendokumentasian keperawatan diruangan, sedangkan
data dari keluarga tidak didapatkan hal tersebut dikarenakan selama proses
pengkajian keluarga klien belum sempat menjenguk klien di RS.
Menurut Data yang didapat dilapangan oleh kelompok kami temukan bahwa:
Diagnosa keperawatan I: Gangguan persepsi sensori: halusinasi pendengaran
DS:
- Klien mengatakan mendengar suara-suara yang menyuruh untuk mati dan
suara seperti orang menangis
- Klien mengatakan suara itu muncul pada sore hari dan saat sendirian,
- Klien mengatakan frekuensi munculnya suara itu tidak tentu, suara yang
terdengar berlangsung sebentar,
39




DO:
- Pasien tampak mondar-mandir,
- Klien tampak gelisah dan tegang,
- Klien tampak sering menyendiri dan bengong ditempat tidurnya,
- Klien tampak cemas, serta mengatakan malas ngomong dengan orang lain
dan lebih senang menyendiri,
- Saat proses interaksi kontak mata klien kurang, kadang-kadang klien sering
memalingkan mukanya dari perawat, dan tatapan mata klien kosong, di dalam
kamar klien tampak berdiam diri dan tidur-tiduran diruangannya.
Menurut data teoritis menjelaskan secara umum dari faktor predisposisi
diterangkan bahwa halusinasi dapat terjadi dari berbagai faktor berupa faktor
pisikologis, biologis, dan faktor genetik. Dari hasil observasi dan wawancara yang
dilakukan terhadap klien tidak ditemukan adanya faktor genetik yang dapat
mempengaruhi halusinasi karena anggota keluarga klien tidak ada yang menderita
skizofrenia. Sedangkan dari faktor presipitasi diterangkan bahwa secara fisik klien
dengan gangguan halusinasi timbul gangguan setelah adanya hubungan yang
bermusuhan, tekanan, isolasi, perasaan tidak berguna, putus asa dan tidak berdaya.
Penilaian individu terhadap stressor dan masalah koping dapat
mengindikasikan timbulnya halusinasi dimana dapat terjadi dari berbagai faktor
pendukung yaitu biologis, stress lingkungan, dan sumber koping, (kelliat,2006). Dari
hasil observasi dan wawancara yang dilakukan terhadap klien ditemukan data-data
yang tergolong didalam faktor presipitasi sangat mendukung timbulnya gangguan
sensori persepsi halusinasi karena klien awalnya masuk RS sering mendengar suara-
suara yang menyuruhnya mati dan suara menangis, merasa dirinya tidak berguna
lagi, sehingga klien suka menyendiri saja dan tidak mau bergaul dengan orang lain.
II. Diagnosa Keperawatan
Dalam teori asuhan keperawatan tentang gangguan persepsi sensori:
Halusinasi terdapat perbedaan masalah keperawatan yang muncul kalau pada
asuhan keperawatan teori diagonasa yang muncul selain Gangguan persepsi sensori
halusinasi ada tiga lagi masalah keperawatan yaitu :
1. Harga diri rendah
2. Isolasi sosial
3. Defisit Perawatan Diri
4. Resiko Perilaku Kekerasan
40



Sedangkan pada tinjauan kasus hasil analisa data pada Pasien Tn. S
masalah utama yang diangkat yaitu Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi
Pendengaran.
III. Rencana Keperawatan
Kesenjangan yang terdapat pada praktik tindakan keperawatan dengan kasus
gangguan persepsi sensori: Halusinasi pendengaran ditemukan pada beberapa
bagian, seperti pada tujuan umumnya yang pada teorinya terdapat empat SP.
Pada praktek tindakan keperawatan gangguan persepsi sensori: halusinasi
pendengaran ditemukan bahwa dari empat SP tersebut semuanya telah terlaksana.
Pada tindakan keperawatan intervensi pertama yaitu klien dapat membina
hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi terapeutik
dengan tujuan klien dapat membina hubungan saling percaya dan pada intervensi ini
telah dilakukan tindakan keperawatan yaitu sapa klien dengan ramah baik verbal
maupun non verbal, perkenalkan nama lengkap, nama panggilan, hobbi, tanyakan
perasaan klien dan masalah yang dihadapi klien, dengarkan dengan penuh perhatian
ekspresi perasaan klien, buat kontrak yang jelas mengenai topik, waktu pertemuan
dan tempat pertemuan, beri perhatian kepada klien dan perhatikan kebutuhan dasar
klien. Bantu pasien mengenal halusinasi dengan mengetahui isi, waktu terjadinya,
frekuensi, situasi pencetus dengan tujuan klien dapat mengenali halusinasi yang
dialaminya. Pada intervensi kedua ini dilakukan tindakan keperawatan seperti
tanyakan apakah klien saat sedang sendirian, atau sedang tidur pernah melihat atau
mendengar sesuatu, tanyakan isi halusinasi, waktu terjadinya halusinasi, frekuensi
terjadinya halusinasi pagi, siang, sore, malam atau sering dan kadang-kadang. Dan
diskusikan dengan klien apa yang dirasakan jika terjadi halusinasi, diskusikan dengan
klien apa yang dilakukan untuk mengatasi perasaan tersebut serta jelaskan tentang
dampak yang akan dialami jika pasien menikmati halusinasinya, mengidentifikasi
bersama klien cara atau tindakan yang dilakukan jika terjadi halusinasi. Intervensi ini
memiliki tujuan agar pasien bisa dapat mengontrol halusinasinya, tindakan
keperawatan yang dilakukan seperti diskusikan cara baru untuk memutus atau
mengontrol timbulnya halusinasi dengan cara menjelaskan cara menghardik
halusinasi, peragakan cara mengahradik, minta pasien memperagakan ulang, pantau
penerapan cara ini, beri penguatan perilaku pasien dan memasukan intervensi ini ke
jadwal kegiatan pasien dan ikutkan pasien dalam terapi aktifitas kelompok persepsi
sensori halusinasi : sesi 2,3,4.
Pada intervensi ke dua yaitu mengidentifikasi bersama klien cara atau
tindakan yang dilakukan jika terjadi halusinasi. Intervensi ini memiliki tujuan agar
pasien bisa dapat mengontrol halusinasinya, tindakan keperawatan yang dilakukan
41



seperti diskusikan cara baru untuk memutus atau mengontrol timbulnya halusinasi
dengan cara melatih berbicara/bercakap ketika halusinasi muncul, peragakan cara
bercakap, minta pasien memperagakan ulang, pantau penerapan cara ini, beri
penguatan perilaku pasien dan memasukan intervensi ini ke jadwal kegiatan pasien.
Pada intervensi ke tiga yaitu mengidentifikasi bersama klien cara atau
tindakan yang dilakukan jika terjadi halusinasi. Intervensi ini memiliki tujuan agar
pasien bisa dapat mengontrol halusinasinya, tindakan keperawatan yang dilakukan
seperti diskusikan cara baru untuk memutus atau mengontrol timbulnya halusinasi
dengan cara melatih kegiatan agar halusinasi tidak muncul, susun jadwal aktivitas
yang bisa dilakukan pasien, pantau penerapan cara ini, beri penguatan perilaku
pasien dan memasukan intervensi ini ke jadwal kegiatan pasien.
Pada intervensi keempat yaitu diskusikan dengan klien tentang manfaat dan
kerugian tidak minum obat. Dengan tujuan intervensi klien dapat memanfaatkan obat
dengan baik, tindakan keperawatan yang dilakukan yaitu jelaskan pada klien tentang
nama obat, warna obat, bentuk obat, cara minum obat, waktu minum obat berapa kali
sehari, kegunaan obat, dan efek samping obat dan jelaskan akibat berhenti minum
obat tanpa konsultasi dengan dokter.
IV. Implementasi keperawatan
Tindakan keperawatan yang dilaksanakan sesuai dengan rencana
keperawatan yang ditetapkan dari tiga diagnosa yang diangkat hanya dilaksanakan
dua diagnosa keperawatan, yaitu Gangguan sensori persepsi ; halusinasi
pendengaran dan harga diri rendah yang pelaksanaan tindakannya dilaksanakan
mulai dari tanggal 10 oktober 2014 s/d 17 oktober 2014 dapat dilaksanakan dengan
baik, dan klien saat diajarkan dihadapan perawat pada waktu interaksi. Adapun
tindakan keperawatan yang dilaksanakan melalui SP dengan SP I dilaksanakan
selama 1 kali interaksi, SP II dilaksanakan selama 1 kali interaksi, SP III 1 kali
interaksi dan SP IV 1 kali interaksi. Akan tetapi dalam pelaksanaannya klien masih
membutuhkan bimbingan dari perawat.
V. Evaluasi Tindakan keperawatan
Setelah dilakukan interaksi selama 7 hari didapatkan adanya perubahan
dalam tingkah laku klien. Klien dapat meningkatkan keterbukaan dan hubungan saling
percaya dengan perawat sehingga mempermudah dalam proses interaksi, saat
halusinasinya muncul yaitu saat klien sendirian pada sore hari, klien mampu
menyebutkan tindakan yang bisa dilakukan seperti menghardik atau menghindar,
bercakap-cakap dengan orang lain dan melakukan aktivitas secara mandiri, klien
dapat mengenal jika halusinasi mulai muncul dan klien tahu bagaimana cara
mengontrol halusinasinya, klien mau mengungkapkan perasaannya setelah dilakukan
42



interaksi dari perawat kepada klien, klien tidak melakukan tindakan yang dapat
melukai dirinya sendiri dan orang lain sehingga menghindarkan klien dari resiko
perilaku kekerasan,klien dapat berhubungan dengan orang lain secara baik sehingga
menghindarkan klien dari harga diri rendah, dan klien mau memasukkan aktivitasnya
untuk mengatasi dan menghindar dari halusinasi yang dialami dalam jadwal aktivitas
harian sehingga perawat dapat mengontrol kegiatan yang klien lakukan selama
perawat dalam jam dinas ataupun tidak.




















43



BAB V
SIMPULAN DAN SARAN


A. Simpulan
Berdasarkan uraian diatas mengenai halusinasi dan pelaksanaan asuhan
keperawatan terhadap pasien, maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai
berikut :
1. Saat memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan halusinasi
ditemukan adanya perilaku menarik diri sehingga perlu dilakukan pendekatan
secara terus menerus, membina hubungan saling percaya yang dapat
menciptakan suasana terapeutik dalam pelaksanaan asuhan keperawatan yang
diberikan.
2. Dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada klien khususnya dengan
halusinasi, pasien sangat membutuhkan kehadiran keluarga sebagai sistem
pendukung yang mengerti keadaaan dan permasalahan dirinya. Disamping itu
perawat / petugas kesehatan juga membutuhkan kehadiran keluarga dalam
memberikan data yang diperlukan dan membina kerjasama dalam memberi
perawatan pada pasien. Dalam hal ini penulis dapat menyimpulkan bahwa
peran serta keluarga merupakan faktor penting dalam proses penyembuhan
klien.

B. Saran
Pada akhir pembahasan ini penulis dadap memberikan beberapa saran yaitu
diantaranya:
1. Dalam memberikan asuhan keperawatan hendaknya perawat mengikuti
langkah-langkah proses keperawatan dan melaksanakannya secara sistematis
dan tertulis agar tindakan berhasil dengan optimal, dan dalam menangani kasus
halusinasi hendaknya perawat melakukan pendekatan secara bertahap dan
terus menerus untuk membina hubungan saling percaya antara perawat klien
sehingga tercipta suasana terapeutik dalam pelaksanaan asuhan keperawatan
yang diberikan.
2. Bagi institusi diharapkan untuk menyiapkan mental mahasiswanya untuk
menghadapi kasus-kasus yang sebenarnya, meningkatkan kemampuan
komunikasi teurapetik mahasiiswanya, dan memberikan bimbingan yang
semaksimal mungkin untuk para mahasiswanya yang sedang menjalankan
praktikum di rumah sakit.
44



3. Bagi keluarga klien hendaknya sering mengunjungi klien dirumah sakit,
sehingga keluarga dapat mengetahui perkembangan kondisi klien dan dapat
membantu perawat bekerja sama dalam pemberian asuhan keperawatan bagi
klien.

































45



DAFTAR PUSTAKA



Dep Kes RI. ( 2001 ). Kpererawatan Jiwa Teori dan Tindakan kperawatan. Cetakan I
Jakarta : Dep Kes RI

Fitria Nita. (2009). Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan
Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP). Jakarta: Salemba
Medika

Hawari Dadang. ( 2001). Pendekatan holistic Pada gangguan Jiwa Skizofrenia. FK-UI
Jakarta.

Petrisia Elvia. (2012). http://elvirapetrisia.blogspot.com/2012/10/asuhan-keperawatan-
jiwa-halusinasi_9.html (diakses tanggal 19 Oktober 2014)

Setiono Wiwing. (2013). http://lpkeperawatan.blogspot.com/2013/12/laporan-
pendahuluan-gangguan-persepsi.html (diakses tanggal 19 Oktober 2014)

STIKES RAJAWALI. (2014). Buku panduan Praktik profesi Ners. Keperawatan Jiwa.
Bandung

Stuart dan Sundeen. ( 1998 ) Buku Saku Keperawatan Jiwa, Jakarta: EGC

You might also like